cover
Contact Name
Betty Masruroh
Contact Email
flourishing.journal@um.ac.id
Phone
+62341-552115
Journal Mail Official
flourishing.journal@um.ac.id
Editorial Address
Graha Rektorat Lantai 6, Jl. Semarang No.5, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145, Indonesia
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Flourishing Journal
ISSN : -     EISSN : 27973174     DOI : https://doi.org/10.17977/um070v1i62021p420-424
Core Subject : Humanities,
Flourishing Journal is an open-access and peer-reviewed journal dedicated to publishing research articles in the field of psychology. Flourishing Journal accepts research articles that have the potential to make a significant contribution to the exploration and development of psychology and behavioral sciences. Articles submitted to this journal must display a well-thought-out study design, appropriate data analysis, and interpretation.
Articles 124 Documents
Self-Adjustment Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang Aisyah Stri Nariswari; Farahdilla Damayanti; Muhammad Farid Fadjadil Ikhsan; Dewi Fatmasari Edy
Flourishing Journal Vol. 3 No. 8 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um070v3i82023p321-329

Abstract

New students are in the early adulthood stage, namely the transition period from high school to university. The transition period has various challenges, especially with the status of new students who are transitioning from school to university level. Some new students have difficulty adjusting to the new environment. This research aims to determine various forms of self-adjustment and find insight into factors that might influence self-adjustment in new students at the Faculty of Psychology, State University of Malang. The method used is a qualitative research method with a phenomenological approach. Data was collected through semi-structured interview techniques and observation. Then analyze the data using thematic analysis. The research results found that each participant found it difficult to adapt to the current new environment. However, each participant has their own way of adapting to the current lecture environment. This allows for a good depiction of the individual participants' adaptation to survive in the new environment. AbstrakMahasiswa baru berada pada tahapan dewasa awal yaitu masa transisi dari SMA menuju ke universitas. Periode peralihan yang memiliki berbagai tantangan, terkhusus dengan status mahasiswa baru yang beralih dari jenjang Pendidikan sekolah menuju jenjang perguruan tinggi. Terdapat sebagian mahasiswa baru yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan yang baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beragam bentuk self-adjusment dan menemukan insight mengenai faktor yang mungkin dapat mempengaruhi self-adjustment pada mahasiswa baru Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Malang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data melalui teknik wawancara semi terstruktur dan observasi. Kemudian analisis data menggunakan analisis tematik. Hasil penelitian yang ditemukan yaitu setiap partisipan merasa sulit dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru saat ini. Namun, setiap partisipan memiliki cara masing-masing agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan perkuliahan yang sedang dijalani. Hal ini memungkinkan penggambaran penyesuaian diri yang baik dengan cara partisipan masing-masing untuk bertahan dalam lingkungan yang baru.
Perilaku Help-Seeking Layanan Kesehatan Mental: Perspektif Teori Social Learning Alifatus Sholeha Putri; Savira Rana Labiba; Titik Yulita Sari; Mochammad Sa’id
Flourishing Journal Vol. 3 No. 8 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um070v3i82023p330-337

Abstract

68% of Indonesians who underwent examinations experienced psychological problems such as anxiety. The concern is the low response of individuals seeking help from mental health services. The writing purpose of this article is to find out why people with mental disorders feel comfortable talking about the mental problems they face with individuals who are not professionals. The literature review used in this article. It is hoped that using this method will produce an answer to the question in the phenomenon that is being raised through previous sources that cannot be produced from other research methods. The result was found that there were at least 5 reasons, namely social stigma in society, lack of understanding about mental health, fear, lack of access to psychologists, and the costs incurred. As a result, individuals experience psychological distress, which results in reluctance to seek professional help. To overcome this problem, efforts can be made to reduce the stigma that appears in society by providing a sense of security to someone who needs help with mental health services and maximizing the role of the media to highlight developments in science about mental awareness so that they can be more aware of themselves. AbstrakSebanyak 68 % masyarakat Indonesia yang melakukan pemeriksaan, mengalami masalah psikologis seperti cemas. Namun, yang menjadi perhatian ialah rendahnya respon individu untuk mencari bantuan layanan kesehatan mental. Tujuan dari adanya penulisan artikel ini ialah untuk mengetahui dan mengkaji alasan apa yang mendasari penderita gangguan mental lebih nyaman menceritakan masalah mental yang dihadapinya kepada individu yang bukan profesional. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ialah review literature. Diharapkan dengan menggunakan metode ini menghasilkan sebuah jawaban atas pertanyaan dalam fenomena yang sedang diusung melalui sumber sebelumnya yang tidak dapat dihasilkan dari metode penelitian lainnya. Dari hasil review literature ditemukan setidaknya ada 5 alasan yakni stigma sosial di masyarakat, kurang pahamnya mengenai kesehatan mental, ketakutan, kurangnya akses psikolog serta biaya yang dikeluarkan. Sebagai dampaknya, individu mengalami distress psikologis yang mengakibatkan keengganan untuk mencari bantuan pihak professional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, upaya yang bisa dilakukan ialah menekan stigma yang muncul di masyarakat, dengan memberi rasa aman terhadap seseorang yang membutuhkan pertolongan layanan kesehatan mental serta memaksimalkan peran media untuk menyoroti perkembangan ilmu pengetahuan tentang sadar mental sehingga bisa lebih sadar terhadap diri sendiri.
Pemahaman terhadap Diskriminasi Agama: Menyoroti Faktor yang Memengaruhi Agnes Monica Shella Puspita; Rakhmaditya Dewi Noorizki
Flourishing Journal Vol. 3 No. 8 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um070v3i82023p338-344

