cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Urania Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir URANIA adalah wahana informasi tentang daur bagan bakar nuklir yang berisi hasil penelitian, pengembangan dan tulisan ilmiah terkait. terbitan pertama kali pada tahun 1995 dengan frekuensi terbit sebanyak empat kali dalam setahun yakni pada bulan Januari, April, Juli dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 276 Documents
KARAKTERISTIK MEKANIK KELONGSONG BAHAN BAKAR NUKLIR TEMPERATUR TINGGI DALAM ATMOSFER GAS NITROGEN Rohmad Sigit E.B.P.; Sri Ismarwanti; Guswardani Guswardani; Yatno Dwi Agus Susanto; Jan Setiawan
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 24, No 2 (2018): Juni, 2018
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.957 KB) | DOI: 10.17146/urania.2018.24.2.4422

Abstract

KARAKTERISTIK MEKANIK KELONGSONG BAHAN BAKAR NUKLIR TEMPERATUR TINGGI DALAM ATMOSFER GAS NITROGEN. Pada kondisi kehilangan aliran pendingin dalam teras reaktor, Zr-2 dan Zr-4 sebagai kelongsong bahan bakar nuklir berpotensi terpapar udara luar yang secara eksperimen menyebabkan penurunan sifat mekanik lebih cepat jika dibandingkan saat berada dalam lingkungan uap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak nitrogen terhadap kekuatan mekanik kelongsong dengan meminimalkan pengaruh lingkungan lainnya. Kelongsong Zr-2 dan Zr-4 dipanaskan dalam kondisi vakum pada temperatur 500°C dan dialiri oleh gas nitrogen dengan tekanan mencapai 1500 mbar selama 2 jam yang dilanjutkan dengan pendinginan secara alami hingga mencapai temperature ruang. Hasil pengujian tarik ring dan uji kekerasan mikro pasca nitridasi menunjukkan peningkatan kekuatan tarik, daktilitas dan kekerasan berturut-turut sebesar 12,1%, 19,2% dan 28,2% untuk Zr-2 serta 5,1%, 25% dan 22,6% untuk Zr-4. Lapisan nitrida terbentuk di permukan kelongsong akibat interaksi dengan nitrogen dan tidak tampak penurunan sifat mekanik akibat nitrogen yang disebabkan oleh proses nitridasi yang tidak didahului atau disertai oleh proses oksidasi.Kata kunci: Karakteristik mekanik, kelongsong, zirkaloi, nitrogen, nitridasi.
KARAKTERISASI PELET UO2 MELALUI AUC DAN PELET UO2 MELALUI ADU SELAMA SINTERING Meniek Rachmawati; Tri Yulianto
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 16, No 1 (2010): Januari 2010
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (812.426 KB) | DOI: 10.17146/urania.2010.16.1.2435

