cover
Contact Name
Heffry Veibert Dien
Contact Email
heffryvdien@unsrat.ac.id
Phone
+62811432676
Journal Mail Official
jurnal.itpt@unsrat.ac.id
Editorial Address
Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Kampus Unsrat, Manado 95115
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap
rancang bangun dan hidrodinamika alat tangkap ikan, rancang bangun dan hidrodinamika kapal perikanan, operasi penangkapan ikan, meteo-oseanografi perikanan tangkap, daerah penangkapan ikan, biologi perikanan tangkap, pengelolaan perikanan tangkap.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 2 (2018): Desember" : 6 Documents clear
Efisiensi teknis dan ekonomis usaha penangkapan pukat cincin menurut gross tonnage kapal di Pelabuhan Perikanan Pantai Tumumpa Manado, Sulawesi Utara (Technical and economical efficiency of purse seine fisher based on tonnage ship in Tumumpa Fishing Port of Manado, North Sulawesi) Helwik Mananggel; Kawilarang W.A. Masengi; Mariana Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 3 No. 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.3.2.2018.20662

Abstract

Purse seine is well are better known in North Sulawesi as "soma pajeko". Soma pajeko is an effective fishing gear to catch schooling pelagic fishes. The purpose of this study is to analyze the technical efficiency and economical efficiency of purse seine 15-30 GT, 31-45 GT, and 46-60 GT, and to know which ship size is good to develop. Data collection was done by observation directly in the field, interview with fisherman and business owner, visited PPP Tumumpa office. The data samples are of production, cost and income data for 5 years (2013-2017). The number of ship samples for each group size was five ships. The results of the three groups showed that the average production per trip per vessel per year is 5,546 kg, the average production per GT per vessel per year is 11,323 kg, the average production per worker per vessel per year is 13,444 kg, and the average production per width of net per ship per year is 28 kg. Catch to break event shows the smallest percentage of profit on KM. Galilea-02 is 1.55% and the highest in KM. Betlehem-02 is 16.44%. From the three groups that the average revenue per trip per vessel per year is Rp. 105,802,947, the average profit per trip per vessel per year is Rp. 41,990,226, the largest average RC-Ratio these three groups for 5 years is 6.25%, the average variable cost per production per vessel per year is the largest Rp. 8,380 average fixed costs per production per vessel per year is Rp. 2,188, and the largest average total cost per vessel per vessel per year is Rp. 10,568. A technical efficiency analysis result, from 2013-2017 GT 15-30 groups has the largest production per trip per ship per year with 5,546 kg. In group GT 15-30 KM. Bethlehem-02 has an average production value of 1,032,479 Kg with a value of 62,787 CTBE. Economic efficiency analysis results, from 2013-2017 GT group 15-30 has the average value per trip per vessel per year is the largest of Rp. 41,990,226. KM. Betlehem-02 with a payback of 6.41% per annum.Keywords: technical efficiency, economical efficiencyABSTRAKPukat cincin yang lebih dikenal di Sulawesi Utara dengan nama “soma pajeko”. Soma pajeko adalah alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang sifatnya bergerombol  (schooling) dan hidup di permukaan laut. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efisiensi teknis dan efsiensi ekonomis  pada kapal pukat cincin berukuran 15-30 GT, 31-45 GT, dan 46-60 GT dan untuk mengetahui ukuran kapal manakah yang baik untuk dikembangkan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di lapangan, wawancara dengan nelayan dan pemilik usaha, mengunjungi kantor PPP Tumumpa. Data yang di perlukan yaitu data produksi, biaya dan pendapatan selama kurun waktu 5 tahun (2013-2017). Jumlah kapal yang akan dijadikan sampel menurut ukuran yaitu ukuran 15-30 GT sebanyak 5 unit, ukuran 31-45 GT sebanyak 5 unit, dan ukuran kapal 46-60 sebanyak 5 unit. Hasil penelitian dari ketiga kelompok bahwa rata-rata produksi per trip per kapal per tahun terbesar yaitu 5.546 kg, rata-rata produksi per GT per kapal per tahun terbesar yaitu 11.323 kg, rata-rata produksi per tenaga kerja per kapal per tahun terbesar yaitu 13.444 kg, rata-rata produksi per luas jaring per kapal per tahun terbesar yaitu 28 kg. Cath to break even menunjukan presentase keuntungan terkecil pada KM. Galilea-02 yaitu 1,55% dan paling tinggi pada KM. Betlehem-02 sebesar 16,44%. Dari ketiga kelompok bahwa rata-rata pendapatan per trip per kapal per tahun terbesar yaitu Rp. 105.802.947, rata-rata keuntungan per trip per kapal per tahun terbesar yaitu Rp. 41.990.226, hasil analisa rata-rata RC-Ratio terbesar dari ketiga kelompok ini selama 5 tahun yaitu 6,25%, rata-rata biaya variable per produksi per kapal per tahun terbesar yaitu Rp. 8.380 rata-rata biaya tetap per produksi per kapal per tahun terbesar yaitu Rp. 2.188 dan rata-rata biaya total per produksi per kapal per tahun terbesar yaitu Rp. 10.568. Hasil analisis efisiensi teknis, dari Tahun 2013-2017 kelompok GT 15-30 memiliki jumlah produksi per trip per kapal per tahun  paling besar dengan jumlah 5.546 kg. Pada kelompok GT 15-30 KM. Betlehem-02 memiliki nilai rata-rata produksi sebesar 1.032.479 Kg dengan nilai CTBE 62.787. Hasil analisis efisiensi ekonomis, dari Tahun 2013-2017 kelompok GT 15-30 memiliki nilai rata-rata keuntungan per trip per kapal per tahun yang terbesar  yaitu Rp. 41.990.226. KM. Betlehem-02 dengan pengembalian modal sebesar 6,41 % per tahun.Kata-kata kunci : efisiensi teknis, efisiensi ekonomis
Komunitas ikan pada terumbu buatan pipa paralon dan biorock di perairan pantai Malalayang, Kota Manado Sulawesi Utara (Fish community inartificial reefs of paralon pipe and biorock, placedin coastal waters of Malalayang, Manado North Sulawesi) Herianto Husain; Wilhelmina Patty; Lusia Manu
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 3 No. 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.3.2.2018.21282

