cover
Contact Name
Yunardi Kristian Zega
Contact Email
yunardikzega@sttrealbatam.ac.id
Phone
+6281213076611
Journal Mail Official
yunardikzega@sttrealbatam.ac.id
Editorial Address
Gedung House of Glory Lt.3-4, Jl. Ahmad Yani, Eden Park; Kel. Taman Baloi, Kec. Batam Kota, Kotamadaya Batam, Kepulauan Riau.
Location
Kota batam,
Kepulauan riau
INDONESIA
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika
ISSN : 26853515     EISSN : 26853485     DOI : -
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan pelayanan Kristiani dengan ciri Pentakostal-Kharismatika, dengan nomor ISSN: 2685-3485 (online), ISSN: 2685-3515 (print), dikelola dan diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi REAL, Batam, Kepulauan Riau. Focus dan Scope penelitian DIEGESIS adalah: Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Baru); Teologi Sistematika; Teologi Pastoral; Misiologi; Isu-isu Pentakostal-Kharismatika. DIEGESIS menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari semua institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2: Desember 2020" : 5 Documents clear
Karakteristik Kepemimpinan Pentakostal-Karismatik: Refleksi Daniel 6:4 Phanny Tandy Kakauhe; Fransiskus Irwan Widjaja
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 2: Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.752 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v3i2.81

Abstract

Pentecostal-Charismatic Leadership has often drawn criticism from controversy, and many have negative nuances. However, this leadership has dynamic strength which its character, and it must be realized by many parties. The purpose of the discussion in this article is to show the characteristics of Pentecostal-Charismatic leadership through the modeling shown by Daniel. With a qualitative approach and using a descriptive interpretive analysis method in the passage of Daniel 6: 4, the result is that Daniel's charismatic leadership is indicated by the phrase "extraordinary spirit". In conclusion, Pentecostal-Charismatic leadership must be characterized by the work or manifestation of the Holy Spirit within the leader, so as to make the leader have an extraordinary spirit, as the quality or value of his leadership.AbstrakKepemimpinan Pentakosta-Karismatik seringkali menuai kritik kontroversi, dan tidak sedikit yang bernuansa negatif. Namun demikian kepemimpinan ini memiliki kekuatan yang dinamis yang menjadi karakteristiknya, dan harus disadari oleh banyak pihak. Tujuan pembahasan da-lam artikel ini adalah untuk menunjukkan karakteristik kepemimpinan Pentakosta-Karismatik yang melalui permodelan yang ditunjukkan oleh Daniel. Dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskriptif analisis interpretatif pada nas Daniel 6:4, maka diperoleh hasil bahwa kepemimpinan karismatik Daniel ditunjukkan oleh frasa “roh yang luar biasa”. Kesim-pulannya, kepemimpinan Pentakostal-Karismatik haruslah dikarakterisasi oleh pekerjaan atau manifestasi Roh Kudus dalam diri pemimpinnya, sehingga membuat pemimpin tersebut memili-ki roh yang luar biasa, sebagai kualitas atau nilai kepemimpinannya.
Tantangan dan Strategi Gereja Menjalankan Misi Allah dalam Menghadapi Penerapan Industri 4.0 di Indonesia Aldrin Purnomo; Yudhy Sanjaya
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 2: Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.63 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v3i2.83