Abstract

Abstrak KARAKTERISASI PELET UO2 MELALUI  AUC DAN PELET UO2 MELALUI  ADU SELAMA  SINTERING. Penelitian dilakukan dengan mengompakkan serbuk UO2 melalui  AUC dan serbuk UO2 melalui ADU dengan tekanan pengompakan  4.3 ton/cm2. Kinetika sintering pelet mentah hasil pengompakkan, yakni pelet mentah UO2 melalui AUC (5.80 g/cm3) dan  pelet mentah UO2 melalui ADU (5.49 g/cm3) dipelajari menggunakan dilatometer. Kurva dilatometer, menunjukkan penyusutan/ shrinkage rate terjadi lebih awal pada pelet UO2 melalui ADU dibandingkan dengan pelet UO2 melalui AUC. Laju dan besar penyusutan yang terjadi pada pelet UO2 melalui ADU lebih cepat dan lebih besar dibandingkan pelet UO2 melalui AUC. Pengamatan mikrostruktur pelet hasil dilatometer menunjukkan bahwa fraksi pori pelet UO2 melaluiAUC lebih banyak dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan pelet UO2 melalui ADU. Pada temperatur tinggi mekanisme sintering dipelajari menggunakan tungku sinter dengan temperatur sintering 1700 oC dengan laju pemanasan 250ºC/j dan waktu sintering 4 jam. Hasil sintering menunjukkan bahwa  kerapatan pelet sinter UO2 melalui ADU (10.73 g/cm3) lebih tinggi dibandingkan dengan kerapatan pelet sinter UO2 melalui AUC (10.53 g/cm3). Pengamatan mikrostruktur menggunakan mikroskop optik dari pelet hasil sintering menunjukkan bahwa ukuran butir pelet UO2 melalui ADU lebih besar dibandingkan pelet UO2 melalui AUC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mampu sinter serbuk UO2 melalui AUC lebih rendah dibandingkan serbuk UO2 melalui ADU. Hal ini terlihat pada temperatur puncak U3O7 serbuk UO2 melalui ADU yang lebih rendah (161oC) dibandingkan temperatur puncak U3O7 serbuk UO2 melaluiAUC (174oC). Kata Kunci : Kompaksi, sintering, serbuk UO2,  ADU, AUC, TG-DTA, ukuran partikel, densitas pelet, densitas sinter, dilatometer. Abstract Characterization of UO2 via AUC Pellet and UO2 melaluiADU Pellet during Sintering. A research has been conducted by compacting of UO2 powder via AUC and UO2 powder via ADU under the compaction pressure of 4.3 ton/cm2. The kinetical sintering of the green pellet as the result of the compaction, green pellet UO2 melaluiAUC  (5.80 g/cm3) and green pellet UO2 via ADU (5.49 g/cm3), has been studied using a dilatometer. The dilatometer curve shows that the shrinkage rate of UO2 pellet via ADU occurs earlier than the shrinkage of UO2 pellet via AUC. The speed and the size of shrinkage for UO2 pellet via ADU is faster and greater than UO2 pellet via AUC has. From microstructure-graph investigation as the result of the dialtometer process shows that the big size of pore fraction of UO2 pellet via AUC is greater than UO2 pellet via ADU has. At high temperature, the mechanism of sintering has been studied at 1700 oC with heating rate 250 oC/j and sintering time 4 hours. The results of the sintering shows that the density of UO2 pellet via ADU (10.73 g/cm3) is higher than the density of UO2 pellet via AUC (10.53 g/cm3). Microstructure-graph using optical microscope of the sintered pellet shows that particle’s size of UO2 pellet via ADU is biger than the particle’s size of UO2 pellet via AUC. The research shows that the sinterability of UO2 powder via AUC is lower than the siterability of UO2 powder via ADU. It has been shown by the peak temperature of U3O7 of UO2 powder via ADU which is lower (161oC) than the peak temperature of U3O7 of UO2 powder via ADU (174oC). Keywords : Compaction, sintering, UO2 powder, ADU, AUC, TG-DTA, particle  size/ shape, green density, sintered density, dilatometer.
PENENTUAN UNSUR IMPURITAS DALAM SERBUK U3SI2 DENGAN MENGGUNAKAN ALAT ICPS Dian A.; Arif N.; Sutri I.
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 14, No 3 (2008): Juli 2008
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.107 KB) | DOI: 10.17146/urania.2008.14.3.2584

