cover
Contact Name
Ikhwannur Adha
Contact Email
ikhwannur.adha@upnyk.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jigpangea@upnyk.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Geologi Jl. Padjajaran, Sleman, Yogyakarta, Indonesia. 55283
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Geologi pangea
ISSN : 2356024X     EISSN : 2987100X     DOI : https://doi.org/10.31315
Jurnal Ilmiah Geologi Pangea (JIG Pangea) is an Indonesian scientific journal published by the Geological Engineering Department, Faculty of Mineral and Technology, UPN "Veteran" Yogyakarta. The journal receives Indonesian or English articles. Those articles are selected and reviewed by our professional editors and peer reviewers. The published article in JIG Pangea covers all geoscience and technology fields including Geology, Geophysics, Petroleum, Mining, and Geography. The subject covers a variety of topics including : geodynamics, sedimentology and stratigraphy, volcanology, engineering geology, environmental geology, hydrogeology, geo-hazard and mitigation, mineral resources, energy resources, medical geology, geo-archaeology, applied geophysics and geodesy.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea" : 10 Documents clear
Pengaruh Struktur Geologi Terhadap Pembentukan Geomorfologi Karst, Desa Gambong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul Muhammad Gazali Rachman, S.T., M.T.; Eko Wibowo; Athaariq Yudivra
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11165

Abstract

Abstrak – Karst Gunungsewu terletak di Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Karst Guunungsewu dicirikan oleh bentangalam khas dari suatu daerah dengan dominasi batu kapur yang terbentuk pada lingkungan tropis lembab. Bentangalam ini ditandai dengan bukit-bukit yang memiliki puncak yang seragam dan tinggi yang terbentuk melalui proses pelarutan dan erosi yang relatif lebih cepat. Selain itu, bukit-bukit ini memiliki konfigurasi berbentuk sinuous hingga berbentuk kerucut. Aliran air permukaan sangat sedikit dibandingkan dengan aliran air bawah tanah, kehadiran sungai permukaan yang tidak menerus dan persebaran bukit karst searah dengan pola retakan yang erat hubungannya dengan arah kompresi regional Pulau Jawa. Morfologi karst gunung kidul dikaitkan dengan fracture dan patahan, yang menunjukkan hubungan genetik dengan orientasi stres geologis regional (Tjia, 2013). Kaitan kehadiran struktur geologi dengan pembentukan geomorfologi karst Gunungsewu menjadi pembahasan detil pada penelitian ini. Pada Desa Gambong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul dapat diamati bentuk khas morfologi conical bukit karst yang dipisahkan oleh lembah antara satu dan yang lain. Variasi litologi menunjukkan adanya perbedaan batuan pada bukit dan lembah karst. Bukit karst didominasi oleh batugamping non-klastik sedangkan lembah karst didominasi oleh batugamping klastik. Pengamatan struktur geologi pada daerah penelitian menunjukkan pola struktur dominan berarah relatif Utara-Selatan dengan pergerakan mendatar, selain itu terdapat pula pola struktur berarah barat-timur. Variasi litologi dan pola patahan merupakan faktor utama pembentuk morfologi pada daerah penelitian. Kata Kunci: Karst, Gunungsewu, Wonosari, Fault, Fracture Abstract – The Gunungsewu Karst is situated in the Gunung Kidul Regency of the Special Region of Yogyakarta Province. It is characterized by the distinctive topography of a region dominated by limestone formations within a humid tropical environment. This terrain is marked by hills with uniform and elevated peaks, which have been shaped by relatively rapid processes of dissolution and erosion. Additionally, these hills exhibit sinuous to conical configurations. Surface water flow is minimal in comparison to underground water movement, with discontinuous surface rivers and the spatial distribution of karst hills aligning with fracture patterns that are closely related to the regional compression direction of Java Island. The morphology of the Gunung Kidul karst is associated with geological fractures and faults, indicating a genetic connection to the regional geological stress orientation (Tjia, 2013). The correlation between the presence of geological structures and the formation of Gunungsewu Karst geomorphology is a detailed focus of this research. In the village of Gambong, Ponjong District, Gunung Kidul Regency, one can observe the characteristic morphology of conical karst hills separated by valleys. Lithological variations indicate differences in rock types between the karst hills and valleys. The karst hills are dominated by non-clastic limestone, while the karst valleys are characterized by clastic limestone. Geological structure observations in the research area reveal a dominant North-South-oriented structural pattern with strike-slip movements, alongside a West-East-oriented structural pattern. Lithological variations and fracture patterns are the primary factors shaping the morphology in the study area. Keywords: Karst, Gunungsewu, Wonosari, Fault, Fracture
Analisis Sedimentologi dan Potensi Reservoir pada Formasi Air Benakat Cekungan Sumatra Selatan Wahyuni Annisa Humairoh; Hardian Dwi Lakstianto
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11181