Abstract

Coral reefs in Malalayang coastal waters has degraded due to impact of restoration and pollution, especially domestic disposals. It makes the fishermen communities who depend upon the coral reef fisheries difficult to fish in the coastal waters. One of the solutions for coral restoration is to develop artificial reefs. The objective of the study is to know the ecological condition of the fish communities in two types of artificial reefs, biorock and paralon pipe. Data sampling was done every week for one month in the morning at 09.00 O’clock am and afternoon at 14.00 pm, using stationary visual census method. The data covered species and number of coral fishes around the artificial reefs. Data analyses focused on the diversity and the richness individu. Results showed that the fish communities in both artificial reefs that the fish occurrence in the biorock were relatively higher than those in the paralon pipe, this is related to habitat conditions in biorock providing a greater opportunity for the presence of fish there. There were 13 to 15 fish genera found in both artificial reefs. The highest number was recorded in the morning. The diversity of fish species is low, but the abundance of fish is classifiedas moderate criteria.Keywords: artificial reef, coral fish, Malalayang Manado, BiorockAbstrakTerumbu karang di perairan pantai Malalayang sudah mengalami degradasi, karena dampak kegiatan reklamasi dan polusi terutama sampah. Hal ini menyebabkan masyarakat nelayan yang hidupnya bergantung pada perikanan terumbu karang semakin sulit menangkap ikan di perairan pesisir. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk merestorasi sumberdaya alam yang rusak adalah terumbu buatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi ekologi komunitas ikan pada dua tipe terumbu buatan, yakni biorock dan pipa paralon. Pengambilan data dilaksanakan dua kali dalam sehari yaitu pagi hari (pukul 09.00 Wita) dan siang hari (14.00 Wita) selama sebulan, dengan menggunakan metode stationery visual sensus. Data komunitas ikan yang dianalisa adalah keragaman dan kekayaan jenis. Hasil yang diperoleh adalah Keberadaan ikan di terumbu buatan biorock relatif lebih banyak dari pada di terumbu buatan pipa paralon. Ada 13 sampai 15 jenis ikan yang ditemukan di terumbu buatan biorock dan pipa paralon. Jumlah yang terbanyak dijumpai pada pengamatan di pagi hari. Nilai keragaman jenis ikan tergolong rendah, namun memiliki kelimpahan ikan yang tergolong sedang sampai tinggi.Kata kunci: Terumbu buatan, ikan karang, Malalayang Manado, Biorock.
Studi tentang tinggi penempatan lampu terhadap jumlah hasil tangkapan ikan pelagis di rumpon di Perairan Likupang (Study of the placement level of lights on the number of pelagic catches at FADs in Likupang Waters) Elvis Dimes; Fanny Silooy; Patrice N. I. Kalangi
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 3 No. 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.3.2.2018.21426

