cover
Contact Name
Fidrayani
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
psga@uinjkt.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender
ISSN : 14122324     EISSN : 26557428     DOI : 10.15408/harkat
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender is published by the Center for Gender and Child Studies (Pusat Studi Gender dan Anak) LP2M, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. the journal has been issued two times a year. Harkat invites scholarly articles on gender and child studies from multiple disciplines and perspectives, including religion, education, psychology, law, social studies, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015" : 10 Documents clear
MENINJAU ULANG TEKS KEAGAMAAN TENTANG BATASAN USIA KAWIN ANAK Masayu Mashita Maisarah
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4437.999 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10434

Abstract

Upaya mewujudkan kesehatan reproduksi, hak-hak kemanusiaan, dan kemaslahatan menjadi landasan utama dalam pertimbangan pelaksanaan perkawinan anak pada wacana kontemporer. Inkonsistensi batasan usia perkawinan anak dalam fikih klasik menyebabkan perlunya pembacaan ulang terhadap teks keagamaan. Legitimasi oleh teks agama sejatinya tidak menjadi landasan utama lagi dalam kasus praktek perkawinan anak. Melalui pendekatan historis, artikel ini berupaya menegaskan bahwa perkawinan anak sejatinya perlu ditunda sebagaimana Nabi SAW pernah mencontohkan melalui penundaan perkawinan puterinya, Fatimah. Artikel ini akan memberikan pandangan seputar perkawinan anak melalui analisis bahasa dan ayat dalam teks agama.
FINANCIAL INCLUSION SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI SISTEM GRAMEEN BANK Ahmad Zaki Muntafi
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3962.458 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10425

Abstract

.
GENDER KETIGA DAN TRANSPHOBIA SEBUAH DUNIA BARU Gefarina Djohan
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3427.064 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10430

Abstract

Judul diatas menjadi tidak umum manakala kita diperhadapkan pada istilah gender yang masih membutuhkan penjelasan panjang di tengah-tengah masyarakat. Ketika seorang kepala daerah dalam pidatonya menyebutkan pada sekelompok perempuan dengan sebutan yang manis “wahai para gender”, lantas semua orang mengasumsikan bahwa gender itu adalah perempuan. Benarkah gender itu berarti perempuan? Ternyata jawaban berdasarkan kajian ilmiah, gender tidak bisa diasumsikan sebagai perempuan melainkan gender adalah konsep yang merujuk pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial, dapat berubah-ubah  dengan berlalunya waktu,  sangat bervariasi di dalam dan antara budaya. Berbeda dengan kodrat dalam kaitannya dengan penciptaan, maka mahluk di dunia ini terdiri atas perempuan dan laki-laki. Perempuan mempunyai ovum, menstruation, melahirkan dan menyusui, sedangkan laki-laki mempunyai  sperma dan penis. Cara pandang yang berlandaskan pada kultur, nilai dan norma-norma tertentu melahirkan kontruksi sosial yang kemudian menempatkan bahwa perempuan itu lemah, feminim, reproduksi, berperan di domestik dan pencari nafkah tambahan, sedangkan laki-laki kuat, maskulin, bekerja di ruangan publik dan pencari nafkah utama. Meskipun pandangan ini tidak semuanya bisa diterima, tetapi masyarakat seolah-olah meyakini sebagai sebuah kebenaran. Konstruksi sosial inilah yang kemudian memunculkan situasi ketidak adilan gender diantaranya perempuan subordinasi laki-laki, pelebelan, doble burden, marginalisasi, kekerasan dan kemiskinan. Jika dikemudian hari muncul fenomena tuntutan untuk “gender ke tiga” adalah situasi yang berbeda. Gender ke tiga dimaksud adalah gejala transseksualisme ataupun  transgender yaitu merupakan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan ataupun adanya ketidak puasan dengan alat kelamin yang dimilikinya. Pada hakikatnya hal ini adalah  masalah kebingungan jenis kelamin. Konon kaum transgender ini seringkali mengalami segala bentuk kekerasan dan diskriminasi, namun muncul pula pertanyaan besar  apakah dengan melegalisasikan gender ketiga menjadi solusi terbaik? Rasa ketidaksukaan terhadap eksistensi transgender (Transphobia) kemudian menjadi fenomena umum yang terus bergulir seiring dengan perjalanan waktu dan derasnya arus globalisasi, sehingga masalah yang muncul menembus batas wilayah di tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional.
Determinan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif oleh Ibu Pekerja sri purwanti
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2167.637 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10426