Abstract

ABSTRAKFormasi Air Benakat memiliki potensi sebagai reservoir yang baik di Cekungan Sumatra Selatan, selain itu Formasi Air Benakat berada pada posisi yang dangkal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lingkungan pengendapan yang berkembang pada Formasi Air Benakat dan potensi reservoirnya. Metode yang digunakan berupa integrasi data core, data petrografi dan paleontologi pada kedalaman 3117 ft hingga 3137 ft dari sumur X. Berdasarkan hasil deskripsi core lingkungan pengendapan Formasi Air Benakat di lokasi penelitian berupa lingkungan laut dangkal hingga transisi dengan facies middle shoreface hingga foreshore. Hasil analisis core tiga sampel menunjukkan porositas sebesar 17% - 24%, namun memiliki nilai permeabilitas yang berbeda. Sampel 1 pada bagian atas memiliki permeabilitas yang sangat rendah sebesar 0.21 mD dibandingkan sampel 2 dan 3 yang berada dibagian bawah. Nilai permeabilitas sampel 2 dan 3 sebesar 694 mD dan 13.2 mD. Nilai ini dipengaruhi oleh struktur sedimen dan kandungan lempung. Sampel 2 memiliki nilai permeabilitas terbesar karena kandungan lempung paling sedikit dan ukuran butir yang besar (batupasir kasar). Sampel 1 dan 3 merupakan batupasir sangat halus dan batupasir halus. Kata kunci: Sedimentologi, Air Benakat, Reservoir, Lingkungan Pengendapan. ABSTRACTThe Air Benakat Formation has the potential to be a good reservoir in the South Sumatra Basin, apart from that, the Air Benakat Formation is in a shallow position. This research aims to determine the depositional environment that developed in the Air Benakat Formation and its reservoir potential. The method used is the integration of core data, petrographic, and paleontological data at a depth of 3117 ft to 3137 ft (X well). Based on the results of the core description, the depositional environment of the Air Benakat Formation at the research location is a shallow marine to transitional environment with middle shoreface to foreshore facies. The core analysis results of the three samples show a 17% - 24% porosity but have different permeability values. Sample 1 at the top has a very low permeability of 0.21 mD compared to samples 2 and 3 which are at the bottom. The permeability values for samples 2 and 3 are 694 mD and 13.2 mD. This value is influenced by the sedimentary structure and clay content. Sample 2 has the largest permeability value because it contains the least clay and a large grain size (coarse sandstone). Samples 1 and 3 are very fine sandstone and fine sandstone. Keywords: Sedimentology, Air Benakat, Reservoir, Depositional Environment.
Identification and Analysis of Geoheritage Potential in Paser Regency as Supporter of the Geotourism Development in East Kalimantan Ikhwannur Adha; Peter Pratistha Utama; Maulana Ichsan Eriyanto; Ahmad Saukani Burhan; Jasmine Yosha Opang; Andi Ibnu Taslim; Arnoldus Yansen Rhendo
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11183

