cover
Contact Name
Nurul Azizah
Contact Email
socio.historica@uinjkt.ac.id
Phone
+6282343993508
Journal Mail Official
socio.historica@uinjkt.ac.id
Editorial Address
Jl. Tarumanegara, Pisangan, Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15419
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Socio Historica: Journal of Islamic Social History
ISSN : 29622239     EISSN : 29622255     DOI : -
FOCUS Socio Historica: Journal of Social History is to provide readers with a better understanding of Islamic Social History through the publication of articles and book reviews SCOPE Socio Historica: Journal of Social History specializes in disseminating the results of studies on the socio-cultural history of Islam from various places and times. More attention is paid to writing the history of religious practices, expressions, and experiences of both individuals and Muslim communities in their daily lives.
Articles 18 Documents
Saat Tarekat Melawan Kapitalisme Global: Murabitun World Movement di Indonesia, 1999-2020 Haryo Mojopahit
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 1, No 2 (2022): Vol. 1, No. 2, Desember 2022
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v1i2.26835

Abstract

This study will discuss the history of Murabitun World Movement (MWM) in Indonesia and its activities, especially its economy of giving ideas, activities, and networks. MWM is a religious movement that was founded by Ian Dallas, or Abdul Qadir As-Sufi. The movement is fuelled by a sufi order called al-Shadhili al- Darqawiyya Habibi and based on the Maliki school. Mostly, sufi orders are based on asceticism. However, MWM have their own perspectives on Occidentalism, politics, and economy, particularly economy of giving. The movement views the Western civilization as a peril in human history. It also concludes that the Western’s capitalism order and paper moneys as a source of injustice in global economy and poverty in Muslim world. MWM’s mission is to bring back justice and fairness in global economy and politics by encouraging gold and silver coins (dinar and dirham) as real exchange currencies. In Indonesia, MWM’s ideas and activities have been promoted since 1998. A few years later it succeeds in bringing the ideas of using dinar and dirham to the Indonesian Muslim Scholars Society or ICMI annual conference. The leadership of MWM also could bring the President of ICMI, Adi Sasono, to visit Abdul Qadir As-Sufi in Morocco. MWM believes that a welfare state is a utopia if a country still follows capitalism and usury (riba). A state only can provide welfare to its citizens if they implement sixteen pillars of welfare in Islam. Most of these requirements are concepts in Islamic philanthropy. However, MWM has unique interpretations and practices regarding the Islamic philanthropy. The MWM in Indonesia became famous after the Indonesian government accused Zaim Saidi, the Emir of MWM in Indonesia, of violating the Currency Bill. However, he was released by the Court.     Studi ini mendiskusikan sejarah Murabitun World Movement (MWM) di Indonesia dan aktivitasnya, terutama yang terkait dengan gagasan ekonomi kedermawanan, aktivitas-aktivitasnya, beserta jaringannya. MWM atau Gerakan Murabitun Se-Dunia adalah sebuah gerakan keagamaan yang didirikan oleh Ian Dallas atau Abdul Qadir As-Sufi. Gerakan ini dijiwai oleh tarekat tasawuf Syaidziliah Darqawiyah Habibi dan berdasarkan mazhab Maliki. Kebanyakan gerakan tarekat didasarkan oleh asketisme atau menjauhi kehidupan dunia. Namun, MWM memiliki pandangan tersendiri mengenai oksidentalisme, politik, ekonomi, dan filantropi Islam. Gerakan ini melihat bahwa peradaban Barat merupakan penyebab kehancuran dalam sejarah manusia. MWM juga menyimpulkan bahwa tatanan kapitalisme global Barat dan uang kertas sebagai penyebab dari ketidakadilan ekonomi dan kemiskinan di dunia Islam. Misi dari MWM adalah membangun kembali tatanan ekonomi dan politik dunia yang adil melalui gerakan kembali kepada koin emas dan perak (dinar dan dirham) sebagai alat tukar. Di Indonesia, pemikiran dan kegiatan MWM telah tumbuh sejak tahun 1998. Beberapa tahun setelahnya, MWM berhasil memasukan penggunaan dinar dan dirham dalam Musyawarah Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Para pelopor MWM di Indonesia bahkan dapat mengajak Ketua ICMI saat itu, Adi Sasono, untuk bertemu dengan Abdul Qadir As-Sufi di Maroko. MWM berkeyakinan bahwa negara kesejahteraan hanyalah impian jika masih mengikuti sistem kapitalisme dan riba. Sebuah negara hanya akan bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya jika dan hanya jika menerapkan enam belas pilar kesejahteraan dalam Islam yang sebagian besar pilarnya adalah konsep-konsep filantropi Islam. Namun, konsep-konsep filantropi Islam yang ditawarkan MWM dapat dikatakan cukup unik dibandingkan pemahaman mayoritas. MWM ramai dibahas di publik ketika Zaim Saidi, Amir MWM Indonesia, ditangkap oleh aparat yang berwenang karena dianggap melanggar Undang-Undang No. 1 tahun 1946 tentang Mata Uang. Namun, tuduhan tersebut tidak terbukti dan Zaim Saidi dibebaskan dari dakwaan oleh Pengadilan Negeri Depok.   
Modernisasi Pertunjukan di Hindia Belanda: Komedie Stamboel Grup Miss Riboet’s Orion dan Dardanella, 1925-1935 Fitriyani Fitriyani; Amelia Fauzia
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 1, No 1 (2022): Vol. 1, No. 1, Juni 2022
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v1i1.25293

