cover
Contact Name
Halwan Alfisa Saifullah
Contact Email
halwan@ft.uns.ac.id
Phone
+6282133085744
Journal Mail Official
halwan@ft.uns.ac.id
Editorial Address
Matriks Teknik Sipil Gedung IV lt. 1 Jurusan Teknik Sipil Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta Jawa Tengah - Indonesia 57126
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Matriks Teknik Sipil
ISSN : 23548630     EISSN : 27234223     DOI : -
Matrik Teknik Sipil adalah open access journal yang mempublikasikan penelitian di bidang struktur, hidrologi, transportasi, geoteknik dan management proyek. Matriks Teknik Sipil diterbitkan oleh Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret. Jurnal ini menyediakan open access yang pada prinsipnya membuat riset tersedia secara gratis untuk publik dan akan mensupport pertukaran pengetahuan global terbesar.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 1 (2021): Maret" : 10 Documents clear
Estimasi Parameter Model Gravity Dengan Metode Inferensi-Bayes dan Fungsi Hambatan Pangkat (Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo) Nabila Astridayanti; Syafi'i Syafi'i; Slamet Jauhari Legowo
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (22.305 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.52315

Abstract

Pertumbuhan populasi penduduk yang terus bertambah akan meningkatkan kebutuhan pergerakan masyarakat dan dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas sehingga, perlu adanya perencanaan transportasi yang baik dalam suatu daerah, yaitu dengan menggunakan Matriks Asal-Tujuan (MAT) untuk memperkirakan distribusi pergerakan antar lokasi. Salah satu cara dalam memperoleh MAT adalah dengan model Gravity yang mengandung parameter β yang harus diketahui. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai parameter tersebut, mengetahui besar distribusi pergerakan yang diwakili dengan MAT dan mengetahui tingkat validitas arus lalu lintas hasil pemodelan yang dibandingkan dengan hasil pengamatan. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sukoharjo ini membagi daerah kajian menjadi 36 zona berdasarkan batas administrasi kecamatan. Estimasi MAT diperoleh menggunakan model Gravity batasan bangkitan-tarikan yang diolah dengan perangkat lunak EMME/3. Nilai β dikalibrasi dengan metode Inferensi-Bayes dan fungsi hambatan pangkat yang dibantu dengan perangkat lunak Matlab. Arus lalu lintas diperoleh dengan membebankan MAT baru ke jaringan jalan yang kemudian dilakukan uji validitas menggunakan koefisien determinasi (R2). Penelitian menghasilkan nilai parameter β sebesar 0,0771 dengan total distribusi pergerakan sebesar 16374 smp/jam. Uji validitas menunjukkan nilai R2 sebesar 0,8374 atau tergolong dalam tingkat validitas sangat tinggi.
Kajian Serapan pada Beton Ringan Memadat Mandiri Menggunakan Agregat Kasar Pecahan Genteng dengan Variasi Kadar Viscocrete Bimo Yoga Pratama; Antonius Mediyanto; Endang Rismunarsi
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.438 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.49282

Abstract

Teknologi beton selalu mengalami perkembangan yang lebih dinamis, beton ringan memadat mandiri (Light-weight Self Compacting Concrete) adalah salah satu beton yang dikembangkan. Beton ini terbuat dari agregat ringan yang dalam proses pemadatannya tidak membutuhkan alat penggetar (vibrator). Agregat ringan alami yaitu agregat yang diperoleh dari bahan-bahan alami seperti batu apung, skoria, atau tufa dan agregat buatan adalah agregat yang dibuat melalui peroses pemanasan seperti tanah liat, abut terang, abu sabak, dan batu lempung. Untuk meningkatkan workability pada beton ringan ini, maka digunakan penambahan superplasticizer jenis viscocrete sehingga diharapkan beton segar mudah mengalir dan melakukan pemadatan mandiri. Dalam penelitian ini mengamati serapan akibat penambahan kadar viscocrete. Kadar viscocrete yang digunakan ialah 1,5%; 1,75%; 2%; dan 2,25%. Benda uji yang digunakan untuk pengujian serapan adalah silinder berukuran diameter 7,5 cm dan tinggi 15 cm.
ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL GRAVITY DENGAN METODE ENTROPI-MAKSIMUM DAN FUNGSI HAMBATAN EKSPONENSIAL NEGATIF (Studi Kasus Kabupaten Sukoharjo) Elza Mutiara Putri; Syafi'i Syafi'i; Slamet Jauhari Legowo
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (21.936 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.51907

