cover
Contact Name
Evy Yunihastuti
Contact Email
redaksi.jurnalpenyakitdalam@ui.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
redaksi.jurnalpenyakitdalam@ui.ac.id
Editorial Address
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM Jln Diponegoro No.71, Jakarta. 10430
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 24068969     EISSN : 25490621     DOI : https://doi.org/10.7454/
Core Subject : Health,
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia contains the publication of scientific papers that can fulfill the purpose of publishing this journal, which is to disseminate original articles, case reports, evidence-based case reports, and literature reviews in the field of internal medicine for internal medicine and general practitioners throughout Indonesia. Articles should provide new information, attract interest and be able to broaden practitioners insights in the field of internal medicine, as well as provide alternative solutions to problems, diagnosis, therapy, and prevention.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 1, No. 1" : 9 Documents clear
Evidence-based Medicine dalam Pelayanan Penyakit Dalam Subekti, Imam
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan masalah di bidang kedokteran, tidak terkecuali di bidang Penyakit Dalam, mengharuskan seorang dokter yang berkecimpung di pelayanan penyakit dalam untuk terus mengembangkan diri. Ada dua aspek penting yang terkandung di dalam pengertian "mengembangkan diri". Pada satu sisi, seorang dokter harus secara aktif menelaah dan meneliti, diawali dengan membuat pertanyaan untuk masalah kedokteran dari fenomena yang ada di pelayanan kedokteran sehari-hari, membuat hipotesis untuk memberikan jawaban sementara terhadap pertanyaan, dan selanjutnya membuktikan kebenaran yang digagasnya.
Perubahan Kadar Fibrinogen Plasma dan Korelasinya dengan Perubahan Kadar hs-CRP dan Aktivitas Fibrinolisis pada Sindroma Koroner Akut Sudrajat, Dedy G.; Atmakusuma, Djumhana; Alwi, Idrus; Harimurti, Kuntjoro
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Peningkatan kadar fibrinogen yang menetap merupakan faktor risiko yang kuat untuk kejadian penyakit jantung koroner (PJK). Di sisi lain peningkatan fibrinogen plasma dapat merupakan respon fase akut. Pada kondisi ini peningkatan fibrinogen plasma bukan merupakan faktor risiko PJK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar fibrinogen plasma meningkat pada fase akut dan tetap tinggi pada fase pasca akut dan mengetahui korelasi antara perubahan kadar fibrinogen plasma dengan perubahan aktivitas inflamasi dan fibrinolisis. Metode: Desain penelitian adalah studi prospektif dengan metode pengambilan sampel secara konsekutif. Pengambilan sampel fase akut untuk hs-CRP, aktivitas fibrinolisis, dan fibrinogen masing-masing diambil pada hari ke-2, 5, dan 6 pasca awitan sedangkan fase pasca akut diambil pada hari ke-13 pasca awitan. Fibrinogen diperiksa dengan metode Clauss, hs-CRP dengan metode ELISA, dan aktivitas fibrinolisis dengan metode ECLT manual. Analisis beda rerata dilakukan dengan uji t-berpasangan dengan alternatif uji wilcoxon. Analisis korelasi dengan uji Spearman. Hasil: Sampai akhir penelitian didapatkan 38 subyek sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Terdapat penurunan median kadar fibrinogen plasma pada fase pasca akut dibandingkan fase akut (415,5vs380,5mg/dL;p Simpulan: Pada sindroma koroner akut, perubahan aktivitas fibrinolisis dan inflamasi memiliki korelasi positif lemah terhadap perubahan kadar fibrinogen. Pada kelompok dengan hiperfibrinogenemia yang menetap kadar fibrinogen pasca akut masih dominan dipengaruhi aktivitas inflamasi yang masih cukup aktif.