Abstract

Komedie Stamboel is one of the popular shows found in the Dutch East Indies during the transition between the late 19th century and early 20th century. Komedie Stamboel is a kind of mixed art by some Islamic, local, and Western cultures that intertwined and created a new form of show. The Islamic culture can nicely blend with the local and Europe cultures. In terms of Komedie sourced by the word of French and Stamboel. These terms were taken by the name of the capital city of the middle east Islamic country. The story repertoire and costume of the show also relate to the legendary Islamic cultural heritage of the nuances of the thousand and one night's story. This show continuously grew in the early 20th century and showed significant transformation. There were many fans from all European societies, China, and the Indigenous. Miss Riboet's Orion and Dardanella were the Stamboel group that had succeeded in bringing modern change to the Komedie Stamboel show. In the 1930s, both groups had ruled the show's world and achieved success in the Dutch East Indies and other countries. This study examines further how the transformation and modernization of the Stamboel show have made this show more popular. This study uses a sociological approach and historical methods that go through the stages of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results of this study illustrate that Komedie Stamboel achieved its highest popularity due to the transformation and modernization carried out by the pioneers who developed the Stamboel show, namely Miss Riboet's Orion and Dardanella. So that even in the 1930s, during the economic crisis, the two Stamboel groups drew the public's great interest. Penelitian Komedie Stamboel adalah seni pertunjukan populer di Hindia-Belanda pada masa peralihan antara akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Pertunjukan ini merupakan bentuk seni hibrid (campuran) dimana budaya Islam, lokal, dan budaya Barat saling berkelindan dan menciptakan sebuah bentuk pertunjukan baru. Budaya Islam berbaur apik dengan budaya lokal dan Eropa. Seperti istilah Komedie yang berasal dari Perancis dan Stamboel yang diambil dari nama ibukota negara Islam Timur Tengah. Repertoar cerita dan kostum pertunjukan juga sangat erat dengan peninggalan budaya Islam yang melegenda yakni nuansa kisah seribu satu malam. Pada awal abad ke-20 pertunjukan ini terus berkembang dan mengalami transformasi yang signifikan. Peminatnya semakin banyak dan bahkan memiliki penggemar dari semua lapisan masyarakat baik Eropa, China, maupun Pribumi. Miss Riboet’s Orion dan Dardanella merupakan rombongan stambul yang berhasil membawa perubahan modern pada pertunjukan Komedie Stamboel. Pada tahun 1930-an kedua grup ini mampu merajai dunia pertunjukan dan mencapai kesuksesan tidak hanya seantero Hindia-Belanda, tetapi juga meraih kesuksesan di berbagai negara lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti lebih jauh mengenai bagaimana transformasi dan modernisasi dari pertunjukan Stamboel sehingga membawa pertunjukan ini semakin populer. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi serta metode historis yang melalui tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil dari penelitian ini memberi gambaran bahwa Komedie Stamboel mampu mencapai kepopularitasan tertingginya karena transformasi dan modernisasi yang dilakukan oleh para pionir yang mengembangkan pertunjukan stambul yakni Miss Riboet’s Orion dan Dardanella. Sehingga pada tahun 1930-an di masa krisis ekonomi pun, kedua grup Stamboel justeru menyedot animo besar masyarakat.
Peran KH. Muhsin Salim dalam Mentransmisikan Qira’at Sab’ah di Jakarta Selatan 1986-2012 Ali Fasya
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 2, No 1 (2023): Vol. 2, No. 1, Juni 2023
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v2i1.29844

