cover
Contact Name
I Putu Udiyana Wasista
Contact Email
udiyanawasista@isi-dps.ac.id
Phone
+6281805390402
Journal Mail Official
jurnal.hastagina@isi-dps.ac.id
Editorial Address
Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar Jl. Nusa Indah, Sumerta, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali 80235
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Hastagina: Jurnal Kriya dan Indsutri Kreatif
ISSN : -     EISSN : 28297393     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
 Jurnal ini menerbitkan karya tulis hasil penelitian baik berupa kajian dan penciptaan yang merujuk pada aspek keilmuan kriya yang meliputi jenis medianya seperti: 1) Kriya Logam; 2) Kriya Tekstil; 3) Kriya Keramik; 4) Kriya Kayu; dan 5) Kriya Kulit. Sedangkan berdasarkan fungsinya, yaitu: 1) Kriya Ritual; dan 2) Kriya Dekoratif. Begitupula pada pendekatan yang digunakan, meliputi: 1) Tradisional; 2) Kontemporer; dan 3) Ekologis (penggunaan material berkelanjutan).
Articles 53 Documents
PERBANDINGAN MOTIF DAN PEMASARAN BATIK DIUSAHA IJEN BATIK DAN BATIK MAGENDA DI DESA TAMANAN KABUPATEN BONDOWOSO Nurlaeli Dwi Safitri; I Wayan Mudra
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 01 (2021): Hastagina: Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i01.59

Abstract

Ijen Batik dan Batik Magenda merupakan UMKM yang ada di Desa Tamanan Bondowoso Jawa Timur. Kedua usaha ini adalah pelopor usaha batik di Bondowoso yang mengerjakan batik cap, batik tulis, dan batik semi. Selama ini kedua usaha ini belum banyak diangkat dalam karya tulis ilmiah. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan motif dan pemasaran produk Ijen Batik dan Batik Magenda. Penelitian ini merupakan penelitian sampel menggunakan pendekatan proposive sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi secara off line dan on line. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan dilakukan tahun 2020. Hasil penelitian menunjukkan motif produk Ijen Batik lebih unggul di bandingkan dengan motif produk usaha batik Magenda, karena motif yang dibuat oleh Ijen Batik selalu mengikuti trending tahunan, dan selalu melakukan inovasi dalam pengembangan motif. Motif produk-produk Ijen Batik menjadi lebih variatif dibandingkan produk batik Magenta. Demikian juga pemasaran produk Ijen Batik lebih luas dibandingkan dengan Batik Magenda. Ijen Batik telah melakukan promosi sampai pada tingkat televisi nasional, sehingga produk Ijen Batik semakin dikenal masyarakat luas. Peneliti berharap melalui publikasi ini, kedua usaha batik ini dikenal lebih luas dan pemasaran produknya menjadi lebih meningkat.
Pelestarian Keramik Porselen pada Bangunan Pura di Puri Agung Satria Denpasar Ni Made Rai Sunarini; I Ketut Muka Pendet; I Wayan Suardana
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 01 (2021): Hastagina: Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i01.64

Abstract

Penggunaan benda rumah tangga berupa porselen sebagai media ornamen sangat dimungkinkan karena hiasannya indah dan menarik untuk mendekorasi sebuah bentuk bangunan. Di kota Denpasar, khususnya di kalangan bangsawan atau penglingsir di Puri Satria, banyak memanfaatkan barang keramik porselen untuk menghiasi tempat suci keluarga yaitu Pura Agung Satria. Pura Agung kelihatan sangat unik, karena semua bangunannya dihiasi dengan porselen keramik Cina. Adapun pelinggih di Pura Agung Puri Satria yang memanfaatkan porselen terdapat pada pelinggih bagian utara, tengah, dan bagian selatan. Seiring dengan perubahan waktu, pemakaian piring yang awalnya dipergunakan untuk makan, beralih fungsinya sebagai hiasan pada bangunan profan maupun tempat suci seperti Pura atau Pelinggih. Saat ini, pemanfaatan porselen sebagai unsur ornamen telah berkurang jumlahnya, disamping karena pecah, juga karena faktor gaya bangunan yang berubah. Kondisi keramik porselen yang ada pada bangunan-bangunan kuno telah terlepas dari tempatnya dan hilang tanpa bekas. Jika keunikan ini dirawat dengan serius dan dipelihara dengan baik, sudah tentu akan sangat menunjang Puri Satria sebagai destinasi kunjungan wisata. Pemilik Puri mempunyai komitmen yang besar untuk melestarikan keramik porselen tersebut agar dapat terpelihara dengan baik. Keunikan ornamen porselen yang terdapat pada Pura Puri Agung Satria, perlu dikaji lebih mendalam, oleh sebab itu perlu diadakan penelitian secara holistik. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat sebagai pengetahuan terutama berkaitan dengan pemanfaatan keramik porselen sebagai ornamen pada bangunan Puri maupun Pura.
Penciptaan Desain Motif Batik Digital Melalui Teknik Discharge Printing Zakiah Pawitan; Nanang Ganda Prawira
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 01 (2021): Hastagina: Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i01.67

