cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
journalmarineresearch@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Marine Research
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 24077690     DOI : -
Core Subject : Science,
Journal of Marine Research diterbitkan oleh Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro sebagai karya ilmiah lulusan Sarjana Ilmu Kelautan.
Arjuna Subject : -
Articles 26 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research" : 26 Documents clear
Spesies Udang yang Ditemukan di Perairan Desa Menco, Wedung, Demak Aditya Rizqi Agung; Nur Taufiq-SPJ; Ria Azizah
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.34914

Abstract

Wilayah Menco terletak di Kec. Wedung, Kab. Demak dan merupakan salah satu desa penghasil udang.Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai nelayan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis-jenis udang yang ditemukan di perairan Desa Menco. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik di perairan Desa Menco selama 3 Minggu, dengan menggunakan alat tangkap wangkong (trap net). Sampel yang diperoleh diidentifikasi dan dianalisis menggunakan 16 karakter morfometrik untuk mengetahui komposisi ukuran tangkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 jenis udang dari famili Penaeidae yaitu: Penaeus merguiensis, Penaeus monodon, dan Metapenaeus ensis. Satu jenis dari famili Palaemonidae yaitu Macrobranchium equidens. Dua jenis dari famili Squillidae yaitu: Harpiosquilla raphidea, dan Oratossquilla oratoria. Total sampel yang ditemukan sebanyak 180 sampel, dengan komposisi: Penaeus monodon 60 sampel (33%), Metapenaeus ensis 60 sampel (33%), Harpiosquilla raphidea 27 sampel (15%). Sementara itu, Oratosquilla oratoria ditemukan 20 sampel (11%), Macrobranchium equidens 7 sampel (5%) dan Penaeus monodon 6 sampel (4%). Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan suhu perairan 29-30OC, salinitas 14-16 ppt, pH berkisar antara 7,4-7,6 dan DO yang berkisar antara 5,67-5,92 mg/l. Menco is located in Wedung District, Demak Regency, where most of the people work as fishermen. The purpose of this study was to determine the types of shrimp found in the waters of Menco Village. Sampling was carried out at three points in the waters of Menco Village during 3 weeks, using a wangkong (trap net). The samples obtained were identified and analyzed using 16 morphometric characters to determine the composition of the catch size. The results showed that there were 3 types of shrimp from the Penaeidae family, namely: Penaeus merguiensis, Penaeus monodon, and Metapenaeus ensis. One species from the family Palaemonidae is Macrobranchium equidens. Two species of the Squillidae family are: Harpiosquilla raphidea, and Oratossquilla oratoria. The total samples found were 180 samples, with the composition: Penaeus monodon 60 samples (33%), Metapenaeus ensis was found 60 samples (33%), Harpiosquilla raphidea 27 samples (15%). Meanwhile, Oratosquilla oratoria was found 20 samples (11%), Macrobranchium equidens 7 samples (5%) and Penaeus monodon 6 samples (4%). The results of water quality measurements showed that the water temperature was 29-30OC, salinity was 14-16 ppt, pH ranged from 7.4-7.6 and Dissolved Oxygen ranged from 5.67-5.92 mg/L.
Kandungan Nitrat (NO3-) dan Fosfat (PO4-3) pada Sedimen terhadap Kondisi Penutupan Lamun di Pantai Prawean Jepara Alia Fatimah Azzahra; Munasik Munasik; Ali Djunaedi
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.33924

