cover
Contact Name
Eko Pramudya Laksana
Contact Email
publisher@um.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
historiography.journal@um.ac.id
Editorial Address
Gedung A6, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang No. 5, Malang Indonesia
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Historiography
ISSN : -     EISSN : 27984907     DOI : 10.17977
Core Subject : Humanities, Social,
Historiography: Journal of Indonesian History and Education publish original research papers, conceptual articles, review articles and case studies. The whole spectrum of Indonesian history, historical learning and history education, which includes, but is not limited to education systems, institutions, theories, themes, curriculum, educational values, historical heritage, media and sources of historical learning, and other related topics.
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2022)" : 12 Documents clear
Gema dan gaung Persada Studi Klub sebagai komunitas sastra di Malioboro tahun 1969-1975 Hadyan Nandana Santosa
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1054.268 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p193-203

Abstract

The insights, the intellectual property of club studies is the principal purpose in writing this article. The efforts made in the search for the article were cut through historical methods. If using that method, then surely this writing intended to highlight the historical element of the travel of the precincts for club studies. Just as this was illustrated at the beginning of the discussion. Moreover, because the context of the observation focused on intellectuality in history, and with the results it was possible to make the club's basis a dual existentialism trend and the emphasis on a separate way of life to avoid the Bohemian lifestyle. Penelusuran tentang wawasan, kekayaan intelektual yang terdapat pada Persada Studi Klub merupakan tujuan utama dalam penulisan artikel ini. Upaya yang dilakukan dalam penelusuran artikel ini dibedah dengan menggunakan metode sejarah. Jika menggunakan metode tersebut, maka tentu tulisan ini bermaksud untuk menonjolkan unsur historis dari perjalanan keberadaan Persada Studi Klub. Sebagaimana hal ini tertuang dalam gambaran umum di awal pembahasan. Selain itu, karena konteks penelitiannya sengaja memilih fokus pada intelektualitas dalam sejarah, maka membuahkan hasil atas dapat dipetakan dasar pemikiran Persada Studi Klub menjadi dua bagian, yaitu kecenderungan sikap eksistensialisme dan penekanan pada cara hidup yang memiskinkan diri agar terhindar dari gaya hidup bohemia. 
Perubahan Tradisi Wiwitan di Desa Turipinggir, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang (1980-2021) Helminia Salsabila
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.035 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p265-276

Abstract

Wiwitan is a ritual offering carried out by Javanese farmers as a form of gratitude for obtaining blessings and safety as well as prayers so that the harvest gets abundant results, one of which is in the village of Turipinggir. The purpose of this paper is to explain the changes in the wiwitan tradition in Turipinggir Village, Megaluh District, Jombang Regency and the factors that cause changes in these traditions. The research method that the researcher uses in this research is the historical research method, namely topic selection, heuristics, interpretation, source criticism, and historiography. The research shows that there are changes in the wiwitan tradition in Turipinggir village. The changes include the determination of the day, method, uborampe, community participation, and changes in values in the wiwitan tradition. These changes are caused by two factors, namely internal factors (from within) and external factors (from outside). Wiwitan adalah ritual persembahan yang dilakukan para petani suku Jawa sebagai wujud rasa syukur untuk memperoleh keberkahan dan keselamatan serta doa agar panen memperoleh hasil yang berlimpah, salah satunya di Desa Turipinggir. Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan perubahan-perubahan dalam tradisi Wiwitan di Desa Turipinggir, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang serta faktor-faktor penyebab perubahan tradisi tersebut. Metode penelitian yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yaitu pemilihan topik, heuristik, interpretasi, kritik sumber, dan historiografi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan-perubahan pada tradisi wiwitan di Desa Turipinggir. Adapun perubahan tersebut antara lain yaitu penentuan hari, cara, uborampe, partisipasi masyarakat, dan perubahan nilai dalam tradisi wiwitan. Perubahan tersebut diakibatkan karena dua faktor yaitu faktor internal (dari dalam) dan eksternal (dari luar). 
Pranata laksitaning adicara: dinamika penggunaan bahasa oleh tokoh Pambiwara pernikahan adat Jawa di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu (1997-2021) Nanda Setia; Kurniawan Eko Supeno
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.081 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p145-159