Abstract

Fishing aids commonly used in fishing operations in Indonesia include FADs and light attractors. The use of lighting fishing is generally intended to attract fish to gather around light sources. The success of the light source to attract and collect fish around the lamp depends on the state of the lamp and environmental conditions. In this study treatment was is the height of the lamp from the water surface, namely 80 cm, 120 cm, and 180 cm. 120 cm high is the height commonly used by fishermen. The lights are made in two series, each consisting of four lights with a total of 200 watts. The purpose is to find out the catch of fishing rods around the FADs with high treatment of lights that are dissected. Based on the graph, the treatment given has a different tendency in catches number. The types of fish caught by hand line in FADs around 5 types of fish in the order of the most catches are mackerel (Selaroides leptolepis), and followed by flying fish (Decapterus ruselli), tuna fish (Auxis thazard), dolphin fish (Coryphaena hippurus), and squid (Loligo sp).The lamps placed at the level of 180 cm gives more catches, followed by the lamps at thelevel of 80 cm which is not much different from an level of 120 cm. cm and type of flying fish was caught more at the height of the lamp at 180 cm from the surface.Keywords: LED lights, FADs, pelagic fish, Likupang waters AbstrakAlat bantu penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia antara lain adalah rumpon dengan attractor cahaya. Penggunaan alat bantu cahaya pada penangkapan ikan umumnya dimaksudkan untuk menarik ikan agar berkumpul di sekitar sumber cahaya. Berhasil tidaknya sumber cahaya lampu untuk menarik dan mengumpulkan ikan-ikan di sekitar lampu tergantung keadaan lampu dan kondisi lingkungan. Perlakuan pada penelitian ini adalah tinggi lampu dari permukaan air, yakni 80 cm, 120 cm, dan 180 cm. Tinggi 120 cm merupakan tinggi yang biasa digunakan oleh nelayan. Lampu dibuat dalam dua rangkaian yang masing-masing terdiri atas empat lampu dengan intensitas total 200 watt. Tujuan untuk mengetahui hasil tangkapan pancing ulur di sekitar rakit dengan perlakuan tinggi lampu yang berbedah. Berdasarkan grafik, perlakuan yang diberikan memiliki kecenderungan berbeda. Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan pancing ulur di rumpon adalah 5 jenis ikan dengan urutan hasil tangkapan terbanyak adalah selar (Selaroides leptolepis), dan diikuti oleh ikan layang (Decapterus ruselli), tongkol (Auxis thazard), lemadang (Coryphaena hippurus), dan cumi-cumi (Loligo sp). lampu yang ditempatkan pada ketinggian 180 cm memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak, diikuti lampu pada ketinggian 80 cm yang tidak jauh berbeda dengan ketinggian 120 cm. Jenis ikan selar diperoleh paling banyak pada ketinggian 120 cm dan jenis ikan layang lebih banyak tertangkap pada ketinggian lampu 180 cm dari permukaan.Kata kunci: lampu LED, rumpon, ikan pelagis, perairan Likupang
Komposisi hasil tangkapan jaring insang dasar dan cara tertangkapnya ikan di Perairan Malalayang (Composition catches of bottom gillnet and how to catch fish in Malalayang Waters) Maikel F. Pondaag; Meta S. Sompie; Johnny Budiman
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 3 No. 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.3.2.2018.21427

