cover
Contact Name
Fenansus Ngoranmele
Contact Email
ngoranmelefenan@gmail.com
Phone
+6285244171956
Journal Mail Official
fides_ratio@yahoo.com
Editorial Address
Seminari Tinggi St. Fransiskus Xaverius Ambon, Jl. Pakatora Pohon Mangga, Kole-kole Pante, RT 001/RW 06 – Poka Rumah Tiga
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
Fides et Ratio : Jurnal Teologi Kontekstual Seminari Tinggi St. Fransiskus Xaverius Ambon
ISSN : 25487043     EISSN : 27217566     DOI : 10.47025
ilsafat Etika Teologi Kontekstual Hukum Gereja Sosio Religius Antropologi Komunikasi Pastoral Ajaran Sosial Gereja Pastoral
Articles 67 Documents
VOW IN THE CODE OF CANON LAW (Canons 1995 – 1998) Seno Ngutra
Fides et Ratio Vol 1, No 2 (2017): Fides et Ratio
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47025/fer.v1i2.6

Abstract

Sumpah atau (pengikraran) “kaul” di dalam Gereja, khususnya di dalam tarekat-tarekat religius, adalah sebuah syarat mutlak yang harus dilakukan oleh setiap anggota tarekat. Sumpah atau kaul bukan semata-mata sebuah janji untuk setia kepada aturan tarekat di mana seseorang menjadi anggotanya, melainkan pertama-tama janji setiap pribadi dengan Tuhan melalu tarekat. Ini berarti, janji atau sumpah ini mengikat batin orang yang bersumpah untuk tetap setia, menjadi miskin dan menjalani praktek hidup selibat.”
Konsep Etika Nilai Max Scheler dan Analisis Terhadap Aksiologinya Benediktus Titirloloby
Fides et Ratio Vol 5, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.973 KB) | DOI: 10.47025/fer.v5i2.44

Abstract

Dengan melihat fakta dunia sekarang tentang cara berpikir manusia dan tindakannya yang terlalu cepat menilai orang lain membuat penulis merasa tertarik menelusuri hal ini. Terhadap realitas ini, penulis memilih konsep etika nilai Max Scheler yang menyajikan cukup buah pemikiran untuk mengkaji hal ini. Dengan alasan ini penulis mempresentasikan konsep etika nilai Max Scheler tentang nilai-nilai material yang khas dirinya untuk menjawab realitas tersebut. Penulis dengan singkat dan padat mendeskripsikan pandangan umum dan permasalah tentang nilai dengan tujuan membuat perbandingan dengan etika nilai Scheler. Dengan begitu penulis berusaha mengangkat secara lebih kentara manakah ciri khas etika nilai dari Scheler. Selanjutnya, penulis berusaha untuk membuat analisis terhadap aksiologinya. Di sini, penulis akan memperlihatkan manakah gagasan-gagasan yang Scheler gunakan untuk menyusun etika nilainya yang dikritik maupun didukung oleh beberapa pemikir dan juga menunjuk kelemahan dan keunggulan dari aksiologinya yang berguna sebagai pendasaran tindakan moral manusia. Tujuan penulisan ini adalah untuk menjawab persoalan di atas; untuk membuat suatu analisis yang dilanjutkan dengan refleksi terhadap aksiologi Max Scheler demi menunjuk kelemahan dan keunggulan etika nilainya. Juga, melihat sumbangan etika nilai dan aksiologi Max Scheler bagi ilmu etika dan pertimbangannya bagi kehidupan manusia. The facts of the world today about the way humans think and act too quickly to judge others makes the author feel interested in exploring this matter. Regarding this reality, the author chooses the concept of the ethics of value Max Scheler, which provides enough ideas to study this matter. For this reason, the author presented the concept of the ethics of Max Scheler's values about material values that are unique to him to answer this reality. The author briefly and concisely describes general views and issues regarding values in order to make comparisons with Scheler's ethical values. In this way the author tries to raise more clearly what is the characteristic of Scheler's ethics of values. Next, the writer tries to make an analysis of the axiology. Here, the author will show which of the ideas Scheler used to construct his ethical values which were criticized and supported by some thinkers and also pointed out the weaknesses and advantages of his axiology which are useful as a basis for human moral action. The purpose of this paper is to answer the above problems; to make an analysis followed by a reflection on Max Scheler's axiology in order to point out the weaknesses and advantages of his value ethics. Also, see the contribution of the ethics of values and axiology of Max Scheler for the science of ethics and its considerations for human life.
PERAN FILSAFAT DALAM SPIRITUALITAS DAN KARYA PASTORAL IMAM DIOSESAN. AKTUALISASI DAN RELEVANSINYA BAGI IMAM DIOSESAN DI INDONESIA Junus Abel Kelitadan
Fides et Ratio Vol 3, No 1 (2018): Fides et Ratio
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47025/fer.v3i1.22