Abstract

Industri batik Indonesia tidak bisa menahan arus batik digital/batik print dari negara luar yang menguasai pasar. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan nilai tambah dari batik print agar meningkatkan daya saing dan daya beli masyarakat, serta tidak hilang nilai manusiawinya karena melalui proses discharge printing manual terlebih dahulu. Penggabungan digitalisasi motif dengan teknik manual ini akan memaksimalkan revitalisasi industri batik dalam negeri. Rumusan penciptaan dalam penelitian ini antara lain: a) Bagaimana penciptaan motif batik digital dan aplikasi discharge printing yang sesuai untuk diterapkan pada kain batik ? b) Penerapan teknik discharge dan digitalisasi motif seperti apa yang paling sesuai untuk diterapkan pada kain batik ? c) Bagaimana visualisasi dan tingkat keberhasilan estetika visual hasil ekplorasi motif digital dan teknik discharge printing pada kain batik ? Untuk menjawab rumusan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penciptaan dengan pendekatan Practiceled Research. Hasil penelitian ini adalah motif batik digital yang berorientasi HKI dengan latar belakang konsep berpikir berspirit kebaruan. Selanjutnya, penelitian ini dapat membantu para pelaku wirausahawan industri kreatif dan pengrajin batik/UKM daerah untuk dapat meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas produksi batik mereka sehingga memiliki daya saing.
Kajian Bentuk, Filosofi Ornamen dan Konstruksi Sanggah Rong Tiga Hindu di Bali I Putu Putra Suryadana; I Wayan Mudra; I Nyoman Suardina
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 01 (2021): Hastagina: Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i01.68

Abstract

UD Undagi Bali merupakan perusahaan yang bergerak atau berkontribusi di dalam bidang seni ukir style Bali (kriya) kayu dalam bentuk arsitektur tradisional Bali, sanggah, pintu kuwadi dan pepanilan. Penelitian ini bertujuan untuk membahas bentuk, filosofi ornament dan konstruksi pada sanggah rong tiga sebagai arsitektur suci Hindu di Bali. Penelitian ini merupakan penelitian sampel dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan tahun 2020 di UD Undagi Bali, Banjar Bantas, Desa Manukaya, Tampaksiring, Gianyar, Bali sebagai keberadaan subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bentuk, filosofi ornament dan konstruksi pada sanggah rong tiga sebagai salah satu arsitektur suci masyarakat Hindu di Bali. Peneliti berharap kajian ini dapat memberikan gambaran dalam bentuk ilmu pengetahuan terkait dengan keberadaan sanggah rong tiga yang merupakan arsitektur suci Hindu di Bali, sebagai pijakan dalam perwujudan dan pengetahuan generasi muda (milenial) Bali tentang keberadaan dan pelestarian arsitektur suci yang perlu dijaga dan diterapkan berkaitan dengan pedoman-pedoman perwujudan sanggah rong tiga yang sudah ada sejak dahulu kala.
Komparasi Busana Arca Harihara Era Majapahit: Koleksi Museum Nasional Jakarta, Pusat Informasi Majapahit Trowulan, dan Museum Anjuk Ladang Nganjuk Waridah Muthi’ah; Agus Sachari; Pindi Setiawan; Ahmad Haldani Destiarman
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 01 (2021): Hastagina: Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i01.69

