cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 55 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013" : 55 Documents clear
IDENTIFIKASI POLA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KAWASAN PERBATASAN KOTA PONTIANAK DENGAN KECAMATAN SUNGAI RAYA Elfiansyah Elfiansyah; Samsul Ma’rif
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.868 KB)

Abstract

Kecamatan Sungai Raya merupakan kecamatan yang mempunyai lahan pertanian yang sangat luas dan strategis untuk kesuburan dan lahan pertanian ini didominasi oleh lahan persawahan. Untuk itu permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini adalah perkembangan kawasan kota perbatasan antara ibukota Kecamatan Sungai Raya dan Kota Pontianak. Untuk  mencapai tujuan dari penelitian ini, pendekatan studi yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif dengan analisis penelitian deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi serta data sekunder yang diperoleh melalui survey instansi. Analisis yang dilakukan  dalam penelitian ini  adalah analisis perubahan penggunaan lahan, analisis Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan  dan analisis aktivitas masyarakat yand dapat mempengaruhi perkembangan kota di wilayah perbatasan Kecamatan Sungai Raya dan Kota Pontianak. Dari hasil penyusunan analisis deskriptif kualitatif, perubahan penggunaan lahan di kawasan perbatasan dapat diketahui bahwa pola perubahan penggunaan lahan di kawasan perbatasan lebih di dominan denga pola gridiron linier menerus dan ada juga bentuk pola perubahan penggunaan lahan tersbeut memiliki pola grid pada kawasan perbatasan Kota Pontianak dengan Kecamatan Sungai Raya. Dari hasil analisis penyusunan ini diperoleh beberapa prediksi kondisi penggunaan lahan di masa mendatang. Penggunaan lahan di kawasan perbatasan perlu adanya kebijakan dari pemerintah tentang hal perubahan penggunaan lahan di kawasan perbatasan Kota Pontianak dengan Kecamatan Sungai Raya. Arahan dalam penggunaan lahan sehingga masalah yang akan terjadi dari perubahan penggunaan lahan dapat lebih cepat untuk diantisipasikan lagi oleh pemerintah yang bersangkutan.
FAKTOR PENENTU NILAI VERTIKAL RUANG PERKOTAAN PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA BANDARHARJO-SEMARANG Chika Nadia Agista; Brotosunaryo Brotosunaryo
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.963 KB)