Abstract

Abstrak – Kabupaten Paser merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, yang berada di selatan provinsi tersebut. Secara geologi, Kabupaten ini termasuk bagian dari Pegunungan Meratus yang merupakan hasil kolisi Sundaland dengan Mikrokontinen Paternoster. Oleh karena itu, Kabupaten Paser memiliki kondisi geologi, baik geomorfologi, litologi, maupun struktur geologi, serta kondisi alam yang beragam dan unik yang berpotensi sebagai geoheritage. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis beberapa lokasi yang ada di Kabupaten Paser yang berpotensi sebagai lokasi geoheritage sehingga dapat mendukung dalam pengembangan geowisata di Kalimantan Timur. Metode deskriptif dilakukan dalam pengambilan data lapangan. Analisis geomorfologi dan petrologi dilakukan untuk mengetahui karakteristik geologi yang nantinya akan menjadi ciri khas unik lokasi-lokasi yang berpotensi sebagai geoheritage. Analisis kuantitatif dengan metode Kubalikova dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap lokasi yang berpotensi sebagai geoheritage yang meliputi aspek nilai intrinsik dan keilmuan, nilai pendidikan, nilai ekonomi, nilai konservasi, dan nilai tambahan. Terdapat 9 lokasi yang berpotensi sebagai geoheritage yaitu Air Panas Danum Layong, Air Terjun Doyam Seriam, Embung Muru, Air Terjun Gunung Rambutan, Goa Loyang, Goa Tengkorak, Goa Losan, Gunung Boga, dan Air Terjun Lempesu. Lokasi tersebut memiliki kondisi geologi dan wisata yang cukup baik untuk dikembangkan menjadi lokasi geoheritage. Analisis kuantitatif menggunakan pembobotan Kubalikova (2013) juga menunjukkan lokasi tersebut sesuai untuk dikembangkan menjadi geoheritage dengan penilaian diatas 50%. Perlu dilakukan peningkatan baik dalam infrastruktur dan pengelolaan yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat menarik wisatawan dan mendukung geowisata di Kalimantan Timur. Kata Kunci: Geoheritage, Geowisata, Kabupaten Paser. Abstract – Paser Regency is part of East Kalimantan Province, Indonesia, which is in the south of the province. Geologically, this district is part of the Meratus Mountains which is the result of the Sundaland-Paternoster Microcontinent collision. Therefore, Paser Regency has geological conditions, both geomorphology, lithology and geological structures, as well as diverse and unique natural conditions that have the potential to become geoheritage. This research aims to identify and analyze several locations in Paser Regency that have the potential to become geoheritage locations so that they can support the development of geotourism in East Kalimantan. Descriptive methods were used in collecting field data. Geomorphological and petrological analysis is carried out to determine geological characteristics which will later become unique characteristics of locations that have the potential to become geoheritage. Quantitative analysis using the Kubalikova method was carried out to provide an assessment of locations that have potential as geoheritage which includes aspects of intrinsic and scientific value, educational value, economic value, conservation value, and additional value. There are 9 locations that have potential as geoheritage, namely Danum Layong Hot Water, Doyam Seriam Waterfall, Embung Muru, Mount Rambutan Waterfall, Loyang Cave, Tengkorak Cave, Losan Cave, Mount Boga, and Lempesu Waterfall. This location has geological and tourism conditions that are good enough to be developed into geoheritage. Quantitative analysis using Kubalikova's (2013) assessment also indicates that these locations are suitable for development as geoheritage, with assessments exceeding 50%. Improvements in infrastructure and management need to be made on an ongoing basis so that they can attract tourists and support geotourism in East Kalimantan.  Keywords: Geoheritage, Geotourism, Paser Regency
Studi Hidrogeologi dan Distribusi Salinitas Airtanah di Daerah Pesisir Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen Jawa Tengah Ra Mauldy Pabhayita Noval; Septyo Uji Pratomo; Thema Arrisaldi
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11182