Abstract

ABSTRAK Penentuan Unsur Impuritas Dalam Serbuk U3Si2 Menggunakan Alat ICPS. Analisa unsur impuritas di dalam serbuk U3Si2 (Al, B, Cd, Co, Cu, Fe, Ni, Li, Zn ) telah dilakukan dengan menggunakan alat ICPS. Tujuan penelitian  ini adalah untuk memverifikasi  kesesuaian antara spesfikasi serbuk U3Si2 dengan persyaratan standar yang ditetapkan oleh IAEA. Preparasi sampel dilakukan dengan melarutkan 1 g serbuk U3Si2 ke dalam HNO3 6M, kemudian disaring dan diekstraksi menggunakan  TBP/ Heksan ( 7: 3). Hasil analisa menunjukkan bahwa secara kualitatif sebagian besar  unsur logam (Al, B, Cd, Co, Cu, Fe, Ni, Li, Zn) dapat terdeteksi. Analisa kuantitatif dengan ICPS dilakukan melalui bantuan  kurva kalibrasi, yang diperoleh dari data analisa  larutan standar SRM SPEX. Hasil analisa kuantitatif menunjukkan  bahwa konsentrasi unsur Al, Co, Fe, Ni, Zn dalam serbuk U3Si2 diperoleh lebih rendah dari batas maksimum yang direkomendasikan oleh IAEA.  Sedangkan konsentrasi unsur B, Cd,dan Li tidak dapat ditentukan karena intensitas unsur tersebut  berada di luar daerah linieritas pengukuran. Besaran akurasi dan presisi alat dari masing- masing unsur berada dalam kisaran 10% sedangkan presisi metode menunjukkan sebagian besar unsur berada di luar batas penerimaan yaitu lebih besar dari 10 %. Kata Kunci : U3Si2 dan  ICPS. Abstract ELEMENT IMPURITY DETERMINATION IN U3Si2 POWDER  BY USING ICPS EQUIPMENT. The analysis of trace elements in U3Si2 powder (Al, B, Cd, Co, Cu, Fe, Ni, Li, Zn ) has been done by using  ICPS. The aim of this activity is to get the data support or comparator in verification between  work is to verify the trace elements content quantitatively in U3Si2 powder and to verify  its specification toward the required standard specified by IAEA. Sampel preparation is carried out by dissolving of 1 g U3Si2 powder, in HNO3 6M, then filtered and extracted with TBP/ Hexane (7:3). Result of analysis, indicate that all metal element (Al, B, Cd, Co, Cu, Fe, Ni, Zn, Li) which is required in nuclear fuel element specification, can be detected qualitatively. Quantitative analysis  is done through  the curve calibration that is obtained from measuring of standard  SRM SPEX. The result of quantitative analysis indicate that the concentration of element Al, Co, Fe, Ni, Zn in U3Si2 powder  is lower than the maximum boundary which is recommended by IAEA. While concentration of element B, Cd and Li cannot be determined by this methode because intensity reside in outside area of linier measurement. The value of accuracy  and precision  instrument  of each elements stays in the range  10%. While precision method shows most element reside in beyond the bounds of acceptance, that is bigger than 10%. Keyword : U3Si2 dan  ICPS.
LABORATORY-SCALE PRODUCTION OF ADU GELS BY EXTERNAL GELATION FOR AN INTERMEDIATE HTGR NUCLEAR S Simbolon; S R Susilowati
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 21, No 1 (2015): Februari 2015
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.373 KB) | DOI: 10.17146/urania.2015.21.1.2254

Abstract

LABORATORY-SCALE PRODUCTION OF ADU GELS BY EXTERNAL GELATION FOR AN INTERMEDIATE HTGR NUCLEAR. The The aim of this research is to produce thousands of microsphere ADU (Ammonium Diuranate) gels by using external gelation for an intermediate HTGR (High Temperature Gas-cooled Reactor) nuclear fuel in laboratory-scale. Microsphere ADU gels were based on sol-solution which was made from a homogeneous mixture of ADUN (Acid Deficient Uranyl Nitrate) which was containing uranyl ion in high concentration, a water soluble organic compound PVA (Polyvinyl Alcohol) and THFA (Tetrahydrofurfuryl Alcohol). The simple unified home made laboratory experimental machine was developed to replace test tube experiment method which was once used due to a tiny amount of microsphere ADU gels produced. It consists of four main parts: tank filled sol-solution connecting to peristaltic pump and vibrating nozzle, preliminary gelation and gelation column. The machine has successfully converted 150 mL sol-solution into thousands of drops which produced 120 - 130 drops in each minute in steady state in ammonia gas free sector. Preliminary gelation reaction was carried out in ammonia gas sector where drops react with ammonia gas in a bat an eye followed by gelation reaction in column containing ammonia solution 7 M. In ageing process, ADU gels were collected and submerged into a vessel containing ammonia solution which was shaken for 1 hour in a shaker device. Isopropyl alcohol (90%) solution was used to wash ADU gels and a digital camera was used to measured spherical form of ADU gels. Diameters in spherical spheroid form were found between 1.8 mm until 2.2 mm. The spherical purity of ADU gels were 10% - 20% others were oblate, prolate spheroid and microsphere which have hugetiny of dimples on the surface. PRODUKSI GEL ADU SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN GELASI EKSTERNAL UNTUK BAHAN BAKAR ANTARA HTGR. Penelitian ini bertujuan untuk membuat ribuan gel bulat ADU (Ammonium Diuranate) dengan menggunakan gelasi ekternal untuk bahan bakar nuklir HTGR (High Temperature Gas-cooled Reactor) menengah untuk skala laboratorium.  Gel bulat ADU dibuat berbasis pada larutan-sol yang dibentuk dari campuran homogen ADUN (Acid Deficient Uranyl Nitrate) yang mengandung ion uranil dengan konsentrasi sangat tinggi, larutan PVA (Polyvinyl Alcohol) dan THFA (Tetrahydrofurfuryl Alcohol). Perangkat laboratorium untuk eksperimen dikembangkan untuk menggantikan metode eksperimen tabung pengujian yang telah digunakan untuk menghasilkan sejumlah gel bulat ADU.  Perangkat tersebut terdiri atas empat bagian utama: tangki yang berisi larutan-sol yang terhubung dengan pompa peristaltik dan nosel vibrasi, gelasi awal dan kolom gelasi.  Perangkat tersebut telah berhasil mengubah 150 mL larutan-sol menjadi ribuan tetes dengan produksinya berkisar 120-130 tetesan tiap menit dengan kondisi tunak dalam sektor yang bebas gas ammonia.  Reaksi awal gelasi dilakukan di sektor gas ammonia dimana tetesan bereaksi dengan gas amonia yang diikuti dengan reaksi gelasi di dalam kolom yang mengandung larutan ammonia 7 M.  Dalam proses penuaan, gel ADU ditampung dan direndam dengan larutan ammonia yang digoyang selama 1 jam.  Larutan isopropyl alkohol (90%) digunakan untuk mencuci gel ADU dan kamera digital digunakan untuk mengukur kebulatan gel ADU.  Diameter dari bentuk bulat bola  berkisar antara 1.8 mm hingga 2.2 mm.  kebulatan gel ADU selama produksi berkisar 10% - 20%, selain itu berbentuk bola oblate, prolate dan ada cekungan pada permukaan.
Karakteristik Daktilitas SS304 Yang Teroksidasi Pada Temperatur Tinggi Jan Setiawan; Sungkono Sungkono
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 23, No 3 (2017): Oktober 2017
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.078 KB) | DOI: 10.17146/urania.2017.23.3.3645

