cover
Contact Name
Abdul Hakim Wahid
Contact Email
hakim.wahid@uinjkt.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalrefleksi@uinjkt.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
REFLEKSI
ISSN : 02156253     EISSN : 27146103     DOI : -
Core Subject : Social,
Refleksi (ISSN 0215 6253) is a journal published by the Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta. The Journal specializes in Qur'an and Hadith studies, Islamic Philosophy, and Religious studies, and is intended to communicate original researches and current issues on the subject. This journal welcomes contributions from scholars of related disciplines.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 15, No 2 (2016): Refleksi" : 5 Documents clear
Penyertaan Mahram Pada Pelaksanaan Haji Dan Umrah Atiyatul Ulya; Maulana Maulana
Refleksi Vol 15, No 2 (2016): Refleksi
Publisher : Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.725 KB) | DOI: 10.15408/ref.v15i2.10167

Abstract

Umrah carried out by agencies of a travel agency with several provisions issued by the ministry of religion RI. The meaning of mahram that was set by the ministry of religion is include to a mahram pilgrims, mahram referred in family relationship or marriage. This is regulated by the rules of registration of pilgrims and associated with the administration of Hajj and Umrah service. So that they try as much as possible to include a mahram as defined in the shari'ah by including the documents to indicate the mahram validation. They try to make it all based on the documents which corroborate these requirement as evidence of the validity of requirement. The provision as above, would be very detrimental to women those will carry out the pilgrimage, because they will be burdened with additional costs while they did not get the expected benefits. For contextual understanding that participation of mahram can be interpreted as safety. But in pilgrimage, mahram has not been found detailed provisions in the pilgrims discurs. By paying a "mahram money" for women under 40 years old those without mahram in $ 300,000 upto $. 600,000, they will be looked for a Mahram by officer. Although, for the fact or in practice, during Umrah trip, they are not accompanied by a mahram that should accompany during the implementation of Umrah.
Ritualitas Ibadah, Antara Qurbah dan Kurbah Dari Dimensi Spiritual-Dogmatis Sampai Dimensi Sosial-Praktis Abdul Syukur
Refleksi Vol 15, No 2 (2016): Refleksi
Publisher : Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.799 KB) | DOI: 10.15408/ref.v15i2.10168

Abstract

Pemahaman antara berqurban (dengan huruf ‘q’) dan berkurban (dengan huruf ‘k’), bagi kebanyakan lidah masyarakat Indonesia, sering diartikan simpang siur, sehingga tidak jarang makna hakiki dari ibadah itu sendiri lebur begitu saja dengan sangat mudah. Padahal, jika direnungkan lebih mendalam, masing-masing term memiliki karakteristik yang khas. Di dalamnya, meskipun terkadang memiliki tujuan yang sama, yakni sesuatu yang bisa saja berbentuk materi untuk orang lain yang membutuhkan atau kesusahan, baik sebagai korban kezhaliman atau korban bencana alam, namun akan nampak jelas perbedaan pada penghayatan keduanya. Tulisan ini mencoba untuk menjembatani, dan sebisa mungkin akan memberikan penyelesaian terhadap seputar pembahasan kedua terminologi tersebut.
Resolusi Konflik dan Islam Nusantara: Memromosikan Dialog antar Budaya dan Rekognisi Sosial Masykur Wahid
Refleksi Vol 15, No 2 (2016): Refleksi
Publisher : Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.512 KB) | DOI: 10.15408/ref.v15i2.10164

Abstract

This paper is a philosophical study about conflicts resolution and Islam Nusantara among multicultural societies. This article discusses the relationships between individuals who produce social conflicts of ethnic and religious nuance. Referring to the theory of multiculturalism from Bhikhu Parekh, literature study method, phenomenology of religious life method, and critical reflection method, it is concluded that the social conflicts (a) emerged from an individual behavior that interprets moral and cultural in different view; and (b) happened in countries that provide political uniformity. These social conflicts should be cultivated by an individual through cultural dialogues and the actions of intercultural dialogue and social recognition. The dialogue is expected to rediscover harmony in social life.
Etika Falsafah Islam Perspektif Kesetaraan Gender Edwin Syarif
Refleksi Vol 15, No 2 (2016): Refleksi
Publisher : Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.544 KB) | DOI: 10.15408/ref.v15i2.10165

Abstract

Etika merupakan salah satu cabang kajian dari falsafah yang mengkaji secara mendalam tentang perilaku baik teori maupun praktek. Para failusuf muslim mengkaji tentang etika ini secara mendalam dengan tetap berpegang pada teks-teks al-Qur’an. Khazanah pengetahuan Islam klasik cukup banyak yang berbicara tentang etika di antaranya: Tafsir al-Qur’an, al-Hadis, Falsafah Islam, Tasawuf, Kalam.  Etika sebagai sebuah kajian filosofis belum mendapat tempat yang memadai dalam falsafah Islam, karena wacana syari’ah masih mendominasi. Sebagai akibatnya, literatur tentang etika falsafah Islam sangat minim. Pada saat ini, perkembangan pengetahuan dalam berbagai aspeknya, menuntut kesetaraan peran perempuan dengan laki-laki  di berbagai bidang kehidupan. Dalam teori gender melihat telah terjadi ketidakadilan, yang menempatkan perempuan dan laki-laki sebagai korban dari sistem tersebut. Dalam pandangan falsafah Islam masalah kesetaraan dan ketidakadilan perlu dilacak pada kajian nilai-nilai etis, baik yang bersumber dari al-Qur’an maupun rasional, sehingga dapat diketahui konsep manusia yang utuh dan adil baik perempuan maupun laki-laki.
Menurunkan Konsep Ontologi Mullâ Shadrâ Ke Dalam Filsafat Ketuhanan Kusen Kusen
Refleksi Vol 15, No 2 (2016): Refleksi
Publisher : Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.326 KB) | DOI: 10.15408/ref.v15i2.10166

Abstract

Dalam QS.18:110 terinformasikan bahwa salah satu syarat berjumpa dengan Tuhan ialah tidak melakukan kesyirikan. Dan untuk menjamin tindakan kita masuk katagori syirik atau tidak syirik niscaya berilmu. Dan ontologi Mullâ Shadrâ (Ashâlah Al-Wujûd dan Tasykîk Al-Wujûd) dapat dijadikan landasan merumuskan Tauhid yang lurus, sehingga dengannya dapat diperoleh pengetahuan jaminan syirik dan tidak syirik. Dalam konteks inilah nilai penting menurunkan ontologi Mullâ Shadrâ (Ashâlah Al-Wujûd dan Tasykîk Al-Wujûd) ke dalam Filsafat Ketuhanan, yang dengannya dapat diturunkan konspsi Tauhid.

Page 1 of 1 | Total Record : 5