cover
Contact Name
Tri Mei Khasana
Contact Email
trimeikh@gmail.com
Phone
+6289686000300
Journal Mail Official
medika.respati@respati.ac.id
Editorial Address
Universitas Respati Yogyakarta Kampus 2 Jl. Raya Tajem KM.1,5, Maguwoharjo, Depok, Kenayan, Wedomartani, Kec. Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55282
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan
ISSN : 19073887     EISSN : 26851156     DOI : 10.35842/mr.vxxixx.xxx
Core Subject : Health,
Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan welcome submission in the area of health sciences and practices. Focus and Scope: Medicine Nursing Midwifery Public Health Nutrition Physiotherapy Health technology The manuscript must be Original Article
Articles 3 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 1 (2015)" : 3 Documents clear
HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA DENGAN KEIKUTSERTAAN KB IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 Sri Wulandari
Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 10, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.595 KB) | DOI: 10.35842/mr.v10i1.35

Abstract

Prevalensi peserta AKDR menurun selama 20 tahun terakhir, dari 13 % pada tahun 1991 menjadi 5% pada tahun 2007. (BPS, 2009). Tantangan lain dalam keluarga berencana adalah dari berbagai segi yaitu segi pelayanan, segi segi ketersediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun KIE, segi hambatan budaya yang di beberapa daerah masyarakat masih akrab dengan “banyak anak banyak rejeki”; “tiap anak membawa rejeki masing-masing” ataupun anak tempat bergantung dihari tua”. Data dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2007 peserta KB baru sebesar 8.75% dan belum sesuai target nasional. Di kota Yogyakarta sendiri, jumlah akseptor alat kontrasepsi IUD baru sebanyak 22,98% ini adalah jumlah yang tergolong rendah (profil Dinas Kesehatan DIY, 2010)Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan kepercayaan dengan keikutsertaan KB IUD.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif desain penelitian Cross Sectional dengan variabel Independent umur, pendidikan, pekerjaan, agama, kepercayaan, variabel Dependen keikutsertaan KB IUD. Populasi dan sampel adalah semua akseptor KB yang berkunjung di Puskesmas Mergangsan Juli 2013 secara Acidental Sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Analisis data yang dilakukan adalah Univariat, Bivariat.Hasil analisis membuktikan tidak ada hubungan yang bermakna antara Umur, pendidikan, pekerjaan, agama dan kepercayaan dengan keikutsertaan KB IUD. Saran penulis dalam penelitian ini adalah agar tenaga kesehatan lebih intensif dalam memberikan penyuluhan tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Kata Kunci: sosial budaya, KB IUD ABSTRACTPrevalence of IUD participants declined over the last 20 years, from 13% in 1991 to 5% in 2007. (BPS, 2009). Another challenge in family planning is in many ways the in terms of service, in terms of in terms of the availability of contraceptives, in terms of the delivery of counseling and IEC, in terms of cultural barriers in some areas people are still familiar with "a lot of kids a lot of luck"; "each child brings their fortune", or dependent child on the day the old place ". Data from the province of Yogyakarta (DIY) of 2007 participants new KB of 8.75% and does not meet the national target. Of the city itself, the number of new IUD acceptors of contraception as much as 22.98% This is a relatively low number (profile DIY Health Department, 2010)The study objective was to determine the relationship between age, education, occupation, religion and belief with participation KB IUD. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional study design Independent variables age, education, occupation, religion, beliefs, participation Dependent variables KB IUD. Population and sample are all planning acceptors who visit the health center in July 2013 in Acidental Mergangsan Sampling. Collecting data using primary and secondary data. Data analysis was Univariate, Bivariate. Analysis results proved no significant relationship between age, education, occupation, religion and belief with the participation KB IUD. Advice authors of this research is that more intensive health workers in providing information about the Long-Term Contraception Method (LTM).Keywords: socio-cultural, KB IUD 
ANALISIS KENDALA DAN KEBUTUHAN REMAJA AKAN LAYANAN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Soepri Tjahjono Moedji Widodo
Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 10, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.831 KB) | DOI: 10.35842/mr.v10i1.47

