cover
Contact Name
Robby Irsan
Contact Email
robbyirsan@teknik.untan.ac.id
Phone
+6282149492595
Journal Mail Official
robbyirsan@teknik.untan.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. Dr. H Jl. Profesor Dokter H. Hadari Nawawi, Bansir Laut, Kec. Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78124
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah
ISSN : -     EISSN : 26222884     DOI : https://doi.org/10.26418/jtllb
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah (ISSN: 2622-2884) is a scientific journal published by Environmental Engineering Study Program, Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia. The journal was purposed as a medium for disseminating research results in the form of full research article, short communication, and review article on aspects of environmental sciences. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah is registered on the ISSN starting from Vol. 6, No. 2, July 2018. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah accepts articles in Bahasa Indonesia or English by covering several topics of environmental studies including clean water supply, wastewater distribution, and treatment, drainage and treatment of liquid waste, solid waste treatment (solid waste), air pollution control, management of industrial and B3 discharges, environmental management (impact analysis), environmental conservation, water and soil pollution control, environmental health and sanitation, occupational safety and health, pollution control in wetlands. Since 2023, The journal periodically publishes four issues in a year in January, April, July, and October.
Articles 21 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015" : 21 Documents clear
EVALUASI UNIT BIOFILTER ANAEROB SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) ANUGERAH BUNDA KHATULISTIWA KOTA PONTIANAK Rachmat dyanto Winardi yusuf kiki priyo utomo
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.12617

Abstract

ABSTRAK Rumah sakit merupakan salah satu sarana dan prasarana yang dalam proses pengoperasiannya menghasilkan limbah. Air limbah yang dihasilkan dari rumah sakit memiliki potensi yang dapat mencemari lingkungan apabila baku mutu yang dihasilkan belum memenuhi standar yang ditetapkan. Agar baku mutu air limbah dapat tercapai, maka diperlukan suatu teknologi yang berfungsi untuk mengolah air limbah. Teknologi tersebut dikenal dengan istilah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi unit IPAL khususnya unit biofilter anaerob dan memberikan rekomendasi alternatif pengolahan IPAL yang sesuai untuk mengolah air limbah yang dihasilkan dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Anugerah Bunda Khatulistiwa. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap IPAL berdasarkan aspek kinetika proses yang meliputi rasio nilai F/M, kuantitas dan keberagaman jenis bakteri pendegradasi pada unit biofilter anaerob. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil terdapat 2 genus bakteri pendegradasi yang terdapat di dalam air limbah yaitu Bacillus sp. dan Stapylococcus sp. sehingga diharuskan dilakukan penambahan konsorsium dengan keberagaman jenis bakteri yang beragam. Sistem pengolahan yang dilakukan pada IPAL RSIA Anugerah Bunda Khatulistiwa hanya menerapkan sistem pengolahan dengan biofilter anaerob yang menyebabkan air hasil olahan IPAL belum memenuhi standar baku mutu, sehingga diperlukan adanya penambahan unit proses berupa penambahan proses aerob yang dikombinasikan menjadi biofilter anaerob-aerob agar air limbah hasil olahan dapat memenuhi standar baku mutu lingkungan menurut Kepmen LH No. KEP-58/MENLH/12/1995. Kata Kunci — Bakteri, Biofilter Anaerob, IPAL, Konsorsium, Rasio F/M.
PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAWASAN PASAR ANGGREK KOTA PONTIANAK ASTARI ISNA APRIANI WINARDI
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.11202