Abstract

Perubahan karakteristik kekerasan, kekuatan tarik dan daktilitas SS304 yang dikenai perlakuan panas pada temperatur tinggi dengan media udara telah dilakukan. Baja SS304 merupakan baja tahan karat yang memiliki berbagai keunggulan sehingga banyak digunakan di dunia industri. Pada penelitian ini digunakan sampel uji dari pipa SS304 dengan diameter 30 mm dipotong secara transversal sehingga berbentuk cincin dengan lebar 3 mm. Sampel dikenai proses oksidasi dengan pemanasan pada temperatur 600 °C, 800 °C dan 1000 °C selama 1 dan 2 jam di dalam media udara. Setelah proses oksidasi sampel dikenai pendinginan baik secara alamiah diluar tungku atau dipercepat menggunakan media air, kemudian dilakukan pengujian kekerasan dan kekuatan tarik kearah transversal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekerasan pada sampel SS304 yang dikenai pendinginan dipercepat dibandingkan dengan sampel SS304 yang dikenai pendinginan alamiah. Nilai kekerasan tertinggi diperoleh pada pemanasan 1000 °C selama 1 jam dengan pendinginan dipercepat. Perubahan nilai kekerasan sebelum dan setelah melalui proses perlakuan terjadi dari 281,25 HV menjadi 468 HV. Nilai kekuatan tarik sampel SS304 memiliki kecenderungan menurun, namun daktilitasnya mengalami peningkatan. Hasil uji menunjukkan adanya penigkatan kekuatan tarik dan daktilitas SS304 yang diberi perlakuan pemanasan pada temperatur 600 °C selama 2 jam dan dikenai pendinginan alamiah. Kekuatan tariknya menjadi 744,04 MPa dan elongasinya meningkat sebesar 12,38 %. Dari hasil pengujian diperoleh suatu pedoman bahwa penggunaan SS304 dalam lingkungan oksidasi pada temperatur tinggi dibatasi maksimum di temperatur 600 °C.Kata kunci: daktilitas, SS304, oksidasi, temperatur tinggi.
APLIKASI METODA ELEKTRODIALISIS UNTUK PEMISAHAN URANIUM DARI EFLUEN PROSES Ghaib Widodo; Hendro Wahyono; Ratih Langenati; Sigit .
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 16, No 3 (2010): Juli 2010
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.633 KB) | DOI: 10.17146/urania.2010.16.3.2426