Abstract

Akibat urbanisasi jumlah penduduk perkotaan dari tahun ke tahun semakin bertambah. Dengan terus meningkatnya jumlah penduduk perkotaan, permintaan akan lahan untuk pengembangan permukiman yang utamanya di pusat kota terus meningkat dengan penawaran lahan yang bersifat in-elastis sempurna, menjadikan harga lahan kota terus melonjak tinggi, sehingga para urbanis yang sebagian besar kemampuan ekonominya rendah mereka tidak mampu mengakses perumahan formal. Mereka yang tidak mampu mengakses perumahan formal, solusi empiris yang banyak kita jumpai di perkotaan adalah mereka bermukim di kawasan kumuh atau menempati lahan ilegal. Fenomena yang demikian terjadi di Kelurahan Bandarharjo-Semarang. Untuk mengatasi permasalahan yang demikian, Pemerintah Kota Semarang melalui program peremajaan lingkungan dengan konsep “membangun tanpa menggusur”, dibangunlah Rumah Susun Bandarharjo. Dengan adanya rumah susun, mereka mempunyai rumah yang layak, sehat, dan memenuhi syarat-syarat perumahan, guna menunjang berbagai aktifitas penghuni dalam melangsungkan kehidupan. Grand Theory Bergel (1955) menunjukkan bahwa, karena variabel aksesibilitas NVRP berkebalikan dengan letak ketinggiannya dan berdasarkan penelitihan-penelitihan sebelumnya, yaitu Lin (1998), Brotosunaryo (2009), dan Tegrasia (2011), menghasilkan NVRP yang berbeda dan tergantung pada pemanfaatan ruang vertikalnya. Dengan hasil yang berbeda atas NVRP tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian lanjutan dengan lokasi yang berbeda, yakni dengan memilih lokasi Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Bandarharjo-Semarang. Fenomena empiris di Rumah Susun Bandarharjo, ditemukan bahwa semakin keatas letak lantai bangunan maka semakin murah harga sewanya dan sebaliknya semakin mendekati lantai dasar maka harga sewa semakin mahal. Pertanyaan penelitian yang diangkat dalam kajian ini adalah faktor-faktor penentu apakah yang mempengaruhi NVRP di Rumah Susun Bandarharjo-Semarang. Untuk menemukan faktor penentu NVRP di Rumah Susun Bandarharjo, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan positivistic-rasionalistik, yang dianalisis melalui metode kuantitatif dengan teknik analisis R Factor Analysis. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, dengan pengumpulan melalui pengamatan, kuesioner, wawancara terstruktur, dan mencari dokumen yang ada pada instansi terkait. Teknik sampling yang digunakan adalah Stratified Purposive Sampling dan dengan ini berhasil diwawancarai 68 responden dari semua lantai unit satuan Rumah Susun Bandarharjo Blok Lama, Blok A, dan Blok B sebanyak 210 unit. Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa NVRP untuk pemanfaatan Rumah Susun Bandarharjo-Semarang dipengaruhi oleh 2 (dua) variabel penentu berdasarkan konsepsi Lin I, yakni variabel ekonomi dengan parameter aksesibilitas, bahaya kebakaran, dan bahaya gempa bumi; variabel psikologi dengan parameter lingkungan dengan komponen harga sewa, pemandangan, kondisi cahaya sinar matahari, dan sosialisasi dengan tetangga; serta parameter kenyamanan dengan komponen kenyamanan dan kebisingan. Kontribusi variabel ekonomi dalam menjelaskan NVRP untuk pemanfaatan Rumah Susun Bandarharjo sebesar 60,25% dan variabel psikologi sebesar 39,74%. Apabila diverifikasikan dengan Grand Theory Bergel menunjukkan bahwa penelitian ini selaras, demikian juga dengan penelitian yang dilakukan Tegrasia di lokasi yang berbeda, yakni di Rumah Susun Kaligawe-Semarang. Sedangkan, terhadap NVRP untuk pemanfaatan Kondominium/Apartemen di Jakarta Pusat oleh Brotosunaryo terdapat kontradiksi yang cukup nyata.
KERENTANAN KOTA BANDA ACEH TERHADAP BENCANA TSUNAMI TAHUN 2013 Yushar Kurniawan; Holi Bina Wijaya
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.014 KB)

Abstract

Kerentanan adalah  upaya mengidentifikasi dampak terjadinya bencana berupa   jatuhnya korban jiwa maupun kerugian ekonomi dalam jangka pendek yang terdiri dari hancurnya permukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun kerugian ekonomi jangka panjang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumber daya alam lainnya. Analisis kerentanan ditekankan pada kondisi fisik kawasan dan dampak kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal (Diposaptono,2005). Penelitian ini untuk mengidentifikasi Kerentanan kota Banda Aceh menghadapi resiko tsunami dengan pendekatan mitigasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini membangun teori berdasarkan pengalaman fenomena bencana tsunami yang pernah terjadi, berdasarkan argumen dengan mencari kebenaran logika berdasarkan aspek terkait. Aspek terkait berupa aspek resiko, karakteristik fisik, pemanfaatan kawasan pesisir, penyediaan kelengkapan perlindungan kawasan pesisir yang rentan tsunami. perhitungan radius/ jarak jangkauan tempat penyelamatan terhadap waktu tanggap tsunami.Perubahan yang terjadi pada sruktur ruang  dan pola pemanfaatan ruang kota Banda Aceh merupakan bagian dari upaya penataan kembali ruang kota Banda aceh yang telah hancur akibat bencana gempa dan tsunami. sebelum tsunami struktur ruang kota banda aceh dengan tipe konsentris yang terlihat dari pemusatan aktivitas dan kepadatan baik penduduk maupun bangunan pada kawasan pusat kota. Pasca tsunami, struktur ruang kota Banda aceh dikembangkan menjadi multiple nuclei.hal ini melatar belakangi perkembangan kota Banda Aceh yang berada di kawasan pesisir. Bentuk mitigasi yang dilakukan terkait dengan aspek fisik kawasan karakter fisik/ kondisi kawasan pesisir yang intensif terhadap tsunami, ketidaksesuaian pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir yang rentan tsunami serta minimnya kebutuhan kelengkapan perlindungan tsunami. Pemerintah menerapkan dua skenario pengembangan kawasan, yakni skenario dengan melakukan perbaikan pola dan struktur ruang dengan memberikan 2 pilihan bagi masyarakat. Adapun skenario tersebut meliputi (1) pindah ke lokasi aman bagi masyarakat yang ingin pindah, dan (2) tetap di lokasi semula namun lokasi tersebut telah dilengkapi sarana dan prasarana perlindungan. Limitasi perkembangan di bagian utara itu dilakukan dengan menerapkan kebijakan disinsentif. bentuk pembatasan perkembangan di bagian utara ini juga dilakukakan dengan menurunkan tingkat layanan wilayah ini, jika sebelumnya kawasan Ulee Lheu merupakan salah satu sub pusat kota Banda Aceh, kini kawasan tersebut diturunkan tingkatannya menjadi kawasan biasa yang tidak di rekomendasikan untuk kegiatan pembangunan. Selain itu perizinan terkait dengan pembangunan pun lebih dipersulit
KAJIAN KEPUASAN PENGHUNI BERDASARKAN KUALITAS LINGKUNGAN DI PERUMNAS BUKIT SENDANGMULYO SEMARANG Yudhi Widiastomo; Nany Yuliastuti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.081 KB)