Abstract

ABSTRAK Perancangan sistem pengolahan limbah cair pada sebuah pasar diperlukan untuk memperbaiki kualitas air yang akan dibuang sehingga tidak mencemari lingkungan. Studi kasus pada skripsi ini adalah Pasar Anggrek Kota Pontianak yang terletak di pertigaan Jalan Ya’M Sabran dan Jalan Sultan Hamid Pontianak Timur. Pasar Anggrek ini belum beroperasi dan belum memiliki sebuah  IPAL. Perancangan ini  menggunakan pengolahan secara fisik dan biologis. Sistem pengolahan biologi yang digunakan adalah biofilter anerob aerob terpisah dengan proses pengolahan yang meliputi, bak screen, bak ekualisasi,bak pengendap pertama, biofilter anerob, biofilter aerob, bak pengendap akhir. Dalam hal ini limbah cair pasar masuk dalam kategori limbah cair domestik. Tahap perancangan IPAL Pasar Anggrek Kota Pontianak meliputi pengambilan sampel air limbah Pasar Flamboyan, menghitung debit limbah cair, menentukan metode pengolahan limbah cair Pasar Anggrek Kota Pontianak, merencanakan IPAL, menghitung anggaran biaya. Debit air limbah yang dihasilkan diperkirakan sebesar 1,44 m3/hari dengan konsentrasi limbah pH 6,19, BOD 1.264,8 mg/l, TSS 9.729 mg/l, minyak dan lemak 0,025 mg/l. Instalasi Pengolahan Air Limbah Pasar Anggrek ini memiliki 5 kompartemen yaitu Bar Screen yang memiliki volume 0,24m3/hari,bak ekualisasi memiliki volume 0,24m3/hari,bak pengendap pertama memiliki volume 0,18 m3,biofilter anaerob memiliki volume 0,73m3, biofilter anaerob-aerob memiliki volume 0,25m3, dan bak pengendap akhir memiliki volume 0,25m3. Biaya anggaran biaya yang akan dibutuhkan untuk merancang IPAL di Pasar Anggrek Kota POontianak sebesar Rp. Rp. 26.955.500,00,- ( Dua Puluh Enam Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Lima Ribu Lima Ratus Rupiah ).   Kata kunci : Biofilter, IPAL pasar, pengolahan limbah pasar, karakteristik limbah cair pasar
EFEKTIVITAS PENGHALANG VEGETASI SEBAGAI PEREDAM KEBISINGAN LALU LINTAS DI KAWASAN PENDIDIKAN JALAN AHMAD YANI PONTIANAK Febi Resiana
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.9290

Abstract

ABSTRAK Kawasan pendidikan memerlukan suasana yang tenang dari kebisingan. Kebisingan menyebabkan meningkatnya keluhan, menimbulkan gangguan kesehatan psikologis antara lain gangguan kenyamanan, gangguan komunikasi dan gangguan konsentrasi. Tingkat kebisingan akibat kendaraan lalu lintas dapat melebihi baku mutu kebisingan yang diperbolehkan untuk kawasan pendidikan, yaitu 55 dBA, sehingga perlu penanganan segera supaya kegiatan belajar mengajar tidak terganggu. Penanganan pereduksi kebisingan sebagai alternatif adalah dengan penghalang vegetasi. Tujuan penelitian mengetahui berapa efektivitas penghalang vegetasi yang terdapat di lokasi SMA Sultan Syarif Abdurrahman, SMK N 5 dan SD S Bruder Nusa Indah di Jalan Ahmad Yani Pontianak. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur tingkat kebisingan berdasarkan volume kendaraan lalu lintas dan mengukur volume kerimbunan daun. Tingkat kebisingan selama pengukuran adalah 69,78-75,86 dBA, melampaui baku mutu kebisingan kawasan pendidikan, 55 dBA. Total volume kerimbunan daun tertinggi terdapat di SMA Sultan Syarif Abdurrahman pada Plot 2 dengan 102593 m3, dengan hasil reduksi kebisingan oleh penghalang vegetasi tidak sebesar di SMK N 5 pada Plot 4 yang memiliki total volume kerimbunan 4877 m3. Disebabkan vegetasi di SMK N 5 Plot 4 memiliki kerapatan tumbuh vegetasi yang tinggi, kombinasi jenis dan ketinggian vegetasi yang memiliki kerapatan daun merata hingga permukaan tanah. Efektivitas vegetasi sebagai peredam kebisingan tergolong rendah, 3,69-16,04%, disebabkan jenis vegetasi dengan ciri peredam kebisingan seperti memiliki daun tebal dan kaku, kerapatan daun yang tinggi, dan kombinasi tanaman dengan berbagai tingkatan tinggi, tidak ditanam secara merata sehingga penyerapan tidak maksimal. Perlunya mempertimbangan penempatan ruang publik dan privat pada kawasan pendidikan untuk mengurangi dampak kebisingan dari aktivitas kendaraan lalu lintas.   Kata Kunci : Kebisingan, Kawasan Pendidikan, Efektivitas Vegetasi
DAMPAK LIMBAH CAIR RUMAH POTONG HEWAN SAPI TERHADAP KUALITAS AIR DRAINASE DI NIPAH KUNING KOTA PONTIANAK Supriyatin Johnny MTS Endang Mulyani
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.12981