Abstract

Gill net is a fishing gear set vertically underwater to ambushed off the fish swimming direction. The fish are caught by means of gill trapped or body entangled. One of the gill fishing ground is in Malalayang Dua, Manado. This study was aims to knowing the species composition of bottom gill net with mesh size of 3 inches, 3½ inches, and 4 inches, comparing the catch number and individual size caught in different mesh size, and knowing how they were caught. The study used a descriptive method based on a case study. Results showed that the catches were dominted by parrotfish (Scarus sp.), 26 individuals, followed by surgeonfish (Achanthurus pyroferus), 21 individuals, butterflyfish (Zanclus cornutus), 8 individuals, and other species, less than 5 individuals. The fish caught in the mesh size of 3 inches were 60 individuals, 3½ inches were 29 individuals, 4 inches were 2 individuals. The parrotfish were dominantly caught in the mesh size of 3 inches, 17 individuals, tangs in 3 inches, 13 individuals, and the butterflyfish in 3 inches, 7 individuals. The heaviest fish caught in the mesh size of 3½ inches was 2.74 kg for parrotfish, 1.55 kg for surgeonfish and 5.1 kg for goatfish.Keywords: bottom gill net, catch composition, size, number of catches. AbstrakJaring insang adalah jaring yang dipasang tegak lurus dalam  air untuk menghadang arah renang ikan. Jaring insang dasar merupakan salah satu alat tangkap yang pengoperasiannya digemari oleh nelayan-nelayan yang dilakukan didaerah tertentu (certain area) tangkapan sehingga diharapkan semua ikan ataupun yang berada pada area dapat tertangkap. Salah satu daerah penangkapan ikan dengan jaring insang adalah Malalayang Dua Kota Manado. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan jaring insang dasar yang berukuran mata 3 inci, 3½ inci dan 4 inci, membandingkan komposisi jumlah dan ukuran hasil tangkapan dari ukuran mata jaring yang digunakan, dan mengetahui bagaimana cara tertangkapnya ikan pada berbagai ukuran mata jaring. Jenis ikan kakatua (Scarus sp) mendominasi hasil tangkapan sebanyak 26 ekor, diikuti oleh ikan butana (Achanthurus pyroferus) sebanyak 21 ekor, ikan kupu-kupu (Zanclus cornutus) sebanyak 8 ekor sedangkan jenis lainnya tertangkap kurang dari 5 ekor. Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh ukuran mata 3 inci 60 ekor,ukuran mata 3½ inci  yaitu 29 ekor, dan ukuran mata 4 inci hanya  2 ekor. Komposisi jumlah hasil tangkapan ikan Kakatua didominasi oleh mata jaring ukuran 3 inci yaitu 17 ekor, pada ikan Butana didominasi oleh mata jaring 3 inci yaitu 13 ekor, dan untuk ikan kupu-kuu didominasi oleh mata jaring 3 inci dengan jumlah 7 ekor. Bobot ikan kakatua lebih berat pada mata jaring 3½ inci yaitu 2,74 kg, ikan Butana lebih berat pada mata jaring 3½ inci yaitu 1,55 kg, dan ikan Biji nangka pada mata 3½ inci dengan berat 5,1 kg.Kata kunci : jaring insang dasar, komposisi hasil tangkapan, ukuran, hasil tangkapan
Pengaruh perbedaan umpan bubu kerucut terhadap hasil tangkapan rajungan di Perairan Teluk Manado, Kota Manado (The effect of different bait of trap on swimming crab catches in the waters of Manado Bay, Manado City) Reynold Damula; Ivor L. Labaro; Fransisco P. T. Pangalila
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 3 No. 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.3.2.2018.21430