Abstract

Imam adalah Imam Kristus yang dipanggil dan diutus oleh Allah untuk menjadi tanda yang menghadirkan Kristus Gembala yang baik, serentak ia diutus untuk mewartakan Injil, menggembalakan manusia (Umat Allah), serta untuk merayakan ibadat ilahi. Ia dipanggil dan diutus untuk hidup dan berkarya di tengah dunia, kebudayaan dan sejarah yang dinamis, yang penuh dengan kedosaan atau tindakan-tindakan yang tidak manusiawi. Berhadapan dengan realitas dunia seperti ini, maka ia membutuhkan ilmu filsafat sebagai ‘sence of direction’ atau ilmu pengarahan untuk membantunya menjadi manusia bijaksana (mencintai kebijaksanaan) dan bermoral, dengan cara hidup secara rasional dan bebas, yang mendorongya untuk terus-menerus memperjuangkan nilai-nilai manusiawi demi terwujudkan hidup bersama yang bahagia, sejahtera, dan damai.
DEFORESTASI VS REBOISASI HUTAN DI INDONESIA (Dalam Terang Ensiklik Laudato Si’) Gregorius Rivaldo Junior
Fides et Ratio Vol 7, No 1 (2022): JUNI
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.542 KB) | DOI: 10.47025/fer.v7i1.74

Abstract

Fokus tulisan ini adalah mengangkat masalah pengrusakan hutan yang terjadi terus menerus di Indonesia. Tujuan penulisan ini adalah memberikan penjelasan yang berkaitan dengan pandang Gereja Katolik tentang hutan. Metodologi yang digunakan adalah metode studi kepustakaan. Banyak pihak yang telah mengupayakan berbagai macam cara untuk mengatasi permasalahan ini. Namun semua cara tersebut hanya menemui jalan buntu tanpa ada solusi yang berarti. Kebuntuan tersebut terjadi karena ulah manusia sendiri. Kebutuhan manusia yang semakin tidak terkendali ternyata memberikan dampak yang buruk bagi hutan. Ribuan bahkan jutaan hektar hutan menjadi korban dari kerakusan manusia. Tindakan yang mengatasnamakan kelestarian hutan menjadi kedok bagi individu maupun kelompok untuk merusak hutan. Manusia harus menyadari akan dampak kerusakan hutan di kehidupan mendatang. Dengan kata lain, manusia harus siap untuk menghadapi berbagai krisis dan bencana alam. Gereja Katolik dalam Laudato Si’” juga menyerukan seruan yang sama yaitu masalah pengrusakan alam, khususnya hutan. Pandangan Gereja Katolik yang memandang hutan sebagai saudara membuat manusia harus mengubah citra dan cara pandang terhadap hutan. Hutan bukanlah objek yang bisa dieksploitasi secara berlebihan oleh manusia. Hutan adalah paru-paru bumi yang memberikan keseimbangan dalam kehidupan. Relasi hutan dan manusia menggambarkan suatu harmoni kehidupan yang indah dan dinamis. 
KEPERCAYAAN ARKAIS MASYARAKAT KEI DI MALUKU TENGGARA Ignasius S. S. Refo
Fides et Ratio Vol 4, No 2: Desember 2019
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.858 KB) | DOI: 10.47025/fer.v4i2.1