Abstract

ABSTRAK Seiring bertambahnya kebutuhan daging pada masyarakat maka keberadaan Rumah Potong Hewan (RPH) Sapi yang baik (bersih, sehat, dan halal dikonsumsi) sangat diperlukan. RPH sapi Kota Pontianak terletak di dekat saluran drainase dan badan Sungai Kapuas. Saluran Drainase RPH Sapi merupakan saluran yang dibangun sebagai pembatas antara lahan RPH Sapi dan pemukiman warga yang juga dimanfaatkan warga untuk kegiatan Mandi Cuci Kakus (MCK). RPH Sapi sudah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) namun masih menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar. Untuk itu perlu dianalisa seberapa besar pencemaran limbah cair dan beban pencemaran terhadap saluran drainase dan badan Sungai Kapuas. Tahapan dalam penelitian ini yakni dengan menghitung kecepatan aliran, perhitungan debit aliran, pengambilan sampel air dan perhitungan beban pencemaran. Pengambilan sampel air dilakukan dengan metode pengambilan sesaat (grab sample) pada kondisi pasang dan surut di 4 titik pada saluran drainase, 1 effluen, dan 2 bak pengolahan biologi dengan parameter pencemar yaitu BOD, COD, TSS, NH3-N, minyak dan lemak, dan pH yang diuji di laboratorium. Hasil uji laboratorium akan dianalisa dan dibandingkan dengan baku mutu air pada Permen LH NO.05 tahun 2014 untuk air limbah dan PP Nomor 82 tahun 2001 untuk air drainase. Kualitas air limbah dilihat dari bak pengolahan akhir IPAL RPH berada di bawah ambang baku mutu. Konsentrasi kualitas air drainase sebelum RPH pada saat pasang parameter BOD 17,12 mg/l; COD 96 mg/l; TSS 30 mg/l; Amonia 1,43 mg/l; Minyak dan Lemak 0,025 mg/l; Ph 6,62. Saat surut konsentrasi pada parameter BOD 14,98 mg/l; COD 104 mg/l; TSS 56 mg/l; Amonia 8,61 mg/l; Minyak dan Lemak 0,025 mg/l dan pH 6,62. Konsentrasi kualitas air drainase setelah RPH saat pasang pada parameter BOD Pada saat surut BOD 14,98 mg/l; COD 76 mg/l; TSS 40 mg/l; Amonia 2,94 mg/l; Minyak dan Lemak 0,025 mg/l dan pH 6,8. Pada saat surut BOD 21,4 mg/l; COD 168 mg/l; TSS 44 mg/l; Amonia 5,59 mg/l; Minyak dan Lemak 0,025 mg/l dan pH 6,8. Hasil penelitian kualitas air disaluran drainase RPH Sapi Beban Pencemaran pada kondisi pasang yakni BOD 131 kg/hari, COD 588 kg/hari, TSS 508 kg/hari, amonia 8 kg/hari, dan minyak dan lemak 3,67 kg/hari. Pada kondisi surut beban pencemaran adalah sebesar BOD 139 kg/hari, COD 748 kg/hari, TSS 305 kg/hari, amonia 10 kg/hari, dan minyak dan lemak 1,18 kg/hari.
Pengaruh Konservasi Arwana dan Pengelolaan Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu AFIF FAKHRUZZI
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.9077