Abstract

Seiring dengan perkembangan zaman, manusia melakukan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan setiap individu, seperti bekerja, sekolah, belanja, dan masih banyak lagi. Setiap pergerakan yang ditimbulkan menyebabkan kemacetan, kelambatan, kebisingan, serta polusi udara, sehingga dilakukan perencanaan transportasi menggunakan MAT (Matrik Asal Tujuan) dengan pemodelan transportasi. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai parameter β menggunakan model Gravity dengan metode Entropi Maksimum dan fungsi hambatan Eksponensial Negatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo yang dimana termasuk dalam bagian karesidenan Kota Surakarta. Selain itu, pembagian zona dilakukan berdasarkan jumlah kecamatan yaitu 19 zona internal dan 12 zona eksternal. Estimasi MAT ini dilakukan menggunakan model Gravity dan dibantu dengan program EMME/3. Model Gravity ini terdapat nilai parameter β yang berfungsi sebagai penentu besarnya nilai sebaran pada tiap zona. Metode yang digunakan untuk mencari nilai parameter β menggunakan metode kalibrasi Newton-Rapshon. Nilai arus lalu lintas yang dihasilkan akan dibebankan pada pembebanan User Equilibrium yang menghasilkan volume lalu lintas pada tiap ruas jalan, yang selanjutnya digunakan untuk menghitung tingkat validitas menggunakan koefisien determinasi (R2). Hasi dari pemodelan menunjukkan uju validitasnya sangat tinggi yaitu nilai R2 sebesar 0,803 sehingga dinyatakan bahwa arus lalu lintas hasil pemodelan mendekati sama dengan arus lalu lintas hasil traffic count, dan besaran nilai parameter β dari perhitungan Kalibrasi Newton-Raphson sebesar 0,070 yang dihitung menggunakan program Miscrosoft Excel. Sedangkan estimasi pergerakan dengan model Gravitysebesar 16366 smp/jam dengan total pergerakan terbesar diasilkan dari zona eksternal menuju ke zona eksternal sebesar 10909 smp/jam (66,68%).
ANALISIS TINGKAT PENERAPAN PROGRAM K3 BERDASARKAN BUILDING SAFETY INDEX (STUDI KASUS ASET GEDUNG BALE WIWITAN) Monik Karlina; Adelia Risnanda Sari; Nabila Ayu Khairunisa; Nurlaila Fadjarwati
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.278 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.46173

