cover
Contact Name
Nurul Dina Rahmawati
Contact Email
nuruldina@ui.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
ijphn_fph@ui.ac.id
Editorial Address
Faculty of Public Health Universitas Indonesia F Building, 2nd Floor Universitas Indonesia, Depok Ph/Fax: +62 21 786 3501
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Indonesian Journal of Public Health Nutrition (IJPHN)
Published by Universitas Indonesia
ISSN : -     EISSN : 27748200     DOI : https://dx.doi.org/10.7454/ijphn
Core Subject : Health,
IJPHN is an online, open access journal which publishes peer-reviewed original research papers addressing all aspects including problems, controversial issues, experimental trial, special articles such as reviews, opinions, and commentaries in nutrition related to public health. IJPHN published twice annualy. Original manuscript submitted to IJPHN must not contain material that has been published elsewhere except as an abstract only, published in scientific meeting.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (2020)" : 5 Documents clear
Body Weight Prediction Model using Mid Upper Arm Circumferences and Knee Height in Adult Katherina Katherina; Trini Sudiarti
Indonesian Journal of Public Health Nutrition Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.786 KB) | DOI: 10.7454/ijphn.v1i1.4378

Abstract

AbstractBodyweight is one of the most common anthropometric components to determin e a prescription for diet and drugs. However, this way proved to be a challenge for individuals who are unconscious and or have disabilities. The present study aims to derive a simple equation to estimate the bodyweight of adults in Jakarta by using a cros s -sectional study on data taken with simple random sample method. Measurements of body weight (BW), the mid -upper arm circumference (MUAC), and the knee height (KH) were done in 164 adults in South Jakarta in May 2017. The resulting equation, which is deri ved by multi linear regression, is: BW = 2.8*MUAC + 1.2*KH – 1.25*Z – 75.1 ( R-square 0.841; p -value < 0.001), with Z value of 1 for female and 2 for male. The equation can approximate the bodyweight of adults.AbstrakBerat badan merupakan salah satu komponen antropometri yang paling banyak digunakan untuk menentukan preskripsi diet dan preskripsi obat pasien. Namun terkadang pengukuran berat badan tidak dapat dilakukan secara langsung, seperti pada individu penyandang disabilitas dan kesadaran lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rumus sederhana dalam memprediksi berat badan pada orang dewasa menggunakan metode studi potong lintang dan subyek di pilih secara acak sederhana . Pengukuran berat badan, lingkar lengan atas dan tinggi lutut dilakuka n terhadap 164 orang dewasa (20 59 tahun) di Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta Selatan pada bulan Me i 2017. Model prediksi berat badan akhir yang diperoleh menggunakan analisis regresi linear ganda adalah : Berat Badan estimasi (kg) = 2,8*LiLA + 1,2*TL 1,25*Z – 75,1 (R-square 0,841; p -value < 0,001), nilai Z = 1 untuk perempuan dan 2 untuk laki -laki. Persamaan hasil penelitian mampu memprediksi berat badan dan dapat digunakan pada orang dewasa .
The Differences of Haemoglobin changes between two methods of IFA Supplementations among Anemic Female Adolescent Students of Miftahul Huda Al Azhar Langgensari Islamic Boarding School, West Java Syabilila Indraswari; Endang L Achadi
Indonesian Journal of Public Health Nutrition Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.32 KB) | DOI: 10.7454/ijphn.v1i1.4379

Abstract

AbstractFemale adolescent student s in boarding schools are vulnerable in having anemia due to packed sched ule and limited animal source food. The aim of t his research was to compare the differences of haemoglobin level after weekly Iron Folate Acid (IFA) tablet supplementation and weekly plus daily IFA tablet supplementation during menstruation for 8 week of intervention among anemic students . This study use d qu asi experimental non equivalent control group design. A total of 40 anemic respondents was selected in this study , 20 of them received a weekly IFA tablet s upplementation (treatment 1 group), and the 20 other respondents received weekly plus daily during their menstruation (treatment 2 group). The first hemoglobin measurement and other variables were obtained prior to intervention. Around 52% of all 278 eligible students were anemic at the start of the study. Of the anemic selected sample, 2 of them left the boarding school in the middle of the study because they were ill. A t the end the study 23 out of 38 anemic samples (60.5%) became non anemic. There was a significant increase of haemoglobin level in both groups after the interventio n (both group s have p value < 0.01). This increase was not significant ly different between the two interventions (p = 0.797). This study prove d that weekly supplementation was as effective as weekly plus daily supplemen tation during menstruation in increasing Haemoglobin (Hb ) level among anemic students.AbstrakSantri remaja putri rentan terkena anemia karena kegiatan yang padat dan kurang nya asupan zat gizi terutama makanan sumber pangan hewani . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara dua program suplementasi tablet tambah darah yang terdiri dari zat besi dan asam folat (TTD), yaitu yang diberi satu tablet per minggu (group perlakuan 1) dan yang diberi satu tablet per minggu ditambah satu tablet sehari saat menstruasi selama 8 ming gu (group perlakuan 2 ) . Penelitian ini menggunakan d isain quasi experimental nonequivalent control group . Responden penelitian ini sebanyak 38 orang dimana 20 orang menerima suplementasi mingguan (2 orang kemudian meninggalkan pondok saat penelitian karena sakit ) dan 20 orang menerima suplementasi mingguan ditambah setiap hari saat menstruasi. Pengukuran data pengetahuan, menstruasi, status g izi, pola konsumsi inhibitor, enhancer dan protein hewani dilakukan sebelum intervensi, data suplementasi diukur setelah intervensi dan data kadar hemoglobin diukur saat sebelum dan sesudah intervensi. Pemeriksaan Hb pertama terhadap semua 278 siswa, seki tar 52% menderita Anemia. Diantara sampel siswa yang anemia, pada akhir intervensi 60.5%nya menjadi tidak anemia. Terjadi kenaikan kadar hemoglobin pada kedua kelompok setelah intervensi selama 8 minggu (kedua grup mempunyai nilai p < 0.01). Kenaikan tersebut tidak berbeda antara kedua kelompok perlakuan (p=0,797). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa s uplementasi mingguan pada siswa yang menderita anemia memberikan efektivitas yang sama dalam meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) darah dengan suplementasi mingguan ditambah harian selama menstruasi .
Associations of Dietary Diversity and Other Factors with Prevalence of Stunting among Children Aged 6-35 Months Kelvin Halim; Ratu Ayu Dewi Sartika; Trini Sudiarti; Primasti Nuryandari Putri; Nurul Dina Rahmawati
Indonesian Journal of Public Health Nutrition Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.505 KB) | DOI: 10.7454/ijphn.v1i1.4380