Abstract

Abstrak:  ASI ekslusif sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu, dan  bayi. Namun sekarang, di  Indonesia  terjadi peningkatan jumlah ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) rata rata anak berusia 2 sampai 4 tahun yang mendapat ASI hanya sebesar  19,87%. Ada beberapa ibu yang tidak menyusui anaknya dikarenakan beberapa alasan misalnya karena harus segera bekerja.  Untuk mengetahui  determinan pemberian ASI eksklusif oleh ibu pekerja, maka dilakukan telaah terhadap naskah ataupun artikel ilmiah yang berkaitan dengan hal tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi determinan pemberian ASI eksklusif diantaranya, perubahan sosial budaya, faktor psikologis,  umur, sikap, dukungan pengasuh, ketersediaan fasilitas, dukungan lingkungan sekitar dan keluarga terdekat seperti  suami serta perusahaan yang mempekerjakannya. Diperlukan adanya kontribusi  penuh baik dari lingkungan keluarga, perusahaan, maupun pemerintah selaku penentu kebijakan untuk turut serta mengupayakan pemberian ASI eksklusif.
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI NEGARA-NEGARA ARAB DAN ISLAM Deffi Syahfitri Ritonga
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4910.655 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10431

Abstract

Di negara-negara Arab dan Islam, kasus kekerasan dalam rumah tangga belum menjadi perhatian utama, meskipun frekuensinya meningkat dari tahun ke tahun. Merujuk pada beberapa survei yang dilakukan di Mesir, Palestina, Israel, dan Tunisia menunjukkan satu dari tiga perempuan pernah dipukuli oleh suaminya. Ketidakpedulian terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga berasal dari budaya yang mempercayai bahwa kekerasan dalam wilayah domestik adalah urusan pribadi, dan biasanya kekerasan ini dibenarkan oleh masyarakat sebagai suatu bagian dari ajaran agama. Ayat al-Quran dijadikan sebagai tameng untuk membenarkan laki-laki yang memukul isterinya karena mengikuti perintah Allah. Justifikasi terhadap agama ditambah dengan pentingnya menjaga kehormatan keluarga, menjadikan pelaku, korban, polisi, dan dokter berkonspirasi untuk tetap diam daripada mengungkapkan kekerasan dan ketidaksetaraan gender terhadap perempuan. Meskipun al-Quran mengajarkan cara bersikap dan bergaul dalam suatu hubungan keluarga, akan tetapi kekerasan terhadap perempuan (isteri), mutilasi alat kelamin (sunat perempuan), pembunuhan perempuan demi kehormatan, lebih banyak merupakan hasil dari konstruksi kebudayaan daripada ajaran agama.
KEHARMONISAN KERJA PARA PEREMPUAN PERKASA PEMBUAT GENTING SOKKA KEBUMEN DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN KEDAMAIAN (PEACE EDUCATION) Azam Syukur Rahmatullah
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3419.208 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10427

Abstract

Membangun keharmonisan kerja yang berbasis keadilan gender tidaklah mudah. Memerlukan kesadaran dan kesepakatan bersama oleh para pekerja, baik pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan untuk menuju “satu tujuan” yakni tujuan kedamaian dan ketenangan dalam kerja. Kondisi yang demikian telah dicontohkan oleh para pekerja di area pembuatan genting Sokka Kebumen, yang berupaya menciptakan keharmonisan kerja terutama kepada para pekerja perempuan dengan menggunakan pendekatan pendidikan kedamaian (peace education). Wujud upayanya adalah dengan memaksimalkan peranan paguyuban. Sebab paguyuban menjadi media perekat hubungan sosial yang tinggi antara para pekerja. Selain itu ada upaya keras dari para perempuan pekerja itu sendiri untuk melestarikan budaya harmonisasi kerja yang sejatinya sudah berjalan turun-temurun, yakni dengan cara Pertama, inkulkasi nilai keharmonisan kerja kepada anak yang selalu diterapkan di rumah. Kedua, penteladanaan nilai, yang ditunjukkan langsung oleh para perempuan pekerja pembuat  genting dengan cara membawa anak-anak mereka ke lokasi kerja. Ketiga, Pengembangan budaya empati kepada anak-anak mereka. 
IMPLEMENTASI LINGKUNGAN KERJA RAMAH PEREMPUAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERAN SERTA PEKERJA PEREMPUAN DENGAN STUDI KASUS RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG Maulida Ayu
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2883.255 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10432

Abstract

Penelitian ini membahas tentang implementasi lingkungan kerja ramah perempuan dan implikasinya terhadap peran serta pekerja perempuan. Penelitian dilakukan di pada tanggal 20-21 September 2015 dengan dengan subjek penelitian adalah pekerja wanita di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitik. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat hal-hal yang sudah diimplementasikan oleh RSKIA Kota Bandung untuk menciptakan lingkungan kerja ramah perempuan yaitu terdapat wanita memperoleh hak dan kesempatan yang sama dalam organisasi, memperoleh fasilitas ramah perempuan dan banyak positif lainnya sehingga mampu mengkompensasi beban kerja serta meningkatkan produktifitas dan performa karyawan.
“SEKOLAH RAMAH ANAK” BERBASIS PERDA: STUDI PADA PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 189 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK (KTAR) Yudi Armansyah
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3145.471 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10428