Abstract

Perumnas Bukit Sendangmulyo merupakan salah satu perumnas yang dibangun oleh Perum Perumnas Regional V di pinggiran Kota Semarang pada tahun 1994. Perumnas ini dibangun dengan jumlah unit 2081 dan dilengkapi dengan infrastruktur yang lengkap. Tidak adanya pengelolaan dari pihak Perum Perumnas mengakibatkan perumnas yang sudah berumur 19 tahun tersebut mengalami penurunan kualitas lingkungan. Pada perumnas ini ditemui berbagai permasalahan seperti rusaknya jalan utama, drainase yang tidak terawat, buruknya kualitas air bersih, dan sarana lingkungan yang kurang lengkap. Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi kinerja Perumnas Bukit Sendangmulyo menggunakan indikator kepuasan penghuni. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kepuasan penghuni berdasarkan kualitas lingkungan di Perumnas Bukit Sendangmulyo. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa tingkat kepuasan penghuni berdasarkan kualitas lingkungan termasuk dalam kategori sedang, dengan nilai indeks kepuasan sebesar 58,1% (dengan nilai tengah adalah 60%). Tingkat kepuasan tersebut paling tinggi dipengaruhi oleh variabel kualitas hubungan masyarakat dengan nilai indeks 73,4%, variabel kualitas prasarana lingkungan 57,6%, variabel kualitas fisik rumah 51,6%, dan paling rendah adalah variabel kualitas sarana lingkungan dengan nilai indeks 49,8%. Oleh karena itu pemerintah perlu menangani kondisi air bersih yang buruk serta perlu memperbaiki prasarana yang sudah rusak seperti jalan dan drainase utama perumnas. Pemerintah juga perlu menyediakan sarana yang lengkap di Perumnas Bukit Sendangmulyo seperti sekolah, pasar, sarana kesehatan, dan lain-lain sesuai dengan rencana pada siteplan pembangunan Perumnas Bukit Sendangmulyo agar perumnas tersebut dapat semakin berkembang.
PENGARUH DAYA TARIK PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN TERHADAP PREFERENSI KONSUMEN (Studi Komparasi Pasar Karangayu dan Giant Superdome) Ratna Asribestari; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.997 KB)