Abstract

Language is the main component in the communication process which has an element of heterogeneity in every practice. The function of language itself is not just a means of communication but as a means of conveying the values of speech acts implicitly.  The use of language in the 'pambiwara' character in Javanese traditional weddings has its own variety and dynamics that influence the meaning behind its character. This study aims to determine the various dynamics of the language used by the Pambiwara figures of Javanese traditional marriages along with the development of the influence of globalization, precisely in Pendem Village, Junrejo District, Batu City. This writing uses a historical methodology with data obtained from direct interviews and video documentation of one of the Javanese traditional weddings in Pendem Village. The results of the study provide an overview of the various dynamics of the language used by the Pambiwara characters, the elements of beauty that characterize the Pambiwara language in its delivery, as well as the factors causing the variation in the language used. Bahasa merupakan komponen utama dalam proses komunikasi yang memiliki unsur heterogenitas dalam setiap praktiknya. Fungsi bahasa sendiri bukan hanya sekedar alat komunikasi melainkan sebagai sarana penyampaian nilai-nilai dan tindak tutur.  Penggunaan bahasa pada tokoh pewara ‘pambiwara’ dalam pernikahan adat Jawa memiliki ragam dan dinamika tersendiri yang mempengaruhi makna dibalik pembawaannya itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai dinamika bahasa yang digunakan oleh tokoh Pambiwara pernikahan adat Jawa seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi, tepatnya di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Penulisan ini menggunakan metodologi sejarah dengan data diperoleh dari wawancara langsung dan video dokumentasi salah satu pernikahan adat Jawa di Desa Pendem. Hasil penelitian memberikan gambaran mengenai berbagai macam dinamika bahasa yang digunakan oleh tokoh pambiwara, unsur-unsur keindahan yang mewarnai bahasa Pambiwara dalam penyampaianya, serta faktor penyebab ragamnya bahasa yang digunakan. 
Kuliner Sunda di tengah laju modernitas: perkembangan rumah makan Sunda di Bandung tahun 1960-an hingga 2000-an Alfonsus Tegar Setyawan; Azmah Sholihah; Siti Lilik Nur Rohmah
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (948.312 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p204-218

Abstract

Bandung is one of the main culinary destinations in Indonesia. Bandung's culinary image has been rooted since the colonial era as Haryoto Kunto (1986) called Bandung “a hawker's paradise". A typical culinary of Bandung is Sundanese restaurants with its signature local dishes. Sundanese dishes usually served in a domestic environment (household). Since the 1960s to 1970s, there were trends of typical Sundanese food stalls in Bandung, namely Ampera, and Ponyo. Those were local people who wanted to eat outside. In 1980s, Ampera, and Ponyo food stalls transformed their business concept to become restaurants. Then, since the early of 2000s, the earliest generation of Sundanese restaurants started to apply franchise business concept, followed by the emergence of Cibiuk and Manjabal as a new generation of Sundanese restaurants. This article discusses the development of Sundanese restaurants in Bandung since its inception until their transformation become restaurant that had branches in various regions while maintaining their local wisdom values in the midst of the onrushing of modernity. Besides employing historical methods, this article also used the concepts of local cuisine and food industry to understand the development of Sundanese restaurants in Bandung.  Bandung dikenal sebagai salah satu destinasi wisata kuliner utama di Indonesia. Citra kuliner Bandung telah berakar sejak masa kolonial sebagaimana Haryoto Kunto (1986) menjuluki Bandung sebagai “surga tukang jajan”. Salah satu citra kuliner khas Bandung adalah rumah makan Sunda dengan hidangan khasnya. Hidangan Sunda biasa disajikan di lingkungan domestik (rumah tangga). Sejak dekade 1960-an hingga 1970-an, muncul tren warung makan khas Sunda di Bandung, seperti Ampera dan Ponyo. Warung makan Sunda menjadi pilihan bagi masyarakat Pribumi untuk memenuhi kebutuhan selera makan di luar rumah. Pada 1980-an, warung makan Ampera, dan Ponyo mulai bertransformasi menjadi rumah makan. Kemudian, sejak awal tahun 2000-an mulai muncul tren bisnis waralaba (franchise) dalam industri rumah makan Sunda, disertai dengan kemunculan Cibiuk dan Manjabal sebagai generasi baru rumah makan Sunda. Artikel ini membahas perkembangan rumah makan Sunda di Bandung sejak awal kemunculannya hingga bertransformasi menjadi rumah makan besar yang memiliki cabang di berbagai wilayah dengan tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal di tengah laju modernitas. Di samping menggunakan metode sejarah, artikel ini juga menggunakan pendekatan local cuisine dan food industry untuk memahami perkembangan rumah makan Sunda di Bandung. 
Narasi militer dalam buku teks pelajaran Sejarah Indonesia SMA kelas XII Shilvi Khusna Dilla Agatta; Kasimanuddin Ismain; Ronal Ridhoi
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.4 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p277-289