Abstract

ABSTRAKStudi kasus Gedung Bale Wiwitan, Tasikmalaya. Bale Wiwitan adalah aset gedung kantor pemerintahan yang ditempati oleh beberapa Kantor Dinas Tasikmalaya yang diperkirakan memiliki luas tanah 1,7 Ha dan luas bangunan 2.089 m2. Bangunan gedung merupakan suatu fasilitas untuk menunjang berbagai aktifitas kegiatan pegawai perkantoran, dan setiap aset bangunan harus memenuhi standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk meminimalisir risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerapan program K3 berdasarkan Building Safety Index (BSI) pada aset gedung Bale Wiwitan Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dengan teknik observasi, wawancara, kuesioner dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat penerapan program K3 berdasarkan BSI memperoleh rata-rata sebesar 3,35 dan dapat dikatakan baik, dibuktikan juga dengan kondisi bangunan gedung yang laik dan berfungsi sesuai dengan indikator BSI yaitu arsitektur, building service, dan external environment.Kata kunci: K3, BSI, gedung kantor1.        PENDAHULUANBangunan gedung merupakan aset yang perlu dikelola dengan baik agar dapat digunakan dan dimanfaatkan secara optimal melalui penerapan manajemen aset untuk meningkatkan layanannya. Manajemen aset adalah istilah yang umum digunakan dalam bidang keuangan, real estate, gedung & perkantoran, bidang alokasi sumber daya serta berbagai bidang lainnya (Mitchell, 2006). Pemahaman manajemen aset dapat dipelajari dari tahapan siklus aset yang dimulai dari planning, aquisition, operation and maintenance dan disposal. Pengelolaan aset bangunan gedung seperti pengelolaan aset infrastuktur dimana kinerja aset dengan  siklus pada tahap operasi dan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan peningkatan efisiensi biaya dan memberikan efektivitas yang lebih lama dalam operasi, yang berarti keuntungan biaya pengadaan baru dapat ditangguhkan dan aset dapat digunakan lebih lama (Priyatiningsih dan Mei, 2019).Gedung kantor adalah suatu fasilitas untuk menunjang berbagai aktifitas kegiatan pegawai perkantoran. Umumnya ruang kerja gedung perkantoran tidak berpindah-pindah karena telah dilengkapi ruang-ruang fasilitas penunjang seperti untuk ruang mesin, ruang arsip, kantin dan aktivitas penunjang lainnya. Sehingga keamanan dan kenyamanan perlu diperhatikan. Dapat disadari atau tidak bahwa bekerja di dalam bangunan gedung  juga merupakan sumber atau mengandung potensi bahaya karena menjadi tempat untuk melakukan banyak aktivitas. Disaat sedang melakukan pekerjaan atau aktivitas tersebut, tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat fatal. Bahwa perkantoran sebagai salah satu tempat kerja, tidak terlepas dari berbagai potensi bahaya lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan para karyawan di dalamnya.Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja  (K3) merupakan  satu  upaya  perlindungan  yang diajukan  kepada  semua potensi  yang  dapat menimbulkan  bahaya (Putera & Harini, 2017).  Bahaya yang dapat timbul dari bangunan gedung diantaranya bahaya listrik, pencahayaan, tata letak, dan lain sebagainya. Program K3 dapat mewujudkan rasa aman dan nyaman dalam bekerja, selain itu juga dapat meningkatkan kinerja aset bangunan seperti kondisi fisik, fungsional, utilitas dan keuangan. Penerapan K3 sangat penting terutama pada aset bangunan gedung, karena akan menekan risiko yang timbul dari rusaknya aset bangunan. Hal ini akan mempengaruhi kinerja aset bangunan, jika aset bangunan dalam kondisi rusak maka aset tidak dapat difungsikan dan dapat berpengaruh pada operasional bangunan gedung. Setiap bangunan tentunya memiliki tingkat risiko dan bahayanya masing-masing tidak terkecuali bangunan gedung kantor seperti objek bangunan Bale Wiwitan. Diharapkan dengan mengetahui tingkat penerapan program K3 berdasarkan Building Safety Index pada aset bangunan gedung maka akan menekan risiko dan dampaknya adalah efisiensi biaya.2.        TUJUANPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerapan program K3 berdasarkan Building Safety Index pada aset gedung Bale Wiwitan Tasikmalaya.3.        METODE PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan di Bale Wiwitan yang berada di Jalan Noenoeng Tisnasaputra No.5, Kahuripan, Kec. Tawang, Tasikmalaya, Jawa Barat 46115 dengan koordinat 7°21'13"LS dan 108°13'43"BT. Penelitian ini dimulai dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2020. Penelitian ini termasuk penelitian yang menerapkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dengan metode deskriptif (Sugiama, 2008). Penelitian ini menggunakan populasi dengan total pengelola sebanyak 11 (sebelas) orang. Sampel adalah bagian kuantitas dan karakteristik yang terdapat pada populasi (Sugiyono, 2017). Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh karena semua populasi digunakan sebagai sampel. Maka dari itu peneliti memilih teknik sampling jenuh karena jumlah populasi yang relatif kecil. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan teknik observasi, wawancara, kuesioner dan studi pustaka.Observasi.Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh gambaran mengenai program K3 pada gedung Bale Wiwitan.Wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi dengan mengadakan tanya jawab langsung terhadap pengelola Bale Wiwitan. Dalam kondisi pandemik ini kami melakukan wawancara dengan melakukan penyesuaian dan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang dianjurkan.Kuesioner.Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan sengan memberikan seperangkat pertanyaan mengenai program K3 kepada responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data yang akurat yaitu dengan menggunakan skala Likert yang disajikan dalam google formulir. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi penerapan K3 berdasarkan Building Safety Index (BSI).Studi PustakaStudi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang berhubungan dengan penerapan program K3 aset bangunan, khususnya gedung kantor. Aspek kinerja keselamatan dan kesehatan bangunan harus diperhatikan selama siklus hidupnya untuk meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Indikator-indikator tersebut dibahas dalam BSI (Rajali, 2016) yaitu arsitektur, building service, dan external environment.Untuk mengetahui tingkat penerapan program K3 berdasarkan BSI, maka dibuatlah suatu bagan alir proses penelitian mulai dari awal hingga akhir penelitian dan diperoleh suatu kesimpulan. Untuk lebih jelasnya tentang diagram alir pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir pada gambar 1 berikut.           Gambar 1. Diagram Pelaksanaan Penelitian4.        HASIL DAN PEMBAHASAN    Aset Gedung Bale Wiwitan Tasikmalaya dibangun sekitar tahun 1996/1997 yang memiliki luas tanah ± 1,7 Ha dan luas bangunan 2.089 m2. Gedung kantor ini dibangun melalui proses Ruislaag Kantor Kota Administratif (Kotif) lama yang berada di Jalan Oto Iskandar Dinata Tasikmalaya, dengan pihak H. Amas Mupreni. Kantor Kotif ini di peruntukan  untuk Kantor Walikota. Setelah Kantor Walikota Tasikmalaya dipindahkan ke Jalan Letnan Harun No. 1 Tasikmalaya, bangunan gedung ini berubah nama menjadi Bale Wiwitan. Gedung Bale Wiwitan ini sekarang menjadi tempat kantor dinas yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan Penetaan Ruang (DPUPR) dan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP). Masih dalam satu area dengan gedung Bale Wiwitan terdapat Dinas Lingkungan Hidup. Aset gedung Bale Wiwitan Tasikmalaya awalnya merupakan aset milik Kotif. Setelah terbentuk Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya pada tahun 2001, aset gedung Bale Wiwitan menjadi milik Pemkot Tasikmalaya. Kepemilikan aset bangunan Bale Wiwitan ini tercatat di KIB DPUPR. Pada tahun 2017 dilakukan rehabilitasi pada gedung Bale Wiwitan, sehingga tampak depan gedung Bale Wiwitan dapat dilihat pada gambar 2 berikut. Gambar 2. Tampak Depan Gedung Bale WiwitanAset bangunan gedung Bale Wiwitan Tasikmalaya termasuk dalam klasifikasi aset Real Estate and Facilities, hal ini merujuk pada teori yang dikemukan oleh Campbell (2011). Pembangunan Gedung Bale Wiwitan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menyediakan layanan pendukungnya agar dapat beroperasi secara efektif yang sesuai dengan tujuan manajemen aset menurut Hastings (2010). Dalam pengoperasian aset bangunan Bale Wiwitan pasti dihadapkan dengan kejadian tidak terduga yang dapat menimbulkan risiko, sehingga program K3 perlu diterapkan pada aset bangunan ini.Tingkat Penerapan Program K3 pada aset bangunan kantor Bale Wiwitan diukur melalui hasil kuesioner yang telah dibagikan. Dari hasil kuesioner terdapat 11 responden pengelola gedung, dimana kuesioner ini mengandung butir-butir pernyataan berdasarkan teori Building Safety Index (BSI). Berikut ini merupakan pengukuran dari setiap dimensi Building Safety Index (BSI).ArsitekturArsitektur mengacu pada konfigurasi tata letak dan disposisi bangunan, yang ditambahkan untuk memberikan lingkungan yang lebih besar serta detail desain terbaik jalur evakuasi, titik akses, struktur, tahan api, konstruksi, bahan bangunan, fungsi ruangan. Fokus arsitektur tidak hanya pada aspek estetika, tetapi harus dikombinasikan dengan solusi atau gaya struktural yang harus melekat pada ruang di mana kegiatan tertentu dapat terjadi, aman, nyaman dan efisien. Hasil kuesioner dari setiap indikator dapat dilihat pada tabel 1.Tabel 1. Dimensi ArsitekturPernyataan/Pertanyaan12345 Rata-rataKantor Bale Wiwitan memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau00182             4,09Kantor Bale Wiwitan memiliki sistem struktur bangunan yang baik02441             3,36Kantor Bale Wiwitan memiliki kontruksi bangunan yang tahan api 02630             3,09Kantor Bale Wiwitan memiliki ruangan-ruangan yang digunakan sesuai dengan fungsinya03701             2,91Kantor Bale Wiwitan memiliki bahan bangunan yang