Abstract

AbstractPrevalence of stunting among under five children in Indonesia is still considered as a public health problem. Dietary diversity, one of the important assessments in infant and child feeding practice, is one of important determinants of stunting. This study is aimed to examine associations between dietary diversity with other factors with prevalence of stunting in Babakan Madang District, Bogor Regency in 2019. A cross-sectional design study was performed in this study during April-June in 2019. A total of 149 children’s height aged 635 months was measured and defined based on WHO growth standards. Dietary diversity scores were collected from 24-hour food recall based on 7 food groups. Results showed that the prevalence of stunting in this study was 32.2% and 31.5% of them had low dietary diversity. There was association between dietary diversity and minimum acceptable diet with stunting (p-value = 0.033 and 0.013). Therefore, interventions should be taken by improving dietary diversity to reduce the burden and prevalence of stunting in both household and community level.AbstrakPrevalensi stunting pada balita di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Keragaman pola makan sebagai salah satu asesmen penting dalam praktik pemberian makan bayi dan anak, merupakan salah satu determinan penting untuk stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keragaman pola makan dan faktor lain terhadap prevalensi stunting di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor tahun 2019. Studi cross sectional dilakukan pada penelitian ini selama bulan April -Juni tahun 2019. Sebanyak 149 anak usia 6-35 bulan diukur tinggi badannya dan didefinisikan menggunakan standar pertumbuhan tinggi badan menurut usia dari WHO. Skor keragaman pangan dikumpulkan dari Food Recall 24 jam berdasarkan 7 kelompok pangan. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi stunting pada penelitian ini sebesar 32,2% dan sebanyak 31.5%-nya memiliki keragaman pola makan rendah. Terdapat hubungan antara keragaman diet dan asupan minimum yang dapat diterima dengan stunting (p value = 0.033 dan 0.013). Dengan demikian, intervensi harus dilakukan dengan meningkatkan k eragaman pangan untuk mengurangi beban dan prevalensi stunting baik di tingkat rumah tangga ma upun masyarakat.
Factors Associated with Minimum Dietary Diversity among Breas tfed Children Aged 6-23 Months in Indonesia (Analysis of Indonesia DHS 2017) Aniza Rizky Aprilya Sirait; Endang L Achadi
Indonesian Journal of Public Health Nutrition Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.796 KB) | DOI: 10.7454/ijphn.v1i1.4381