Abstract

ABSTRACTThe development of fishing technology (especially fish, mangrove crabs and swimming crabs), is emphasized more on environmentally friendly fishing gear, with expectations of utilizing fisheries resources in a sustainable.  The use of the right bait, is expected to increase the capture capability of the trap; but scientific information like this is not yet widely available.  In addition, the size of the catch of the swimming crab by fishermen is not known with certainty, whether the size (legal size) is appropriate or not as set in Permen KP nomor 1 tahun 2015. This research aims to study the effect type of bait on swimming crab catches, as well as evaluate the size of the catch.  This research was carried out based on experimental methods, and data collection techniques were carried out by operating 6 units of traps for 20 trips.  Three units of trap used scad mackerel bait, while three units used chicken intestine bait.  The operation of traps is carried out in 2 locations, namely Malalayang and Tumumpa waters, each of 10 trips. The total catches were 102 swimming crabs, consisting of 65 individuals caught in the traps of scad mackerel bait and 37 individuals caught in the chicken intestine bait.  The results of the t-test analysis showed that the use of scad mackerel bait and chicken intestine in traps gave the catches of the crab very significantly different, where the bait scad mackerel gives a better catch than the chicken intestine.  The size of the crab catches almost all met the permissible requirements of 98 (94%) both carapace and weight.Keywords: swimming crab, carapace size, trap baits, chicken intestines ABSTRAKPengembangan teknologi penangkapan ikan (khususnya ikan, kepiting bakau dan rajungan), lebih di tekankan pada alat tangkap ikan yang ramah lingkungan, dengan harapan dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.  Penggunaan umpan yang tepat, diduga dapat meningkatkan kemampuan tangkap dari alat tangkap bubu; namun informasi ilmiah seperti ini,  belum banyak tersedia.  Selain itu ukuran hasil tangkapan rajungan oleh nelayan belum diketahui secara pasti, apakah ukurannya (legal size) sesuai atau tidak seperti yang diatur dalam Permen KP nomor 1 tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan ranjungan, serta mengevaluasi ukuran hasil tangkapan. Penelitian ini dikerjakan berdasarkan metode eksperimental, dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengoperasikan 6 unit bubu kerucut masing-masing 3 unit bubu menggunakan umpan ikan layang, sedangkan  3 unit bubu lainnya menggunakan umpan usus ayam. Pengoperasian bubu kerucut dilakukan pada 2 lokasi yaitu di perairan Malalayang dan Tumumpa, masing-masing 10 trip. Total hasil tangkapan sebanyak 102 ekor, yang terdiri dari 65 ekor tertangkap pada bubu umpan ikan layang  dan 37 ekor tertangkap pada bubu umpan usus ayam. Hasil analisis uji t menunjukan bahwa penggunaan umpan ikan layang dan usus ayam pada bubu kerucut memberikan hasil tangkapan rajungan yang sangat berbeda nyata, dimana umpan ikan layang memberikan hasil tangkapan rajungan lebih baik daripada umpan usus ayam. Ukuran hasil tangkapan rajungan hampir semuanya memenuhi persyaratan yang diperbolehkan yaitu 98 ekor (94 %) baik ukuran karapaks maupun berat.Kata-kata kunci:  ranjungan, ukuran karapas, umpan bubu, usus ayam
Pengaruh diameter roller terhadap jumlah hasil tangkapan bagan di Perairan Selat Lembeh Kota Bitung (The effect of roller diameter on the fish catch of aerial traps in Lembeh Strait Waters, Bitung) Hian J. Rabuisa; Lefrand Manoppo; Mariana E. Kayadoe
JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP Vol. 3 No. 2 (2018): Desember
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jitpt.3.2.2018.21442