Abstract

Lamun dapat menyerap nutrien dari substrat melalui sistem akar yang berperan dalam faktor pertumbuhan lamun tersebut sehingga efisiensi daur nutrien dalam sistemnya menjadi sangat penting untuk memelihara produktivitas primer padang lamun. Nitrat dan fosfat berfungsi sebagai nutrien untuk membantu proses fotosintesis. Selain masukan dari aktivitas daratan, nitrat dan fosfat berasal dari hasil dekomposisi tumbuhan lamun yang telah mati. Pantai Prawean Jepara termasuk kawasan yang didominasi oleh kegiatan wisata, dengan dermaga untuk kapal pesiar selain itu juga termasuk kawasan padat penduduk dengan berbagai aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap kontribusi zat organik dan anorganik terhadap perairan sekitarnya sehingga mempengaruhi kadar nitrat dan fosfat di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien (nitrat dan fosfat) pada sedimen serta mengetahui jenis dan tutupan lamun yang terdapat di perairan Pantai Prawean Jepara. Metode penelitian ini yaitu deskriptif eksploratif, sedangkan metode penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling pada tiga stasiun. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2021. Analisis sampel penelitian dilakukan di Laboratorium Pengujian Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Hasil kandungan nitrat dan fosfat dalam sedimen di perairan Pantai Prawean, Jepara pada stasiun 1 hingga 3 memiliki rata-rata nitrat 1,44 – 17,597 ppm tergolong tinggi dan fosfat 0,011 – 0,029 ppm tergolong rendah. Jenis lamun yang ditemukan pada lokasi penelitian sebanyak 4 spesies yaitu Oceana serullata, Cymodocea rotundata, Enhalus accoroides, dan Thalassia hemprichii dengan rata-rata tutupan lamun sebesar 41,41% yang tergolong sedang. Analisis regresi korelasi menunjukan hubungan yang sedang positif pada nitrat yaitu r = 0,34 dan lemah negatif pada fosfat yaitu r = -0,1. Besarnya pengaruh nitrat dan fosfat pada sedimen terhadap kondisi penutupan lamun menghasilkan nilai Determinansi Regresi (R) sebesar 0,4262 (42,62%) dan 0,0368 (3,68%). Seagrass can absorb nutrients from the substrate through the root system which plays a role in the growth factors of the seagrass so that the efficiency of the nutrient cycle in the system is very important to maintain the primary productivity of seagrass beds. Nitrates and phosphates function as nutrients to help the process of photosynthesis. In addition to input from land activities, nitrate and phosphate are derived from the decomposition of dead seagrass plants. Prawean Beach Jepara is an area that is dominated by tourism activities, with a dock for cruise ships, besides that it is also a densely populated area with various activities that contribute to the contribution of organic and inorganic substances to the surrounding waters, thereby affecting nitrate and phosphate levels in the waters. This study aims to determine the nutrient content (nitrate and phosphate) in the sediment and to determine the type and cover of seagrass found in the waters of Prawean Beach, Jepara. This research method is descriptive exploratory, while the method of determining the location using purposive sampling method for three stations. The research was carried out in November 2021. Analysis of the research sample was carried out at the Environmental Engineering Testing Laboratory, Faculty of Engineering, Diponegoro University. The results of the content of nitrate and phosphate in sediments in the waters of Prawean Beach, Jepara at stations 1 to 3 have an average nitrate of 1.44 - 17.597 ppm which is high and phosphate of 0.011 - 0.029 ppm is low. There were 4 species of seagrass found at the study site, namely Oceana serillata, Cymodocea rotundata, Enhalus accoroides, and Thalassia hemprichii with an average seagrass cover of 41.41% which was classified as moderate. Correlation regression analysis showed that the relationship was positive for nitrate, namely r = 0.34 and weakly negative for phosphate, namely r = -0.1. The magnitude of the effect of nitrate and phosphate on sediments on seagrass cover conditions resulted in the Regression Determination (R) values of 0.4262 (42.62%) and 0.0368 (3.68%).
Jenis dan Kelimpahan Mikroplastik Pada Sedimen di Gili Ketapang, Probolinggo Ika Pibria Ningrum; Nor Sa’adah; Mahmiah Mahmiah
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35467