baik01721             3,27Rata-rata dimensi arsitektur             3,35 Untuk mengetahui keterangan dan hasil pengukuran menggunakan skala likert dapat dilihat pada tabel 2. berikut.Tabel 2. Skala LikertSkala likert0-1,00Sangat buruk 1,1-2,00Buruk 2,1-3Cukup 3,1-4Baik 4,1-5sangat baik Dari hasil pengukuran diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata dimensi arsitektur adalah 3,35 dan menurut skala likert dapat dikatakan baik. Building ServiceBuilding service, terdiri dari indikator instalasi listrik, penerangan, ventilasi udara, pendingin ruangan, layanan pipa & sanitasi, dan jalur penghubung (tangga). Hasil kuesioner dari setiap indicator dapat dilihat pada tabel 3.Tabel 3. Dimensi Building servicePernyataan/Pertanyaan12345Rata-rataKantor Bale Wiwitan memiliki jalur evakuasi sebagai antipasi terhadap bencana118102,82Kantor Bale Wiwitan memiliki instalasi listrik yang baik026303,09Kantor Bale Wiwitan memiliki lampu penerangan yang baik di seluruh ruangan017213,27Kantor Bale Wiwitan memiliki ventilasi udara yang baik 007313,45Kantor Bale Wiwitan memiliki sanitasi yang baik026213,18Kantor Bale Wiwitan memiliki pendingin ruangan di setiap ruangan yang baik015503,36Kantor Bale Wiwitan memiliki jalur penghubung (tangga)006413,55Kantor Bale Wiwitan memiliki pelayanan panggilan darurat di sekitar lokasi 127102,73Kantor Bale Wiwitan memiliki risiko bahaya rawan pencurian dan bencana alam007313,45Rata-rata dimensi building service             3,21 Dari hasil pengukuran diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata dimensi building service adalah 3,21 dan menurut skala likert dapat dikatakan baik. External EnvirontmentExternal environment, indikator yang diukur adalah layanan darurat, bahaya eksternal, kepadatan, lokasi, dan kualitas udara segar. Hasil kuesioner dari setiap indikator dapat dilihat pada tabel 4.Tabel 4. Dimensi External EnvirontmentPernyataan/Pertanyaan12345Rata-rataKantor Bale wiwitan memiliki alat komunikasi internal di dalam bangunan seperti public addess, telepon kebakaran015503,36Kantor Bale wiwitan terletak di lingkungan yang bebas banjir, tanah longsor, degrasi lingkungan dan polusi udara.004523,82Kantor Bale Wiwitan terletak di lingkungan yang padat penduduk017303,18Kantor Bale Wiwitan terletak di lokasi yang strategi015413,45Kantor Bale Wiwitan terletak di lokasi dengan kualitas udara yang segar005513,64Rata-rata dimensi external environment3,49 Dari hasil pengukuran diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata dimensi external environment adalah 3,49 dan menurut skala likert dapat dikatakan baik. Hasil pegukuran kuesioner berdasarkan teori Building Safety Index (BSI) dapat menghitung tingkat penerapan K3 pada bangunan Bale Wiwitan. Tingkat penerapan tersebut dapat dihitung dari rata-rata setiap dimensi pada BSI, dapat dilihat pada tabel 8. berikut.Tabel 8. Tingkat Penerapan K3DimensiSkala LikertArsitektur3,35Building service3,21External environment3,49Rata-rata3,35 Dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat penerapan K3 berdasarkan BSI pada bangunan gedung kantor Bale Wiwitan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,35 dan dikategorikan baik.Persentase yang tertinggi dari penelitian ini adalah pendekatan external environment dengan skor rata-rata 3,49. External environment sangat penting, hal ini berkaitan dengan situasi yang memungkinkan arus informasi yang membantu organisasi untuk mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhan secara akurat sebagai bentuk memastikan keselamatan dan kesehatan penghuninya. Hal ini sebagai dasar untuk efisiensi sumber daya sehingga dapat menunjukan pada kinerja bangunan yang lebih baik. Sedangkan arsitektur memberikan kontribusi yang sedikit lebih kecil dibandingkan pendekatan external environment dengan rata-rata skor 3,35. Persentase ini menunjukan bahwa arsitektur merupakan bagian untuk mencapai kesuksesan suatu konstruksi karena berkaitan dengan arsitektur jangka panjang. Fokus arsitektur bangunan yang aman perlu menyertakan desain yang lebih baik, detail, serta estetika. Presentase terendah adalah pendekatan building service dengan skor rata-rata 3,21. Hasil ini menyatakan bahwa pelayanan bangunan ini harus diperhatikan, karena semakin baiknya pelayanan bagunan gedung maka akan semakin meningkatkan keamanan dan kesehatan.Berdasarkan analisis tingkat penerapan program K3 berdasarkan BSI, rancangan program K3 yang dapat diterapkan pada aset Gedung Bale Wiwitan Tasikmalaya berdasarkan setiap dimensi BSI sebagai berikut.ArsitekturArsitektur berhubungan dengan tata letak dan disposisi sebuah bangunan untuk memberikan lingkungan yang lebih besar serta detail desain terbaik untuk meningkatkan estetika. Dimensi arsitektur ini berkaitan dengan jalur evakuasi, titik akses, struktur, tahan api, konstruksi, bahan bangunan, fungsi ruangan. Aset Gedung Bale Wiwitan memiliki struktur rangka kaku (riggid frame) dengan pondasi telapak, kolom dan