Abstract

ABSTRAK APLIKASI METODA ELEKTRODIALISIS UNTUK PEMISAHAN URANIUM DARI EFLUEN PROSES. Telah dipelajari aplikasi metoda elektrodialisis guna memisahkan uranium dari efluen proses dengan metoda elektrodialisis bertujuan untuk memisahkan uranium dari efluen proses. Bahan (umpan) yang digunakan adalah campuran efluen proses dengan kode LE-2, LE-6, LE-7, LE-8 dan LE-9 yang berasal dari Instalasi Elemen Bakar Eksperimental – Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (IEBE-PTBN). Sel elektrodialisis terdiri dari 3 ruang yaitu ruang anoda, ruang umpan dan ruang katoda. Umpan dimasukkan ke dalam ruang umpan, asam nitrat dimasukkan ke dalam ruang anoda dan katoda. Anoda dan katoda dari Pt dipasang masing-masing di ruang anoda dan katoda.  Membran tukar anion (MTA) ditempatkan antara ruang anoda dan ruang umpan, membran tukar kation (MTK) antara ruang umpan dan ruang katoda. Proses elektrodialisis dilaksanakan pada berbagai tegangan dan waktu sampai 300 menit. Setiap 60 menit dilakukan pencuplikan di ketiga ruang tersebut untuk menganalisis uranium dan keasaman. Hasil percobaan menunjukkan bahwa metode  elektrodialisis yang terdiri dari tiga ruang telah diperoleh hasil penurunan kadar uranium dalam efluen proses di mana ion uranil ditarik ke ruang katoda  melewati membran tukar kation (MTK), yang ditandai dengan berkurangnya kadar uranium dalam ruang umpan dan bertambahnya kadar uranium di ruang katoda. Demikian juga ion-ion negatif dalam umpan efluen proses telah dapat ditarik oleh anoda melewati membran tukar anion (MTA), yang ditandai dengan naiknya keasaman larutan. Tegangan dan waktu elektrodialisis berpengaruh terhadap penurunan kadar uranium dalam efluen. Penurunan konsentrasi terbesar untuk umpan efluen proses terjadi pada tegangan 7 Volt, waktu 240 menit yaitu sebesar 37,13%, keasaman larutan di ruang anoda 0,67N. Kata kunci: Elektrodialisis, efluen proses, pemisahan uranium, keasaman umpan ABSTRACT APLICATION OF ELECTRODIALYSIS METHOD FOR URANIUM SEPARATION FROM EFFLUENT PROCESS.  It has been carried out an electrodialysis method to separate uranium from effluent process. Feed used was mixture of eflluent process coded LE-2, LE-6, LE-7, LE-8 dan LE-9 came from Experimental Fuel Element Installation – Center for Nuclear Fuel Technology. Electrodialysis cell consists of anode, feed and cathode segment. Anode and cathode made from platinum was placed in anode and cathode segment respectively. Anion exchange membrane (MTA) was placed between anode and feed segment, while cation exchange membrane (MTK) between feed and cathode segment. Electrodialysis process took place on various voltage and time. Sampling in the three segments was carried out every 60 minutes to determine uranium concentration and acidity. The results showed that electrodialysis method of three segments gave decreasing of uranium concentration in the effluent process where uranyl ions were pulled to cathode segment passing cation exchange membrane which marked by decrerasing of uranium concentration in the feed segment and increasing it in cathode segment. Negatives ions in the feed were also pulled by anode passing anion exchange membrane marked by increasing of solution acidity. Voltage and electrodialysis time enfluenced to the decreasing of uranium in the effluent. The uranium concentration decreasing maximum was 37.13%, acidity of solution in anode segment was 0.67N which took place on the voltage 7 Volt, time 240 minutes. Key Words: Electrodialysis, effluen process, uranium separation.
CHARACTERISTICS OF RADIONUCLIDES ON THORIUM-CYCLE EXPERIMENTAL POWER REACTOR SPENT FUEL R. Andika Putra Dwijayanto, S.T.; Ihda Husnayani; Zuhair Zuhair
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 25, No 2 (2019): Juni, 2019
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.731 KB) | DOI: 10.17146/urania.2019.25.2.5525