Abstract

Perkembangan pasar moden di Kota Semarang, cukup pesat. Munculnya berbagai jenis pasar nontradisional dapat meningkatkan kompetisi antara pasar tradisional dengan pasar modern, seperti yang terjadi pada Pasar Karangayu dan Giant Superdome yang memiliki lokasi yang berdekatan. Hal ini didukung dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang kini semakin modern mengakibatkan kecenderungan perpindahan tempat belanja dari pasar tradisional menuju pasar modern. Dalam menarik pengunjung, setiap pasar harus memiliki daya tarik tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh daya tarik pasar terhadap preferensi konsumen. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah studi komparasi antara Pasar Karangayu dan Giant Superdome. Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah konsumen yang melakukan belanja di kedua pasar tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi daya tarik Pasar Karangayu, yaitu variasi barang, harga barang dan fasilitas umum sedangkan daya tarik Giant Superdome adalah kenyamanan, variasi barang, harga barang, kondisi fisik pasar, fasilitas pasar. Aksesibilitas menjadi daya tarik kedua pasar namun adanya limitasi berupa pulau jalan yang memisahkan antara lajur jalan mengurangi kemudahan aksesibilitas pasar terutama bagi konsumen yang berada di seberang pasar. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh antara daya tarik pasar terhadap preferensi konsumen, yaitu Giant Superdome lebih disukai daripada Pasar Karangayu. Rekomendasi yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah penataan lokasi pasar modern dengan memperhatikan pasar tradisional yang telah ada.
ANALISIS PERKEMBANGAN STRUKTUR RUANG KAWASAN BERSEJARAH KAMPUNG KAUMAN KOTA SEMARANG Ester Theresiana; Santy Paulla Dewi
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1662.639 KB)

Abstract

Kampung Kauman Semarang merupakan sebuah pusat permukiman pertama di Semarang yang tumbuh di sekitar Masjid Kauman dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Perkampungan ini tertata rapi dan memiliki pola perkampungan yang unik sehingga menjadikan toponim bagi perkampungan-perkampungan yang tersebar di kawasan ini sesuai dengan keadaan, sifat, maupun aktivitas masyarakat. Berdasarkan kebijakan RTRW Kota Semarang tahun 2010-2030 kawasan Kampung Kauman termasuk dalam Bagian Wilayah Kota I, yang diarahkan sebagai kawasan perkantoran, perdagangan jasa dan campuran. Hal tersebut menyebakan kawasan ini berkembang dengan sangat pesat. Terjadi perubahan aktivitas disekitar kawasan Kampung Kauman Semarang dari permukiman menjadi perdagangan dan jasa yang berdampak juga pada penggunaan lahan di kawasan ini, lahan-lahan permukiman yang ada berubah fungsi menjadi tempat usaha karena keterbatasan lahan di kawasan ini. Selain itu terdapat pula permasalahan banjir rob yang sering menggenangi kawasan ini ketika air laut pasang atau saat musim penghujan, hal tesebut mendorong masyarakat menciptakan hunian yang nyaman dengan menambah jumlah lantai bangunan. Dengan adanya berbagai permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perkembangan yang terjadi di kawasan Kampung Kauman Kota Semarang pada tahun 2003 dan tahun 2013. Hasil dari analisis yang telah dilakukan adalah adanya pengalihfungsian guna lahan oleh masyarakat dari permukiman menjadi perdagangan jasa dikarenakan perubahan aktivitas yang terjadi, perluasan tempat usaha, penambahan jumlah lantai bangunan pada tempat usaha yang digunakan sebagai tempat usaha sekaligus sebagai hunian, dan penambahan jumlah lantai bangunan pada hunian untuk mengamankan harta benda dan keluarga dari ancaman banjir rob. Penambahan jumlah lantai bangunan ini menyebabkan perkembangan bangunan dikawasan ini secara vertikal atau berkembang ke atas. Kampung Kauman sebagai kawasan yang akan terus berkembang memerlukan pengarahan perkembangan yang khusus agar siap menerima peningkatan aktivitas yang sangat pesat. Rekomendasi yang diberikan antara lain penegasan izin pengendalian pembangunan baik luasan lahan terbangun maupun jumlah lantai bangunan, pendataan jumlah bangunan yang diperuntukkan sebagai perdagangan dan jasa secara berkala, serta pengoptimalan potensi ekomoni dan budaya. 
PERUBAHAN KARAKTERISTIK PERMUKIMAN PESISIR PADA KAWASAN WISATA PANTAI ALAM RANDUSANGA INDAH KABUPATEN BREBES B Chandra Anggitya Putra; Bitta Pigawati
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (810.427 KB)