Abstract

Arca era Klasik di Nusantara merupakan sumber pengetahuan mengenai kondisi masyarakat pada masa tersebut. Dalam penggambaran busana pada arca dari era Klasik Akhir (abad ke-13 hingga ke-15 M) di Jawa, khususnya pada arca pendharmaan raja, tampak kesejajaran antara gaya busana yang dikenakan raja dengan para dewa, yakni pada bentuk, jenis, serta penggunaan simbol-simbol yang merupakan atribut dewa, khususnya Trimurti. Jika dikaitkan dengan prinsip kesejajaran mikrokosmos dan makrokosmos dalam masyarakat Jawa, hal ini merupakan representasi konsep dewaraja, yakni menyejajarkan sang pemakai dengan sifat atau kedudukan dewa tertentu. Penggambaran raja dalam atribut dewa juga dapat dihubungkan dengan fungsi busana sebagai upaya untuk mengukuhkan status raja dalam masyarakat. Pada era Majapahit, terdapat sebuah fenomena dalam arca perwujudan, yakni menghadirkan Wisnu dan Siwa dalam satu tubuh yang dikenal sebagai Harihara. Meski kultus Harihara merupakan hal yang jarang ditemukan di Indonesia, pada era ini ditemukan beberapa penggambaran Harihara dalam arca perwujudan raja maupun arca dewa. Akan tetapi, walaupun penggambaran dewa dan raja diatur dalam kanon Silpasastra dan Manasara, penggambaran atribut kedewaan dalam arca-arca tersebut memperlihatkan variasi, khususnya pada busana. Penelitian ini difokuskan untuk membahas variasi elemen busana dan atribut kedewaan pada empat arca Harihara yang ditemukan di Majapahit, yakni arca Harihara Simping, Harihara Kembar, dan Harihara Sekaran. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan ikonografis.
Sepatu Barong dalam "Corona Yudha" Inty Nahari
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 01 (2021): Hastagina: Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i01.70

Abstract

Sepatu barong dalam “Corona Yudha” didasari adanya wabah Covid-19 secara global. Pandemi mengubah kebiasaan masyarakat menjadi tatanan kehidupan baru. Pandemi atau orang Jawa menyebut pagebluk, diyakini sebagai sebuah malapetaka. Mala dalam bahasa Jawa berarti kotor secara fisik dan moral. Mala dapat juga berarti penyakit. Oleh karena itu malapetaka yang identik dengan bencana atau wabah penyakit hanya bisa disembuhkan lewat penanganan non medis. Di beberapa daerah di Jawa Timur penanganan non medis terhadap pagebluk dilakukan dengan menggelar tradisi barongan. Penggunaan simbol barongan diharapkan dapat mengusir penyakit atau pandemik Covid-19. Inovasi dari karya ini adalah penggunaan kayu cangkring dan kulit sapi, serta pom-pom dari benang wol. Manfaat karya ini adalah sebagai pengingat ajaran leluhur, ajaran kebaikan dalam menjalankan kehidupan. Rancangan proses penciptaan karya melalui pentahapan: penentuan tema, studi empiris, studi literatur, menentukan judul, menentuan gambar yang diangkat, menentukan bentuk, menentukan warna, membuat sketsa karya, menentukan bahan dan teknik, pembuatan karya (memotong, memahat, mengecat), menggabungkan karya, dan finishing. Hasil akhir karya ini adalah sepasang sepatu futuristik dengan ide barongan dengan tema “Corona Yudha”.
Tumpek Wariga dalam Ekspresi Kriya Logam I Gde Suryawan
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 01 (2021): Hastagina: Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i01.71

Abstract

Rusaknya tatanan ekologis disebabkan oleh hilangnya rasa memiliki. Alam dipandang sebagai sesuatu yang terpisah. Kehidupan manusia dewasa ini yang cendrung berorientasi pada materialistis, berpengaruh pada merosotnya nilai-nilai moral. Hal ini berpengaruh negatif terhadap lingkungan alam secara keseluruhan, meskipun kita mempunyai nilai-nilai luhur yang telah diwariskan nenek moyang. Tentang tata cara bagaimana menghargai makhluk ciptaan Tuhan, yang terejewantahkan dalam kearifan lokal masyarakat Bali salah satunya Tumpek Wariga. Secara umum Tumpek Wariga dipahami sebagai hari pemujaan kepada Sang Hyang Sangkara, manifestasi Tuhan sebagai penguasa tumbuh-tumbuhan. Melalui Tumpek Wariga masyarakat Bali mengekspresikan rasa syukur kepada Tuhan atas diciptakannya tumbuh-tumbuhan untuk kesejahteraan manusia. Ide dasar penciptaan karya ini, terinspirasi dari melihat berbagai gejala-gejala eksploitasi alam khususnya tumbuh-tumbuhan secara berlebihan berdampak terhadap terjadinya disharmoni pada alam ini. Tumpek Wariga yang dipahami sebagai pelestarian tumbuh-tumbuhan dianggap sangat tepat sebagai tema. Formulasi dari tema ini yaitu tentang tata nilai Tumpek Wariga dan tumbuh-tumbuhan dijadikan objek visual karya. Tema ini divisualisasikan ke dalam karya seni kriya logam, yang diwujudkan ke dalam bentuk karya tiga dimensional. Menggunakan bahan logam dengan teknik cor, sehingga menghasilkan karya kriya ekspresi yang mencerminkan identitas pribadi dan memiliki nilai kebaruan dalam menciptakan karya seni kriya.
Kerajinan Gerabah Desa Pejaten: Adaptabilitas Perajin Tradisi di Era Globalisasi Ida Ayu Gede Artayani
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 01 (2021): Hastagina: Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i01.72