Abstract

Gili  Ketapang  merupakan  pulau  kecil  yang  secara  administratif  masuk  dalam  wilayah Kecamatan  Sumberasih  Kabupaten  Probolinggo,  dengan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian  sebagai  nelayan. Pengelolaan sampah di lingkungan sekitar dianggap masih minim sehingga terlihat jelas banyaknya sampah yang berserakan di bibir pantai yang berjarak dekat dengan pemukiman. Sampah plastik akan mengalami degradasi menjadi plastik yang lebih kecil dari ukuran semula yang disebut dengan mikroplastik. Mikroplastik merupakan jenis sampah plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 mm, dapat mengapung atau tenggelam karena berat massa jenis mikroplastik lebih ringan daripada air laut. Jenis mikroplastik yang banyak ditemukan di perairan yaitu fragment,fiber,dan film. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis, warna, ukuran dan kelimpahan mikroplastik pada sedimen di Gili Ketapang, Probolinggo. Metode yang digunakan diawali dengan pengambilan sampel air secara purposive random sampling. Sampel sedimen digunakan untuk mengidentifikasi mikroplastik menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 kali. Jenis mikroplastik yang ditemukan pada sedimen di Gili Ketapang, Probolinggo adalah fiber, fragmen dan film. Pada sedimen ditemukan beberapa warna untuk fiber yaitu biru, hijau dan merah, untuk jenis fragmen berwarna kuning, biru, merah, dan hijau, sedangkan pada jenis filamen ditemukan hanya satu warna yaitu putih bening. Ukuran mikroplastik pada sedimen 0,025 – 2,975 mm. Kelimpahan mikroplastik pada sedimen di 3 stasiun paling banyak pada jenis film sebanyak 1635 partikel/kg dan paling sedikit adalah 1180 partikel/kg dengan jenis mikroplastik fiber. Gili Ketapang is a small island that is administratively included in the Sumberasih District of Probolinggo Regency, with the majority of the people living as fishermen. Waste Management in the surrounding environment is considered to be still minimal so that it is clear that there is a lot of garbage scattered on the shoreline close to settlements. Plastic waste will degrade into plastic that is smaller than its original size called microplastics. Microplastics are a type of plastic waste that is smaller than 5 mm, can float or sink because the weight of the density of microplastics is lighter than sea water. The types of microplastics found in water are fragments,fibers, and films. This study aims to determine the type, color, size and abundance of microplastics in sediments in Gili Ketapang, Probolinggo. The method used begins with water sampling called purposive random sampling. Sediment samples were used to identify microplastics using a microscope with a magnification of 10 times. The types of microplastics found in sediments in Gili Ketapang, Probolinggo are fibers, fragments and films. In the sediment found several colors for fiber such as blue, green and red, for the type of fragments are yellow, blue, red, and green, while in the type of filaments found only one color is clear white. The size of microplastics in sediments is 0.025-2.975 mm. The abundance of microplastics in sediments at 3 stations in the type of film as much as 1635 particles/kg and at least 1180 particles/kg with the type of microplastics fiber mostly.
Pengaruh Parameter Oseanografi Fisik Terhadap Indikasi Pemutihan Karang (Coral Bleaching) di Taman Wisata Perairan (TWP) Kapoposang Spermonde Selat Makassar Moh Muhaemin; Taslim Arifin; Nafisa Mahdafikia; Hafidzuddin Fihrin
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.33401

Abstract

Karang di Taman Wisata Perairan (TWP) Kapoposang terindikasi mengalami tekanan lingkungan sebagai dampak antropogenik ataupun alami. Kondisi alami yang diduga berperan terhadap kesehatan karang di kawasan tersebut adalah suhu permukaan laut (SPL), salinitas, dan arus permukaan laut (APL). Penelitian dilakukan untuk menganalisis sebaran horizontal parameter oseanografi fisik (SPL, salinitas, dan APL) dan indikasi hubungan antara parameter tersebut dengan pemutihan karang (persentase tutupan karang, PTK). Data seri waktu SPL, salinitas, dan APL pada kurun waktu 2003-2020 dianalisis berdasarkan musim dengan menggunakan Surfer 13 untuk memperoleh pola sebaran horizontal parameter tersebut. Secara terpisah, data citra Landsat pada kurun waktu 2000, 2005, 2015 dan 2020 dianalisis dengan menggunakan Er Mapper 7.0, Envi 5.3, dan ArcGis 10.7 untuk pemetaan klasifikasi karang. Analisis spasio temporal deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabilitas kondisi oseanografi dan indikasi hubungannya dengan pemutihan karang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPL pada musim timur lebih tinggi dari musim barat, sedangkan salinitas dan APL di musim timur lebih rendah dari musim barat. Persentase tutupan karang hidup terhadap karang total (KH/KT) cenderung menurun pada kurun waktu 20010-2020, sedangkan persentase karang mati terhadap karang total (KM/KT) cenderung meningkat. Terdapat indikasi kuat SPL berkorelasi kuat terhadap peristiwa pemutihan karang di TWP Kapoposang.    Corals at the Marine Tourism Park (MTP) of Kapoposang have been depleting by the anthropogenic or natural disaster effects. The natural phenomena which have been affecting the local corals were sea surface temperature (SST), salinity, and sea surface current (SSC). The research was conducted to analyze the horizontal distribution of those oceanographic parameters and to describe relationship indication of local coral bleaching events (represented by coral coverage area, CCA). The horizontal monsoonal distribution pattern of SST, salinity, and SSC data series (2003 to 2020) were analyzed by using Surfer ver13. In addition, the CCA’s distinct Landsat imagery data (2000, 2005, 2015, and 2020) was analyzed by using Er Mapper ver 7.0, Envi ver 5.3, and ArcGis ver 10.7 softwares. Generally, the descriptive spacious-temporal data analysis was used to describe the variability of monsoonal oceanographic conditions (related to regional oceanographic phenomena) and its indication relationship with local coral bleaching events. The result showed that SST in east season was tend to higher than SST in west season; whereas salinity and SSC in east season were tend to lower than those in west season. The life and total CCA ratio (KH/KT) had different trend in which compared with the death and total CCA ratio (KM/KT). Respectively, the SST had close relationship with local coral bleaching events in MTP of Kapoposang.
Flokulasi Mikroalga Nannochloropsis oculata Menggunakan Kitosan dan pengoptimalan pH Emia Sayniri Sembiring; Widianingsih Widianingsih; Endang Supriyantini
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.36241