Abstract

This research discusses how Kiai Muhsin Salim transmits the knowledge of Qira'at Sab'ah in South Jakarta using the agency theory introduced by Anthony Giddens. The issue addressed is the role of Kiai Muhsin Salim in the transmission of Qira'at Sab'ah in South Jakarta. The sources used include books, photographs, and interviews. This research employs a descriptive historical method and a social-intellectual approach. The results obtained reveal the significant role of Kiai Muhsin Salim in the development of Qira'at knowledge in Jakarta. First, he taught at his own house and in various forums and gatherings in Jakarta, as well as at institutions such as PTIQ and LBIQ. Second, he authored books on Qira'at Sab'ah to facilitate understanding. Third, he nurtured and trained his students, who are now spread across South Jakarta, West Jakarta, and South Tangerang, and have established their own Quranic institutions.  Abstrak :Penelitian ini membahas bagaimana kiai Muhsin Salim dapat mentransmisikan  Ilmu Qira’ah Sab’ah di Jakarta Selatan dengan menggunakan teori agensi yang diperkenalkan oleh Anthony Giddens. Permasalahan yang dibahas adalah mengenai peran kiai Muhsin Salim dalam transmisi ilmu qira’ah sab’ah di Jakarta Selatan. Sumber yang digunakan adalah buku-buku, foto, dan wawancara dengan narasumber. Penelitian ini menggunakan metode sejarah deskriptif dan pendekatan sosial-intelektual dalam melihat fenomena pengembangan langgam bacaan al-Quran tersebut. Hasil yang didapatkan adalah peran kiai Muhsin Salim dalam perkembangan ilmu qira’at di Jakarta sangat besar pertama, mulai dari mengajar di rumahnya, majelis-majelis yang ada di Jakarta dan di tempat mengajarnya, seperti PTIQ dan LBIQ. Kedua, Ia juga membuat buku tentang qira’ah sab’ah untuk mempermudah dalam segi pemahaman. Ketiga, mengkaderisasi murid-muridnya yang sekarang ini ada yang tersebar di Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Tangerang Selatan, yang mempunyai lembaga Al-Qur’annya sendiri. 
Kontrak Cirebon-VOC Tahun 1699: Peran VOC dalam Menjaga Stabilitas Keamanan Cirebon Tendi Tendi
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 1, No 2 (2022): Vol. 1, No. 2, Desember 2022
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v1i2.27596

Abstract

During the second half of the seventeenth century, the political constellation of Java changed drastically. The dominance of Mataram in Priangan, which was previously strong, was replaced by the superiority of Banten which carried out military expansion to a number of Priangan areas, including Cirebon. However, the domination did not last long because in 1680, the Cirebon princes were more inclined to ally with VOC than Mataram or Banten. After his position was strengthened in Cirebon, the turmoil of disputes which based on the desire for power emerged from within the kraton, and grew even more after the death of Sultan Sĕpuh I in 1697. To maintain the rush en order of the regions under his supervision, VOC helped mediate the conflict and set Contract of August 4, 1699 as a solution to the problem. The Cirebon-VOC contract in 1699 was written manually and still preserved today. Through the contract, VOC regulated the nobility degree of the three Cirebon rulers on the basis of applicable customs and established other rules to eliminate competition as the seed of conflict. Sepanjang paruh kedua Abad XVII, konstalasi politik Tanah Jawa berubah secara drastis. Dominasi Mataram di Priangan yang sebelumnya kokoh, berganti dengan kedigdayaan Banten yang melakukan ekspansi militer ke sejumlah daerah Priangan, termasuk di antaranya Cirebon. Namun, dominasi itu tidak berlangsung lama karena memasuki tahun 1680, para pangeran Cirebon lebih condong untuk bersekutu dengan VOC ketimbang Mataram ataupun Banten. Setelah kedudukannya semakin kokoh di Cirebon, gejolak perselisihan yang dilandasi oleh keinginan berkuasa justru muncul dari internal istana, dan semakin membesar pasca wafatnya Sultan Sĕpuh I pada 1697. Untuk tetap menjaga rush en orde wilayah yang berada di bawah pengawasannya, VOC turut menengahi konflik dan menetapkan Kontrak 4 Agustus 1699 sebagai solusi permasalahan. Kontrak Cirebon-VOC tahun 1699 ditulis secara manual dan masih tersimpan hingga sekarang. Melalui kontrak itu, VOC mengatur derajat kebangsawanan ketiga penguasa Cirebon dengan dasar adat yang berlaku dan menetapkan aturan lainnya untuk menghilangkan persaingan yang merupakan benih konflik yang terjadi di tengah para penguasa tertinggi Cirebon. 
Laut dan Islam: Perkembangan Kesultanan Perlak pada Abad XV Athallah Abel Gibrani Henarwanto
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 1, No 2 (2022): Vol. 1, No. 2, Desember 2022
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v1i2.26435