balok beton bertulang, rangka atap baja ringan, dan penutup atap dengan genting. Pada dimensi arsitektur yang dapat diterapkan yaitu membuat sarana untuk keperluan keluar masuk yang aman, membagi ruangan sesuai dengan kebutuhan, menjaga kebersihan dan kerapihan tempat kerja dari barang-barang atau peralatan kantor, dan membuat jalur evakuasi atau perencanaan evakuasi untuk mengantisipasi jika terjadi bencana. Dalam pembagian ruangan yang digunakan harus sesuai dengan fungsinya, sehingga aset gedung dapat menciptakan rasa aman, nyaman, serta dapat meningkatkan kinerja aset gedung. Selain itu penyediaan sistem deteksi dan alarm kebakaran, serta penyediaan sistem pemadam kebakaran terdiri dari sistem hydrant kebakaran, sistem sprinkler kebakaran, sistem pengendalian asap, pencahayaan darurat dan tanda penunjuk arah dan pusat pengendali kebakaran.Building serviceLayanan bangunan yang aman, nyaman dan ramah lingkungan dalam pengoperasian gedung mengacu pada instalasi listrik, penerangan, ventilasi udara, pendingin ruangan, layanan pipa & sanitasi, dan jalur penghubung (tangga). Penerangan aset gedung berasal dari lampu antifisial pada malam hari, sedangkan siang hari berasal dari sinar matahari. Dalam hal instalasi listrik, listrik disediakan oleh PLN dengan rangkaian listrik yang menggunakan alat pelindung yang dapat melindungi peralatan listrik agar tidak mudah rusak dan konslet jika terkena air. Dimensi building service yang dapat diterapkan yaitu membangun pelayanan panggilan darurat dan membuat jalur evakuasi sebagai antisipasi terhadap bencana. Hal ini dapat dilengkapi dengan rambu dan simbol yang dapat menginformasikan kepada pekerja tentang bahaya yang akan timbul. Penyediaan tanda (signage) dan sarana/jalur evakuasi dalam bangunan yang tidak terhalang dan terjaga kondisinya, sehingga dalam keadaan darurat evakuasi menuju tempat berhimpun (assembly point) dapat dilakukan dengan selamat dan tanpa hambatan. Hal tersebut, dapat mengantisipasi bahaya dan meminimalisir risiko yang dapat terjadi di Gedung Bale Wiwitan. Selain itu, mesin pendingin ruangan (AC) yang dipasang di ruang kerja perlu perbaikan agar ruangan terasa nyaman untuk mendukung kegiatan operasinya.External environmentLangkah-langkah keselamatan dan kesehatan harus mencakup perlindungan terhadap tambahan bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan eksternal. Dimensi external environtment meliputi layanan darurat, bahaya eksternal, kepadatan, lokasi, dan kualitas udara segar. Aset Gedung Bale Wiwitan berada di lokasi yang cukup strategis dengan kualitas udara yang segar, lingkungan yang bebas banjir, tanah longsor dan polusi. Pada dimensi ini yang dapat diterapkan yaitu menciptakan lingkungan yang asri dengan kualitas udara yang segar. Sehingga dapat terhindar dari polusi udara meskipun berada pada lingkungan dengan kepadatan penduduk yang padat. Selain itu, alat komunikasi internal di dalam bangunan seperti public address, dan telepon kebakaran perlu disiapkan untuk mengkomunikasikan kebutuhan secara akurat dan memastikan kesehatan dan keselamatan penghuninya.5.        KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa:Tingkat penerapan program K3 berdasarkan Building Safety Index (BSI) di gedung Bale Wiwitan terdiri dari arsitektur, building service, dan external environment. Tingkat penerapan K3 berdasarkan BSI menghasilkan skor rata-rata 3,35 menurut skala likert dapat dikategorikan dalam kelompok baik.Pada dimensi arsitektur Gedung Bale Wiwitan yang dapat diterapkan yaitu  pembagian ruangan yang digunakan harus sesuai dengan fungsinya, menjaga kebersihan dan kerapihan tempat kerja dari barang-barang atau peralatan kantor, membuat jalur evakuasi atau perencanaan evakuasi untuk mengantisipasi jika terjadi bencana, menyediakan sistem deteksi kebakaran, serta penyediaan sistem pemadam kebakaran.Pada dimensi building service yang dapat diterapkan yaitu membangun pelayanan panggilan darurat, membuat jalur evakuasi sebagai antisipasi terhadap bencana, dan perbaikan pendingin ruangan di tempat kerja. Hal ini dapat meningkatkan kenyamanan, meminimalisir bahaya dan risiko.Sedangkan pada dimensi external environtment yang dapat diterapkan pada aset Gedung Bale Wiwitan yaitu menciptakan lingkungan yang asri dengan kualitas udara yang segar. Sehingga dapat terhindar dari polusi udara meskipun berada pada lingkungan dengan kepadatan penduduk yang padat. Selain itu, alat komunikasi internal di dalam bangunan seperti public address, dan telepon kebakaran perlu disiapkan untuk mengkomunikasikan kebutuhan secara akurat dan memastikan kesehatan dan keselamatan penghuninya.
ANALISIS VALUE ENGINEERING PADA STRUKTUR BANGUNAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS: PROYEK SUPPORTING UNIT DPRD KOTA SALATIGA) Sukmawati Santika Arina Musliha; Fajar Sri Handayani; Muji Rifai
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1751.41 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.51241

