cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Nutrition College
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23376236     EISSN : 2622884X     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Journal of Nutrition College (P-ISSN : 2337-6236; E-ISSN : 2622-884X) diterbitkan oleh Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro sebagai media publikasi artikel-artikel ilmiah dalam biang Ilmu Gizi dengan skala terbit 4 kali dalam setahun, yaitu pada Januari, April, Juli, dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 1 (2023): Januari" : 10 Documents clear
INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK MAKANAN KAITANNYA DENGAN KADAR LDL DAN RLPP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 Andaresfa Trias Wari; Arwin Muhlishoh; Nastitie Cinintya Nurzihan
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.36164

Abstract

Latar belakang: Risiko DM (Diabetes Mellitus) sering dikaitkan dengan pangan yang berbasis karbohidrat yaitu IG (Indeks Glikemik) dan BG (Beban Glikemik) yang menyebabkan resistensi insulin, dan mempengaruhi metabolisme dalam lemak yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar LDL (Low Density Lipoprotein). Konsumsi karbohidrat yang berlebih akan menyebabkan tidak seimbangnya jumlah energy intake dengan energy expenditure sehingga dalam jangka waktu lama akan menimbulkan obesitas. Pengukuran antropometri yang berguna sebagai prediktor terjadinya obesitas adalah dengan menggunakan RLPP (Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul).Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IG dan BG makanan dengan kadar LDL dan RLPP pada pasien DMT2.Metode: Desain penelitian adalah cross sectional. Responden dari penelitian ini adalah 21 pasien DMT2 di Puskesmas wilayah kerja Kabupaten Karanganyar. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Variabel yang diteliti adalah IG, BG, kadar LDL, RLPP. Dianalisis menggunakan uji kolerasi pearson dengan nilai signifikansi < 0,05 dan dianalisis multivariat dengan menggunakan regresi linier berganda.Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa IG mempunyai hubungan dengan kadar LDL (p<0,001; r=0,939), IG mempunyai hubungan dengan RLPP (p=<0,001; r=0,984), BG mempunyai hubungan dengan kadar LDL (p<0,001; r=0,969), BG mempunyai hubungan dengan RLPP (p<0,001; r=0,963), RLPP mempunyai hubungan dengan kadar LDL (p<0,001; r=0,984). Analisis multivariat menunjukkan BG makanan adalah prediktor dari kadar LDL dan IG dan BG makanan adalah prediktor dari RLPP.Simpulan: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara IG dan BG makanan dengan kadar LDL dan RLPP pada pasien DMT2.
PERBEDAAN POLA PEMBERIAN MP-ASI ANTARA ANAK BERAT BADAN KURANG DENGAN BERAT BADAN NORMAL USIA 6 – 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG PATI KOTA SEMARANG Habibah Alim Anjani; Nuryanto Nuryanto; Hartanti Sandi Wijayanti; Rachma Purwanti
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.33303