Abstract

Abstrak – Air tanah yang telah mengalami peningkatan salinitas dapat dipengaruhi salah satunya oleh kegiatan manusia, terutama di area pesisir. Penurunan ketersediaan air tanah yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas manusia di di area pesisir mengakibatkan masuknya air sungai (muara) atau bahkan air laut ke dalamnya sehingga mempengaruhi air tanah yang berubah menjadi asin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan distribusi salinitas air tanah di wilayah pesisir Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen yang mencakup 11 desa. Analisis data dilakukan menggunakan data utama, dengan melakukan pengukuran langsung pada sumur penduduk di Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen. Pengukuran mencakup data suhu, pH, Total Dissolved Solids (TDS), dan konduktivitas listrik (EC) dari 43 sampel air sumur, serta pengujian kadar klorida (Cl-) dari 6 sampel air sumur penduduk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, pH berada dalam kisaran 5,00 hingga 6,14, EC berkisar antara 168 µS/cm hingga 1.287,33 µS/cm, TDS berkisar dari 84 ppm hingga 640,33 ppm, dan salinitas air berkisar antara 0,0134458‰ hingga 0,1740686‰. Salinitas air tanah tertinggi terdapat di bagian utara wilayah penelitian, dengan kandungan TDS mencapai 1.287,33 ppm. Berdasarkan analisis dan interpretasi data lapangan, dapat disimpulkan bahwa kondisi salinitas air tanah di area pesisir Kecamatan Ambal berada dalam rentang kadar salinitas air tawar dan tidak dipengaruhi oleh intrusi air laut. Kata Kunci: salinitas, air tanah, Ambal, Kebumen Abstract – Groundwater that has experienced increased salinity can be influenced by human activities, especially in coastal areas. The decreased groundwater availability caused by increased human activity in coastal areas results in the entry of river water (estuaries) or even seawater, causing the groundwater to turn salty. This research aims to determine groundwater salinity distribution in the coastal area of Ambal District, Kebumen Regency, which includes 11 villages. Data analysis was carried out using primary data by taking direct measurements on residents' wells in Ambal District, Kebumen Regency. Measurements include data on temperature, pH, Total Dissolved Solids (TDS), and electrical conductivity (EC) from 43 well water samples, as well as testing chloride (Cl-) levels from 6 resident well water samples. The results showed that in Ambal District, Kebumen Regency, pH was in the range of 5.00 to 6.14, EC ranged from 168 µS/cm to 1,287.33 µS/cm, TDS ranged from 84 ppm to 640.33 ppm, and water salinity ranges from 0,0134458‰ to 0.1740686‰. The highest groundwater salinity is found in the northern part of the research area, with TDS content reaching 1,287.33 ppm. Based on the analysis and interpretation of field data, it can be concluded that the groundwater salinity conditions in the coastal area of Ambal District are within the range of freshwater salinity levels and did not influenced by sea water intrusion. Keywords: salinity, groundwater, Ambal, Kebumen
Tinjauan Literatur dan Analisis Hubungan Kerapatan Kontur terhadap Resistensi Batuan Daerah Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah Daniel Radityo; Adam Raka Ekasara; Hasan Tri Atmojo; Thema Arrisaldi; Dwi Rachmawati
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11189

Abstract

ABSTRAK - Daerah penelitian berada di Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah secara administratif, dan terletak di dalam Zona Pegunungan Serayu Utara dan sedikit Gunungapi Kuarter menurut pembagian fisiografi Jawa Tengah oleh Van Bemmelen (1949). Berdasarkan jenis dan keterdapatan batuannya, litologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat satuan batuan, yang terurut dari tua ke muda yaitu satuan batulempung, satuan batupasir, satuan breksi vulkanik dan intrusi diorit. Struktur geologi yang berkembang umumnya terjadi pada periode tektonik Miosen tengah, berupa struktur lipatan Antiklin Tlagasana dan kekar. Struktur kekar terdiri kekar gerus dan kekar tarik. Geomorfologi dearah penelitian dapat dibedakan menjadi lima satuan yaitu satuan geomorfologi perbukitan struktural agak curam, satuan geomorfologi perbukitan struktural curam, satuan geomorfologi perbukitan denudasional agak curam, satuan geomorfologi perbukitan vulkanik curam, satuan geomorfologi perbukitan intrusi agak curam. Kajian penelitian berupa tinjauan literatur yang menghubungkan antara kerapatan lereng Van Zuidam (1985) terhadap resistensi batuan dalam hal ini berupa kekuatan batuan Price (2009). Kata kunci: geologi teknik, resisten, kuat tekan, geomorfologi, kontur. ABSTRACT - The research area is located administratively in the Watukumpul District, Pemalang Regency, Central Java Province, and falls within the Northern Serayu Mountain Zone and the Kuarter Volcanic Quarter according to the physiographic division of Central Java by Van Bemmelen (1949). Based on the type and distribution of rock formations, lithology of the research area can be divided into four rock units, arranged from oldest to youngest, namely the claystone unit, sandstone unit, volcanic breccia unit, and diorite intrusion. Geological structures in the area primarily developed during the middle Miocene tectonic period, consisting of the Anticlinic Tlagasana folding structure and various types of fractures, including shear fractures and tension fractures. The geomorphology of the research area can be distinguished into five units, which are the structural hilly geomorphology with moderately steep slopes, steep structural hilly geomorphology, moderately steep denudational hilly geomorphology, steep volcanic hilly geomorphology, and moderately steep intrusive hilly geomorphology units. The research study involves a literature review that connects the relationship between slope density as proposed by Van Zuidam (1985) and rock resistance, specifically in terms of rock strength as described by Price (2009). Keywords: engineering geology, resistance, compressive strength, geomorphology, contour.
Geologi Daerah Jatinegara dan Sekitarnya, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah Oki Kurniawan; Dani Mardiati; Favian Avila Restiko
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11208

