cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNTAN
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 169 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar" : 169 Documents clear
Profil Antibiotik pada Pasien Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit Dr. Soedarso Pontianak Periode Januari Juni 2019 ., Septia Catur Putri
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Infeksi merupakan masalah yang se ring ditemui pada pasien yang dirawat di ruang perawatan intensif (Intensive Care Unit/ICU). Pasien-pasien yang dirawat di ICU mempunyai imunitas yang rendah, monitoring keadaan secara invasif, terpapar dengan berbagai jenis antibiotik, dan terjadi kolonisasi oleh bakteri resisten. Penggunaan antibiotika lebih dari satu jenis dan dalam waktu lama seringkali untuk penanganan komplikasi infeksi berat di rumah sakit yang merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya resistensi bakteri. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik dalam persentase dan juga secara kuantitatif dengan menggunakan metode DDD pada pasien ICU di Rumah Sakit Dr. Soedarso Pontianak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan potong lintang yang bersifat deskriptif. Data diperoleh dari 77 rekam medik pasien ICU periode Januari-Juni 2019. Teknik yang digunakan adalah total sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian didapatkan, penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah seftriakson tunggal (49,35%) dan kombinasi (15,59%). Penggunaan antibiotik secara kuantitatif menggunakan metode DDD menunjukkan bahwa antibiotik yang paling sering digunakan adalah seftriakson (76,15 DDD/100 pasien-hari). Kesimpulan dari penelitian ini, antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga khususnya seftriakson yang paling banyak digunakan pada pasien ICU di Rumah Sakit dr. Soedarso Pontianak.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINUMAN YOGHURT DENGAN STARTER LACTOBACILLUS CASEI TERHADAP BAKTERI STAPYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI ., Danu Purnomo
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yoghurt merupakan minuman probiotik yang dapat meningkatkan kesehatan manusia. Manfaat dari yoghurt yaitu dapat mengatasi diare yang disebabkan adanya bakteri Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang berlebihan sehingga dapat membuat masalah pada saluran pencernaan. Komponen antibakteri yang penting pada yoghurt ialah bakteriosin yang dihasilkan oleh starter Lactobacillus casei. Bakteriosin dapat diproduksi optimum pada waktu inkubasi jam ke-24 dan jam ke-48, Sehingga dilakukan aktivitas antibakteri pada yoghurt saat inkubasi jam ke-24 dan 48. Metode aktivitas antibakteri pada bakteriosin dilakukan dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram yang sudah ditanamkan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil uji antibakteri bakteriosin terhadap Escherichia coli pada yoghurt fermentasi jam ke-24 dan 48 menghasilkan zona bening rata-rata sebesar 8,45 0,388 mm dan 6,77 0,999 mm sedangkan hasil uji antibakteri bakteriosin terhadap Stapylococcus aureus pada yoghurt fermentasi jam ke-24 dan 48 menghasilkan zona bening rata-rata sebesar 9,32 0,150 mm dan 7,82 1,205 mm. Dari hasil penelitian bahwa aktivitas antibakteri bakteriosin optimum terjadi pada yoghurt fermentasi 24 jam terhadap bakteri Stapylococcus aureus dan Escherichia coli
KEPATUHAN OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU FASE INTENSIF PADA PUSKESMAS DI WILAYAH SUNGAI RAYA ., Devia Afiani
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Kepatuhan pengobatan merupakan ketaatan responden dalam mengkonsumsiobat sesuai dengan yang telah ditentukan. Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat tuberkulosismerupakan hal yang penting karena obat tuberkulosis merupakan golongan antibiotik, dimanajika tidak dikonsumsi secara teratur dapat menimbulkan resistensi. Tujuan: Penelitian inibertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pengobatan pasien tuberkulosis paru faseintensif pada Puskesmas di wilayah Sungai Raya Metode: Penelitian ini adalah penelitianobservasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yang bersifat analitik. Datakepatuhan minum OAT didapatkan dari kuesioner Morisky Medication Adherence Scale-8(MMAS-8) yang diisi oleh responden tuberkulosis. Hasil: Hasil penelitian didapatkan 45responden yang memenuhi kriteria inklusi. Tingkat kepatuhan dari 45 responden 26 responden(57,8%) memiliki kepatuhan yang tinggi, 11 responden (24,4%) memiliki kepatuhan sedangdan 8 responden memiliki kepatuhan rendah (17,8%). Responden dengan tingkat kepatuhanyang tinggi paling banyak diusia 26-35 (masa dewasa awal) yaitu sebanyak 11 responden(24%). Responden yang memiliki kepatuhan rendah paling banyak diusia 17-25 tahun (Masaremaja akhir) yaitu sebanyak 4 responden (9%). Kesimpulan: Pasien Tuberkulosis Paru Fase Intensif pada Pukesmas di wilayah Sungai Raya memiliki kepatuhan yang tinggi yaitu sebesar57,8 % paling banyak diusia 26-35 (masa dewasa awal) sebanyak 11 responden. Kata kunci: Tuberkulosis, Kepatuhan, Sungai Raya, fase intensif