Abstract

Dengan menggunakan pandangan Emile Durkheim tentang bentuk-bentukdasariah hidup keagamaan, studi ini adalah sebuah usaha untuk memahamikepercayaan arkais masyarakat Kei tradisional. Untuk tujuan itu, akandibahas dua konsep masyarakat Kei tentang yang ilahi yakni duad karatatdan duad kabav. Duad karatat menunjuk pada tuhan mahatari-bulan;sedangkan duad kabav menunjuk pada leluhur yakni wujud ilahi masyarakatRumah. Duad kabav menjelaskan ide kekekalan sebuah Rumah, yang adapada masa lampau dalam diri leluhur dan ada pula pada masa kini dalamcucu-cucu mereka, yang membentuk masyarakat Rumah. Akhirnya studi inimenjelaskan pula entitas-entitas supranatural lain dalam masyarakat Keitradisional.
Rationality, Faith and Human’s Everyday Living: A Philosophical Analysis on John Paul II’s Encyclical Letter of Fides et Ratio Timo Ata Leuehaq
Fides et Ratio Vol 5, No 1 (2020): Juni
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1348.856 KB) | DOI: 10.47025/fer.v5i1.34

Abstract

Even though the problem of the relationship between faith and reason has been a very classical topic in the history of the discussion between philosophy and theology, the urgency of continuously re-discoursing on this topic remains. This article discusses the very topic based on John Paul II’s Encyclical Letter of Fides et Ratio with the argument that, although the emergency of that Letter is much more in the pastoral purposes for the establishment of the properness of the relationship of the two in Church’s ministry, this study finds that, from the philosophical perspective, this Letter implies some epistemological standpoints which one could think. Those ideas are the status of the two as the basic capacities of every human everyday searching for truth (and certainty) for living, the status of truth, certainty, and the completeness of human existence is the ultimate orientation of the epistemological operation of the two capacities, the status of everyday experiences as the basis or the foundation for thinking and some epistemological challenges and virtues which one has to (or might) consider and live by.
MASALAH-MASALAH YANG MELATARBELAKANGI TRADISI HARTA BUANG PADA MASYARAKAT KATOLIK DI KEPULAUAN TANIMBAR DAN KEPULAUAN KEI DI MALUKU Ignasius Samson Sudirman Refo, MA; Willem Batlayeri
Fides et Ratio Vol 2, No 1 (2017): Fides et Ratio
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47025/fer.v2i1.17

Abstract

Artikel ini berisi uraian tentang masalah-masalah yang melatarbelakangi pelaksanaan tradisi harta buang, pihak-pihak yang terlibat dan kompensasi harta adat sebagaimana dipraktekkan pada masyarakat Katolik di Kepulauan Tanimbar dan Kepulauan Kei. Dengan berdasarkan pada penelitian kualitatif, artikel ini akan mendeskripsikan masalah-masalah dan semua prosedur adat berdasarkan apa yang kini dihidupi oleh masyarakat-masyarakat Katolik tersebut pada saat ini.
Relasi Aku, Liyan, dan Budaya Dodo Orang Manggarai ( Dalam Terang Filsafat-Kritis Aku-Liyan Armada Riyanto STEFANUS FERNANDES
Fides et Ratio Vol 6, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.338 KB) | DOI: 10.47025/fer.v6i2.51