Abstract

Cases of religious discrimination in Rohingya receive serious attention regarding protecting human rights in freedom of belief. Indonesia, as a multicultural country, faces challenges in maintaining the principles of equality and respect for religious freedom. This article exists to understand the psychological factors behind discrimination, including stereotypes, prejudice, social identity, conformity, and personal experiences. All of these factors interact with each other and can trigger discriminatory behavior that is detrimental and destroys religious diversity in society. This study uses a literature review method where the author will collect and analyze data from 4 journals and 1 news item regarding religious discrimination over the last five years. The results of literature studies show that the factors that cause religious discrimination can originate from stereotypes formed from negative views and assumptions, religious prejudice that underlies the assessment and treatment of a person's religious beliefs, and social interactions that influence behavior toward other religions. This research plays an important role in developing policies and education that will involve various parties in efforts to face the challenges of religious discrimination holistically in Indonesia. AbstrakKasus diskriminasi agama di Rohingya mendapatkan perhatian yang serius terkait perlindungan hak asasi manusia dalam kebebasan memeluk keyakinan. Indonesia sebagai negara multikultural menghadapi tantangan dalam mempertahankan prinsip kesetaraan dan penghormatan terhadap kebebasan beragama. Artikel ini ada untuk memahami faktor psikologis di balik diskriminasi termasuk stereotip, prasangka, identitas sosial, konformitas, dan pengalaman pribadi. Semua faktor ini saling berinteraksi dan dapat memicu perilaku diskriminatif yang merugikan dan merusak keragaman agama dalam masyarakat. Studi ini menggunakan metode tinjauan literatur dimana penulis akan mengumpulkan dan menganalisis data dari 4 jurnal dan 1 berita mengenai diskriminasi agama selama lima tahun terakhir. Hasil studi literatur menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diskriminasi agama dapat berasal dari stereotip yang terbentuk dari pandangan dan asumsi negatif, prasangka agama yang mendasari penilaian dan perlakuan terhadap keyakinan agama seseorang, serta interaksi sosial yang memengaruhi perilaku terhadap agama lain. Penelitian ini berperan penting dalam pengembangan kebijakan dan edukasi yang akan melibatkan berbagai pihak dalam upaya menghadapi tantangan diskriminasi agama secara holistik di Indonesia.
Problematika Kesiapan Pernikahan Individu Dewasa Awal Shaqilla Aulia Hakim; Ulfa Masfufah
Flourishing Journal Vol. 3 No. 8 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um070v3i82023p345-351

Abstract

This article discusses the readiness of individuals in early adulthood to enter marriage. Marriage is a relationship forged by a man and a woman to balance life biologically, psychologically, and socially. Although an age above 19 years is considered ideal for marriage, the main factor in marriage is the agreement and readiness between both partners before marriage. The method used in this article is a literature review by analyzing the psychological impact of the lack of readiness for marriage in early adulthood. The results of this article show that marriage must be prepared physically, mentally, and financially, and factors such as self-disclosure, trust, equality, intimacy, good conflict management, and open communication also contribute to marital satisfaction. Emotional readiness and emotional intelligence are important in maintaining the continuity of marriage and household success. Marriage without careful consideration has the risk of causing depression in partners, especially women. Therefore, individuals must carefully consider wedding preparations to avoid long-term negative impacts and ensure the family remains harmonious. AbstrakArtikel ini membahas tentang kesiapan individu pada masa dewasa awal dalam memasuki pernikahan, sebagai salah satu tugas perkembangan pada masa ini. Meskipun usia di atas 19 tahun dianggap ideal untuk menikah, faktor utama dalam pernikahan adalah persetujuan dan kesiapan yang disepakati oleh kedua pasangan sebelum melangsungkan pernikahan. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah review literatur dengan menganalisis dampak psikologis yang muncul akibat kurangnya kesiapan dalam pernikahan pada masa dewasa awal. Hasil dari artikel ini dapat diketahui bahwa pernikahan harus dipersiapkan secara fisik, mental, dan finansial, serta faktor-faktor seperti self-disclosure, kepercayaan, kesetaraan, keintiman, pengelolaan konflik yang baik, dan komunikasi yang terbuka juga berkontribusi pada kepuasan pernikahan. Kesiapan emosional dan kecerdasan emosi memainkan peran penting dalam menjaga kelangsungan pernikahan dan keberhasilan rumah tangga. Pernikahan tanpa pertimbangan yang matang berisiko menyebabkan depresi pada pasangan, terutama perempuan. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memikirkan persiapan pernikahan dengan matang agar terhindar dari dampak negatif jangka panjang.

Page 13 of 13 | Total Record : 124