cover
Contact Name
I Gde Dhika
Contact Email
mandala@undhirabali.ac.id
Phone
+6282146570258
Journal Mail Official
mandala@undhirabali.ac.id
Editorial Address
https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/mandala/about/editorialTeam
Location
Kab. badung,
Bali
INDONESIA
Jurnal Psikologi Mandala
ISSN : 25804065     EISSN : 27455890     DOI : -
Jurnal Psikologi MANDALA adalah wadah informasi hasil penelitian dan artikel konseptual psikologi yang terbit berkala dua kali setahun setiap bulan Maret dan September. Jurnal Psikologi MANDALA terbit sejak tahun 2017. Ruang lingkup penelitian meliputi : Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan, Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi Sosial, Psikologi Perkembangan, Psikometri, Literature Review, Psikologi Eksperimen.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA" : 5 Documents clear
Hubungan Spiritual Tourism dan Coping dengan Kebahagiaan pada Perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) di Bali Gusti Ayu Diliana Saraswati Devi; Agnes Utari Hanum Ayuningtias; Listiyani Dewi Hartika
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i2.1092

Abstract

Abstrak. Spiritual tourism merupakan perjalanan yang bermotif agama atau spiritual yang dapat menimbulkan rasa damai, harmonis, sehat, dan bahagia, sehingga bisa menjadi coping dalam mengurangi kondisi yang membebani individu agar tidak menimbulkan stres. Hal ini diduga mampu meningkatkan kebahagiaan individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spiritual tourism dan coping dengan kebahagiaan pada perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) di Bali. Tipe penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan metode korelasional dan dianalisis menggunakan regresi berganda. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 133 partisipan (usia 20-65 tahun) yang diperoleh dengan menggunakan teknik sampel kuota. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa spiritual tourism, coping dan kebahagiaan memiliki korelasi yang positif, selain itu hasil menunjukan spiritual tourism dan coping dapat memprediksikan kebahagiaan (r = 0.521). Karena spiritual tourism tidak terlepas dari kegiatan spiritual dan berwisata, dari kedua hal ini masing-masing memiliki manfaat tersendiri dalam meningkatkan kebahagiaan, sedangkan coping dilihat dari beberapa kegiatan spiritual tourism yang sering dilakukan oleh perkumpulan tersebut dapat meningkatkan hubungan sosial dan dukungan sosial bagi individu sehingga dapat menimbulkan kebahagiaan.Kata Kunci: spiritual tourism, coping, kebahagiaan, perkumpulan ISKCON.Abstract. Spiritual tourism is a pilgrimage with religious or spiritual motives that bring peace, harmony, health, and happiness. Based on that definition, Spiritual tourism may also be a coping for any situation that can make people stress. This study aims to define the relationship between spiritual tourism, coping and happiness among members of International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) in Bali. Participants of this study were consisted of 133 members of ISKCON in Bali with an age range of 20-65 years. This study used multiple regression analytic to test three variables: spiritual tourism, coping stress, and happiness. Results showed a significant positive correlation between spiritual tourism, coping stress and happiness (p<.05). Furthermore, spiritual tourism and coping may predict happiness (r=.521). The implications of this findings are further discussed.Keywords: spiritual tourism, coping, happiness, ISKCO
Efektivitas Applied Behavior Analysis terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Murid SLB dengan Gangguan Spektrum Autis di Bali Ni Nyoman Ari Indra Dewi; Diah Widiawati Retnoningtyas
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i2.1093