Faktor Risiko Methicillin Resistant Staphylococcus aureus pada Pasien Infeksi Kulit dan Jaringan Lunak di Ruang Rawat Inap Putra, Mochamad Iqbal Hassarief; Suwarto, Suhendro; Loho, Tonny; Abdullah, Murdani
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Infeksi kulit dan jaringan lunak (IKJL) oleh MRSA di ruang rawat inap merupakan masalah nosokomial yang meningkat prevalensinya setiap tahun. Hal tersebut akan meningkatkan angka mortalitas, biaya dan lama rawat bila tidak dikelola dengan baik. Faktor-faktor risiko terjadinya infeksi MRSA pada pasien IKJL di ruang rawat inap penting untuk diketahui agar dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian terhadap faktor-faktor risiko tersebut sehingga pada gilirannya diharapkan kejadian MRSA pada pasien IKJL dapat dicegah atau dikendalikan. Tujuan: Mengetahui proporsi IKJL oleh MRSA dan mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko terinfeksi MRSA pada penderita IKJL di ruang rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Metode: Penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol. Data dikumpulkan dari catatan rekam medis pasien rawat inap RSCM yang memiliki IKJL. Kelompok kasus adalah subjek dengan IKJL oleh MRSA, kelompok kontrol adalah subjek dengan IKJL oleh non-MRSA. Analisis bivariat dilakukan pada 9 variabel bebas yaitu pemakaian antibiotik sebelum kultur, infeksi HIV, IVDU, penggunaan kortikosteroid, prosedur medis invasif, DM, keganasan, riwayat hospitalisasi dan ruang rawat. Semua variabel yang mempunyai nilai p Hasil: Selama periode penelitian, proporsi MRSA pada pasien IKJL yang dilakukan kultur di ruang rawat inap adalah 47% (IK 95% 42%- 52%). Terdapat 171 pasien yang memenuhi kriteria, 71 pasien terinfeksi MRSA (kasus) dan 100 pasien terinfeksi non-MRSA (kontrol). Berdasarkan hasil analisis multivariat terdapat tiga variabel yang memiliki kemaknaan secara statistik, yaitu keganasan (OR 6,139; IK 95% antara 1,81-20,86; p=0,004), antibiotik quinolone (OR 4,592; IK 95% antara 2,06-10,23; p Simpulan: Keganasan, penggunaan antibiotik quinolone dan prosedur medis invasif merupakan faktor risiko IKJL oleh MRSA di ruang rawat inap.
Proporsi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipotensi Postprandial pada Usia Lanjut Hamonangan, Rachmat; Alwi, Idrus; Wahyudi, Edy Rizal; Setiati, Siti
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Hipotensi postprandial sebenarnya sering terjadi dan saat ini dikenal sebagai masalah klinis yang penting. Studi-studi yang ada menunjukkan bahwa prevalensi hipotensi postprandial pada usia lanjut cukup tinggi. Hipotensi postprandial merupakan prediktor mortalitas pada orang usia lanjut dan menyebabkan banyak sekuele yang signifikan pada subyek yang terkena. Hingga saat ini, penelitian-penelitian yang berkaitan dengan hipotensi postprandial lebih banyak dilakukan pada kelompok usia lanjut di negara-negara maju yang definisi usia lanjut, proporsi penyakit, proporsi obat-obatan yang digunakan serta proporsi asupan yang berbeda dengan kelompok usia lanjut di negara berkembang khususnya Indonesia. Tujuan. Mengetahui proporsi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipotensi postprandial pada kelompok usia lanjut. Metode: Penelitian studi potong-lintang dilakukan pada subjek usia lanjut di RSCM. Dilakukan pengisian kuesioner dan pengukuran tekanan darah sebelum makan dan setiap 15 menit sampai 2 jam setelah makan. Makanan yang dimakan dicatat untuk dianalisis. Hasil: Selama periode Januari – Maret 2010 terkumpul 119 subjek usia lanjut dengan rerata umur 67,50 ± 5,92 tahun. Sebanyak 53,8% memiliki hipertensi dan menggunakan obat anti hipertensi, 36.1% memiliki riwayat diabetes mellitus dan menggunakan obat pengontrol gula darah, 9,2% pernah mengalami stroke, 7.6% menggunakan terapi digoksin, 29.4% menggunakan terapi nitrat dan 3.4% menjalani hemodialisis rutin. Hipotensi postprandial didapatkan pada 55% subjek. Penggunaan obat diuretik loop dan insulin berhubungan dengan kejadian hipotensi postprandial. Selain itu diketahui pula bahwa penurunan tekanan darah postprandial lebih besar pada subjek dengan hipertensi, menggunakan obat ACE inhibitor, menggunakan obat diuretik loop/furosemid, menggunakan diuretik HCT, menggunakan insulin dan menggunakan obat nitrat. Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa proporsi hipotensi postprandial pada subjek usia lanjut adalah 55%. Penggunaan obat diuretik loop dan insulin berhubungan dengan kejadian hipotensi postprandial. Penurunan tekanan darah postprandial lebih besar pada subjek dengan hipertensi, menggunakan obat ACE inhibitor, menggunakan obat diuretik loop/furosemid, menggunakan diuretik HCT, menggunakan insulin dan menggunakan obat nitrat.