Abstract

ABSTRAK Arwana merupakan sumber daya alam dalam bentuk ikan hias kebanggaan Indonesia, yang banyak ditemukan di kawasan Danau Sentarum Kalimantan Barat. Jenis arwana yang ada di dunia, jenis ikan hias yang paling populer dan berkelas adalah Arwana asal Indonesia, yang jenis super red dan golden red. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : pertama, mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi serta persepsi masyarakat sekitar kawasan Konservasi Arwana di Desa Nanga Empangau di Kabupaten Kapuas Hulu; kedua, mengetahui manfaat ekonomi dari penangkaran ikan Arwana di daerah kawasan Konservasi Danau Lindung di Desa Nanga Empangau di Kabupaten Kapuas Hulu ; ketiga, mengetahui perkembangan pengelolaan lingkungan berbasis lokal terhadap masyarakat di Desa Nanga Empangau di Kabupaten Kapuas Hulu ; keempat, mengetahui peluang pemberdayaan nilai kearifan lokal dalam kebijakan pengelolaan lingkungan pada konservasi arwana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan studi literatur. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskripstif, dan regresi logistik dengan bantuan program Excel dan SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : pertama, mayoritas masyarakat di Desa Empangau berpendapatan ≤Rp. 1.250.000,00, berpendidikan Sekolah Dasar (SD), serta memiliki pekerjaan petani dan nelayan dengan pengetahuan konservasi yang biasa saja; kedua,  konservasi dan kearifan lokal  berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap pendapatan, sedangkan pendidikan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat; ketiga, pengelolaan lingkungan berbasis kearifan lokal di Desa Empangau menggunakan peraturan adat-istiadat yang masih berlaku baik tertulis dan tidak tertulis; keempat, peluang pemberdayaan nilai kearifan lokal dalam kebijakan pengelolaan lingkungan pada konservasi Arwana sangat besar. Kata Kunci : Arwana, Konservasi, Kearifan Lokal
PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN BELITANG KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Pandi M Pugel; Kartini Idris; Laili Fitria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.12618

Abstract

ABSTRAK  Kecamatan Belitang memiliki sumber air baku yang melimpah, namunsampai saat ini belum tersedia fasilitas sarana sistem penyediaan air bersih.Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan sistem penyediaan air bersih. Tujuan dari perencanaan ini untuk mengetahui aspek kualitas, kuantitas, kontinuitas air baku dan merencanakan sistem penyediaan air bersih di Kecamatan Belitang seperti merencanakan intake, pipa transmisi dan bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Metode yang digunakan yaitu dengan penyebaran kuesioner untuk mengetahui kondisi masyarakat, pengambilan sampel air, survei topografi menggunakan GPS. Hasil analisis yang didapatkan yaitu analisis ketersediaan air baku dengan metode Mock dimana sebelumnya didapatkan hasil evapotranspirasi kemudian cari debit untuk selanjutnya dilakukan perhitungan debit andalan 99% dengan cara Weibull, analisis kebutuhan air bersih domestik dan non domestik penduduk Kecamatan Belitang selama 20 tahun, analisis kualitas air baku dengan cara pengujian sampel air secara in-situ dan ex-situ. Hasil uji kualitas, direncanakan sistem penyediaan air bersih untuk Kecamatan Belitang meliputi perencanaan intake, pipa transmisi dan bangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Berdasarkan hasil uji kualitas air baku ada beberapa parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu.Perlu dilakukan pengolahan untuk menyesuaikan dengan baku mutu air bersih yaitu parameter TSS, pH, Nitrat sebagai N, dan Besi. Hasil uji tersebut sistem pengolahan yang digunakan yaitu koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.Total kebutuhan air bersih pada jam puncak penduduk Kecamatan Belitang Tahun 2034 sebesar 0,03 m3/detik atau 30 liter/detik.Debit yang didapatkan dari perhitungan debit andalan probabilitas 99% sebesar 6,076 m3/detik dan hasil debit terukur dilapangan sebesar 17,07 m3/detik. Jenis intake yang digunakan yaitu Floating Intake. Rencana pipa transmisi dari intake ke bangunan IPA menggunakan satu jalur pengaliran dengan panjang pipa yang direncanakan 150 meter dan berdiameter 200 mm dengan pipa yang digunakan yaitu pipa HDPE.Jenis bak koagulasi yang digunakan yaitu tipe hidrolis dengan terjunan dan dimensi bak 1,2 x 1,2 x 1,2 m.Bak flokulasi didesain menggunakan sumber energi gravitasi berupa saluran berbelok-belokyang berbentuk vertikal dan demensi bak 6 x 2 x 3 m. Bak sedimentasi berjumlah 1 buah dengan dimensi bak 12,7 x 4,2 x 3 m.Filter yang digunakan saringan pasir cepat dengan dimensi bak 3,4 x 1,7 x 2 m.Desinfektan yang digunakan adalah kaporit untuk dimensi bak desinfeksi 1,7 x 1,6 x 1,6m.Kapasitas reservoir air bersih yaitu 518,4 m3 dengan dimensi 13,2 x 13 x 3 m. Kata Kunci: Air Bersih, Kecamatan Belitang, Ketersediaan Air, Kualitas Air. 
RANCANG BANGUN UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR PERMUKAAN MENJADI AIR BERSIH SKALA RUMAH TANGGA Jamaludin Marsudi Kiki Prio Utomo
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.11205