Abstract

CHARACTERISTICS OF RADIONUCLIDES ON THORIUM-CYCLE EXPERIMENTAL POWER REACTOR SPENT FUEL. There are several options of nuclear fuel utilisation in the HTGR-based Experimental Power Reactor (Reaktor Daya Eksperimental/RDE). Although mainly RDE utilises low enriched uranium (LEU)-based fuel, which is the most viable option at the moment, it is possible for RDE to utilise other fuel, for example thorium-based and possibly even plutonium-based fuel. Different fuel yields different spent fuel characteristics, so it is necessary to identify the characteristics to understand and evaluate their handling and interim storage. This paper provides the study on the characteristics of thorium-fuelled RDE spent fuel, assuming typical operational cycle. ORIGEN2.1 code is employed to determine the spent fuel characteristics. The result showed that at the end of the calculation cycle, each thorium-based spent fuel pebble generates around 0,627 Watts of heat, 28 neutrons/s, 8.28x1012 photons/s and yield 192.53 curies of radioactivity. These higher radioactivity and photon emission possibly necessitate different measures in spent fuel management, if RDE were to use thorium-based fuel. Tl-208 activity, which found to be emitting potentially non-negligible strong gamma emission, magnified the requirement of proper spent fuel handling especially radiation shielding in spent fuel cask.Keywords: RDE, spent fuel, thorium, HTGR, Tl-208.
KORELASI ANTARA PERSEN KANDUNGAN Si DENGAN LAJU KOROSI DALAM UAP AIR PADA INGOT PADUAN Zr-1,5w%Nb-Si Heri Hardiyanti; Futichah .
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 14, No 2 (2008): April 2008
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.063 KB) | DOI: 10.17146/urania.2008.14.2.2574

Abstract

ABSTRAK Korelasi antara Persen Kandungan Si dengan Laju Korosi dalam uap air pada Ingot Paduan Zr-1,5w%Nb-Si. Silikon dapat ditambahkan pada paduan Zr tanpa mengurangi sifat ekonomi netron termal. Dalam jumlah kecil Si meningkatkan ketahanan korosi pada sistem paduan biner (Zr dan Si). Penambahan Si yang lebih besar terhadap paduan akan mengakibatkan kerusakan korosi lebih cepat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kandungan Si terhadap laju korosi ingot Zr-1,5w%Nb-Si. Sampel hasil leburan dengan variasi kandungan silikon berturut turut 0,1% Si; 0,2% Si dan 0,25% Si, dianil pada temperatur 400oC, 600o C dan 800o C selama 4 jam dan 6 jam. Sampel hasil anil kemudian di-pikling, dicuci dan ditimbang. Selanjutnya dilakukan proses korosi menggunakan autoclave dengan tekanan 8 bar, pada temperatur 350 o C dan ditahan selama 8 jam,15 jam dan 24 jam. Setelah dilakukan uji korosi sampel ditimbang kembali. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh kandungan Si pada paduan Zr-0,5w%Nb-Si terhadap laju korosi menunjukkan bahwa dengan penambahan Si sampai 0,2%  pertambahan berat hasil pengujian korosi pada paduan Zr-0,5w%Nb-Si semakin menurun . Penambahan kadar Si lebih dari 0,2 % mengakibatkan kerusakan korosi lebih lanjut pada paduan Zr-0,5w %Nb-Si sehingga ketahanan korosinya menurun . Ditinjau dari penambahan kandungan Si, diperoleh laju korosi terendah dengan kandungan Si 0,2% temperatur 350oC dan waktu korosi 24 jam dan terjadi pada sampel yang mengalami anil 800 oC  dan waktu penahanan 6 jam. Dengan korelasi adalah Y = 1.1165 X-0.9969 dimana, Y= Pertambahan berat (mm/dm2) dan X= Kadar Si (%) Kata Kunci : Paduan Zr-Nb-Si, Korosi ABSTRACT Correlation between silicon content and in-steam corrosion rate of Zr-1.5wt%-Si ingot.  Silicon is normally added in a small amount to a Zr-alloy to improve its corrosion resistance without having to sacrifice its neutronic property.  An excessive amount of silicon addition is known to have caused faster corrosion rate.  The objective of this research was to observe the effect of silicon content on the corrosion rate of Zr-1.5wt%Nb-Si ingot.  The ingot specimens had various silicon contents of 0.1 wt%, 0.2 wt%, and 0.25 wt%.  All of them were annealed at 400oC, 600oC, and 800oC for four and six hours.  The corrosion test was conducted in an autoclave at 8 bars and 350oC for 8, 15, and 24 hours.  The results showed that for a silicon addition of up to 0.2 wt% the weight gain due to corrosion was decreasing.  A silicon addition of greater than 0.2 wt% had shown to have caused a reduction in the corrosion resistance of the specimen.  The specimens that showed the smallest corrosion rate under a testing condition of 350oC for 24 hours were those whose silicon contents were up to 0.2 wt% and were annealed at 800oC for six hours. The correlation followed an equation of Y = 1.1165 X-0.9969 where, Y= Weight gain (mm/dm2)  and X=  Si Content (%). Key words: Zr-Nb-Si alloy, corrosion
ANALISIS GETARAN ELEMEN BAKAR UJI UNTUK REAKTOR NUKLIR SERBA GUNA G.A. SIWA BESSY TIPE PELAT BERINTI DISPERSI U3SI2/Al Suwardi .
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 15, No 1 (2009): Januari 2009
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.918 KB) | DOI: 10.17146/urania.2009.15.1.2846