Abstract

Latar Belakang: Pola pemberian MPASI berpengaruh pada pertumbuhan bayi dan anak. Pemberian MPASI yang tidak tepat akan menyebabkan berat badan kurang pada bayi.Tujuan : Untuk menganalisis perbedaan pola pemberian MPASI antara bayi berat badan kurang dengan berat badan normal usia 6 – 12 bulan.Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan di Kota Semarang. Subjek terdiri dari 28 subjek berat badan kurang dan 28 subjek berat badan normal yang diambil dengan metode purposive sampling. Variabel yang diteliti yaitu pola pemberian MPASI, tingkat kecukupan zat gizi, dan status gizi BB/U. Data karakterisik subjek dan pola pemberian MPASI meliputi waktu pemberian MPASI pertama, riwayat ASI eksklusif, riwayat ASI saat ini, jenis, frekuensi, porsi pemberian MPASI, dan responsive feeding didapatkan dari wawancara menggunakan kuesioner. Data tingkat kecukupan zat gizi didapatkan dari kuesioner food recall 3x24 jam. Berat badan kurang ditentukan dengan perhitungan Z-score BB/U -3 s/d <-2 SD, sedangkan berat badan normal ditentukan dengan Z-score BB/U -2 s/d +2 SD. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square, Independent T-Test  dan Mann Whitney-Test.Hasil: Terdapat perbedaan porsi pemberian MPASI, tingkat kecukupan energi, karbohidrat, dan lemak pada kelompok bayi berat badan kurang dan normal (p=0,001; p=0,013; p=0,036; p=0,021). Tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan protein, riwayat ASI eksklusif, riwayat ASI saat ini, waktu pemberian MPASI pertama, jenis, frekuensi pemberian MPASI, dan responsive feeding pada kelompok bayi berat badan kurang dan normal (p>0,05).  Simpulan: Terdapat perbedaan porsi MPASI, tingkat kecukupan energi, karbohidrat dan lemak antara bayi berat badan kurang dan berat badan normal usia 6-12 bulan. Tidak terdapat perbedaan riwayat ASI eksklusif, riwayat ASI saat ini, waktu pemberian MPASI pertama, jenis, frekuensi  pemberian MPASI, responsive feeding, dan tingkat kecukupan protein antara bayi berat badan kurang dan berat badan normal usia 6-12 bulan.
A POOLED DATA ANALYSIS TO DETERMINE RISK FACTORS OF CHILDHOOD STUNTING IN INDONESIA Tri Siswati; Bunga Astria Paramashanti; Nova Pramestuti; Lukman Waris
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.35413

Abstract

Background: Stunting among children remains a public health concern in Indonesia, where the prevalence of stunting in rural areas is higher than in urban areas.Objectives: This study aimed to analyze risk factors for stunting and severe stunting among children aged 0-59 months in rural and urban Indonesia.Method: This cross-sectional study used pooled datasets from Indonesia’s Basic Health Research in 2007, 2010, and 2013. Our study samples included 38,246 children aged 0-59 months whose height-for-age Z-score (HAZ) was between -5.99 and 5.99 standard deviations. The primary outcomes were stunting and severe stunting, whereas dependent variables included factors at the child, household, and community levels. We apply Stata 13 for univariate, bivariate, and multivariate analysis.The prevalence of stunting and severe stunting was higher in rural than urban areas. On one hand, risk factors significantly associated with stunting and severe stunting in urban areas were low birth weight, maternal height, informal father’s occupation, low economic level, and children from East Indonesia and Sumatra. Furthermore, the father’s height was only associated with stunting, while the number of children >3 was only associated with severe stunting. On the other hand, risk factors age, low birth weight, maternal height, father’s height, household member 5-9 people, middle and low economic level were significantly associated with stunting and severe stunting in rural areas. Moreover, poor WASH was only associated with stunting, while informal mother occupation, low father education, number of household members > 9 people, and living in Sumatra and East Indonesia were associated with severe stunting in rural areas.Conclusion: Low birth weight, short parents, and economic income were risk factors for stunting and severe stunting children in urban and rural areas. Keywords: Children; Pooled data; Risk factors; Stunting
VITAMIN C, VITAMIN D DAN IMUNITAS PASIEN COVID-19 Saskia Rohadatul Aisy; Ahmad Rizal; Betty Yosephin Simanjuntak
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.33167