Abstract

ABSTRAK Pelayanan penyediaan air bersih di Kalimantan Barat khususnya di Kota Pontianak masih sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, masyarakat menggunakan air permukaan secara langsung. Secara fisik sumber air permukaan di Kota Pontianak memiliki kadar warna dan kekeruhan yang tinggi. Sedangkan secara kimia kandungan besi dan mangan merupakan parameter yang selalu melebihi ambang batas. Untuk itu diperlukan pengolahan secara sederhana agar dapat digunakan masyarakat secara langung dengan mudah. Unit pengolahan yang dirancang dan dibangun mengunakan proses fisik-kimia. Proses yang digunakan meliputi aerasi, koagulasi-flokulasi, sedimentasi dan filtrasi. Sistem tersebut diinovasikan agar lebih sederhana. Proses aerasi dan koagulasi diinjeksikan secara langsung pada pompa. Pengadukan cepat dilakukan pada pipa yang disusun secara spiral. Proses flokulasi dan sedimentasi terjadi pada satu unit kompartemen dengan memanfaatkan turbulensi aliran. Filtrasi menggunakan material akuadine net filter, ijuk dan arang aktif yang disusun menggulung pada pipa.Rancangan dibuat untuk kebutuhan rumah tangga dengan kapasitas pengolahan 600 l/hari. Hasil pengukuran debit sumur permukaan sebesar 41,67 ml/detik. Penurunan parameter pencemar cukup signifikan yaitu,  warna sebesar 591 Pt-Co turun menjadi 14 Pt-Co dengan efisiensi 98%, kekeruhan sebesar 108 NTU turun menjadi 1,147 NTU dengan efisiensi sebesar 99%, besi sebesar 0,477 mg/l turun menjadi 0,0096 mg/l dengan efisiensi sebesar 80%, dan mangan sebesar 0,433 mg/l turun menjadi 0,205 mg/l dengan efisiensi sebesar 54%.   Kata Kunci : Fisik-kimia, skala rumah tangga, air permukaan
PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK DI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KUALITAS AIR PADA SALURAN TERSIER DI KAWASAN RASAU JAYA III Lila Bila Renica
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.9386