Abstract

AbstractPoor comp lementary feeding practices can lead to malnutrition in infants and young children . Minimum dietary diversity (MDD) is one of the determinants of children’s nutritional status and has been found to predict stunting. This study examined factors associated with MDD achievement among breastfed children aged 6-23 months based on Indonesia’s Demographic and Health Survey 2017. This study us ed chi-square and multiple logistic regression to analyze the data. Among 2,976 children only around 53% children met MDD recommendation. Multivariate analysis found that the diversity of diet is better among older children than younger children. Children aged 18-23 months have possibility of 5.7 times higher to achieve MDD than children aged 6-11 months and 1.3 times higher than children aged 12-17 months . Children of wealthier family (3 rd quintile and above), those delivered by trained healt h personnel, children of higher mothers’ education, working mothers, fathers’ involve in child care , ANC visit >= 4 times, and parents reside in u rban areas have possibility of having higher MDD achievement significantly than the other groups . The low MDD achievement among children aged 6-11 months warrant the importance of prioritizing effort on this age group because this is a period where a child grows rapidly and potentially expose to infection as a result of un -hygienic food preparation , and will affect the child’s growth later on .AbstrakPraktik MP-ASI yang buruk dapat menyebabkan kekurangan gizi pada anak -anak.a Ragam Asupan Minimal ( MDD) merupakan salah satu penentu status gizi anak dan dapat memprediksi terjadinya stunting . Penelitian ini membahas mengenai faktor -faktor yang berhubungan dengan capaian MDD pada anak yang diberi ASI usia 6 -23 bulan berdasarkan data SDKI tahun 2017 . Penelitian ini menggunakan uji Chi -square dan uji regresi logistik ganda untuk menganalisis data. Dari 2 ,976 anak usia 6 -23 bulan yang diberi ASI di Indonesia tahun 201 7, h anya sekitar 5 3 % anak yang telah mencapai MDD. Hasil analisis multivariat menunjukkan ba hwa capaian MDD lebih baik pada anak yang berusia lebih tua. Anak umur 18 -23 bulan mempunyai kemungkinan sebesar 5.7 kalinya untuk mencapai MDD dan anak umur 12 -17 bulan sebesar 1.3 kalinya, dibandingkan dengan bayi umur 6 -11 bulan. Anak yan g berasal da ri keluarga lebih mampu (kuintil 3 atau lebih), yg lahir ditolong tenaga kesehatan terlatih, anak dari ibu yang berpendidikan lebih tinggi, ibu yang bekerja, ayah yang berperan dalam mengurus anak, ibu yang melakukan kunjungan ANC > 4 kali dan orang tua t inggal di perkotaan, mempunyai kemungk inan lebih besar secara bermakna untuk mencapai MDD sesuai anjuran . Rendanhya capaian MDD pada bayi 6 -11 bulan menunjukkan pentingnya memberikan perhatian pada kelopmpok ini karena merupakan kelompok yang masih tumbuh dengan cepat dan mulai terpapar dengan kemungkinan terjadiya infeksi akibat penyiapan makanan yang tidak hygienis, dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan selanjutnya .
Hypercholesterolemia Differences based on Body Fat Percentage in Diabetic Patients at Pasar Minggu Primary Health Care 2018 Asti Shafira; Ratu Ayu Dewi Sartika; Diah Mulyawati Utari
Indonesian Journal of Public Health Nutrition Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.709 KB) | DOI: 10.7454/ijphn.v1i1.4382

Abstract

AbstractHypercholesterolemia is the leading predictor of various cardiovascular disease (CVD) which is the leading cause of death in the world. This study aims to determine whether there are a ny differences the incidence of hypercholesterolemia based on factors related to it in people with diabetes mellitus at Pasar Minggu Primary Health Care in 2018. This study used a cross -sectional method with a sample size of 126 respondents using consecutive sampling. Research variables studied were incidence of hypercholesterolemia, sex, duration of diabetes mellitus, family history of diabetes mellitus, smoking habit, physical activity, stress level, body fat percentage and fat intake. The results of this study showed that the prevalence of hypercholesterolemia incidence in DM patients was 56.3% with 37.1% in men and 63.7% in women. Of all independent variables studied, significant differences with statistical analysis were in sex (OR = 2.947, p = 0.009), family history (OR = 0.443, p = 0.018) and smoking habits (OR = 1,233; p = 0.038). Meanwhile, there was no significant the incidence of hypercholesterolemia differences based on duration of diabetes mellitus, physical activity, stress level, body, fat bod y percentage a nd fat intake due to p > 0.05. To conclude, there were significant differences in sex, family history of diabetes mellitus and smoking habits with hypercholesterolaemia incidence, with an increased risk of hypercholesterolemia in line with female sex, family history of DM and active smoking habits.AbstrakHiperkolesterolemia merupakan salah satu prediktor kuat berbagai penyait jantung yang merupakan penyebab utama kema tian di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan berbagai faktor yang berkaitan dengan kejadian hiperkolesterolemia pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Pasar Minggu pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan metode cr oss-sectional dengan jumlah sampel sebesar 126 responden menggunakan consecutive sampling. Variabel penelitian yang diteliti adalah kejadian hiperkolesterolemia, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus, riwayat DM keluarga, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, tingkat stress, persen lemak tubuh dan asupan lemak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kejadian hiperkolesterolemia pada penderita DM adalah 56,3% dengan 37,1% pada pria dan 63,7% pada wanita. Dari seluruh variabel independe nt yang diteliti, perbedaan yang bermakna dengan hasil uji chi square adalah jenis kelamin (OR = 2,947; CI = 1,326 -6,672), riwayat keluarga (OR = 0,443; CI = 0,209 -0,895) dan kebiasaan merokok (OR = 1,233; CI = 0,990 -11,898). Sementara itu, tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian hiperkolesterolemia berdasarkan lama menderita DM, aktivitas fisik, tingkat stress, persen lemak tubuh d an asupan lemak karena p > 0,05 . Disimpulkan, terdapat perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin, riwayat DM keluarga da n kebiasaan merokok dengan kejadian hiperkolesterolemia . Peningkatan risiko hiperkolesterolemia utamanya terjadi pada perempuan, adanya riwayat DM keluarga dan kebiasaan aktif merokok.

Page 1 of 1 | Total Record : 5