Abstract

Abstrak Analisis Getaran Elemen Bakar Uji untuk Reaktor Nuklir Serba Guna G.A. Siwa Bessy Tipe Pelat Berinti Dispersi U3Si2/Al. Di dalam makalah ini disajikan analisis dinamika getaran terimbas aliran pendingin pada berkas elemen bakar Reaktor Serba Guna GA Siwabessy (RSG-GAS) terdiri dari 21 pelat sejajar. Analisis berdasarkan pada anggapan bahwa defleksi semua pelat dalam berkas adalah sama. Sistim persamaan diferensial pada pelat dan fluida pendingin dikembangkan dan diselesaikan dengan transformasi Fourier, sehingga diperoleh hubungan antara frekuensi alami dan kecepatan aliran. Dari hubungan ini diformulasikan kecepatan kritis untuk ketidakstabilan statis dan kecepatan resonan vortex. Penerapan pada elemen bakar RSG telah dilakukan dengan menggunakan data terbuka yang diperoleh dari pengukuran , sedangkan bagi yang tidak ditemukan dilakukan dengan pendekatan konservatif pada data sejenis. Hasil analisis menunjukkan bahwa batas minimum kecepatan alir untuk mencapai frekwensi alami pelat elemen bakar RSG dalam teras adalah sebesar 281 m/s. Nilai ini berada jauh di atas disain pengoperasian 8 m/s. Kecepatan minimum untuk resonan vortex tumpah (vortex sheding resonance) adalah 5.7 m/s untuk pelat-pelat terkelam (tersambung-padu) sempurna pada dinding perakitan. Jadi desain pendinginan elemen bakar RSG jauh dari kecepatan kritis ketidakstabilan, sehingga tidak perlu analisa lebih rinci. Kecepatan resonansi shedding vortex dalam analisis ini lebih rendah dari desain kecepatan aliran pendingin, karena selisihnya kecil ada baiknya dilakukan analisis dengan model yang lebih rinci. Kata kunci: Elemen bakar nuklir, tipe pelat sejajar, U3Si2 / Al, analisis getaran. Abstract Analysis of fuel plates vibration induced by coolant flow on nuclear fuel element for GA Siwabessy (RSG-GAS) multi purpose reactor PLATE TYPE that WERE U3Si2/Al CORE CONTENT. The assumption of  the analysis was that deflection of all plates be identical. The differential equation system on plates and coolant, were solved by Fourrier transform, to obtain the relationship between natural frequencies and flow velocity. The critical velocity for static instability and vortex's resonant velocity have been formulated from his relationship. Implementing the relations on RSG fuel element was done by use of open data of measurement and by conservative approach of existing data in case no data available. The results shows that limits of critical natural frequencies of RSG fuel element in the core is 281 m/s, that lies far beyond operation design of  8 m/s. The minimum vortex's resonant velocity is 5.7 m/s plates firmly attached on assembly wall. Design of cooling system for fuel nuclear element in the RSG core is so far from evaluated instability critical velocity, so it is not necessarily further analysis. The velocity of vortex shedding resonance in this analysis is lower compared to design velocity of coolant, so it is recommended to analyze by better approach to compare with this work. Key word: Nuclear fuel element, equal plate type, U3Si2 / Al, vibration analysis.
Analisis Kritikalitas Bahan Bakar Nuklir Bekas Reaktor RSG-GAS Pada Rak Berbahan Aluminium Pungky Ayu Artiani; Mirawaty Mirawaty; Kuat Heriyanto
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir Vol 23, No 2 (2017): Juni 2017
Publisher : website

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (784.828 KB) | DOI: 10.17146/urania.2017.23.2.3280