Abstract

Discussions about when Islam came to Nusantara are exciting topics. Although many books and journal articles have been written on this theme, many experts and other authors are still driven to review the theme again. Among the many works that write about this is a collection of writings about the introduction of Islam in Indonesia edited by A. Hasjmy, which explains the growth of the Perlak Kingdom. This writing attempts to look back at the discussion of the Perlak Kingdom contained in A. Hasjmy's book. The author thoroughly read this book before critically examining some of the information considered worthy of being discussed again. The author adds many analyses of these findings so that what emerges is an alternative view on the theme of Islamization in Indonesia. The author attempts to discuss some of the endemic findings in this writing. It cannot be denied that this book has significantly contributed to the history of Islamization in Indonesia, with various variations and developments. Some authors in this book have different backgrounds of expertise, ranging from history, sociology, anthropology, and archaeology. Indirectly, this book opens the birth of the social history perspective of Islam typologically different from other regions in the world.Artikel ini membahas bagaimana Sarekat Islam (SI) menjadi representasi dari gerakan sosial rakyat pribumi di Hindia Belanda. Penelitian ini mengunakan metode sejarah dengan pendekatan sosiologi. Lebih lanjut penelitian ini menggunakan teori mobilisasi sumber daya dalam gerakan sosial untuk melihat perkembangan pola pemikiran dan gerakan di SI. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pada awalnya, bagi rakyat pribumi SI dianggap sebagai wujud dari gerakan Ratu Adil dimana para pemimpinnya dianggap memiliki kharismatik yang akan memimpin mereka agar lepas dari kesengsaraan hidup. Namun anggapan ini kemudian berubah, bukan hanya karena para pemimpin SI menolak anggapan Ratu Adil itu, namun juga karena di dalam Sarekat Islam sendiri mulai berkembang sebuah pemikiran yang lebih rasional dan modern yakni sosialisme serta reformisme Islam dalam merespon kondisi di Hindia Belanda, yang akhirnya mewujudkan perkembangan ideologi dan gerakan di dalam SI. Paham sosialisme-marxisme (komunisme) yang bertentangan dasar dengan Islam membuat SI akhirnya terpecah-belah. Banyak konflik terjadi antara kubu yang menganut komunisme dengan kubu yang anti komunisme. Puncaknya yakni ketika SI mulai secara tegas membersihkan diri dari unsur komunisme melalui disiplin partai pada 1921.
Merawat Ingatan: Keterlibatan Publik dalam Pelestarian Monumen Perjuangan di Cibinong Bogor 1985-2020 Dewita Alifah Firyal; Amirul Hadi
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 1, No 1 (2022): Vol. 1, No. 1, Juni 2022
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v1i1.25597