Abstract

ABSTRAK Salah satu aktivitas yang dapat menyebabkan turunnya kualitas air permukaan adalah aktivitas pertanian. Lahan pertanian yang masih aktif digunakan oleh masyarakat salah satunya terdapat di Kabupaten Kubu Raya Kecamatan Rasau Jaya III. Daerah ini merupakan wilayah yang sebagian besar adalah lahan pertanian dan perkebunan sehingga dalam penggunaan pupuk sangatlah diperhatikan. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan pada sektor pertanian adalah jenis pupuk NPK (Nitrogen-Fosfor-Kalium). Seperti di daerah Rasau Jaya III, sebagian besar petani menggunakan jenis pupuk ini untuk menyuburkan lahan pertanian mereka khususnya tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas air permukaan dan pengaruh jarak pengambilan sampel terhadap konsentrasi pupuk ditinjau dari parameter Nitrat Phosfat dan Kalium pada saluran tersier kawasan Rasau Jaya III. Sumber pupuk pada penelitian ini hanya berasal dari satu petak sawah saja, hal ini dikarenakan tidak tersedianya pupuk NPK untuk petani seperti periode tanam sebelumnya. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah grab sampling. Sampel diambil pada 10 titik sebelum dan setelah pemupukan di saluran tersier kawasan Rasau Jaya III. Pengambilan sampel setelah pemupukan dilakukan pada kondisi air yang sedang surut dan intensitas curah hujan yang rendah. Hasil analisis pada ketiga parameter nitrat, phosfat dan kalium baik sebelum ataupun setelah pemupukan masih berada dibawah ambang batas baku mutu menurut PP RI No 82 Tahun 2001 dimana untuk parameter nitrat ambang batas baku mutu kelas IV adalah 20 mg/l. Untuk parameter phosfat baku mutu kelas IV adalah 5 mg/l. Parameter kalium tidak terdapat pada standar baku mutu menurut PP RI No 82 Tahun 2001. Nilai korelasi nitrat sebelum pemupukan adalah -0,11 dan setelah pemupukan adalah -0,52, kedua nilai tersebut dikategorikan  tidak ada korelasi, karena nilai tersebut cenderung mendekati nilai 0. Untuk nilai korelasi phosfat sebelum pemupukan adalah -0,05 dan phosfat setelah pemupukan adalah -0,12. Kedua nilai tersebut juga dikategorikan tidak ada korelasi. Untuk parameter kalium nilai korelasi (r) nya tidak dapat dihitung karena nilai konsentrasi yang sama disetiap titik pengambilan sampelnya. Tidak adanya korelasi antara jarak pengambilan sampel terhadap konsentrasi yang didapat dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi penelitian pada saat pengambilan sampel seperti sumber pupuk yang berasal hanya dari satu petak sawah saja dan juga intensitasi curah hujan yang cukup rendah.   Kata kunci : lahan pertanian, pupuk NPK, saluran tersier, kualitas air.  
ANALISIS ASPEK TEKNIS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH DI RSUD ADE MOEHAMMAD DJOEN KOTA SINTANG Aditya Resnu Pradipta
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.13219

Abstract

ABSTRAK Permasalahan yang timbul di RSUD Ade M. Djoen Sintang yaitu ketersediaan sarana dan prasarana yang masih kurang dan penanganan pengelolaan sampah yang masih belum berjalan dengan baik. Terkendala pada operasional pengolahan sampah mengakibatkan penumpukan sampah medis maupun nonmedis di RSUD Ade M. Djoen Sintang, yang seharusnya dikelola dan di lakukan pengolahan setiap harinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk identifikasi dan menganalisa pengelolaan persampahan terutama aspek teknis operasional, memberikan rekomendasi terhadap pengelolaan persampahan. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara sampling timbulan dan menentukan komposisi sampah. Sampling dilakukan dengan metode SNI 19-3964-1994. Ketersediaan wadah yang ada sebanyak 25 wadah sampah medis dan 25 wadah sampah nonmedis, total wadah sebanyak 50 wadah sampah. Dengan kondisi demikian perlu dilakukan penambahan wadah sampah dikarenakan wadah yang tersedia masih belum cukup untuk menampung sampah yang dihasilkan dari aktifitas kesehariannya di rumah sakit tersebut. Penambahan wadah sesuai perhitungan selama pengamatan berlangsung dengan kondisi tempat tidur pasien tidak penuh diperlukan sebanyak 13 wadah sampah medis dan 13 wadah sampah nonmedis. Dibandingkan dengan standar WHO, rata-rata rumah sakit menghasilkan sampah sebanyak 3,2 kg/bed/hari, dengan menggunakan kapasitas wadah medis dan nonmedis sebesar 60 liter , rumah sakit Ade M. Djoen memerlukan wadah sampah  sebanyak 176 wadah sampah medis dan 176 wadah sampah nonmedis dalam kondisi tempat tidur pasien terisi penuh. Untuk pengangkutan sampah nonmedis menggunakan troli dengan kapasitas 1,5 m³, sedangkan sampah medis diangkut secara manual. Rekomendasi diantaranya menambah fasilitas pendukung diantaranya troli pengangkut sampah, wadah sampah dan memberi penamaan/label pada masing-masing wadah sampah, memperhatikan pelaksanaan pengelolaan sampah dan memberi pelatihan dan pengetahuan lebih tentang pengelolaan sampah rumah sakit sesuai regulasi yang berkaitan diantaranya Permenkes R.I Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, Peraturan Pemerintah R.I no.18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3.   Kata kunci : Pengelolaan sampah rumah sakit, Teknis operasional pengelolaan sampah, Sampah medis dan nonmedis.
PENGARUH INFILTRASI TERHADAP PENURUNAN PERMUKAAN TANAH PADA LAHAN GAMBUT KAWASAN KONSERVASI TAMAN WISATA ALAM (TWA) BANING KABUPATEN SINTANG FARIZ ARRIZMI
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 3, No 1 (2015): JURNAL 2015
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v3i1.9080