Abstract

Abstrak. Autistic Spectrum Disorder terjadi karena kelainan neurologis yang membuat sel sel otak tidak bersambungan dan membuat hendaya dalam intekasi sosial. Salah satu upaya dilakukan untuk menangani gangguan interaksi sosial pada Autistic Spectrum Disorder adalah dengan Applied Behavior Analysis (ABA). Masalah yang diulas dalam penelitian ini adalah efektivitas Applied Behavior Analysis (ABA) terhadap kemampuan interaksi sosial anak Autistic Spectrum Disorder (ASD) yang ada di SLB Gianyar Bali. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif tipe eksperimen one group pretest dan posttest, serta menggunakan Children Autism Rating Scale-2 (CARS-2), wawancara dan observasi dengan tujuan mengetahui pengaruh Applied Behavior Analysis (ABA) terhadap kemampuan interaksi sosial anak Autistic Spectrum Disorder (ASD). Pada desain ini awal penelitian dilakukan pengukuran terhadap interaksi sosial anak Autistic Spectrum Disorder (ASD) dengan menggunakan Children Autism Rating Scale-2 (CARS-2), kemudian subyek diberikan intervensi sebanyak 14 sesi dengan durasi 60 menit untuk tiap tiap sesi. Subjek berjumlah lima orang dengan kriteria usia 7-12 tahun, siswa SLB Gianyar, spektrum autis ringan, belum pernah menjalani proses terapi psikologis. Setelah diberi intervensi pengukuran kembali dilakukan dengan menggunakan Children Autism Rating Scale-2 (CARS-2). Analisis data menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test, dengan hasil perbandingan sebelum dan sesudah pemberian Applied Behavior Analysis (ABA) adalah (p = 0, 042 < 0,05). Artinya perlakuan Applied Behavior Analysis (ABA) dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada anak dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD).Kata Kunci: applied behavior analysis, skala autis (CARS)-2, gangguan spektrum autis, interaksi sosial, anak.Abstract. The child with special needed Autistic Spectrum Disorder in children occurs because of a neurological disorder that makes the brain cells not contiguous and crate inpairment in social intimacy. One of the efforts made to deal with the disruption of social interactions in the Autistic Spectrum Disorder is with the Applied Behavior Analysis (ABA). The problem discussed in this study is the effectiveness of the Applied Behavior Analysis (ABA) on the ability of social interaction of children with Autistic Spectrum Disorder (ASD) in the Gianyar School for Children with Special Needs. This study employs the quantitative method type of experimental research and use the Children Autism Rating Scale-2 (CARS-2) with interviews and observations with the aim of knowing the effect of Applied Behavior Analysis (ABA) on the ability of social interaction of Autistic Spectrum Disorder(ASD). In this design, the initial study was carried out to measure the socialinteraction of children with Autistic Spectrum Disorder (ASD) using theChildren Autism Rating Scale-2 (CARS-2), then the subjects were givenintervention as many as 14 sessions with 60 minutes duration for eachsession. Subjects had criteria for ages 7-12, Gianyar School for children withspecial needs students, mild autism spectrum, had never undergone apsychological therapy process. After being given an intervention the remeasurementwas carried out using the Children Autism Rating Scale-2(CARS-2). Data analysis utilize the Wilcoxon Sign Rank Test statistical test,with the results of comparison before and after the application of AppliedBehavior Analysis (ABA) is (p = 0, 042 <0.05). This signifies that thetreatment of Applied Behavior Analysis (ABA) can improve the ability ofsocial interaction in children with Autistic Spectrum Disorder (ASD).Keywords: applied behavior analysis, autism rating scale (CARS)-2, autisticspectrum disorder, children, social interaction
Hubungan antara Self-Efficacy dengan Burnout pada Perawat Psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Putu Ayu Thea Alverina; Krismi Diah Ambarwati
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i2.1094

Abstract

Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk menguji hubungan antara self-efficacy dengan burnout pada perawat psikiatri di rumah sakit jiwa. Dalam pekerjaan perawat psikiatri dituntut memiliki keahlian, pengetahuan dan konsentrasi tinggi. Tidak jarang perawat psikiatri dihadapi dengan berbagai macam masalah dalam pekerjaannya, masalah yang muncul dapat mengakibatkan perawat mengalami stres hingga berakibat mengalami burnout. Variabel-variabel penelitian diukur dengan menggunakan dua skala yaitu skala General Self-Efficacy yang disusun oleh Schwarzer dan Jerusalem (1995) digunakan untuk mengukur self-efficacy, dan skala Maslach Burnout Inventoryyang disusun oleh Maslach dan Jackson (1981) digunakan untuk mengukur burnout. Pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2011). Partisipan penelitian berjumlah 265 perawat psikiatri dari dua rumah sakit jiwa yaitu rumah sakit jiwa Magelang dan rumah sakit jiwa Klaten. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil koefisien korelasi (r) = -0,359 dengan nilai sig 0,00 (p < 0,05) artinya terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dengan burnout pada perawat psikiatri di rumah sakit jiwa atau dengan kata lain makin tinggi tingkat self-efficacy maka semakin rendah burnout yang dialami oleh perawat psikiatri di rumah sakit jiwa.Kata kunci: self-efficacy, burnout, perawat psikiatriAbstract. This study aims to examine the correlation between self-efficacy and burnout in psychiatric nurses in psychiatric hospitals. Psychiatric nurses are required to have the expertise, knowledge and high concentration. Psychiatric nurses are likely to be faced with various kinds of problems in their work, problem that arise can result nurses there stressing result in burnout. Research variables were measured using two scales. The first is the General Self-Efficacy compiled by Schwarzer and Jerusalem (1995). This scale is a modification of the measuring instrument created by the Bandura. General Self-Efficacy scale used for measure self-efficacy. The second scale Maslach Burnout Inventory that is compiled by Maslach and Jackson (1981). The Maslach Burnout Inventory scale is used to measure burnout. Sampling using quota sampling technique which is a technique for determining samples from populations that have certain characteristics to the desired amount (quota) (Sugiyono, 2011). The sample in this study involved 265 psychiatric nurses at Magelang and Klaten. Based on the results of the study the results of correlation coefficient (r) = -0,359 with a sig value of 0,00 (p < 0,05), which means that there is a negative significant correlation between self-efficacy with burnout in psychiatric nurses at psychiatric hospital in other words. If self-efficacy is high, the burnout experienced by nurses psychiatric at psychiatric hospital is low.Keywords: self-efficacy, burnout, psychiatric nurse
Hubungan antara Kebermaknaan Kerja Dengan Kesejahteraan Psikologis pada Wanita yang Bekerja di PT. AA Jakarta Jasmine Gita Putri
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i2.1095