Abstract

Textbooks are media that play an important role in learning activities in the classroom. In this research, the textbook that used the object of research was the Indonesian History Textbook for SMA Class XII, especially the military narrative on the material of the struggle to national disintegration. However, there are narratives that have words or sentences that can show understanding of multiple interpretations. Therefore, the purpose of this research is to analyze the discourse in the textbook on military narratives so that they can be understood and avoid negative perspectives. So the method uses critical discourse analysis of the Teun A. van Dijk model, which includes three structures are macrostructure, superstructure, and microstructure to see word choice and sentence structure in military narration in textbooks. This research by using a qualitative design with text analysis methods and literature/document studies as data collection methods. The result shows that the military narrative is shown as the central figure who defends the country.
Kesenjangan sosial dan diskriminasi penduduk campuran (Mestizos) di Hindia Belanda dalam kurun abad 18-19 Moch. Dimas Galuh Mahardika; Muhammad Yusuf Efendi
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1046.054 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p160-171

Abstract

When the Dutch came to power in the East Indies Islands, indo-Europeans or mestizo or "anak kolong" were considered a bad image for Europeans. They were born as a result of marital relations between European men and bumiputra women. Europeans think that the mistresses (nyai) are guilty of the birth of Indo-European children. Though the combination of two cultures that enter the life of the community makes them accustomed to coexistence between the two. Classification in colonial societies made the difference even more pronounced, indo-Europeans increasingly marginalized by social gap and discrimination. Discriminatory policies that put Europeans first in terms of jobs, education, create resentment and frustration among Indo-Europeans. Those who are increasingly depressed due to the difficulty of living in the Dutch East Indies take shortcuts by committing criminal acts such as opium smuggling, theft, and prostitution. This article written with historiographical methods attempts to recount the lives of mixed-blooded populations as one of the contributions of the field of social history studies. This presentation is expected to be an alternative to historical discussions that may not be written much in the official historical narrative.Saat Belanda berkuasa di Kepulauan Hindia Timur, orang-orang Indoeropa atau mestizo atau anak kolong dianggap sebagai citra buruk bagi kalangan orang-orang Eropa. Mereka lahir akibat hubungan perkawinan/pergundikan antara lelaki Eropa dan perempuan bumiputra. Orang-orang Eropa beranggapan bahwa para gundik (nyai) bersalah atas kelahiran anak Indoeropa. Padahal perpaduan dua budaya yang masuk dalam kehidupan masyarakat membuat mereka terbiasa hidup berdampingan di antara keduanya. Klasifikasi dalam masyarakat kolonial membuat perbedaan semakin terasa, orang-orang Indoeropa semakin terpinggirkan dengan adanya kesenjangan sosial dan diskriminasi. Kebijakan diskriminatif yang mengutamakan orang-orang Eropa dalam hal pekerjaan, pendidikan, menciptakan rasa dendam dan ketidaknyamanan di kalangan orang-orang Indoeropa. Perempuan yang semakin tertekan akibat sulitnya kesempatan hidup di Hindia Belanda mengambil jalan pintas dengan melakukan tindakan kriminal seperti penyelundupan opium, pencurian, dan prostitusi. Artikel yang ditulis dengan metode historiografi ini mencoba untuk menceritakan kehidupan penduduk berdarah campuran sebagai salah satu kontribusi bidang kajian sejarah sosial. Pemaparan ini diharapkan dapat menjadi alternatif diskusi sejarah yang mungkin belum banyak ditulis di dalam narasi sejarah resmi.  
Dinamika pemberdayaan masyarakat pada proses produksi sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek 1991-2019 Pramesti Resti Darestika; Slamet Sujud Purnawan Jati
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.368 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p219-237