Abstract

This study aims to determine the extent of public involvement, namely the community and government in the preservation of the historic building, the Cibinong Community Struggle Monument which is located in Cibinong which is the central government area of Bogor Regency. since its founding in 1985 to 2020 has experienced a decline in attention. Even though in today's technologically sophisticated era, the public can access a wide variety of information, including historical knowledge. So that the community has a role in the preservation of the monument that stands. Therefore, this study should be disclosed as an effort to preserve historic buildings in the future so that they are preserved and maintained. The method used is a historical study with a sociological and political approach, and the data presented is descriptive analytical. The results of this study indicate that there are several factors that influence the emergence of community involvement in the preservation of the Cibinong Monument. The first factor is historical awareness, which is still dominated by the families of fighters from the Cibinong Bivouac War. The second factor is the important role of the media in publishing news on the condition of the Monument for the image of the Cibinong area as the capital of Bogor Regency. It can be concluded that the public knows the general history of the Monument which is written on the Monument stone. In addition, the government's role in the process of implementing monument conservation is still passive and lacks initiative. So that the public's sense of belonging to the monument needs to be improved.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana keterlibatan publik dan pemerintah dalam pelestarian bangunan bersejarah, Monumen Perjuangan Masyarakat Cibinong yang berlokasi di Cibinong, Kabupaten Bogor. Metode yang digunakan merupakan kajian sejarah dengan pendekatan sosiologi dan politik, dan data akan disajikan secara deskriptif-analitis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya keterlibatan masyarakat dalam pelestarian Monumen Cibinong. Faktor pertama adalah kesadaran sejarah yang masih didominasi oleh pihak keluarga pejuang dari Perang Bivak Cibinong. Faktor kedua adalah peran penting media dalam mempublikasikan berita kondisi Monumen untuk citra daerah Cibinong sebagai Ibukota Kabupaten Bogor. Dapat disimpulkan bahwa publik mengetahui sejarah Monumen secara umum yang tertera pada batu Monumen. Selain itu, peran pemerintah dalam proses pelaksanaan pelestarian monumen masih pasif dan kurang berinisiatif. Sehingga rasa memiliki publik terhadap monumen perlu ditingkatkan.
Analisis Framing Surat Kabar Sinar Hindia, Sin Po dan Java Bode terhadap Protes Sosial Petani di Tangerang 1924 Saka Tri Utama
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 2, No 1 (2023): Vol. 2, No. 1, Juni 2023
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v2i1.30846

Abstract

This study discusses the framing of Sinar Hindia, Sin Po and Java Bode in reporting peasant social protest in Tangerang 1924. By using framing and mass sociology approach, this study will answer how the ideology of the newspapers Sinar Hindia, Sin Po and Java Bode is manifested in reporting the social protests of farmers in Tangerang. The Sinar Hindia newspaper, which has an affiliation with socialist movement figures, framed the Tangerang incident by putting forward a narrative about the economic and social milieus of the indigenous population. The Sin Po newspaper, which was represent the voice of peranakan Tionghoa in the Dutch East Indies, adhered to the values of Tionghoa nationalism as its ideology in framing the events in Tangerang caused by religious doctrine carried out by the Kaiin Bapa Kayah group. The Java Bode newspaper, was represent with the wave of liberalism in the Dutch East Indies along with an editor who had a liberal-moderate understanding and judged that the events in Tangerang occurred based on the religious doctrine of the farmers. Abstrak :Penelitian ini membahas framing surat kabar Sinar Hindia, Sin Po dan Java Bode dalam memberitakan protes sosial petani di Tangerang pada tahun 1924. Dengan menggunakan teori analisis framing dan pendekatan sosiologi massa, penelitian ini akan menjawab bagaimana pengejahwantahan ideologi surat kabar Sinar Hindia, Sin Po dan Java Bode dalam mewartakan protes sosial petani di Tangerang. Surat kabar Sinar Hindia yang memiliki afiliasi dengan tokoh pergerakan sosialis mem-framing peristiwa Tangerang dengan mengedepankan narasi tentang kehidupan ekonomi dan sosial penduduk pribumi yang sangat memprihatinkan hingga membuat mereka harus melakukan protes tersebut. Surat kabar Sin Po yang hadir sebagai suara dari peranakan Tionghoa di Hindia Belanda, memegang teguh nilai-nilai nasionalisme Tionghoa sebagai ideologinya dalam mem-framing bahwa peristiwa di Tangerang diakibatkan oleh doktrin keagamaan yang dilakukan oleh kelompok Kaiin Bapa Kayah. Surat kabar Java Bode hadir bersama gelombang liberalisme di Hindia Belanda beserta redaktur yang berpemahaman liberal-moderat dan menilai bila peristiwa di Tangerang terjadi berdasarkan doktrin keagamaan para petani. 
Doing Historical Research in Museum and Digital Museum M. Ma'ruf Misbah; Faizal Arifin
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 1, No 2 (2022): Vol. 1, No. 2, Desember 2022
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v1i2.26075