Abstract

Abstrak. Kesejahteraan psikologis (psychological well-being) merupakan sebuah keadaan dimana seseorang mampu menerima diri dengan apa adanya sehingga dapat menjalin relasi dengan orang disekitarnya dan mampu memberikan dampak positif bagi diri dan lingkungan. Kesejahteraan psikologis seorang karyawati dapat dipengaruhi oleh kebermaknaan kerja. Kebermaknaan kerja disini untuk melihat suatu pekerjaan yang dinilai memiliki makna bagi seseorang yang bekerja dan pekerjaan tersebut menjadi penting untuknya, sehingga seseorang tersebut memiliki motivasi, tujuan dan arti dalam bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan yang positif dan signifikan kebermaknaan kerja dengan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) wanita yang bekerja di PT. AA Jakarta. Partisipan dalam penelitian ini adalah 70 orang wanita yang bekerja di PT. AA yang memiliki kriteria bekerja di perusahaan minimal 1 (satu) tahun, sudah menikah dan memiliki keluarga. Dalam penelitian ini hasil korelasional menunjukkan adanya hubungan positif signifikan di antara dua variabel. Hasil (r) = 0,467 dan signifikansi (p) = 0,001 (p < 0,05).Kata kunci: karyawati, kebermaknaan kerja, kesejahteraan psikologis, perusahaanAbstract. Psychological well-being is a condition which a person is able to accept herself as she is so that she can establish relationships with people around her and be able to have a positive impact on herself and the environment. An employee's psychological well-being can be influenced by work meaningfulness. The meaningfulness of work in here is to see a job that is considered to have meaning for someone and the work becomes important for her, so that someone has motivation, goals and meaning in her work. The workplace is expected to prioritize equality between the positions of male and female workers. Because at the present time, women are increasingly professional in contributing to the work environment (Asyari, 2017). The purpose of this study was to determine the existence of a positive and significant relationship between work meaningfulness and psychological well-being of women who work at PT. AA Jakarta. Participants in this study were 70 women who worked at PT. AA, which has criteria for working in a company for at least 1 (one) year, married and has a family. In this study the correlational results show a significant positive relationship between the two variables. Results (r) = 0.467 and significance (p) = 0.000 (p <0.05).Keywords: employee, industry, meaningful work, psychological well-being
Perbedaan Trait Callous Unemotional pada Remaja Putra dan Remaja Putri Siswa SMK di Wonosobo Theodora Betsy Ersyara; Wahyuni Kristinawati
JURNAL PSIKOLOGI MANDALA Vol. 3 No. 2 (2019): JURNAL PSIKOLOGI MANDALA
Publisher : Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpm.v3i2.1096

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan trait callous unemotional pada remaja ditinjau dari jenis kelamin. Trait callous unemotional dapat diartikan sebagai sebuah kepribadian yang di dalamnya terdapat kekurangan empati, kurangnya rasa bersalah dan belas kasihan, dan kurangnya pengertian mengenai dampak negatif dari hal-hal yang diperbuat. Partisipan penelitian ini adalah siswa SMK di kota Wonosobo yang memiliki rentang usia 15-18 tahun yang berjumlah 120 remaja terdiri dari 60 remaja laki-laki dan 60 remaja perempuan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ICU Youth Scale yang diadaptasi dari Frick. Berdasarkan uji perbedaan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan trait callous unemotional remaja antara laki-laki dan perempuan. Dengan hasil bahwa remaja laki-laki memiliki tingkat trait callous unemotional yang lebih tinggi daripada remaja perempuan.Kata kunci: callous unemotional, jenis kelamin, traitAbstract. This research aims to examine the difference in the callous-unemotional trait in adolescents reviewed from gender. Callous-unemotional Trait can be interpreted as a personality in which there is a lack of empathy, lack of guilt and compassion, and lack of understanding of the negative effects of things made. The participants of this research are vocational high school students in Wonosobo city which has a range of 15-18 years with 120 teenagers consisting of 60 teenage boys and 60 teenage girls. The sampling techniques used in this study are simple random sampling. The measuring instruments used in this study used the Youth Scale-adapted ICU from Frick. Based on the test the differences obtained results that there is a significant distinction of the callous-unemotional trait of an adolescent between males and females. With the results that young men have a higher level of a callous-unemotional trait than teenage girls.Keyword: gender, trait callous unemotional

Page 1 of 1 | Total Record : 5