Abstract

AbstrakPerihal ekonomi merupakan suatu istilah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Kondisi ekonomi suatu wilayah mengalami perubahan yang signifikan seperti halnya di wilayah Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek pada tahun 1991-2019. Perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya sentra industri kerajinan anyaman yang berpusat pada Home Industry Bambu Indah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang sejarah awal sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah Desa Wonoanti 1991-2019 dan untuk menjelaskan tentang dinamika pemberdayaan masyarakat pada proses produksi sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah Desa Wonoanti 1991-2019. Pemecahan permasalahan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dengan menggunakan sumber-sumber yang relevan atau valid yaitu berupa arsip, artikel, jurnal, buku, peta dan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pembanding. Studi ini menunjukkan bahwa sentra industri kerajinan anyaman Bambu Indah dipelopori oleh Bapak Sukatno yang didirikan pada tahun 1991 kemudian mengalami kemerosotan karena krisis ekonomi 1997-1998 sehingga membentuk pemberdayaan masyarakat berupa UMKM, pelatihan, dan penggalian potensi. AbstractEconomics is a term that cannot be separated from people’s lives. The economic condition of a region underwent significant changes as was the case in the Wonoanti Village area, Gandusari District, Trenggalek Regency in 1991-2019. The changes that occured were due to the existence of a woven craft industry center centered on the Bambu Indah Home Industry. The purpose of this study is to find out about the early history of the Bambu Indah woven craft industry center Wonoanti Village 1991-2019 and to explain the dynamics of community empowerment in the production process of the Bambu Indah woven craft industry center Wonoanti Village 1991-2019. The problems solving in this study is using historical research methods, namely topic selection, heuristics, source criticism, interpretation, and historiography by using relevant or valid sources in the form of  archives, articles, journals, books, maps and previous research used as comparisons. This study shows that the Bambu Indah woven craft industry center was pioneered by Mr. Sukatno, which was founded in 1991 and then experienced a decline due to the 1997-1998 ecomomic crisis, thus forming community empowerment in the from UMKM, training, and potential exploration.
Dari Weberian hingga Indonesiasentris: kajian historis-sosiologis B.J.O Schrieke serta kontribusinya bagi historiografi Indonesia Mochammad Ronaldy Aji Saputra
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.456 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p290-298

Abstract

This study aims to review the Weberian concept developed by B.J.O Schrieke and its contribution to the development of Indonesian historiography. This study uses the library method with an autobiographical approach. The results of the study show that Schrieke has shown historiography with a socio-cultural perspective and has succeeded in revealing many aspects of society and the life of the Indonesian people. This can be seen through Schrieke's works, namely het boek van Bonang (1916) and Indonesian Sociological Studies (1955). Schrieke was inspired by Max Weber's way of explaining history from various socio-historical perspectives. Schrieke's sociological historical thought influenced the basic framework of subsequent Indonesian history writing.Penelitian ini bertujuan untuk mengulas konsep Weberian yang dikembangkan oleh B.J.O Schrieke serta kontribusinya bagi perkembangan historiografi Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan pendekatan otobiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Schrieke telah menunjukkan bentuk historiografi dengan perspektif sosial-budaya dan berhasil mengungkap banyak aspek kemasyarakatan dan kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dapat diketahui melalui karya-karya Schrieke yaitu het boek van Bonang (1916)dan Indonesian Sociological Studies (1955). Schrieke terinspirasi cara berpikir Max Weber dalam menjelaskan sejarah dengan berbagai perspektif sosio-historis. Pemikiran historis sosiologis Schrieke berpengaruh terhadap kerangka dasar penulisan sejarah Indonesia selanjutnya.
Sejarah pabrik gula Buduran sebagai objek pembelajaran kolonial di Museum Mpu Tantular Alfin Ganendra Albar; Eldin Warsito Suhantyo
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1250.746 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p172-180