Abstract

Pada segmen pekerjaan yang memiliki nilai besar dapat dilakukan identifikasi untuk dilakukan penghematan tanpa mengurangi kualitasnya atau sering disebut Value Engineering. Pada pembangunan ini, pekerjaan struktur memakan biaya sebesar 32% dari keseluruhan biaya proyek. Pertimbangan yang melatar belakangi penelitian ini adalah desain struktur gedung yang dinilai memiliki dimensi yang besar dan dapat di efisienkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifkasi pekerjaan mana yang dapat dianalisis, memilih alternatif terbaik, dan menghitung perbandingan biaya sebelum dengan setelah dianalisis. Pada tahap analisa digunakan metode AHP dengan bantuan software expert choice. Data yang digunakan terdiri dari kuisioner dari beberapa expert, RAB, shop drawing, daftar harga satuan pekerjaan, spesifikasi teknis, dan peraturan-peraturan yang berlaku Dengan cost breakdown didapat tiga item pekerjaan yang strategis untuk dianalisis yaitu pekerjaan pelat, balok, dan kolom. Dilakukan perhitungan ulang desain struktur dengan pertimbangan responden dan memunculkan alternatif precast. Dari analisis yang dilakukan, alternatif yang terpilih tidak berbeda dengan tipe struktur awal yaitu pelat precast dengan kolom dan balok konvensional dengan dilakukan perubahan dimensi. Penghematan yang didapatkan sebesar Rp 231.708.894,36 atau sebesar 2,55 % dari keseluruhan biaya proyek.
Evaluasi Potensi Gas Rumah Kaca Berdasarkan Sektor Ketenagalistrikan dan Infrastrukur Penyediaan Air Minum di Kota Batam Yosef Adicita; Nurul Ulfah; Sri Dewi Handayani; I Wayan Koko Suryawan
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1321.065 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.51089

Abstract

Batam City is one of the biggest city in Indonesia. The economic development in Batam City is increasing, which is followed by the needs of the city. Electricity and water supply requirements are one of the essential aspects of the management of a city and sustainable development. Electricity consumption and water supply can contain carbon dioxide (CO2) emissions. The purpose of this study is to estimated CO2 emissions in Batam City from electricity activity and water consumption.Calculation of carbon dioxide emissions from electricity consumption in Batam uses an emission factor of 0.975 tons CO2/MWh, while for water supply consumption uses an emission factor of 0.51 kgCO2/m3. Projections are carried out until 2030 in accordance with sustainable development goals. Based on electricity consumption, the highest contributor to emissions in 2014-2017 is the business sector with the highest value of 679,658 tons of CO2. Emissions from electricity consumption from the industrial sector fell from 567,904 tons of CO2 in 2014 to 510,630 tons of CO2 in 2017. The projected emissions that will emit emissions from the industrial sector will increase each year. Water consumption showed the highest emissions in the household sector at 28.461 tons of CO2 in 2017. Compared with the projected results on water supply, only 2.21% compared to total electricity consumption emissions.
ESTIMASI PARAMETER MODEL GRAVITY DENGAN METODE INFERENSI-BAYES DAN FUNGSI HAMBATAN EKSPONENSIAL NEGATIF (STUDI KASUS KABUPATEN SUKOHARJO) Sesilia Bintang Berliansa; Syafi'i Syafi'i; Slamet Jauhari Legowo
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (35.914 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.52115

Abstract

Tingginya intensitas kegiatan di suatu daerah akan menyebabkan terjadinya permasalahan transportasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan transportasi berupa matriks asal tujuan yang diperoleh dengan menggunakan Model Gravity dan parameter β sebagai fungsi hambatan. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai parameter β, total pergerakan, dan tingkat validitas pemodelan. Estimasi MAT ini menggunakan Model Gravity serta batasan bangkitan dan tarikan yang dibantu oleh program EMME/3. Pengestimasian MAT ini membutuhkan parameter β yang diperoleh dengan Metode Kalibrasi Newton-Raphson melalui program Microsoft Excel. Pembebanan MAT ke jaringan jalan yang diperoleh melalui metode User Equilibrium akan menghasilkan arus lalu lintas. Pada penelitian ini, diperoleh nilai parameter β dari hasil perhitungan menggunakan program Microsoft Excel sebesar 0,0800. Estimasi MAT menghasilkan total estimasi pergerakan Kabupaten Sukoharjo tahun 2021 adalah 16.361 smp/jam dan memiliki nilai validitas ( ) sebesar 0,8150.
VARIASI SUHU PEMADATAN CAMPURAN AC-WC MENGGUNAKAN BATU SUNGAI BALUSU KABUPATEN TORAJA UTARA Andri Rombe Seppo; Rais Rachman; Nur Ali
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.84 KB) | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.49248