Abstract

Kawasan Pantai Alam Randusanga Indah (PARIN) merupakan salah satu wilayah pariwisata potensial (WPP) pantai utara yang memiliki penggunaan lahan yang terdiri dari perikanan (budidaya dan tangkap), hutan mangrove, pertanian (sawah terintrusi), permukiman minoritas dan pariwisata (wisata pantai). Kawasan wisata yang terletak di Kelurahan Randusanga Wetan dan Randusanga Kulon tersebut memiliki karakteristik guna lahan spesifik karena di kawasan wisata yang berfungsi untuk menjalankan aktivitas wisata terdapat fungsi lain berupa kawasan permukiman.Perkembangan aktivitas pariwisata di Kawasan Pantai Alam Randusanga Indah (PARIN) telah mempengaruhi perubahan guna lahan di sekitar kawasan wisata dan  mempengaruhi perubahan kondisi fisik lingkungan permukiman dan penggunaan permukiman masyarakat pesisir di sekitarnya. Penelitian ini  bertujuan  untuk  mengkaji bentuk perubahan karakteristik permukiman pesisir kawasan wisata Pantai Alam Randusanga Indah di Kelurahan Randusanga Kulon dan Randusanga Wetan berdasarkan indikator perubahan lingkungan fisik permukiman dan perubahan penggunaan permukimannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi perubahan karakteristik permukiman pesisir pada kawasan wisata Pantai Alam Randusanga Indah yang meliputi Kelurahan Randusanga Wetan dan Randusanga Kulon Wetan. Perubahan karakteristik lingkungan fisik permukiman masyarakat pesisir ditunjukan dari peningkatan kualitas jaringan jalan, peningkatan kualitas hunian, peningkatan kualitas permukiman, dan peningkatan kualitas permanensi bangunan. Sementara kualitas jaringan persampahan di permukiman masyarakat pesisir mengalami penurunan. Sementara perubahan karakteristik penggunaan permukiman masyarakat Perubahan penggunaan permukiman sebagian besar dilakukan oleh masyarakat yang memiliki hunian di sekitar akses masuk wisata pantai. Penggunaan permukiman yang semula hanya hunian biasa beralih menjadi warung/toko/jasa karena peluang usaha yang disebabkan keberadaan kawasan wisata pantai.
ANALISIS KINERJA PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR II TERBOYO-SISEMUT (Studi Kasus: Rute Terboyo – Sisemut Kota Semarang) Aprisia Esty Dwiryanti; Anita Ratnasari Rakhmatulloh
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1067.892 KB)

Abstract

Kota Semarang sebagai salah satu kota besar yang mengalami peningkatan jumlah kendaraan pribadi. Sehingga mengakibatkan kemacetan diruas-ruas jalan Kota Semarang.  Pertumbuhan kendaraan pribadi baik mobil atau sepeda motor mengakibatkan tidak nyamannya lingkungan meningkat, kemacetan dan kapasitas jalan yang sudah tidak mampu lagi menampung kendaraan-kendaraan di masa mendatang. Oleh karena itu pemerintah Kota Semarang mengembangkan transportasi missal yaitu Bus Rapid Transit. Namun masyarakat kurang minat untuk menggunakan angkutan umum karena merasa pelayanan yang tidak baik. Studi ini bertujuan untuk merumuskan kinerja pelayanan BRT Koridor II di Kota Semarang secara berkelanjutan dengan pengoptimalisasi penggunaan BRT rute Terboyo-Sisemut Semarang. Sehingga dapat menemuken faktor – faktor permasalahan yang mempengaruhinya sehingga dapat dirumuskan langkah – langkah perbaikan dan peningkatan mutu pelayanannya, dan rekomendasi perbaikan kualitas pelayanan kepada operator. Studi ini dengan menerapkannya sustainable transportation atau transportasi berkelanjutan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kinerja pelayanan berdasarkan persepsi menunjukkan cukup memuaskan. Namun ada beberapa persepsi yang merasa kurang yaitu pelayanan operator, perpindahan moda, ketetapan waktu dan waktu tunggu. Sedangkan berdasarkan penelitian dengan standar Departemen Perhubungan menunjukkan baik. Terdapat tiga kriteria yang kurang baik yaitu headway, frekuensi, awal dan akhir pelayanan..Dari hasil kedua tersebut dibandingkan sehingga faktor-faktor yang kurang yaitu kenyamanan, kemudahan pencapaian dan efisiensi.
KAPASITAS LEMBAGA MASYARAKAT DALAM KEGIATAN PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS MASYARAKAT DI JAWA TENGAH Anggun Aprinasari Fultanegara; Asnawi Asnawi
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.766 KB)