Abstract

Latar belakang: Pada tahun 2020 wabah Virus Corona (Covid-19) menyebar hampir di seluruh Negara. Cara untuk mengatasi Covid-19 yaitu dengan peran vitamin C dan D. Vitamin C memiliki sifat antioksidan yang mampu melindungi sel dan jaringan tubuh dari kerusakan oksidatif. Sedangkan vitamin D berperan meningkatkan innate imunity yang akan menghambat aktivitas bakteri Covid-19.Tujuan: Penlitian ini bertujuan untuk mengkaji artikel tentang suplementasi vitamin C dan vitamin D terhadap imunitas pasien covid-19.Metode: Penelitian ini menggunakan kajian (ulasan) literatur pada 10 artikel dengan menggunakan database Google Scholar, Pubmed dan Science Direct terbitan tahun 2019-2021. Studi ini diawali penyeleksian artikel  dengan diagram Preferred Reporting Item for Systematic and Meta-analysis (PRISMA). Kriteria yang digunakan adalah artikel yang diakses secara penuh ( full text) dalam format pdf  menggunakan bahasa Inggris dengan kata kunci vitamin C, vitamin D dan Covid-19.Hasil: Literatur review ini menunjukkan bahwa dari 10 artikel yang terdiri masing-masing 5 artikel tentang vitamin C dan vitamin D. Pemberian suplementasi vitamin C dapat mengurangi gejala, meningkatkan kesadaran dan menurunkan risiko kematian akibat Covid-19. Suplementasi vitamin D berpengaruh terhadap lama hari rawat di rumah sakit, kebutuhan oksigen dan peningkatan serum 25(OH)D sehingga dapat mempercepat penyembuhan Covid-19.Simpulan: Vitamin C berpengaruh dalam meningkatkan sistem imun dan berfungsi sebagai antioksidan. Vitamin D dapat berpengaruh dalam meningkatkan sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif, sehingga dapat mempercepat penyembuhan infeksi Covid-19. 
TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN POLA ASUH GIZI HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 24-59 BULAN Ahmad Ari Shodikin; Mutalazimah Mutalazimah; Muwakhidah Muwakhidah; Nur Lathifah Mardiyati
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.35322

Abstract

Latar Belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan gizi tidak adekuat dalam jangka waktu lama sejak awal kelahiran yang memengaruhi pertumbuhan anak. Persentase stunting pada balita di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4%. Tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi sebagai faktor tidak langsung dalam kejadian stunting pada balita, dikarenakan hal tersebut memengaruhi secara langsung asupan gizi balita.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 57 balita dari total populasi sebanyak 187 balita yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling di 5 posyandu. Data yang dikaji meliputi karakteristik subjek, tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi. Data pendidikan ibu dan pola asuh gizi diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 28 item pertanyaan (nilai r=0,968). Status gizi diperoleh dengan pengukuran antropometri yaitu mengukur tinggi badan dan berat badan. Analisis data dengan uji Chi-Square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase balita stunting sebesar 15,8%. Ibu dengan pendidikan rendah (Tidak sekolah, SD, SMP) sebesar 26,3%. Pola asuh gizi kategori kurang sebesar 54,4%. Dari uji hubungan tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi masing-masing nilai p=0,427 dan p=0,718.Simpulan: Tingkat pendidikan ibu dan pola asuh gizi tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Dinas Kesehatan Sragen dan Puskesmas Gemolong diharapkan dapat memperbaiki perilaku pola asuh gizi ibu balita untuk mencegah terjadinya stunting di masa kedepannya yang diakibatkan oleh pola asuh gizi seimbang kurang baik. 
ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PERTANIAN DAN PESISIR KABUPATEN DEMAK Dewi Tri Setyorini; Mukson Mukson; Bambang Dwiloka
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.36398

Abstract

Latar belakang: Pangan merupakan sumber kehidupan yang sangat esensial, namun tidak semua pihak mempunyai kemudahan untuk mengakses pangan. Indonesia dikenal sebagai negara agraris sekaligus sebagai negara maritim. Rumah tangga petani dan nelayan yang menjadi sumber penyedia pangan justru terindikasi tidak tahan pangan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan ketahanan pangan rumah tangga di wilayah pertanian dan wilayah pesisir Kabupaten DemakMetode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan desain studi cross sectional. Unit analisis dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani dan nelayan di Kabupaten Demak. Sampel penelitian ditentukan secara proportional random sampling sebanyak 109 rumah tangga. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah istri/ibu rumah tangga. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara menggunakan food recall 2x24 jam. Variabel yang diteliti adalah variabel ketahanan pangan melalui parameter konsumsi energi dan pangsa pengeluaran pangan yang diambil dengan instrument berupa kuesioner. Analisis data menggunakan uji Independent t test.Hasil: Terdapat perbedaan sangat nyata (p=0,004) tingkat ketahanan pangan rumah tangga di wilayah pertanian dan pesisir. Persentase rumah tangga dengan kategori tahan pangan di wilayah pesisir lebih tinggi dibandingkan di wilayah pertanian. Rumah tangga tahan pangan di wilayah pesisir adalah sebanyak 51,06% sedangkan di wilayah pertanian sebanyak 35,48%.Simpulan: Ketahanan pangan di wilayah pesisir lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pertanian.
PENGARUH PEMBERIAN COOKIES TEPUNG LABU KUNING DAN IKAN GABUS TINGGI PROTEIN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN ANEMIA Liza Safitri; Susyani Susyani; Terati Terati
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.35312