Abstract

ABSTRAK Taman Wisata Alam (TWA) Baning merupakan salah satu kawasan konservasi di Kalimantan Barat yang terletak di Kabupaten Sintang, Kecamatan Sintang yang memiliki tipe ekosistem rawa gambut (peat). Berdasarkan hasil survei dan observasi pada tahun 2012, terlihat bahwa kondisi lahan gambut di daerah ini mengalami penurunan permukaan tanah (subsidence). Penurunan permukaan tanah ini disebabkan oleh adanya peristiwa over-drainage. Over-drainage adalah peristiwa atau fenomena yang terjadi di lahan gambut yang ditandai dengan keluarnya air dari dalam tanah secara berlebihan karena proses infiltrasi yang terjadi pada lahan gambut tersebut tidak sempurna (kurang/minim) atau bisa dikatakan rusak yang disebabkan oleh perubahan fisik tanah gambut karena adanya perubahan vegetasi akibat kebakaran lahan dan pembangunan infrastruktur yang tidak tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya infiltrasi yang terjadi, mengetahui besarnya penurunan permukaan tanah (subsidence) yang terjadi, dan mengetahui pengaruh infiltrasi yang terjadi terkait dengan perubahan sifat fisik tanah gambut sehingga mengakibatkan penurunan permukaan tanah (subsidence) pada lahan gambut di kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Baning dalam usaha konservasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah dengan hand-boring dengan kedalaman 50 cm dan melakukan pengamatan level muka air tanah menggunakan pipa paralon yang diberi pori di Taman Wisata Alam (TWA) Baning pada areal Hutan Sekunder Rawa Gambut dengan luas 132 Ha, sebanyak 5 titik sampel secara vertikal dengan jarak per 200 meter selama 3 hari dengan waktu pagi, siang, dan sore hari. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil infiltrasi yang terjadi di Taman Wisata Alam (TWA) Baning sebesar antara 16,05 mm/jam-48,92 mm/jam dan termasuk kategori kelas infiltrasi agak lambat dan sedang. Sedangkan, untuk subsidence yang terjadi di lokasi ini yaitu selama ± 22 tahun terjadi penurunan permukaan tanah sebesar 182 cm/tahun atau sekitar 1,82 m/tahun. Dari besarnya penurunan permukaan tanah (subsidence) yang telah dijabarkan, diketahui bahwa jika sifat fisik tanah berubah, terganggu, dan/atau rusak akan berpengaruh terhadap infiltrasi. Hal ini terlihat dari rendahnya kandungan kadar air gambut di TWA Baning, dikarenakan infiltrasi yang terjadi tidak maksimal sehingga menyebabkan over-drainage yang bisa berakibat terhadap penurunan permukaan tanah (subsidence). Kata kunci : Tanah Gambut, Infiltrasi, Subsidence, dan Over-drainage.

Page 2 of 3 | Total Record : 21