Abstract

Abstrak – Daerah penelitian secara administratif termasuk ke Kecamatan Jatinegara, Kecamatan Randudongkal, Kecamatan Moga, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat 109° 12' 40” BT sampai 109° 17' 40” BT dan 7° 00' 7” LS sampai 7° 05' 7” LS. Sebagian besar dari daerah penelitian berupa perbukitan yang didominasi oleh batuan-batuan sedimen yang telah mengalami deformasi dan mengalami perlipatan dan penyesaran. Geomorfologi daerah penelitian dapat dibedakan menjadi tiga satuan; yaitu satuan geomorfologi pedataran rendah struktural, satuan geomorfologi perbukitan rendah struktural dan satuan geomorfologi perbukitan tinggi vulkanik. Berdasarkan aspek litostratigrafinya, daerah penelitian ini terbagi menjadi tiga satuan batuan, dengan urutan dari yang berumur paling tua sampai berumur paling muda yaitu satuan batulempung (Tmbl), satuan batupasir (Tmbp) dan satuan breksi vulkanik (Qbv). Dilihat dari hasil penafsiran data DEM dan Landsat, pola kelurusan sungai, dan data lapangan, dapat diketahui struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian yaitu kekar, lipatan dan sesar, dimana terdapat Sesar Mendatar Sinistral Igir Nangka. Sejarah Geologi dimulai pada kala Miosen Tengah dimana terjadi proses sedimentasi menghasilkan satuan batulempung(Tmbl), lalu pada kala Miosen Tengah – Miosen Akhir terjadi proses sedimentasi yang menghasilkan satuan batupasir (Tmbp) yang menindih secara selaras satuan batulempung. Proses tektonik Miosen – Pliosen membentuk lipatan dan sesar berupa Sesar Mendatar Sinistral Igir Nangka. Pada kala plistosen terjadi aktivitas vulkanik yang menyebabkan terendapkannya satuan breksi vulkanik (Qbv). Proses erosi pada daerah penelitian membentuk relief seperti saat ini. Potensi sumberdaya geologi dimanfaatkan oleh penduduk di daerah penelitian yaitu bahan galian berupa penambangan pasir. Sedangkan potensi kebencanaan yang mungkin terjadi di daerah penelitian adalah tanah longsor. Kata Kunci: Pemetaan Geologi, Potensi Geologi, Tegal. Abstract – The administrative research area includes the Jatinegara District, Randudongkal District, Moga District, Tegal Regency, Central Java Province. Geographically, the research area is located at coordinates 109° 12' 40” E to 109° 17' 40” E and 7° 00' 7” S to 7° 05' 7” S. Most of the research area consists of hills dominated by sedimentary rocks that have undergone deformation and folding. The geomorphology of the research area can be divided into three units: the structural lowland geomorphology unit, the structural lowland hill geomorphology unit, and the volcanic highland hill geomorphology unit. Based on lithostratigraphic aspects, the research area is divided into three rock units, in order from the oldest to the youngest: claystone unit (Tmbl), sandstone unit (Tmbp), and volcanic breccia unit (Qbv). From the interpretation of DEM and Landsat data, river patterns, and field data, the geological structures in the research area are identified as faults, folds, and thrust faults, including the Sinistral Strike-slip Fault Igir Nangka. The geological history begins in the Middle Miocene, where sedimentation processes resulted in the claystone unit (Tmbl). Then, in the Middle Miocene to Late Miocene, sedimentation processes led to the sandstone unit (Tmbp), which overlies the claystone unit in a conformable manner. Tectonic processes during the Miocene to Pliocene formed folds and faults, including the Sinistral Strike-slip Fault Igir Nangka. During the Pliocene, volcanic activity deposited the volcanic breccia unit (Qbv). Erosion processes in the research area have shaped the current landscape. The local population utilizes the geological resources in the research area for sand mining. Meanwhile, the potential hazards that may occur in the research area are landslides.  Keywords: Geological Mapping, Geology Potential, Tegal
Analisis Kestabilan Lereng pada Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Ghaly Yana Putra
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.10063