Abstract

This article discusses the role of museums and digital museums as scientific research destinations in history. Not only physical visits to museums but the Covid-19 pandemic has also accelerated the transformation of scientific destinations through digital museums. This study aimed to identify the role and contribution of the museum and digital museum as a destination for historical researchers to carry out scientific research activities in the field of history by analyzing material culture as a historical source collected by the museum. The Rijksmuseum is an example of a digital museum provider that provides a huge collection of museums for historical research. This article used qualitative research methods with historical science approaches, especially historical research methods, archaeological approaches, and sociocultural approaches. The results indicate that there are opportunities for historical researchers to write history comprehensively, which are not only based on historical sources in oral and written form but can also be supplemented with historical information obtained from analysis of historical sources in the form of material culture which is a legacy from the past collected by the museum and digital museum. Thus, it appears that the museum which collects material culture has a significant role significant research destination in the field of history. As an impact of the existence of this material culture, historical researchers can obtain historical information from the analysis of that material culture to complement historical information obtained from the analysis of historical sources in other forms.Artikel ini membahas tentang peran museum sebagai tujuan penelitian ilmiah di bidang sejarah. Bukan hanya kunjungan fisik ke museum, pandemi Covid-19, mempercepat transformasi destinasi ilmiah sejarah melalui museum digital. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran dan kontribusi museum serta museum digital sebagai tujuan peneliti sejarah untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah di bidang sejarah dengan menganalisis budaya material sebagai sumber sejarah yang dikumpulkan oleh museum. Rijksmuseum merupakan contoh penyedia digital museum yang menyajikan banyak koleksi museum bagi penelitian sejarah. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan ilmu sejarah, khususnya mengenai metode penelitian sejarah, pendekatan arkeologi, dan pendekatan sosiokultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peluang bagi peneliti sejarah untuk menulis sejarah secara komprehensif, yang tidak hanya didasarkan pada sumber sejarah dalam bentuk lisan dan tulisan tetapi juga dapat dilengkapi dengan informasi sejarah yang diperoleh dari analisis sumber sejarah berupa kebudayaan material yang warisan dari masa lalu yang dikumpulkan oleh museum. Dengan demikian, tampak bahwa museum yang mengkoleksi  material memiliki peran yang signifikan sebagai tujuan penelitian di bidang sejarah. Sebagai dampak dari keberadaan kebudayaan material ini, peneliti sejarah dapat memperoleh informasi sejarah dari analisis budaya material tersebut untuk melengkapi informasi sejarah yang diperoleh dari analisis sumber sejarah dalam bentuk lain.
Politik Keseharian: Penggunaan Sepatu di Masyarakat Batavia Awal Abad ke-20 Mohamad Farhan Ramadhan; Awalia Rahma
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 2, No 1 (2023): Vol. 2, No. 1, Juni 2023
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v2i1.31573