Abstract

Latar belakang: Penyakit gagal-ginjal-kronis ialah kondisi renal yang tidak lagi bisa mengeluarkan limbah metabolisme tubuh yang berakibat pada gangguan fungsi endokrin dan metabolisme. Dua faktor dapat mengembangkan anemia pada pasien gagal ginjal kronis. Pertama, dibandingkan dengan pasien tanpa gagal ginjal kronis, mereka dengan gagal ginjal kronis menghasilkan lebih sedikit erythropoietin (EPO), dan kedua, hepcidin meningkat pada pasien dengan gagal ginjal kronis.Tujuan:Mengetahui pengaruh pemberian cookies berbahan dasar tepung labu kuning dan ikan gabus terhadap hemoglobin pasien gagal ginjal hemodialisis anemia di RSUP Dr. M. Hoesin Palembang.Metode: Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial untuk menentukan formulasi produk yang digunakan sebagai intervensi, dan tahap kedua menggunakan desain penelitian quasi eksperimen dengan one group pre -test dan post-test desain penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode Purposive Sampling dengan jumlah 40 responden. Analisis data menggunakan uji Friedman dan uji T-Dependent.Hasil: Uji organoleptik menunjukkan bahwa formula terpilih adalah formulasi F2. Sedangkan hasil intervensi menunjukkan adanya perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan sesudah intervensi, rata-rata peningkatan kadar hemoglobin responden adalah 0,78 g/dl dengan p <0,001.Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa cookies dengan penambahan labu kuning dan ikan gabus berpengaruh terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisa dan dapat dijadikan sebagai produk alternatif pencegahan anemia pada penderita gagal ginjal.
ASUPAN VITAMIN D, KALSIUM DAN AKTIVITAS FISIK KAITANNYA DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI Miladia Gita Mutia; Dittasari Putriana
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.33345

Abstract

Latar Belakang: Masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi salah satunya gangguan siklus menstruasi. Di Indonesia, sebanyak 35,5% mahasiswi yang terdapat di 59 perguruan tinggi mengalami gangguan tersebut.  Adapun faktor yang mempengaruhi seperti kurangnya asupan vitamin D, asupan kalsium, dan tingginya aktivitas fisik. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta memiliki aktivitas yang sangat padat, sehingga dilakukan studi pendahuluan di fakultas tersebut.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan vitamin D, asupan kalsium, dan aktivitas fisik dengan gangguan siklus menstruasi pada mahasisiwi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode: Desain penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 73 mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta usia 18-19 tahun, yang diambil dengan metode accidental sampling. Data asupan vitamin D dan kalsium diperoleh menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) selama satu bulan terakhir, data aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) selama satu minggu terakhir dan data gangguan siklus menstruasi menggunakan kuesioner siklus menstruasi melalui google form. Analisis data pada software SPSS menggunakan uji chi square.Hasil : Sebagian besar responden memiliki asupan vitamin D kurang (94,5%), asupan kalsium kurang (87,7%), aktifitas fisik berat (80,8%) dan gangguan siklus menstruasi (4,1%). Hasil uji analisis chi square tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin D (p=0,631), asupan kalsium (p=0,597), dan aktifitas fisik (p=0,389) dengan gangguan siklus menstruasi.  Simpulan: Tidak terdapat hubungan asupan vitamin D, asupan kalsium, dan aktivitas fisik dengan gangguan siklus menstruasi (p>0,05). Diharapkan responden dapat meningkatkan asupan vitamin D dan kalsium yang cukup serta memperhatikan aktivitas fisik agar tidak berlebihan
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI MASYARAKAT PESISIR (STUDI PADA MASYARAKAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNG II JEPARA) Silvia Ulin Nafi&#039;; Natalia Desy Putriningtyas
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.36230