Abstract

Remaja masih menghadapi kendala kebijakan dan hukum dalam mengakses jenis layanan kesehatan reproduksi ini. Kendala lain adalah  perasaan malu ketika remaja harus  mengakses pelayanan kesehatan reproduksi di klinik, takut kalau akan kehilangan  kepercayaan diri, dan juga anggapan dari para  tenaga medis yang akan menekan remaja secara judgmental. Kendal teknis bisa juga muncul seperti persoalan kesesuaian waktu layanan dengan waktu luang remaja, kurangnya alat transportasi dan biaya yang cukup mahal. Pada diri remaja, rasa takut, cemas dan malu akan menghambat mereka dalam mengakses layanan kesehatan reproduksi. Hal ini berangkat dari kekurangan pengetahuan tentang kebutuhan mereka sendiri akan kesehatan reproduksi. Dari sini mereka terkadang justru menghindari dari layanan kesehatan reproduksi.Metode penelitian yang dugunakan dengan kombinasi Pendekatan Kuantitif dan Kualitatif. Artinya, data yang sifatnya kuantitif, yang diambil dengan angket, diperdalam menggunakan data-data yang sifatnya kualitatif yang digali lewat metode wawancara dan Focus Group Discussion (FGD).Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kesehatan reporduksi remaja secara kuantitaif bisa dikatakan cukup tinggi. Akan tetapi pengetahuan ini masih terbatas pada pengetahuan teoretik dan dalam konteks  yang dihapal saja. Pengetahuan jenis ini tidak banyak berpengaruh pada pola perilaku seksual mereka. Perilaku seksual remaja tercatat cukup mengkhawatirkan dalam hasil analisis kuantitaif. Demikian juga beberapa mitos seksual  masih dipercayai oleh remaja, terutama mitos seputar kehamilan. Ditemukan pula kebijakan yang tidak akomodatif pada kebutuhan remaja akan layanan kesehatan reproduksi ini terutama layanan yang berpihak kepada remaja. 
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA ANAK USIA 6 – 12 TAHUN DI PUSKESMAS RAWAT INAP WAIRASA SUMBA TENGAH NUSA TENGGARA TIMUR Jati Untari, Listiyana Natalia Retnaningsih, Anggraini Rambu Padu Leba
Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 10, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.603 KB) | DOI: 10.35842/mr.v10i1.65

Abstract

Latar belakang : Persentase keluhan asma berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Sumba Tengah, laki – laki sebanyak 8,80% dan perempuan sebanyak 8,50%. Penyakit asma di Puskesmas Rawat Inap Wairasa pada tahun 2011 sebanyak 4896 kasus. Lingkungan dalam rumah yang kurang baik mampu memberikan kontribusi faktor pencetus serangan asma lebih besar dibandingkan lingkungan rumah yang baik. Faktor lingkungan dalam rumah yang dapat mempengaruhi serangan asma anak bisa berupa kondisi lingkungan rumah dan paparan asap dari keluarga penderita asma.Tujuan : Untuk mengetahui Hubungan Kondisi Fisik Rumah (ventilasi rumah, lantai rumah, dinding rumah) dan Paparan Asap Rokok dengan Frekuensi Kekambuhan Asma Pada Anak Umur 6-12 Tahun di Puskesmas Rawat Inap WairasaMetode penelitian : Penelitian ini adalah penelitian Observasional Analitik dengan desain penelitian Cross sectional. Subyek penelitian sebanyak 60 orang yang diambil dengan teknik Simple random sampling. Analisa data dilakukan dengan uji Chi-square menggunakan batas kemaknaan (alpha) = 0,05 dan Confidence interval 95%Hasil : Untuk frekuensi kekambuhan >2 kali sebulan, ventilasi yang tidak memenuhi syarat berisiko 2,09 kali lebih besar dibandingkan ventilasi yang memenuhi syarat (pvalue=0,00), lantai yang tidak kedap air berisiko 1,65 kali lebih besar dibandingkan lantai yang kedap air (pvalue=0,06), dinding rumah yang tidak baik berisiko 2,43 kali lebih besar dibandingkan dinding rumah yang baik (pvalue=0,00), keluarga yang merokok dekat anak berisiko 1,17 kali lebih besar dibandingkan yang merokok jauh dari anak (pvalue=0,550). Untuk frekuensi kekambuhan <2 kali sebulan, ventilasi yang tidak memenuhi syarat berisiko 1,65 kali lebih besar dibandingkan ventilasi yang memenuhi syarat (pvalue=0,03), lantai yang tidak kedap air berisiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan lantai yang kedap air (pvalue=0,06), dinding rumah yang tidak baik berisiko 1,35 kali lebih besar dibandingkan diding rumah yang baik (pvalue=0,10), keluarga yang merokok dekat anak berisiko 1,083 kali lebih besar dibandingkan yang merokok jauh dari anak (pvalue=1,00). Kesimpulan: ventilasi rumah, dinding rumah, dan lantai rumah memiliki hubungan yang signifikan dengan frekuensi kekambuhan > 2 kali sebulan. Ventilasi rumah memiliki hubungan dengan frekuensi asma < 2 kali. Lantai rumah dan paparan asap rokok tidak memiliki hubungan dengan frekuensi > 2 kali sebulan. Tidak ada hubungan antara paparan asap rokok dengan frekuensi kekambuhan < 2 kali sebulan Kata kunci : asma, frekuensi kekambuhan asma, paparan asap, kondisi fisik rumah 1 Dosen Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta2 Dosen Program Studi S1 Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta3 Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta 

Page 1 of 1 | Total Record : 3