Abstract

Artikel ini mengkritisi fenomena yang berkembang pada kerajinan gerabah di Desa Pejaten pada era global. Perkembangan kerajinan gerabah menghadapi tantangan besar bersaing dengan produk modern. Menghadapi fenomena yang demikian perajin Desa Pejaten memilih tetap bertahan (survivel) dalam usaha mengembangkan seni tradisinya dan mampu menyesuaikan diri (adaftif) dalam menghadapi perubahan pasar. Tujuan penelitian ini untukmengetahui keberhasilan perajin tradisi dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan jaman. Keberhasilan mereka dengan pengembangan strategi berupa kekuatan modal budaya yang dimiliki perajin, melalui pola pewarisan dari generasi ke generasi dan melanjutkan membuat produk gerabah, dengan menjaga kolektivitas sesama perajain gerabah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, ditemukan bahwa penentu adaptabilitas dengan pola pikir positif, memiliki tekad yang kuat untuk berkembang serta pemahaman yang baik terhadap perubahan melalui proses belajar secara turun-temurun dan melakukan pengembangan bentuk dan desain pada benda gerabahnya, sehingga perajin menghasilkan karya berupa produk keramik tradisional yang berpariatif dengan desain yang menarik, unik memiliki ciri khas daerah dan sebagai pelestarian budaya tradisi dalam menghadapi persaingan di era global.
P Penerapan Motif Kuta Mesir Dalam Penciptaan Produk Kriya Kayu Studio Tatto I Gede Bagus Arya Kusuma; I Made Suparta; I Nyoman Ngidep Wiyasa
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 02 (2021): Hastagina : Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i02.542

Abstract

Tattoo studio is one of the places that is very much in demand by foreign guests, the general public and teenagers as a place for tattoos. In addition, the tattoo studio must also have good standards if you want to receive guests comfortably when visiting the studio for tattoos. In the process of making tattoos, apart from tools or tattoo machines, there are also several supporting products to support the needs of tattoo artists while working. Some of the supporting products found in the tattoo studio such as beds, chairs, tables to put tattoo equipment, and lamps mostly use aluminum which looks simple. This need for novelty is very interesting to be reviewed and realized in the form of works using wood by applying kuta mesir motifs as a source of inspiration in order to create a new atmosphere. The problems to be solved in the creation of this final project are: (1) about are the processes and techniques for the realization of the tattoo studio wood craft produc (2) kuta mesir decorative motifs will be applied to the tattoo studio's wood craft products (3) the process of finishing the tattoo studio craft product, The method used in the creation of this work uses SP theory. Gustami are the three pillars of creation including exploration, design and realization. The result of this creation process is a bed, chair, and lamp. This work was created aiming to add diversity to the design of the tattoo studio product.
P Karakter Topeng Manis Sebagai Inspirasi Penciptaan Produk Kriya Kebutuhan Ruang Pertemuan Formal I Wayan Wijaya Kusuma; I Made Gede Arimbawa; I Made Sumantra
Hastagina : Jurnal Kriya Seni Vol 1 No 02 (2021): Hastagina : Jurnal Kriya dan Industri Kreatif
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/hastagina.v1i02.543

Abstract

Mask are one of the cultural heritages of people in various part of the world who have a mask culture that use different methods and functions according to local custom. In society, various mask are used, such as being used to support a scared belief or spirituality and used as a support for a theatrical performance as well as commodity goods that are profane. Like wish, there are various types of mask with various characters. Such as hard characters of fierce, sweet, cute and so on, this condition is very interesting to be explore and used as a source of inspiration in the creation of craft products. Condisering the mask that are starting to get less attention by the younger generation at this time so that these mask are not eroded by the current technology, in addition, he also wants to preserve the existence of mask so that in the future that arts will be more awake than these mask. This became the basic idea in creating works for the needs of formal meeting room that apply topeng manis as decorations. The creation process has gone through various stages which can describe an ordely and well structured creation process. That are three stage that are carried out, namely : 1. Exploration here is through the exploration stage to find ideas, observations, interviews, surveys, data colletion and references that will be used as the basis for designing or making desaign; 2. The desaign is made from the result of data acquisition and is formulated in a single unit in the form of a sketch; 3. The embodiment is carried out from the result of the selected sketches and will be transferred to the media so that works that have gone through various processes and techniques such as assembly formation and finishing are realized The creation of this works is used as a product for the needs of a formal meeting room by applying a topeng manis as the creation of the works. Meeting room as a place to accommodate meeting activities that discuss general problems or inspiration about something interesting.