Abstract

Banyaknya objek wisata pada Daerah Sambirejo merupakan matapencaharian yang sangat menguntungkan bagi masyarakat, tetapi daerah ini memiliki resiko kebencanaan longsor karena banyaknya lereng terjal di sekitar objek wisata. Hal ini dapat membahayakan masyarakat sekaligus wisatawan yang berkunjung ke daerah ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis salah satu lereng yang berada di daerah ini untuk mengetahui kualitas dan kestabilannya agar menjadi pertimbangan untuk pembangunan dan startegi mitigasi bencana. Penelitian ini dilakukan pada lereng batuan pada koordinat 446573mE, 9138703mS. Penelitian dilakukan dengan mengakuisisi data menggunakan metode scanline dan pembobotan RMR sehingga didapatkan geometri lereng, nilai, RQD dan RMR yang berikutnya digunakan untuk analisis stereografis dan menghitung nilai SMR. Lereng ini memiliki RQD 99,75%, RMR 85.08%, SMR 67, dan tipe longsoran membajji. Berdasarkan hasil penelitian, kedua lereng memiliki potensi yang kecil untuk terjadi longsor, tetapi diperlukan beberapa upaya mitigasi pada lereng atas tanah, yakni pelandaian lereng dan membangun tembok penahan.
Tinjauan Geologi dan Pemodelan Fasies 3D, Lapangan “Glory”, Formasi Talang Akar, Cekungan Sumatra Selatan Angela Hotmaida Rosalline; M. Ocky Bayu Nugroho; Aga Rizky
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11216

Abstract

Abstrak - Cekungan Sumatera Selatan menempati peringkat kedua produksi hidrokarbon di Indonesia setelah Cekungan Kutai jika dihitung dari total produksinya. Cekungan Sumatera Selatan,  terutama pada Formasi Talang Akar merupakan sumber hidrokarbon komersial yang dominan. Namun Cekungan Sumatera Selatan, yang sebagian besar merupakan ladang-ladang tua, memiliki tingkat produksi yang rendah karena faktor pemulihan yang rendah. Akumulasi produksi minyak yang terdapat pada Cekungan Sumatera Selatan  sebesar 2,3 BBO (Billion Barrels of Oil) dari nilai cadangan awal sebesar 3,1 BBO. Optimalisasi produksi dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendukung eksplorasi dan produksi cadangan hidrokarbon. Kajian analisis fasies dan pengendapan bawah permukaan dapat dijadikan acuan untuk menentukan reservoar mana yang berpotensi untuk melanjutkan pengembangannya. Metode yang digunakan dalam pemodelan fasies menggunakan kombinasi metode Truncated Gaussian Simulasi (TGS) dengan Trend and Sequential Indicator Simulasi (SIS), dan pemodelan dilakukan pada 3 zona reservoar. Analisis fasies dan lingkungan pengendapan pada daerah penelitian membentuk lingkungan pasang surut-muara dengan asosiasi fasies Tidal Sand Bar, Tidal Sand Flat, Sand-Sheet, Tidal Mixed Flat, dan Tidal Mud Flat. Hasil pemodelan menunjukkan sebaran reservoir relatif timur laut-barat daya dengan endapan yang berpotensi sebagai batuan reservoir dan diendapkan pada asosiasi fasies Tidal Sand Bar. Kata kunci: Formasi Talang Akar, Fasies model, Sand-sheet, Tidal Sand Bar, Tidal Sand Flat Abstract - The South Sumatra Basin is ranked second for hydrocarbon production in Indonesia after the Kutai Basin is calculated from its total production. In the South Sumatra Basin, the Talang Akar Formation is the dominant source of commercial hydrocarbons. Still, the South Sumatra Basin, with mostly old fields, has a low production rate from a low recovery factor. In the South Sumatra Basin, accumulated oil production is 2.3 BBO (Billion Barrels of Oil) from the initial reserve value of 3.1 BBO. Production optimization can be done in various ways to support the exploration and production of hydrocarbon reserves. Facies and subsurface deposition analysis studies can be used as a reference to determine which reservoirs have the potential to continue their development. The method used in facies modeling uses a combination method of Truncated Gaussian Simulation (TGS) with Trend and Sequential Indicator Simulation (SIS), and modeling is carried out in 3 reservoir zones. Facies analysis and depositional environment in the study area formed a tide dominate-estuary environment with facies associations Tidal Sand Bar, Tidal Sand Flat, Sand-Sheet, Tidal Mixed Flat, and Tidal Mud Flat. The modeling results show that the distribution of reservoirs is relatively northeast-southwest with deposits that have the potential as reservoir rocks and are deposited in the Tidal Sand Bar facies association. Keywords: Talang Akar Formation, Facies Modelling, Sand-sheet, Tidal Sand Bar, Tidal Sand Flat
Analisis Bibliometrik Perkembangan Penelitian Intrusi Air Laut: Tren dan Pertumbuhan (1972-2023) Adam Raka Ekasara; Daniel Radityo; Thema Arrisaldi; Hasan Tri Atmojo
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11163