Abstract

N. oculata merupakan salah satu jenis mikroalga yang memiliki kandungan nutisi yang tinggi seperti karbohidrat, protein, lipid, dan asam amino, sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel, sebagai suplemen pakan ternak, dll. N. oculata memiliki ukuran sel yang sangat kecil yakni berkisar 2-8 µm dan sulit mengendap. Faktor tersebut membuat N. oculata menjadi sulit untuk dipanen. Salah satu cara yang efisien untuk pemanenan mikroalga tersebut adalah metode flokulasi dan pengoptimalan pH. Bahan flokulan yang digunakan adalah kitosan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas konsentrasi kitosan untuk flokulasi N. oculata. Metode yang digunakan adalah eksperimen laboratorium, dan rancangan yang digunakan adalah rancangan faktorial dua faktor (Kitosan dan pH). Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dari kultur N. oculata pada wadah toples kaca selama 6 hari, diikuti dengan flokulasi, dan pengumpulan data, dan analisis data. Penelitian menggunakan dua perlakuan, yakni kitosan dan optimalisasi pH. Perlakuan dikelompokkan menjadi tiga konsentrasi diantaranya adalah 15, 20, dan 25 ppm masing-masing 3 kali pengulangan, sedangkan pH akhir yang digunakan adalah 10. Ketika flokulasi berlangsung sampel diambil pada menit ke 0, 20, dan 40 untuk mengukur efisiensi flokulasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa flokulasi N. oculata menggunakan kitosan dan optimalisasi pH merupakan metode yang efektif dan mudah diterapkan, dimana hasil efisiensi flokulasi yang diperoleh telah mendekati 100% yang berarti flokulasi berhasil dilakukan. Rata-rata nilai efisiensi flokulasi sampel konsentrasi kitosan 15 ppm adalah 85,27%, konsentrasi kitosan 20 ppm adalah 99,17%, dan konsentrasi kitosan 25 ppm adalah 99,99%.   N. oculata is one type of microalgae that has high nutrients, involved carbohydrates, protein, lipids and amino acids, so it is widely used as raw material for biodiesel, as a supplement to animal feed, etc. N. oculata has a very small cell size ranging from 2-8 µm and is difficult to settle. These factors make it difficult for N. oculata to be harvested. One of the efficient ways to harvest microalgae is the method of flocculation and pH optimization. The flocculant material used is chitosan. Thus, this study aims to study the effectiveness of chitosan concentration for N. oculata flocculation. The method used was a laboratory experiment, with a two-factor factorial design as the research design. The stages of the research began with the culture of N. oculata in a glass jar for 6 days, followed by flocculation, data collection, and data analysis. This study used two treatments, namely chitosan and pH optimization. The treatments were grouped into three concentrations including 15, 20, 25 ppm and  each with 3 repetitions, while the final pH used was 10. During the flocculation process, samples were taken at 0, 20, and 40 minutes to measure the flocculation efficiency. The results showed that N. oculata flocculation using chitosan and pH optimization were effective and easy to apply methods, where the flocculation efficiency results obtained were close to 100%, which means that the flocculation was successful. The average value of the flocculation efficiency of the 15 ppm chitosan was 85.27%, the 20 ppm chitosan was 99.17%, and the 25 ppm chitosan was 99.99%. 
Identifikasi Jenis Bivalvia Pada Ekosistem Mangrove Di Sekitar Perairan Kota Pangkalpinang Adelia Erika; Mu'alimah Hudatwi; Irma Akhrianti
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.34036