Peran Tindakan Revaskularisasi terhadap Kesintasan Pasien Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Amarendra, Gerie; Makmun, Lukman H.; Antono, Dono; Dewiasty, Esthika
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan. Pengaruh revaskularisasi terhadap kesintasan pasien non ST elevation myocardial infarction (NSTEMI) masih belum jelas. Waktu revaskularisasi yang optimal pada pasien NSTEMI belum ditemukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh revaskularisasi terhadap kesintasan pasien NSTEMI, juga mengetahui pengaruh waktu revaskularisasi terhadap kesintasan pasien NSTEMI. Metode. Penelitian dengan disain kohort retrospektif diakukan terhadap 300 pasien non ST elevation myocardial infarction yang dirawat di RSUPNCM pada kurun waktu Desember 2006-Maret 2011. Data klinis, laboratorium, elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, dan angiografi koroner dikumpulkan. Pasien yang telah terhitung enam bulan setelah onset kemudian dihubungi melalui telepon untuk melihat status mortalitasnya. Perbedaan kesintasan revaskularisasi ditampilkan dalam kurva Kaplan Meier dan perbedaan kesintasan diantara dua kelompok diuji dengan Log-rank test dengan batas kemaknaan Hasil. Terdapat perbedaan kesintasan yang bermakna pada uji log rank (p Simpulan. Kesintasan enam bulan pasien NSTEMI yang menjalani terapi medikamentosa dan revaskularisasi lebih baik dibandingkan dengan terapi medikamentosa saja. Tidak terdapat perbedaan kesintasan enam bulan pasien NSTEMI berdasarkan waktu revaskularisasi.
Pengaruh Penggunaan Antibiotika Terhadap Lama Hari Sakit dan Lama Kehilangan Hari Kerja pada Pasien Infeksi Pernapasan Akut Bagian Atas pada Pelayanan Kesehatan Primer Gunawan, Gunawan; Suwarto, Suhendro; Rumende, Cleopas Martin; Harimurti, Kuntjoro
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Prevalensi infeksi saluran pernapasan bagian atas akut (ISPA) di komunitas masih tinggi dan menyebabkan morbiditas dan penurunan kualitas hidup masyarakat secara luas. Etiologi tersering dari infeksi pernapasan akut di luar negeri adalah virus, selain itu terdapat etiologi bakteri yang memerlukan terapi antibiotika yang spesifik. Penggunaan antibiotika untuk infeksi pernapasan akut berlebihan, dan hal ini menyebabkan peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola etiologi infeksi pernapasan akut, kesesuaian pemberian antibiotika dan perbedaan rerata lama sakit dan lama kehilangan hari kerja. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pengambilan data secara potong lintang dan kohort prospektif dengan sampel yang diambil secara berurutan dari pasien ISPA yang berobat ke Puskesmas Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur dan KDK “Kayu Putih” serta “Kiara” pada bulan Agustus hingga Desember 2011. Pada 100 pasien ISPA yang berobat dilakukan pemeriksaan kultur resistensi bakteri dan uji antigen influenza melalui swab tenggorok dan nasofaring, dan pemeriksaan darah perifer rutin. Perbedaan lama hari sakit dan lama kehilangan hari kerja dianalisa menggunakan uji beda dua median Mann Whitney karena data berdistribusi bukan normal. Hasil: Hasil kultur bakteri positif pada 34% pasien ISPA, hasil uji antigen influenza positif untuk influenza A pada 3% pasien, dan 63 % pasien belum diketahui penyebabnya. Hasil kultur bakteri terbanyak berturut-turut adalah Klebsiella pneumonia (47,1%), Streptococcus pyogenes (14,7%) dan Staphylococcus aureus (14,7%). Jenis antibiotika terbanyak yang mengalami resistensi adalah ampicillin (20 isolat), tetracycline (8 isolat), benzylpenicillin (4 isolat), amoxicillin/clavulanic acid (3 isolat). Kesesuaian pemberian antibiotika dengan hasil kultur bakteri ditemukan pada 56 pasien ISPA (56%). Median lama hari sakit pada kelompok pasien ISPA yang mendapatkan pengobatan antibiotika tidak berbeda dibandingkan dengan tanpa pengobatan antibiotika (4 hari dengan 3,5 hari; p=0,054). Median lama kehilangan hari kerja pada kelompok pasien ISPA yang mendapatkan pengobatan antibiotika tidak berbeda dibandingkan dengan tanpa pengobatan antibiotika (1 hari dengan 1 hari; p=0,629). Simpulan: Penyebab infeksi saluran pernapasan akut bagian atas pada penelitian ini adalah bakteri sebanyak 34% dengan bakteri Gram negatif terbanyak adalah Klebsiella pneumonia dengan antibiotika yang sensitif dengan antibiotika golongan Penicillin beta laktamase dan golongan aminoglikosida serta makrolid, virus influenza A sebanyak 3% dan etiologi yang belum diketahui sebanyak 63%. Proporsi kesesuaian penggunaan antibiotika di Puskesmas Kecamatan Pulogadung dan Klinik Kedokteran Keluarga Kayu Putih serta Kiara sebesar 56%. Pemberian antibiotika tidak memberikan perbedaan lama hari sakit dan lama kehilangan hari kerja.