Abstract

Inside these writings, the group focuses on the theme about the relation of Me, Liyan, and Dodo Culture from Manggarai tribe (in ‘Philosophy-Critical Armada Riyanto’) based on the book titled ‘Menjadi-Mencintai and Relationalitas’. Meanwhile, the methodology which the group uses in writing is critical reading. The argument of the writing is how the philosophical view from the relation of Me, Liyan, and Dodo Culture in the Manggarai Tribe. Recently, the group often finds that humans are less aware about the meaning of the presence of Dodo culture for Me and Liyan. Armada Riyanto's philosophy has been considered as capable in explaining this view of relationality, therefore a better understanding of the presence of it can be obtained. The results of a critical reading show that the Dodo culture has contributed a lot to the development of Me and Liyan. The presence of Dodo culture makes humans unique in themselves and able to know who we and other humans are. Me and Liyan held a culture and in human pilgrimage as Me and Liyan which is experiencing a cultural presence. Humans as Me and Liyan are always in contact with culture. Armada Riyanto's philosophy defines that human beings as Me become fellow for others and see others as fellow for him and that relationship is formed by culture.
RETAK DAN KANDASNYA RUMAH TANGGA PASANGAN NIKAH KATOLIK DI WILAYAH MALUKU TENGGARA BARAT KEUSKUPAN AMBOINA Seno Ngutra; Kornelis Seralarat
Fides et Ratio Vol 2, No 1 (2017): Fides et Ratio
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47025/fer.v2i1.12

Abstract

Man and women are called to build their marriage in the world. It means that God is the main Creator of marriage. The marriage will be a sacrament because it shows to world a wonderful relationship between Christ, the head of the Church and His Body, which is the Church.” In one hand, the Church always strengthens her people to live harmoniously in their marriage, but the other hand, the Church facilatates those who have problem in their marriage to get an annulment. Annulment is a legal procedur for declaring  a marriage null an avoid. Unlike divorce, it is usually retroactive, meaning that an annulled  marriage is considered to be invalid from the begining almost as if it had never taken place.
Mengupayakan Pendampingan yang Personal dan Integral dalam Formasi Calon Imam di Era Digital Mateus Seto Dwiadityo
Fides et Ratio Vol 6, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Fides et Ratio

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.825 KB) | DOI: 10.47025/fer.v6i1.56

Abstract

Dalam upaya mewujudkan formasi calon imam yang baik, ada dua hal yang perlu diperhatikan dan diperlukan dari setiap seminaris. Kedua poin tersebut adalah sikap formatif setiap seminaris dan situasi formatif yang membantu dalam masa formasi calon imam. Perjalanan formasi calon imam di seminari menengah menjadi tanda pentingnya dan perlunya formasi yang menantang selama masa remaja, yaitu para remaja mulai berkembang menuju kematangan dan mencari jati diri. Dalam tahap inilah dibutuhkan para formator yang sungguh-sungguh memahami perkembangan usia mereka sekaligus merupakan pendidik yang baik. Dalam proses pembinaan, perlu diperhatikan latar belakang para calon imam atau seminaris yang berbeda-beda. Perbedaan keadaan calon tersebut perlu mendapat perhatian dari para formator. Sementara itu, latar belakang keluarga dan budaya seminaris juga perlu mendapat perhatian dalam proses pembinaan karena akan ikut menentukan dalam perkembangan hidup sebagai imam kelak. Di era digital ini, tantangan dalam formasi calon imam semakin banyak. Dengan demikian, seminari dan para formator pun dituntut untuk menyesuaikan diri dengan bijak dan tepat dalam mengupayakan bentuk-bentuk pendampingan yang personal dan integral. In an effort to realize a good formation of priestly candidates, there are two things that need to be considered and needed from every seminarian. These two points are the formative attitude of each seminarian and the formative situation which helps in the formation of the candidate for priesthood. The journey of the formation of priestly candidates in secondary seminaries is a sign of the importance and need for challenging formations during adolescence, in which young people begin to develop towards maturity and seek identity. It is at this stage that formators who truly understand their age development are needed as well as being good educators. In the formation process, it is necessary to pay attention to the backgrounds of the different candidates for priests or seminarians. The difference in the condition of the candidates needs the attention of the formators. Meanwhile, the family background and culture of seminarians also need attention in the coaching process because they will determine the development of life as a priest in the future. In this digital era, there are more and more challenges in the formation of priestly candidates. Thus, seminaries and formators are required to adjust themselves wisely and appropriately in pursuing personal and integral forms of mentoring.