Abstract

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki produktivitas yang tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap biota yang hidup didalamnya, salah satunya yaitu bivalvia. Secara ekologis mangrove berfungsi sebagai daerah asuhan, tempat mencari makan, dan pemijahan bagi bivalvia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bivalvia yang ditemukan pada ekosistem mangrove, mengetahui nilai indeks ekologi bivalvia, serta mengetahui hubungan antara bivalvia dengan kerapatan mangrove dan parameter lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2021 di empat stasiun yang berbeda yaitu Pantai Tanjung Bunga, Muara Serata Pasir Padi, Pantai Koala Jembatan Emas, dan Pelabuhan Pangkal Balam. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode line transect yang ditarik dari arah laut ke darat, kemudian diletakkan tiga plot transek dengan ukuran 10x10m yang berbentuk zig-zag dengan ulangan 9 plot transek mangrove yang terdiri dari 3 sub stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan bivalvia sebanyak 472 individu dari 23 spesies dan 9 family. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu 3,187. Indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 4 dengan total nilai 0,267. Indeks dominansi nilai tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 0,405. Hasil analisis komponen utama (Principal Component Analysis) menunjukkan bahwa nilai hubungan keanekaragaman bivalvia dengan nilai kerapatan mangrove pada penelitian ini menunjukkan hubungan korelasi positif yang dengan nilai r = (0,57). Sedangkan, faktor fisika-kimia yang mempengaruhi keanekaragaman bivalvia adalah salinitas dengan nilai r = (0,95) dan pH dengan nilai r = (0,94). Mangrove is one of the coastal ecosystems with has high productivity for major contribution to the biota that live in it, one of which is bivalves. Ecologically, mangroves function as nursery ground, feeding ground and spawning ground for bivalves. This study aims to determine the type of bivalves found in mangrove ecosystems, to determine the value of the ecological index of bivalves, and to determine the relationship between bivalves and mangrove density and environmental parameters. This research was carried out in February-April 2021 at four different stations, namely Tanjung Bunga Beach, Muara Serata Pasir Padi, Golden Bridge Koala Beach, and Pangkal Balam Port. Data retrieval in this study used the line transect method which was drawn from the sea to the land, then three transect plots with a size of 10x10m in a zig-zag shape were placed with 9 replications of mangrove transect plots consisting of 3 sub-stations of observation. The results showed that there were 472 individuals of bivalves from 23 species and 9 families. The highest diversity index value is found at station 3, which is 3,187. The highest uniformity index is at station 4 with a total value of 0.267. The highest value dominance index is found at station 2, which is 0,405. The results of the principal component analysis (Principal Component Analysis) show that the value of the relationship of bivalve’s diversity with the value of mangrove density in this study shows a strong positive correlation with the value of r = (0,57). Meanwhile, the physico-chemical factors that affect the diversity of bivalves are salinity with a value of r = (0,95) and pH with a value of r = (0,94).
Analisa Air Tambak Desa Kaliwlingi sebagai Bahan Baku Produksi Garam Konsumsi Retno Hartati; Widianingsih Widianingsih; Broto Wisnu RTD; Meitri Bella Puspa; Edy Supriyo
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35353