Abstract

Indonesia has begun to enter the Industrial 4.0 era. Preparation of resources must be started early to face this implementation. The adoption of Industry 4.0 causes significant changes in technology, ways of thinking, and social and economic structures. These changes will certainly affect the church in its main task of carrying out God's mission in Indonesia. The church must prepare from now on and not wait for the implementation of Industry 4.0 to affect the church. The purpose of this paper is to provide an understanding of the challenges that occur and the transformation strategies that need to be applied by the church. The transformation carried out will enable the church to read and act accordingly when the Industrial 4.0 era is fully implemented (fast and agile capability). This study uses a narrative analysis method by looking at the challenges faced and implementing the right strategy from a complete perspective. As a result, God's mission remains the same but with the right strategy so that it can be applied in carrying out missions in the era of the Industrial Revolution 4.0.AbstrakIndonesia mulai memasuki era Industri 4.0. Persiapan sumber daya harus dimulai semenjak dini untuk menghadapi penerapan ini. Penerapan Industri 4.0 menyebabkan terjadinya perubahan dalam teknologi, cara berpikir, serta struktur sosial dan ekonomi yang signifikan. Perubahan tersebut dipastikan akan mempengaruhi gereja dalam tugas utamanya menjalankan misi Allah di Indonesia. Gereja harus mempersiapkan diri semenjak sekarang dan tidak menunggu penerapan Industri 4.0 akan mempengaruhi gereja. Tujuan tulisan ini memberikan pemahaman tantangan yang terjadi dan strategi transformasi yang perlu diterapkan oleh gereja. Transformasi yang dilakukan akan menjadikan gereja mampu membaca dan bertindak menyesuaikan diri di saat era Industri 4.0 diterapkan secara penuh (fast and agile capability). Penelitian ini menggunakan metode analisis naratif dengan melihat tantangan yang dihadapi dan penerapan strategi yang tepat dari sudut pandang yang utuh. Hasilnya, misi Allah tetap sama namun dengan strategi yang tepat sehingga dapat diterapkan dalam melakukan misi di era revolusi Industri 4.0.
Karakteristik Kepemimpinan Hamba Yesus Kristus menurut Filipi 2:5-8 Bimo Setyo Utomo
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 2: Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.689 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v3i2.78

Abstract

In His time on earth, Jesus Christ introduced, taught, and practiced a model of leadership that had excellence. For Jesus, a leader is a servant, so leadership is the same as a ministry, not power. This research will examine the characteristics of the servant leadership of Jesus according to Philippians 2: 5-8. According to researchers, the analysis of the text of Philippians 2: 5-8 is very precise because the context in the Philippians at that time was a threat of enmity and division. This is the background of the writing of Philippians, especially Philippians chapter 2 where Paul wanted them to remain united and humble themselves like Christ. Because by not being selfish, humble, having servant character, and being willing to be led well, it is Paul's hope that the Philippians will remain strong and steadfast. The approach used in this research is qualitative, by applying the descriptive analysis method to the text of Philippians 2: 5-8, which results in three characteristics of the servant leadership of Jesus Christ, namely the willingness to lose rights, the humility of Jesus, and the obedience of Jesus.AbstrakDalam masa hidup-Nya di bumi, Yesus Kristus memperkenalkan, mengajarkan, dan mempraktikkan sebuah model kepemimpinan yang memiliki keunggulan. Bagi Yesus, pemimpin adalah seorang hamba atau pelayan, sehingga kepemimpinan sama dengan sebuah pelayanan, bukan kekuasaan. Pada penelitian ini akan diteliti karakteristik kepemimpinan hamba dari Yesus menurut Filipi 2:5-8. Menurut peneliti, analisa terhadap teks Filipi 2:5-8 sangat tepat karena konteks dalam jemaat Filipi pada waktu itu terjadi ancaman perseteruan dan perpecahan. Hal ini yang melatarbelakangi penulisan surat Filipi, khususnya Filipi pasal 2 dimana Paulus ingin mereka tetap bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus. Sebab dengan tidak saling mementingkan diri sendiri, rendah hati, memiliki karakter hamba, dan bersedia dipimpin dengan baik, maka harapan Paulus, jemaat Filipi ini tetap dapat kuat dan teguh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan menerapkan metode deskriptif analisis pada teks Filipi 2:5-8, yang menghasilkan tiga karakteristik dalam kepemimpinan hamba dari Yesus Kristus, yaitu kerelaan untuk kehilangan hak, kerendahan hati Yesus, dan ketaatan Yesus.
Eco-Theology dalam Kisah Penciptaan Hasiholan Sihaloho; Martina Novalina
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 2: Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.568 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v3i2.79