Abstract

Abstrak – Intrusi air laut merupakan fenomena geologis yang memiliki implikasi signifikan terhadap wilayah pesisir dan sumber daya air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis bibliometrik tentang penelitian intrusi air laut dan mengungkapkan tren dan temuan penting dalam literatur ilmiah yang terkait. Metodologi penelitian mencakup pengumpulan data hingga analisis dan interpretasi. Data diperoleh melalui identifikasi dan pengumpulan artikel dari sumber data, seperti jurnal ilmiah dan prosiding dengan menggunakan database Scopus. Kriteria seleksi yang jelas diterapkan untuk memilih artikel yang relevan, termasuk pembatasan jenis publikasi, bahasa, dan kriteria topik. Analisis bibliometrik dilakukan dengan menggunakan aplikasi Bibliometrix berbasis R, yang melibatkan analisis jumlah publikasi per tahun, produktivitas penulis, jurnal yang paling sering mempublikasikan penelitian, serta analisis kata kunci dan sitasi. Hasil analisis mengungkapkan pertumbuhan yang signifikan dalam penelitian intrusi air laut selama periode tertentu, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 11,03%.  Hasil analisis mengidentifikasi empat kelompok tema yang relevan untuk arah penelitian dan kolaborasi dalam bidang ini. Kata Kunci: Intrusi air laut, Analisis bibliometrik, Tren penelitian Abstract –Seawater Intrusion is a geological phenomenon with significant implications for coastal regions and groundwater resources. This research aims to conduct a bibliometric analysis of seawater intrusion research and unveil key trends and findings within the relevant academic literature. The research methodology encompasses data collection, analysis, and interpretation. Data is gathered through the identification and collection of articles from sources such as scientific journals and proceedings using the Scopus database. Clear selection criteria are applied to choose pertinent articles, including constraints on publication type, language, and topic criteria. The bibliometric analysis is executed employing the Bibliometrix application based on the R platform. This analysis encompasses the examination of the number of publications per year, author productivity, the most prolific journals in publishing research in this domain, as well as the analysis of keywords and citations. The results of this analysis disclose a substantial growth in seawater intrusion research during a specific period, with an annual growth rate of 11.03%. Furthermore, the analysis identifies four distinct thematic groups that are pertinent to the research direction and collaboration within this field. Keywords: Seawater Intrusion, Bibliometric Analysis, Research Trends
Geologi dan Studi Potensi Batugamping Formasi Sepingtiang Daerah Sukajadi Dan Sekitarnya, Kecamatan Pseksu, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan Bayu Rahmanto; Alfathony Krisnabudhi; Sutanto Sutanto; Achmad Subandrio
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11218