Abstract

Fenomena kemiskinan merupakan fenomena kompleks yang seolah-olah menjadi momok yang susah untuk dicari solusinya. Fenomena ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah, salah satunya Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat kemiskinan sebesar 16,56% yang masih berada di atas tingkat kemiskinan nasional 13,33% (BPS, 2010). Upaya pemerintah dalam mempercepat penanggulangan kemiskinan salah satunya adalah kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Masyarakat melalui pengokohan kelembagaan. Akan tetapi, kinerja dari lembaga tersebut bervariatif ada yang berhasil dan ada yang kurang berhasil dalam menjalankan kegiatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kapasitas kelembagaan dalam kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Masyarakat. Penelitian ini mencoba mengkomparasikan dua BKM, yaitu BKM Sejahtera Mandiri Kabupaten Kendal dan BKM Podosugih Kota Pekalongan. Kapasitas kelembagaan diukur dengan dari tiga indikator, yakni aspek individu, kelompok, dan lembaga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif serta menggunakan teknik analisis skoring dan pengumpulan data kuesioner. Dari hasil analisis skoring menunjukkan menunjukkan kapasitas BKM Podosugih dengan skoring 945 pada kelas I yaitu sangat baik, sedangkan BKM Sejahtera Mandiri dengan skoring 897 pada kelas II yaitu baik dalam menjalankan kegiatan. Dengan melihat kapasitas kelembagaan ldi Kelurahan Kebondalem dan Podosugih, diperlukan penguatan kapasitas kelembagaan agar dapat berlangsung efektif dalam upaya penataan kawasan lingkungan.
PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PELAYANAN DRAINASE DI KAWASAN SEKITAR KAMPUS UNDIP TEMBALANG Yulistiani Yulistiani; Widjanarko Widjanarko
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.791 KB)

Abstract

Pengembangan kampus Universitas Diponegoro Tembalang membawa dampak yang besar terhadap aktivitas di kawasan sekitarnya terutama di Kecamatan Tembalang dan Kecamatan Banyumanik berupa perubahan guna lahan menjadi lahan terbangun. Pesatnya perubahan guna lahan menjadi lahan terbangun yang terjadi di kawasan sekitar  Kampus UNDIP Tembalang ini tidak memperhatikan fungsi lahan sebagai resapan air sehingga debit limpasan air pada saluran drainase mayor berupa Sungai Krengseng menjadi meningkat. Sementara itu, kondisi sungai telah mengalami perubahan akibat sedimentasi. Akibatnya, kapasitas Sungai Krengseng berubah  dan tidak mampu menampung limpasan air sehingga menyebabkan genangan dan banjir lokal dan juga banjir kiriman ke Semarang Bawah. Untuk itulah penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan guna lahan terhadap pelayanan drainase di kawasan sekitar Kampus UNDIP Tembalang. Dari analisis yang dilakukan, dari tahun 2001-2011, penggunaan lahan di kawasan sekitar kampus UNDIP Tembalang yang termasuk dalam daerah hulu dan daerah hilir DAS Krengseng cenderung mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi berupa perubahan lahan sawah, lahan tegal/kebun dan lahan lainnya menjadi lahan permukiman. Perubahan pada tiap jenis guna lahan di daerah  hulu dan hilir kawasan sekitar Kampus UNDIP Tembalang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pelayanan drainase. Jenis guna lahan yang memberikan pengaruh besar adalah lahan permukiman. Adanya peningkatan luas lahan permukiman menjadikan koefisien limpasan air di daerah hulu maupun hilir meningkat. Akibatnya, debit limpasan air yang masuk ke Sungai Krengseng juga mengalami peningkatan. Pada saat debit limpasan mencapai puncak dan melebihi kapasitas tampungan, maka terjadi luapan yang menyebabkan banjir dan genangan di beberapa kawasan terutama di Kelurahan Srondol Wetan, Pedalangan, Bulusan dan Meteseh. 

Filter by Year

2013 2013