Abstract

The world is currently faced with a serious problem that determines the survival of humankind and the universe, namely the environmental crisis. The crisis can be caused by two factors: environmental factors or human factors. Various perspectives are used to be able to find the root of the problem, including religion in it. In Christianity, issues related to this are discussed in eco-theology. This article intends to examine eco-theology based on the creation story. The method used is qualitative research, where the description of the phenomena found is used as a background to the problem, which will then be discussed in depth through biblical literature studies from books, journals, and other sources related to the topic of discussion. The result is that chaos is a reality rejected by Allah. The presence of Christians must bring order to the natural surroundings. This will show the authenticity of the Christian faith. Obedience to the mandate of creation is a form of human responsibility at the end of time. Those who are obedient will enjoy God's Kingdom, both now and in the future.AbstrakDunia saat ini sedang diperhadapkan pada satu persoalan serius yang menentukan keberlangsungan hidup umat manusia dan alam semesta, yakni krisis lingkungan. Krisis tersebut dapat disebabkan oleh dua faktor: faktor lingkungan atau faktor manusia. Berbagai perspektif digunakan untuk bisa mencari akar permasalahannya, termasuk agama di dalamnya. Dalam kekristenan, permasalahan yang berkaitan dengan hal ini dibahas dalam eco-theology. Artikel ini hendak meneliti tentang eco-theology berdasarkan kisah penciptaan. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif, dimana pemaparan akan fenomena yang ditemukan dijadikan sebagai latar belakang masalah, yang kemudian akan dibahas secara mendalam melalui kajian literatur secara biblika dari buku-buku, jurnal, maupun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan topik bahasan. Hasil yang didapat adalah bahwa kekacau balauan adalah realitas yang ditolak oleh Allah. Kehadiran orang Kristen harus menimbulkan keteraturan pada alam sekitarnya. Hal inilah yang akan menunjukkan kesejatian iman Kristen. Ketaatan akan mandat penciptaan merupakan wujud pertanggungan jawab manusia di akhir zaman nanti. Mereka yang taat akan menikmati Kerajaan Allah, baik sekarang maupun yang akan datang.
Teologi Pastoral dalam Menghadapi Tantangan Kepemimpinan Kristen di Era Post-Modern: Tinjauan Yesaya 40:11 Candra Gunawan Marisi; Didimus Sutanto; Ardianto Lahagu
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 2: Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.726 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v3i2.80

Abstract

Pastoral Theology has its own challenges facing this postmodern era. Postmodern phenomena that prioritize rationality, pragmatism, and relativism make truths subjective in nature based on context. The reluctance to place the absolute truth of the Bible even more so makes pastoral theology at a point that continues to erode. Where its role continues to be sued and replaced by other disciplines. Now the pastoral theology is questioned for its relevance to be able to provide answers to current pastoral problems. This study aims to answer the relevance of pastoral theology to the challenges of Christian leadership in this postmodern era. The method used is descriptive qualitative method with a literature study approach. Analyze journal data, books, and also do a theological review by exegeting Isaiah 40:11 to get data on information about pastoral theology to answer the challenges of Christian leadership today. This research has produced a formulation of pastoral theology that is still relevant to address the challenges of the times including this postmodern era. Pastoral theology must be based on the absolute truth of the Bible, where study through textual exegesis of Isaiah 40:11 produces a shepherd triplet which is a unit that must be worked on together. The shepherding triplets are Shepherd, Leader, Managerial.AbstrakTeologi Penggembalaan memiliki tantangan tersendiri menghadapi era postmodern ini. Gejala postmodern yang mengedepankan rasionalitas, pragmatisme dan relativisme menjadikan kebe-naran bersifat subyektif yang didasarkan pada konteks semata. Keengganan menempatkan kebenaran absolut Alkitab, justru semakin membuat teologi pastoral berada pada titik yang terus terkikis habis. Di mana perannya terus digugat dan digantikan oleh disiplin ilmu yang lain. Kini teologi pastoral dipertanyakan relevansinya untuk dapat memberi jawab akan permasalahan-permasalahan penggembalaan masa kini. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab relevansi teologi pastoral terhadap tantangan kepemimpinan kristen di era postmodern ini. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan. Mengana-lisis data jurnal, buku-buku dan juga melakukan tinjauan teologis dengan mengeksegesis Yesaya 40:11 untuk mendapatkan suatu data mengenai informasi-informasi tentang teologi pas-toral guna menjawab tantangan kepemimpinan Kristen masa kini. Penelitian ini telah meng-hasilkan suatu rumusan mengenai teologi pastoral yang masih relevan menjawab tantangan zaman termasuk era postmodern ini. Teologi pastoral harus di dasarkan pada kebenaran absolut Alkitab, di mana telaah melalui eksegesis tekstual Yesaya 40:11 menghasilkan triperan peng-gembalaan yang merupakan satu kesatuan yang harus dikerjakan bersama-sama; Gembala, Pemimpin, dan Manejerial. 

Page 1 of 1 | Total Record : 5