Abstract

This article discusses the relationship and impact of macro-political changes on the microsphere of everyday life. The case study discussed how the political changes created the use of shoes as a new culture and formed the different representations and experiences of each ethnic group in Batavia. At the beginning of the 20th century, the Dutch government implemented a liberal Ethical Policy as a form of Dutch reciprocation to improve life in the Dutch East Indies. Ethical Politics, which are liberal and inclusive, open wider opportunities for people outside Western groups to be in better positions in social structure or on par with Western groups. This research uses the historical method with the New Cultural History approach. Furthermore, this study uses the theory of Politics of Everyday Life to see how the relationship between politics in the macro realm can affect the microdomain. The results of this study indicate that the new policy has created a new era in Batavian society. Changes in politics have had a domino effect in the socio-economic realm and even in people's daily lives, such as the use of shoes as a new identity. However, the heterogeneous Batavian society makes the identity values in shoes not the same, not only seen as a projection of the strength of the position of the social structure but also seen as a representation of the socio-cultural experience of each ethnic group. This had an impact on the value of footwear that developed in Batavian society, which differed based on certain ethnicities. Abstrak:Artikel ini membahas hubungan dan dampak perubahan politik makro pada ranah mikro seperti kehidupan sehari-hari. Studi kasus yang dibahas dalam artikel adalah bagaimana perubahan politik yang menciptakan penggunaan sepatu menjadi budaya baru dan membentuk representasi serta pengalaman yang berbeda tiap etnis di Batavia pada awal abad ke-20. Di awal abad ke-20, pemerintah Belanda menerapkan kebijakan Politik Etis yang liberal sebagai bentuk rasa balas budi Belanda untuk memperbaiki keadaan di Hindia-Belanda. Politik Etis yang bersifat liberal dan inklusif, membuka pintu semakin lebar untuk memberikan kesempatan orang-orang di luar kelompok etnis Barat untuk berada di posisi struktur sosial yang lebih baik atau disetarakan dengan kelompok etnis Barat. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan New Cultural History. Lebih lanjut penelitian ini menggunakan teori Politics of Everyday Life untuk melihat bagaimana hubungan pergerakan politik dalam ranah makro dapat mempengaruhi ranah mikro, yakni kebiasaan dan ide sehari-hari di masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan kebijakan yang bersifat terbuka menciptakan era baru di dalam masyarakat Batavia. Perubahan pada politik memberikan efek domino pada ranah sosial-ekonomi bahkan hingga kehidupan sehari-hari masyarakat seperti dalam penggunaan sepatu sebagai identitas baru. Akan tetapi, masyarakat Batavia yang heterogen membuat nilai identitas yang ada di sepatu tidaklah sama, tidak hanya dilihat sebagai proyeksi kekuatan posisi struktur sosial tetapi juga dilihat sebagai representasi dari pengalaman sosial-kultural yang dialami di tiap etnis. Hal ini berdampak pada nilai alas kaki yang berkembang di masyarakat Batavia berbeda-beda berdasarkan etnis tertentu.
Mengasimilasi Tionghoa Muslim: Kebijakan Pembauran dan Strategi Organisasi Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa (BAKOM-PKB) 1977-1998 Gita Safitri; Imam Subchi
Socio Historica: Journal of Islamic Social History Vol 1, No 1 (2022): Vol. 1, No. 1, Juni 2022
Publisher : Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/sh.v1i1.25793

Abstract

This article examines the organizational strategy of the Communication Forum for National Unity (BAKOM-PKB) in the process of assimilation from 1977-1998. This research includes the history of the development of BAKOM-PKB to its strategy in implementing the assimilation policy from 1977-1998. This study uses historical research methods, namely heuristics, verification, interpretation, and historiography. This research also uses a social approach and primary sources in the form of documents published by the agency and the state gazette on assimilation policies. The results of this study indicate that BAKOM-PKB is a universal mass organization and was inaugurated by the Ministry of Home Affairs in 1977. This agency aims to be a forum for thought and research to provide input to the government and society on the issue of assimilation. BAKOM-PKB places greater emphasis on assimilation to all aspects of people`s lives through information about the idea of assimilation in discussions, training, and print media, in carrying out its duties. In addition, the existing assimilation policy can create a relationship between BAKOM-PKB and Chinese Muslim community institutions with the same vision in assimilation.Artikel ini meneliti tentang strategi organisasi Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa (BAKOM-PKB) dalam proses Asimilasi tahun 1977-1998. Penelitian ini meliputi sejarah perkembangan BAKOM-PKB hingga strateginya dalam upaya menerapkan kebijakan asimilasi dalam kurun tahun 1977-1998. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan sosial dan menggunakan sumber primer berupa dokumen yang diterbitkan oleh badan tersebut, dan lembaran negara tentang kebijakan asimilasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa BAKOM-PKB merupakan organisasi massa yang universal serta diresmikan oleh Departemen Dalam Negeri pada tahun 1977. Badan ini memiliki tujuan sebagai wadah pemikir dan penelitian untuk memberikan masukan kepada pemerintah dan masyarakat mengenai masalah pembauran. BAKOM-PKB dalam menjalankan tugasnya lebih menekankan upaya pembauran kepada seluruh aspek kehidupan masyarakat melalui penerangan tentang gagasan pembauran dalam diskusi, pelatihan maupun media cetak. Selain itu kebijakan asimilasi yang ada mampu menciptakan hubungan antara BAKOM-PKB dengan lembaga masyarakat Tionghoa Muslim yang memiliki kesamaan visi dalam asimilasi. 

Page 1 of 2 | Total Record : 18