Abstract

Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes merupakan  daerah  yang  berperan penting  sebagai  produsen garam rebus, yaitu garam yang diproduksi dengan cara merebus air laut dan garam konsumsi di Jawa Tengah. Namun informasi mengenai kandungan bahan organik dan indeks pencemaran kaitannya dengan baku mutu air laut di tambak sebagai bahan baku garam rebus di lokasi tersebut masih terbatas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan padatan terlarut, kadar salinitas, pH, dan suhu  di  beberapa tambak Desa Kaliwlingi, Kabupaten Brebes yang digunakan sebagai bahan baku garam konsumsi dan  membandingkannya dengan baku mutu bahan baku air laut garam. Metode deskriptif diterapkan dalam penelitian ini dengan materi berupa sampel air  tambak  di  Desa Kaliwlingi yang diukur in situ pada  kedalaman  1  meter sebagai sumber data total padatan terlarut (TDS), suhu, salinitas dan pH.  Data kemuddian dianalisis   secara kualitatif  dengan indeks   pencemaran   dengan   metode   STORET   yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Hasil penelitian mendapatkan kandungan TDS air bahan baku garam sebesar 1109-1692  mg/L, pH 7.6-8.7, kadar salinitas 16,9-19 Be pada rentang suhu 29.7-33.  Kondisi  tambak Desa Kaliwlingi, Kabupaten Brebes tergolong  perairan yang tercemar sedang dikarenakan hampir seluruh parameter yang diujikan melewati batas baku mutu air laut untuk pembuatan garam konsumsi dan melewati indeks STORET dengan skor perairan -12.  Untuk itu perlu dilakukan perlakuan untuk meningkatkan mutu air laut bahan baku garam konsumsi antara lain dengan membuat kolam sedimentasi dan kolam tandon untuk mendapatkan bahan baku yang lebih baikKaliwlingi Village, Brebes Regency is an area that plays an important role as a producer of boiled and table salt in Central Java Province. However, information regarding the content of organic matter and the pollution index in relation to the quality standards of sea water in ponds as raw material for table salt is still limited. The purpose of this study was to determine the content of dissolved solids, salinity levels, pH, and temperature in several ponds of Kaliwlingi Village, Brebes Regency which were used as raw material for salt production and to compare them with the quality standard of raw salt seawater. The descriptive method was applied in this study with the material of samples of pond water in Kaliwlingi Village which were measured in situ at a depth of 1 meter as a data source for total dissolved solids (TDS), pH, temperature, and salinity. The data was then analyzed qualitatively using a pollution index of STORET method through the Decree of the State Minister of the Environment number 115 of 2003 and the Decree of the Minister of the Environment No. 51 of 2004 concerning guidelines for determining the status of sea water quality for consumption salt raw materials..The results showed that the TDS content of raw material salt water was 1109-1692 mg.L-1, pH 7,6-8,7, salinity levels 16,9-19 ppt and the temperature range of 29,7-3,3oC. The condition of ponds in Kaliwlingi Village, Brebes Regency is classified as moderately polluted waters because almost all of the parameters tested passed the sea water quality standard for the manufacture of consumption salt and passed the STORET index with a water score of -12. For this reason, it is necessary to carry out treatment to improve the quality of seawater, among others, by setting up sedimentation and reservoir ponds to obtain better sea water as as raw materials for table salt production.  
Pertumbuhan, Kadar Pigmen dan Aktivitas Antioksidan Spirulina platensis pada Kultur dengan Perbedaan Warna Pencahayaan Leds Budi Aryono; Muhammad Zainuddin; Risha Fillah Fithria
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35310