Abstract

Salah satu faktor yang menentukan kekekalan konstruksi jalan adalah suhu pemadatan pada saat pelaksanaan pekerjaan hal ini akan mempengaruhi viskositas aspal yang digunakan. Untuk memperoleh infomasi tentang rentang temperature perlu dilakukan pemeriksaan sifat kepekaan aspal terhadap temperature. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh sushu pemadatan dengan menggunakan beberapa variasi suhu terhadap campuran AC – WC dengan menggunakan material agregat dari sungai balusu kabupaten toraja utara. Variasi suhu pencampuran 90℃, 100℃, 110℃, 120℃, 130℃ kadar aspal yang digunakan adalah 6%. Penelitian ini didasarkan pada Spesifikasi Bina Marga 2018 Divisi 6. Hasil pengujian karakteristik agrgat dari Sungai Balusu dapat digunakan sebagai bahan campuran Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC). Pengujian Karakteristik Marshall Konvensional menunjukkan semua indicator menunjukkan nilai yang memenuhi persyaratan. NiIai rata-rata SMS yang diperoIeh pada suhu pemadatan optimum meIebihi niIai standar, yang menunjukan bahwa campuran tersebut memiIiki ketahanan terhadap Perendaman air. Penambahan suhu pemadatan cenderung meningkatkan niIai SMS. Hal ini dikarenakan suhu yang tinggi akan menyebabkan aspaI meIeIeh , sehingga aspaI dengan mudah menutupi agregat dan mengisi rongga pada campuran,dan pada temperatur rendah aspal akan sulit untuk mengikat agregat dikarenakan aspaI muIai mengeras, ikatan antara agregat dan aspai menjadi tidak sempurna.Kata Kunci : Karakteristik, Marshall Immersion, pemadatan, suhu.
EVALUASI GEOMETRI JALAN ANGKUT TAMBANG PADA PT. MANAKARRA MULTI MINING PROVINSI SULAWESI BARAT Habibie Anwar; Nurliah Jafar; Alam Budiman Thamsi; Muhammad Idham Farid
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.47323

Abstract

Jalan tambang yang baik adalah ketika memiliki bentuk geometri jalan yang sesuai standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geometri jalan hauling di PT Manakarra Multi Maning, apakah telah sesuai standar atau belum. Tahapan pengambilan data geometri jalan dimulai dengan pengukuran dimensi jalan menggunakan GPS dan kompas. Tahap  selanjutnya adalah mengolah data dari alat survey tersebut menggunakan software untuk mengetahui nilai dimensi dari jalan tambang sesuai standar AASHTO. Berdasarkan hasil dari perhitungan penelitian ini dapat disimpulkan lebar jalan angkut pada jalan lurus di semua stasiun yaitu 12 meter sampai 13 meter, dan telah memenuhi standar minimum yang ditetapkan yaitu 9 meter. Lebar jalan pada tikungan berdasarkan dari hasil perhitungan untuk lebar jalan pada tikungan di setiap stasiun yaitu 12 meter sampai 14 meter, dan telah jalan memenuhi standar minimum yang ditetapkan yaitu 12 meter. Superelevasi jalan aktual tidak memenuhi standar yaitu 1,3% dan 9%, sedangkan standar yang ditetapkan untuk superelevasi minimum 4% dan superelevasi maksimum 8%. Kemiringan jalan aktual yang tidak memenuhi standar maksimum 10%, dimana kemiringan jalan aktual yang ada di lapangan relatif tinggi yaitu 11% hingga 15%.
STUDI TINGKAT KERUSAKAN PERMUKAAN JALAN DENGAN KOMBINASI NILAI SURFACE DISTRESS INDEX DAN INTERNATIONAL ROUGHNES INDEX Pebrinar Riani Sangle; Suryanti R. Tonapa; Charles Kamba
Matriks Teknik Sipil Vol 9, No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Studi Teknik Sipil FT UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/mateksi.v9i1.48729

Abstract

Di Provinsi Maluku terdapat beberapa ruas jalan Nasional yang menjadi penghubung antar kabupaten yang ada di Pulau Buru salah satunya adalah Ruas jalan Mako-Modanmohe. Jalan ini sering dilalui kendaraan dengan beban yang berat hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan. Penelitian mengenai penilaian tingkat kerusakan jalan perlu dilakuan untuk mengatasi kerusakan yang sering terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi permukaan jalan secara fungsional dan membandingkan nilai kondisi jalan berdasarkan metode International Roughnes Index (IRI) dan Surface Distress Index (SDI). Metode SDI digunakan untuk penilaian kondisi perkerasan jalan yang dilakukan secara visual di lapangan. Untuk data IRI  diperoleh dari Pejabat Pembuat Komitmen Wilayah 1.2 Pulau Buru. Hasil dari penelitian ini dimana penilaian tingkat kerusakan permukaan jalan dengan kombinasi SDI dan data IRI adalah 23,81% kondisi baik, 71,43% kondisi sedang, 4,76% rusak ringan dan 0% rusak berat. Dari hasil penilaian tingkat kerusakan maka tipe penanganan jalan adalah 95.24% rutin,, 4,76% rehabilitasi, 0% rekonstruksi.Kata Kunci : SDI,IRI,Kondisi Fungsional Jalan,Tipe Penanganan Jalan

Page 1 of 1 | Total Record : 10