Perubahan Kendali Glikemik dan Plasminogen Activator Inhibitor-1 (PAI-1) pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe-2 yang Berpuasa Ramadhan di RSUPN Cipto Mangunkusumo Khomimah, Khomimah; Waspadji, Sarwono; Yunir, Em; Abdullah, Murdani
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Penyandang diabetes melitus (DM) mempunyai risiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular (PKV), yang progresivitasnya dipercepat oleh penurunan kapasitas fibrinolisis. Penyandang DM yang berpuasa Ramadhan mengalami berbagai perubahan yang dapat memengaruhi kendali glikemik dan status fibrinolisisnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui penurunan fruktosamin dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1). Metode: Penelitian dikerjakan dengan metode kuasi eksperimental one group design self control study pada penyandang DM tipe-2 yang berpuasa Ramadhan dan berusia 40-60 tahun. Hasil: Penelitian ini menunjukkan sebagian besar subjek memiliki 3 faktor risiko PKV dan dengan kendali glikemik yang jelek sebelum puasa Ramadhan. Terdapat penurunan yang bermakna pada glukosa puasa plasma, tetapi tidak bermakna pada glukosa darah 2 jam setelah makan. Tidak terdapat perbedaan asupan kalori pada 18 subjek yang dianalisis. Tidak didapatkan penurunan yang bermakna pada fruktosamin serum maupun PAI-1 plasma. Kendali glikemik yang dicapai sebelum dan asupan kalori selama berpuasa Ramadhan kemungkinan merupakan faktor yang memengaruhi penurunan fruktosamin. Selain glukosa darah, faktor yang memengaruhi kadar PAI-1 plasma di antaranya adalah insulin plasma, angiotensin II, faktor pertumbuhan dan inflamasi, yang tidak diukur dalam penelitian ini. Simpulan: Tidak terdapat penurunan kadar fruktosamin serum sesudah berpuasa Ramadhan lebih dari sama dengan 21 hari pada penyandang DM tipe-2. Tidak terdapat penurunan kadar plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) plasma sesudah berpuasa Ramadhan lebih dari sama dengan 21 hari pada penyandang DM tipe-2.
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH) akibat Kemoterapi pada Pasien Lansia dengan Keganasan Herwanto, Velma; Siregar, Parlindungan; Effendy, Shufrie; Rachman, Andhika
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hiponatremia merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan pada pasien-pasien dengan keganasan. Keadaan hiponatremia dapat terjadi bersamaan atau mendahului diagnosis suatu keganasan. Hiponatremia terkait kanker bisa mempengaruhi respon terhadap terapi kanker maupun kesintasan pasien. Kami laporkan sebuah kasus hiponatremia pada pasien lansia dengan keganasan yang disebabkan oleh syndrome of inappropriate anti diuretic hormone secretion (SIADH).
Parameter Akhir Resusitasi Makrosirkulasi dan Mikrosirkulasi pada Sepsis Berat dan Renjatan Septik Sinto, Robert; Suwarto, Suhendro
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sepsis berat dan renjatan septik telah menjadi masalah kesehatan yang utama di seluruh dunia. Untuk menekan angkamortalitas dini, upaya resusitasi yang dilakukan pada keadaan sepsis berat dan renjatan septik harus ditujukan padapencapaian target parameter makrosirkulasi maupun mikrosirkulasi, khususnya yang telah terbukti berhubungan denganmortalitas dini. Parameter tersebut meliputi tekanan vena sentral, rerata tekanan arteri, produksi urin, saturasi oksigen venasentral, hematokrit, laktat, bersihan laktat, dan ekses basa standar. Kelebihan dan keterbatasan tiap parameter harusdipahami dengan baik dalam upaya interpretasi yang tepat terhadap hasil pemeriksaan parameter tersebut.

Page 1 of 1 | Total Record : 9