Abstract

Latar belakang: Telah terjadi peningkatan prevalensi hipertensi pada masyarakat pesisir pantai di Kedung Jepara, pada tahun 2019 sebanyak 3,5%, pada tahuan 2020 sebanyak 4,3%, pada tahun 2021 sebanyak 5,0% masyarakat di wilayah kerja pesisir Kedung Jepara menderita hipertensi.Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat pesisir di wilayah kerja Puskesmas Kedung II.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juni-Juli 2022 di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung II. Teknis pengambilan sampel yang digunakan adalah Quota Sampling dengan responden sebanyak 100 responden penderita hipertensi yang berusia 45-59 tahun yang menderita hipertensi dan pengambilan data meliputi variabel jenis kelamin, obesitas, konsumsn i kopi, kebiasaan merokok,aktivitas fisik, konsumsi makanan laut dan kualitas tidur. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi,dan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.Hasil: Hasil penelitian didapatkan ada 97,6% responden obesitas dan 98,7% responden yang mengonsumsi makanan laut berlebih mengalami hipertensi serta terdapat hubungan jenis kelamin (p=0,046), obesitas (p<0,001), konsumsi kopi (p=0,037), aktivitas fisik (p<0,001), konsumsi makanan laut (p<0,001), kualitas tidur (p<0,001) dengan kejadian hipertensi pada masyarakat pesisir. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok (p=0,072) dengan kejadian hipertensi pada masyarakat pesisir.Simpulan: Faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi masyarakat pesisir di wilayah kerja Puskesmas Kedung II adalah jenis kelamin, obesitas, konsumsi kopi, aktivitas fisik, konsumsi makanan laut, kualitas tidur sedangkan kebiasaan merokok tidak menjadi faktor risiko kejadian hipertensi. Saran pada penelitian ini adalah perlu adanya peningkatan promosi kesehatan terkait penanganan dan pencegahan hipertensi kepada masyarakat pesisir.
PERBEDAAN FAKTOR RISIKO STUNTING DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN PADA ANAK USIA 6-23 BULAN DI INDONESIA: ANALISIS DATA RISKESDAS Vivi Ucianna; Adriyan Pramono; Ani Margawati; Ahmad Syauqy
Journal of Nutrition College Vol 12, No 1 (2023): Januari
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v12i1.33304

Abstract

Latar belakang: Stunting merupakan masalah gizi yang sering ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Stunting dapat disebabkan oleh banyak faktor. Perbedaan tempat tinggal di perkotaan dan perdesaan salah satu faktor penyebab stunting. Tujuan: Menganalisis faktor risiko stunting di daerah perkotaan dan perdesaan pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data survei nasional di 34 provinsi di Indonesia tahun 2018 (Riskesdas 2018). Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 15.833 anak usia 6-23 bulan. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif, uji chi-square, dan regresi logistik ganda.Hasil: Prevalensi stunting pada usia 6-23 bulan lebih rendah di perkotaan (26,9%) dibandingkan di perdesaan (30,8%). Perbedaan signifikan yang ditemukan pada faktor risiko kejadian stunting antara daerah perkotaan dan perdesaan. Faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perkotaan adalah berat badan lahir rendah (OR=2,017, 95%Cl: 1,655-2,457). Sedangkan, faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perdesaan adalah adalah kelahiran prematur (OR=1,121, 95%Cl: 1,015–1,238) dan riwayat berat badan lahir rendah (OR=2,188, 95%Cl: 1,845–2,595). Setelah dikontrol dengan variable perancu (jenis kelamin dan usia), berat badan lahir rendah (OR=2,017, 95%Cl: 1,655-2,457) tetap menjadi faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perkotaan. Sedangkan, kelahiran prematur (OR=1,121, 95%Cl: 1,015–1,238) dan riwayat berat badan lahir rendah (OR=2,188, 95%Cl: 1,845–2,595) juga tetap menjadi faktor risiko kejadian stunting yang signifikan di perdesaanSimpulan: Berat badan lahir rendah menjadi faktor risiko stunting di daerah perkotaan dan perdesaan. Sedangkan, kelahiran premature menjadi faktor risiko stunting hanya di perdesaan. 

Page 1 of 1 | Total Record : 10