Abstract

Antioksidan diperlukan tubuh untuk melindungi kesehatan kulit kita. Salah satu sumber antioksidan adalah mikroalga Spirulina sp. Permasalahan pemanfaatan spirulina adalah diperlukan teknologi kultur yang tepat untuk menghasilkan aktivitas antioksidan tinggi. Tujuan penelitian adalah melakukan optimasi pencahayaan (warna cahaya) dalam kultur spirulina untuk mendapatkan pertumbuhan terbaik, kadar pigmen dan aktivitas antioksidan tertinggi. Penelitian menggunakan metode eksperimen laboratoris dengan 5 perlakuan yaitu pemberian pencahaaan dengan LED warna biru, hijau, merah, putih dan lampu TL (fluoresens). Perlakuan perbedaan warna pencahayaan dalam kultur berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, kadar pigmen dan aktivitas antioksidan. Perlakuan terbaik adalah pemberian pencahayaan LED merah yaitu Spirulina platensis memiliki pertumbuhan mutlak sebesar 1,602 d x 104 sel/ml, laju pertumbuhan 0,108 hari-1, jumlah generasi 2,028, waktu generasi 6,416 hari, yield 9,649 gr/gr, dan produktifitas 24,740 gr/L.hari. Ekstrak spirulina mengandung klorofil a sebesar 10,153 mg/L, klorofil b sebesar 4,744 mg/L, total klorofil 16,053 mg/L, karotenoid 5,893 mg/L. selain itu juga memiliki kandungan pigmen fikobiliprotein yaitu fikosianin 0,055 mg/L, alofikosianin 0,037 mg/L dan fikoeritrin 0,218 mg/L. eksrak spirulina dari hasil kultur dengan pencahayaan LED merah memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 105,4 ppm. Aktivitas antioksidan dari ekstrak sepirulina di karenakan adanya kandungan senyawa fitokimia dan pigmen. Antioxidants are needed by the body to protect the health of our skin. One source of antioxidants is the microalgae spirulina sp. The problem of using spirulina is that appropriate culture technology is needed to produce high antioxidant activity. The aim of the research was to optimize lighting (light color) in spirulina culture to get the best growth, highest pigment content and antioxidant activity. The study used a laboratory experimental method with 5 treatments, lighting with blue, green, red, white LEDs and fluorescent lights. The treatment of different lighting colors in culture had a significant effect on growth, pigment levels and antioxidant activity. The best treatment was the provision of red LED lighting, Spirulina platensis which had absolute growth of 1.602 d x 104 cells/ml, growth rate of 0.108 day-1 , number of generations 2,028, generation time of 6.416 days, yield of 9.649 gr/gr, and productivity of 24.740 gr/L.day. Spirulina extract contains chlorophyll a of 10,153 mg/L, chlorophyll b of 4,744 mg/L, total chlorophyll 16,053 mg/L, carotenoids 5,893 mg/L. In addition, it also contains phycobiliprotein pigments, phycocyanin 0.055 mg/L, allophycocyanin 0.037 mg/L and phycoerythrin 0.218 mg/L. Spirulina extract from culture results with red LED lighting has antioxidant activity with an IC50 value of 105.4 ppm. The antioxidant activity of the sepirulina extract is due to the presence of phytochemical compounds and pigments.
Komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Pulau Padaidori, Kabupaten Biak Numfor, Papua Trisnawaty Rica Florentina Siahaan; Endriano Manalu; Setiawan Mangando; Fredy Christian Eldiester Dan; Yulianti Elisabet Demena; Frits N. Y. Rumbino; Simon Petrus Octovianus Leatemia; Fitriyah Irmawati Elyas Saleh; Selvi Tebaiy; Nurhani Widiastuti; Emmanuel Manangkalangi
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.33933

Abstract

Komunitas gastropoda sangat penting sebagai komponen dalam rantai makanan dan dekomposisi di ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur komunitas gastropoda (komposisi spesies, pola sebaran, kepadatan, dan indeks keanekaragaman) pada ekosistem mangrove di Pulau Padaidori, Kepulauan Padaido, Kabupaten Biak Numfor. Ada dua stasiun yang dipilih untuk dilakukan pengambilan sampel. Periode pengambilan sampel gastropoda berlangsung pada bulan Agustus-September 2021 dengan menggunakan metode garis transek dan kuadrat. Pengambilan sampel gastropoda dilakukan ketika kondisi air surut. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 12 spesies gastropoda yang termasuk dalam enam famili (Cerithiidae, Ellobiidae, Littorinidae, Muricidae, Neritidae, dan Potamididae). Umumnya spesies ditemukan di substrat dasar dan akar vegetasi mangrove, kecuali Littoraria scabra yang ditemukan juga pada bagian batang dan daun mangrove. Kepadatan yang tinggi ditemukan pada spesies L. scabra (3,85-6,24 ind.m-2) dan Cerithium coralium (4,18-4,36 ind./m-2), sedangkan kepadatan untuk setiap stasiun, yaitu 12,73 ind.m-2 (stasiun 1) dan 9,97 ind.m-2 (stasiun 2). Pola persebaran spesies gastropoda umumnya mengelompok. Nilai indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi komunitas gastropoda di kedua stasiun yaitu 1,271-1,344, 0,579-0,646, dan 0,334-0,366. Kondisi ini mengambarkan bahwa komunitas gastropoda di kedua stasiun relatif stabil. Berbagai parameter dalam komunitas gastropoda ini bisa berubah karena gangguan dan aktivitas pemanfaatan. Oleh karena itu, informasi mengenai komunitas gastropoda ini dapat digunakan sebagai indikator dalam pemantauan perubahan kondisi ekosistem mangrove. The gastropod community is very important as a component in the food chain and decomposition in mangrove ecosystems. This study aims to describe the structure of the gastropod community (species composition, distribution pattern, density, and diversity index) in the mangrove ecosystem on Padaidori Island, Padaido Islands, Biak Numfor Regency. There were two stations selected for sampling. The sampling period for gastropods took place in August-September 2021 using the line transect and quadrat method. Sampling of gastropods was carried out at low tide. Results Based on the research, there were 12 gastropod species belonging to six families (Cerithiidae, Ellobiidae, Littorinidae, Muricidae, Neritidae, dan Potamididae). Generally, the species were found in the bottom substrate and roots of mangrove vegetation, except for Littoraria scabra which was also found on the stems and leaves of mangroves. High density was found in L. scabra (3.85-6.24 ind.m-2) and Cerithium coralium (4.18-4.36 ind./m-2), the density for each station was 12.73 ind.m-2 (station 1) and 9.97 ind.m-2 (station 2). The distribution pattern of gastropod species is generally clustered. The index of diversity, evenness, and dominance at the two stations was 1.271-1.344, 0.579-0.646, and 0.334-0.366. This condition illustrates that the gastropod community at both stations is relatively stable. Various parameters in this gastropod community can change due to disturbances and utilization activities. Therefore, this information about the gastropod community can be used as an indicator for monitoring changes in the condition of the mangrove ecosystem.
Kondisi Terumbu Karang di Pantai Wisata Kampung Kerapu Situbondo dan Strategi Pengelolaannya Dian Sari Maisaroh; Ardelia Humaimah Denatri; Yahya Abdillah Al Hanif; Dewi Fortuna Nurama; Saiful Bahri; Marita Ika Joesidawati
Journal of Marine Research Vol 11, No 4 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i4.35456