Abstract

Sekolah dalam fungsi yang sebenarnya, selain sebagai tempat proses belajar mengajar juga merupakan wahana bagi anak-anak untuk melakukan aktualisasi dan sosialisasi diri. Dalam kegiatan sosial tersebut, anak-anak pastinya sering menggunakan fasilitas sekolah, seperti ruang kelas, taman bermain dan halaman sekolah. Namun, sering didapati para peserta didik tersebut belum memperoleh tempat bermain yang sehat dan bersih akibat pencemaran udara di lingkungan sekolahnya. Hal tersebut diakibatkan masih ditemukan para wali murid, penjaga sekolah, bahkan ironisnya, guru yang merokok di lingkungan sekolah. Hal ini tentu saja, tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Nyatanya sekolah masuk ke dalam tujuh kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai wilayah bebas asap rokok. Bahkan, untuk kota Jambi sendiri, sejak tahun 2010 telah mengeluarkan peraturan daerah yang tertuang dalam Surat Keputusan Walikota Jambi Nomor 189 Tahun 2010 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok (KTAR). Kajian ini berupaya menggali sejauhmana, efektifitas dari peraturan peraturan tersebut. Utamanya di lingkungan Sekolah Dasar (SD) sebagai locus utama kajian. Apakah sekolah telah menjadi tempat yang nyaman dan bersih bagi anak-anak ketika bersosialisasi dengan sesamanya, atau sebaliknya sekolah masih mengabaikan kesehatan peserta didiknya.
SEKOLAH ALAM: ALTERNATIF PENDIDIKAN RAMAH ANAK Ahmad Hamadani
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3248.775 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10433

Abstract

Sekolah sudah sejak lama dipercaya oleh banyak kalangan sebagai tempat untuk memperoleh pendidikan. Kepercayaan ini disertai pemberian tanggung jawab kepada sekolah untuk menghadirkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi peserta didik. Namun, data dari riset yang dilakukan LSM Plan International dan International Center for Research on Women (ICRW) yang dirilis awal Maret 2015 menunjukan, 84% anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Hal ini merupakan paradoks ditengah lahirnya UU Nomor 35 tahun 2014. Padahal anak adalah tunas bangsa, aset berharga yang merupakan bagian dari suatu negara. Banyaknya kasus kekerasan pada anak yang terjadi di sekolah secara langsung telah mencoreng citra pendidikan yang selama ini dipercaya oleh banyak kalangan sebagai tempat dimana proses humanisasi berlangsung. Minimnya sekolah yang hadir dengan membawa konsep lingkungan ramah anak menjadi salah satu penyebabnya. Oleh karena itu, Indonesia perlu memiliki sekolah tidak hanya dengan konsep pendidikan unggul, namun juga dapat menghadirkan lingkungan ramah anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif interpretatif, yang dilakukan di Sekolah Alam Bintaro Kota Tangerang Selatan. Data primer diambil dari observasi dan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Analisis teks yang digunakan adalah bersifat kualitatif, yaitu merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dipahami.Hasil penelitian menunjukan bahwa kehadiran Sekolah Alam di Bintaro Kota Tangerang Selatan membawa angin segar ditengah maraknya kasus kekerasan yang terjadi di sekolah. Sekolah Alam Bintaro Kota Tangerang telah menunjukan bagaimana sistem sekolah yang dibentuk secara apik mampu menghadirkan alternatif lingkungan pendidikan yang layak bagi anak.
IMPLEMENTASI BUDAYA KERJA BERORIENTASI KEBUTUHAN ANAK UNTUK MENGOPTIMALKAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 0-6 TAHUN Nur Syamsiyah
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 11 (1), 2015
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3666.501 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v15i1.10429

Abstract

Masyarakat Indonesia sebagian besar beranggapan bahwa bekerja menjadi sebuah kebutuhan dalam hidupnya. Bekerja pada dasarnya adalah suatu proses pencarian nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para pekerja adalah beratnya beban pekerjaan yang diberikan instansi, sehingga hampir semua waktu tersita untuk bekerja. Di Indonesia banyak terdapat kasus yang menimpa anak seperti kasus penelantaran, kekerasan, dan kasus perdagangan manusia. Hal ini salah satunya dipicu oleh kesibukan orang tua. Tumbuh kembang anak yang distimulasi oleh orang tua merupakan bagian dari usaha untuk menyiapkan generasi emas di masa mendatang. Hal ini disebabkan karena orang tua terutama ibu adalah madrasah pertama bagi anak. Menyiapkan generasi emas dapat dilakukan dengan cara memberikan stimulasi perkembangan pada 1000 hari pertama setelah anak dilahirkan hingga anak berusia 6 tahun. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mensinergikan pekerjaan orang tua dengan proses tumbuh kembang anak dengan mengubah konsep budaya kerja berorientasi kebutuhan anak usia 0-6 tahun. Terciptanya budaya kerja ramah anak akan meningkatkan etos kerja dan produktivitas pegawai terutama kaum ibu.  Hal ini disebabkan karena kaum ibu meskipun tengah mengaktualisasikan dirinya di ruang publik namun  dapat tetap  mengontrol dan  berperan aktif untuk menstimulasi tumbuh kembang buah hatinya demi menyiapkan generasi emas di masa mendatang.

Page 1 of 1 | Total Record : 10