Abstract

Abstrak - Daerah penelitian secara administratif berada di Desa Sukajadi, Kecamatan Pseksu, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis daerah penelitian berada pada koordinat 307500 mE – 311500 mE dan 9579000 mN – 9583000 mN UTM (Universal Transverse Mercator WGS 1948 Zona 48 S. Daerah penelitian memiliki luas 20 km2 dengan panjang 5 km dan lebar 4 km yang dibuat dengan skala 1 : 12.500. Geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi enam satuan bentuklahan yaitu : perbukitan karst (K1), perbukitan sesar (S1), lembah homoklin (S2), dataran bergelombang (D1), dataran aluvial (F1) dan tubuh sungai (F2). Stratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi enam satuan batuan yaitu: satuan lava andesit Saling (Jura Akhir – Kapur Awal), satuan batugamping Sepingtiang (Kapur Awal), intrusi adamelit (Kapus Akhir), satuan batugamping Baturaja (Miosen Awal), satuan batulempung Airbenakat (Miosen Tengah – Akhir) dan endapaan aluvial (Holosen). Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa sesar mendatar dan kekar. Sesar pada daerah penelitian terdiri dari Sesar Payang Lintang 1, Sesar Payang Kasap (Sesar Mendatar Kanan), Sesar Payang Lintang 2, Sesar Limau, dan Sesar Sungai Tenang (Sesar Mendatar Kiri). Berdasarkan hasil interpretasi penampang dipole – dipole pada satuan batugamping Sepingtiang diketahui ketebalannya yaitu >284,75 m. Hasil pengujian sifat fisik batuan diketahui dari 5 sampel yang diuji memiliki nilai porositas 0,20 – 2,18 %, dan nilai void ratio 0 – 0,02. Nilai kuat tekan batuan berkisar antara 42,145 – 68,432 Mpa. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode profilling diketahui volume total satuan batugamping Sepingtiang yaitu 672.806.166 m3 dan jumlah estimasi cadangan yang ada pada satuan batugamping Sepingtiang adalah sebesar 1.605.988.320 Ton. Kata kunci: Batugamping, Formasi Sepingtiang, Lahat The research area is administratively located in Sukajadi Village, Pseksu District, Lahat Regency, South Sumatra Province. Geographically, the research area is situated at coordinates 307500 mE - 311500 mE and 9579000 mN - 9583000 mN in the UTM (Universal Transverse Mercator) WGS 1948 Zone 48 S. The research area covers an area of 20 km² with dimensions of 5 km in length and 4 km in width, constructed at a scale of 1:12,500. The geomorphology of the research area is divided into six landform units: karst hills (K1), faulted hills (S1), homocline valleys (S2), undulating plains (D1), alluvial plains (F1), and river bodies (F2). The stratigraphy of the research area comprises six rock units: andesitic lava unit of Saling (Late Jurassic - Early Cretaceous), Sepingtiang limestone unit (Early Cretaceous), adamelite intrusion unit (Late Cretaceous), Baturaja limestone unit (Early Miocene), Airbenakat claystone unit (Middle to Late Miocene), and alluvial deposit unit (Holocene). The geological structure prevalent in the research area consists of horizontal and faulted structures. The fault system in the research area includes Payang Lintang 1 Fault, Payang Kasap Fault (Right-lateral fault), Payang Lintang 2 Fault, Limau Fault, and Sungai Tenang Fault (Left-lateral fault). Based on dipole-dipole cross-section interpretation, it is known that the thickness of the Sepingtiang limestone unit is greater than 284.75 meters. The physical properties of the rock samples tested indicate a porosity range of 0.20% to 2.18% and a void ratio range of 0 to 0.02. The compressive strength of the rocks ranges from 42.145 to 68.432 MPa. Based on profiling methods, the total volume of the Sepingtiang limestone unit is determined to be 672,806,166 cubic meters, and the estimated reserve within the Sepingtiang limestone unit is approximately 1,605,988,320 metric tons. Keywords: Limestone, Sepingtiang Formation, Lahat

Page 1 of 1 | Total Record : 10