Abstract

Lembeh Bay waters possess sufficient potency of small pelagic fish resources that could be managed for people prosperity, particularly fisheries communities. One of the fishing gears operated in Lembeh Strait is aerial traps. The success of aerial traps operation is the availability of target fish resources, the control of target fish behavior, and hauling time. One of the influencing factors of net hauling time isroller that functions to lower and lift the net in light fishing. This study utilized 3 different roller diameters, 10 cm, 15 cm, and 20 cm,installed over each aerial traps and simultaneously operated. Fishing operations were done 7 times once a day, from October 21th, 2017, and October 23th to 28th, 2017. Results found that the roller size highly significantly affected the time of net hauling and catches, 262 seconds for 10 cm diameter, 215.86 seconds for 15 cm diameter, and 178.86 seconds for 20 cm diameter, respectively. Total catches obtained in 3 aerial traps using different rollers were 4450 kg (18.43 %) of mackerel (Decapterus sp), 5250 kg (21.74 %) of yellowstripe scad (Selaroides sp), 5500 kg (22.77 %) of bullet tuna (Auxisrocii), 5750 kg (23.81 %)of sardines (Sardinella sp), and 3200 kg (13.25 %) of squids (Loligo sp).Keywords: roller diameters, aerial traps. ABSTRAKPerairan Selat Lembeh memiliki potensi sumberdaya ikan pelagis kecil yang cukup potensial untuk dikelola bagi kemakmuran masyarakat pada umumnya dan khusunya masyarakat nelayan. Salah satu alat tangkap yang diusahakan oleh nelayan yang berkegiatan di perairan Selat Lembeh adalah bagan. Keberhasilan pengoperasian bagan adalah tersedianya sumberdaya ikan target, pengendalian tingkah laku ikan target serta waktu pengangkatan atau penarikan jaring (cang). Salah satu faktor yang mempengaruhi waktu pengangkatan jaring yaitu roller. Pada bagian atas rumah bagan terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi sebagai katrol untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan pada malam hari (light fishing) terutama pada hari yang gelap dengan menggubakan lampu sebagan alat bantu penangkapan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) penambahan diameter roller dengan ukuran berbeda yaitu: 10 cm, 15 cm, dan 20 cm yang dipasang pada tiap bagan (1 bagan 1 ukuran roller) dan dioperasikan secara bersamaan. Pengoperasian dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali pada hari-hari yang berbeda, yaitu dilakukan pada bulan Oktober 2017, dimulai pada hari Sabtu tanggal 21, Senin tanggal 23 – Sabtu tanggal 28. Perbedaan beberapa ukuran roller pada bagan apung, berpengaruh sangat nyata terhadap waktu penarikan jaring dan hasil tangkapan yaitu lebih cepat, dengan rincian waktu pada penambahan diameter 10 cm 262 detik, diameter 15 cm 215,86 detik, dan diameter 20 cm 178,86 detik. Hasil tangkapan total yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian pada 3 alat tangkap bagan dengan ukuran penambahan sampul roller yang berbeda sebanyak 4450 kg (18,43 %) malalugis (Decapterus sp), 5250 kg (21,74 %) tude (Selaroides sp), 5500 kg (22,77 %) deho (Auxisrocii), 5750 kg (23,81 %) sardin (Sardinella sp) dan 3200 kg (13,25 %) cumi (loligo sp).Kata-kata kunci: diameter roller, bagan apung.

Page 1 of 1 | Total Record : 6