Abstract

This study tries to describe the history of the development of the Buduran sugar factory from 1835 to 1930 which will be useful for the Mpu Tantular Museum. This writing uses historical research methods which consist of several stages, namely topic selection, heuristics, criticism, interpretation, and historiography. Sidoarjo during the Dutch colonial period became a sugar industry area, this was because the area was suitable for planting sugar cane, so the colonial government exploited it by building a sugar factory there. One of the sugar factories in Sidoarjo that was established during the colonial period was the Buduran sugar factory, at this time the Buduran sugar factory has changed its function into a warehouse for engineers. Looking at the past, the Buduran sugar factory in its time continued to develop well and became a sugar contributor in Karesidan Surabaya. This Buduran sugar factory became one of the most successful factories of its time, with its production and area of sugar cane continuously growing. It is important to write the history of the Buduran sugar factory because it is only very small and can also contribute to the archives of the Mpu Tantular Museum as a place for learning from all walks of life. Penelitian ini mencoba menguraikan sejarah perkembangan pabrik gula Buduran pada tahun 1835 hingga 1930 yang akan bermanfaat bagi Museum Mpu Tantular. Penulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri atas beberapa tahap yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sidoarjo pada masa kolonial Belanda menjadi wilayah areal industri gula, hal tersebut disebabkan karena wilayahnya yang cocok untuk ditanami tebu, maka pemerintah kolonial mengeksploitasi dengan membangun pabrik gula disana. Salah satu pabrik gula di Sidoarjo yang pernah berdiri pada masa kolonial adalah pabrik gula Buduran, pada masa kini pabrik gula Buduran sudah beralih fungsi menjadi tempat gudang penyimpanan zeni. Melihat masa lalu, bahwa pabrik gula Buduran ini pada masanya terus berkembang dengan baik dan menjadi penyumbang gula di Karesidenan Surabaya. Pabrik gula Buduran ini menjadi salah satu pabrik yang sukses pada masanya, dengan terus berkembang hasil produksi dan luas lahan tebunya. Pentingnya menulis sejarah dari pabrik gula Buduran, karena hanya sedikit sekali dan juga dapat memberi sumbangsi arsip terhadap Museum Mpu Tantular sebagai tempat pembelajaran dari semua kalangan. 
Dinamika perkebunan cengkeh branggah banaran di Desa Sidorejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar pada tahun 1990-2005 Tedy Susanto; Dewa Agung Gede Agung
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.368 KB) | DOI: 10.17977/um081v2i22022p238-251

Abstract

AbstrakPerkebunan Cengkeh Branggah Banaran, merupakan sebuah perkebunan peninggalan kolonial yang terletak di wilayah Kabupaten Blitar dan sampai saat ini masih eksis. Selama beroperasi perkebunan ini mengalami naik turun di berbagai aspek, diantaranya hasil produksi cengkeh dan jumlah pekerja. Dua aspek penting Perkebunan Cengkeh Branggah Banaran inilah yang akan menjadi fokus dari tulisan ini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi yang didukung dengan pengumpulan sumber berupa arsip, wawancara dan literatur terdahulu. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan perkebunan ini pernah mengalami naik turun hasil produksi, pernah mengalami konflik yang berkepanjangan dengan penduduk sekitar. Pencurian hasil tanaman yang masih berupa bunga di pohon maupun yang sudah dipetik, kerusakan serta penanganan atas kejadian yang terjadi pada tahun itu. Abstract Branggah Banaran Clove Plantation, is a colonial heritage plantation located in the Blitar Regency area that until now still exists. During the production of this plantation experienced ups and downs in various aspects, including the production of cloves and the number of workers. Two important aspects of Branggah Banaran Clove Plantation are the focus of this article. This research uses historical research methods consisting of heuristics, criticism, interpretation, and historiography supported by the collection of sources in the form of archives, interviews and previous literature. From the results of research conducted can be concluded this plantation has experienced ups and downs of production, and has experienced prolonged conflict with the surrounding population. Theft of plant products that are still in the form of flowers on trees and those that have been picked, destruction and handling of events that occurred in that year.

Page 1 of 2 | Total Record : 12