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang dan ikan karang di Perairan Wisata Kampung Kerapu Situbondo serta strategi pengelolaannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana hasil observasi dideskripsikan untuk melihat kondisi suatu obyek penelitian. Metode penentuan stasiun dengan purposive sampling. Pengambilan data karang menggunakan metode Point Intersept Transect (PIT) dan pengambilan data ikan karang menggunakan metode Underwater Visual Census (UVC). Analisis strategi pengelolaannya menggunaan kuesioner dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT). Hasil menunjukkan bahwa stasiun 1, 3, 4 dan 5 mempunyai tutupan karang dengan kategori baik sedangkan stasiun 2 dan 6 menunjukkan hasil tutupan kategori rusak sedang. Tutupan karang paling tinggi berada di stasiun 5 dengan persentase tutupan sebesar 74%. Kondisi ekosistem terumbu karang di Perairan Kampung Kerapu memiliki indeks keanekaragaman dalam kategori sedang – tinggi. Kondisi ikan karang di Perairan kampung Kerapu memiliki indeks keanekaragaman dalam kategori sedang. Apabila indeks keanekaragaman masuk dalam kategori sedang, maka tidak ada persaingan antar komunitas baik karang maupun ikan karang. Strategi pengelolaan terumbu karang di Pantai Wisata Kampung Kerapu yang tepat adalah dengan cara memaksimalkan kekuatan internal supaya mendapatkan peluang eksternal dalam mencapai pengelolaan yang berkelanjutan This study aims to determine the condition of coral reefs and reef fish in the Tourism Waters of Kampung Grouper Situbondo and their management strategies. This study uses a descriptive method where the results of observations are described to see the condition of an object of research. The method of determining the station is by purposive sampling. Coral data retrieval using the Point Intercept Transect (PIT) method and reef fish data collection using the Underwater Visual Census (UVC) method. Analysis of the management strategy uses a questionnaire with the Analytic Hierarchy Process (AHP) and Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) methods. The results showed that stations 1, 3, 4 and 5 had good coral cover, while stations 2 and 6 showed moderate damage. The highest coral cover was at station 5 with a cover percentage of 74%. The condition of the coral reef ecosystem in the waters of Kampung Grouper has a diversity index in the medium - high category. The condition of reef fish in the waters of the grouper village has a diversity index in the medium category. If the diversity index is in the medium category, then there is no competition between communities, both coral and reef fish. The right strategy for managing coral reefs at Pantai Wisata Kampung Kerapu is to maximize internal strengths in order to get external opportunities to achieve sustainable management.

Page 1 of 3 | Total Record : 26