Abstract

Penggunaan stainless steel sebagai material rak penyimpanan bahan bakar nuklir bekas (BBNB) di fasilitas Kanal Hubung – Instalasi Penyimpanan Sementara Bahan Bakar Bekas (KH-IPSB3) berpotensi menyebabkan terjadinya korosi galvanik pada BBNB sehingga penggantian material rak penyimpanan BBNB perlu dipertimbangkan. Potensi korosi galvanik terjadi karena aluminium sebagai material utama kelongsong Bahan Bakar Nuklir (BBN) Reaktor Serba Guna - G. A. Siwabessy (reaktor RSG-GAS) berinteraksi dengan stainless steel sebagai material rak penyimpan BBNB. Aluminium dapat digunakan sebagai material alternatif rak penyimpanan BBNB untuk mengurangi efek korosi galvanik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kritikalitas rak penyimpanan BBNB dengan material aluminium. Jaminan kritikalitas diperlukan untuk menjaga keselamatan fasilitas KH-IPSB3. Rak penyimpanan aluminium yang optimum dikaji dengan melakukan simulasi ukuran pitch dan menghitung laju serapan neutron pada kondisi normal (tidak terjadi kecelakaan). Perhitungan nilai kritikalitas (keff) dilakukan menggunakan program Monte Carlo N-Particle versi 6 (MCNP6). Model yang digunakan adalah model 3-dimensi satu rak utuh yang terisi penuh dengan BBNB di dalam kolam penyimpanan. Hasil perhitungan pada ukuran pitch 127 mm menunjukkan bahwa nilai keff rak penyimpanan BBNB dengan material aluminium (keff = 0,7709) lebih besar 13,20% dibandingkan material stainless steel (keff = 0,6810). Nilai keff rak penyimpanan BBNB dengan material aluminium pada ukuran tersebut masih berada dalam rentang yang disyaratkan yaitu keff kurang dari 0,95. Nilai keff dipengaruhi oleh ukuran pitch, dimana dengan berkurangnya ukuran pitch 1 mm dapat meningkatkan nilai keff sebesar 14,24%. Nilai laju serapan neutron juga mempengaruhi nilai keff, di mana laju serap neutron rak penyimpanan dengan material aluminium lebih kecil dibandingkan material stainless steel. Hasil simulasi menunjukkan bahwa rak penyimpanan dengan material aluminium memenuhi aspek keselamatan untuk digunakan sebagai rak penyimpanan BBNB di KH-IPSB3 karena mempunyai nilai keff < 0,95 pada ukuran pitch lebih dari 112 mm (keff = 0,9196).Kata kunci: kritikalitas, penyimpanan BBNB, rak aluminium, bahan bakar nuklir bekas.

Page 3 of 28 | Total Record : 276


Filter by Year

2008 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 28, No 3 (2022): OKTOBER, 2022 Vol 28, No 2 (2022): JUNI, 2022 Vol 28, No 1 (2022): Februari, 2022 Vol 27, No 3 (2021): Oktober, 2021 Vol 27, No 2 (2021): Juni, 2021 Vol 27, No 1 (2021): Februari, 2021 Vol 26, No 3 (2020): Oktober, 2020 Vol 26, No 2 (2020): Juni 2020 Vol 26, No 1 (2020): Februari, 2020 Vol 25, No 3 (2019): Oktober, 2019 Vol 25, No 2 (2019): Juni, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Februari, 2019 Vol 24, No 3 (2018): Oktober, 2018 Vol 24, No 2 (2018): Juni, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Februari, 2018 Vol 23, No 3 (2017): Oktober 2017 Vol 23, No 2 (2017): Juni 2017 Vol 23, No 1 (2017): Februari 2017 Vol 22, No 3 (2016): Oktober 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni 2016 Vol 22, No 1 (2016): Februari 2016 Vol 21, No 3 (2015): Oktober 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Februari 2015 Vol 20, No 3 (2014): Oktober 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Februari 2014 Vol 19, No 3 (2013): Oktober 2013 Vol 19, No 2 (2013): JUNI 2013 Vol 19, No 1 (2013): Februari 2013 Vol 18, No 3 (2012): Oktober 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Februari 2012 Vol 17, No 3 (2011): Oktober 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Februari 2011 Vol 16, No 4 (2010): Oktober 2010 Vol 16, No 3 (2010): Juli 2010 Vol 16, No 2 (2010): April 2010 Vol 16, No 1 (2010): Januari 2010 Vol 15, No 4 (2009): Oktober 2009 Vol 15, No 2 (2009): April 2009 Vol 15, No 1 (2009): Januari 2009 Vol 14, No 4 (2008): Oktober 2008 Vol 14, No 3 (2008): Juli 2008 Vol 14, No 2 (2008): April 2008 Vol 14, No 1 (2008): Januari 2008 More Issue