KETEPATAN SWAMEDIKASI MAAG PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI NON KESEHATAN DI KECAMATAN PONTIANAK SELATAN PERIODE 2019 ., Lady Febrina
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Maag merupakan salah satu dari banyak penyakit ringan yang bisa ditangani dengan swamedikasi. Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah praktik umum yang sering dilakukan diseluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan swamedikasi maag pada pelajar sekolah menengah atas negeri non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan yang meliputi aspek 4T, yaitu tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat diagnosis. Penelitian ini merupakan penelitian obsevasional dengan menggunakan metode potong lintang (cross sectional) yang bersifat deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada 320 responden siswa sekolah menengah atas negeri non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan. Obat yang paling banyak digunakan sebagai swamedikasi maag adalah golongan antasida. Persentase hasil penelitian ketepatan swamedikasi maag pada siswa sekolah menengah atas non kesehatan negeri di Kecamatan Pontianak Selatan adalah tepat obat 84,062%, tepat indikasi 84,062%, tepat dosis 94,062%, dan tepat diagnosis 84,062%. Kesimpulannya adalah sebesar 78,44% responden yang melakukan swamedikasi maag tepat berdasarkan 4T. Ulcer is one of the many minor ailments that can be treated self-medication. Self-medication is a common practice throughout the world. This research aims to determine the Self-madication accuracy of ulcer related the 4T aspects, such as the right medicine, indication, dose, and diagnosis, for non-health students of the state Senior High School at sub district of South Pontianak. This research is an observational study with a cross sectional method and it is descriptive. The sampling technique used purposive sampling method. Data collection was carried out by conducting interview with 320 respondents of non-health students. The research result was found that, the drugs most widely used as Self-medication of ulcer are antacids with the Percentage accuracy of ulcer, such as 84,062% for the right medicine, 84,062% for indication, 94,062% for dose, and 84,062% for Diagnosis. Form the research above, it is concluded that based on the 4T aspects, 78,44% of respondents who get the self-medication of ulcer are the right way of the aspects.
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNUEMONIA KOMUNITI ANAK DAN BALITA DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK ., Erica Rohana
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkhiol dan alveoli yang dapatdisebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit.Pneumonia merupakan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Pneumoniakomuniti/Community-Acquired Pneumonia` (CAP) adalah penyakit pneumoniayang dimulai di luar rumah sakit pada pasien yang tidak tinggal dalam fasilitaspeawatan jangka panjang selama 14 hari atau lebih sebelum onset gejala.Penelitian ini bertujuan mengetahui evaluasi penggunaan antibiotik berdasarkanpada ketepatan dalam pemilihan antibiotik, dosis antibiotik dan lama penggunaanantibiotik pada pasien pneumoni komuniti anak dan balita di Rumah SakitUniversitas Tanjungpura Pontianak yang dibandingkan dengan pedoman NSWGovernment Health, IDSA ( Infectious Diseases Society of America) dan Pediatric& Neonatal Dosage Handbook . Penelitian ini dilakukan dengan metodeobservasional menggunakan rancangan penelitian studi potong lintang (crosssectional study) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secararetrospektif berdasarkan pada data rekam medik pasien anak dan balita yangterdiagnosis pneumonia dengan kode (ICD) – 10, J.18.9. Hasil penelitianmenunjukan antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu sefotaksim sebanyak21,43%. Ketepatan pemilihan antibiotik 92.15%, ketepatan pemilihan dosisantibiotik 90,20% dan ketepatan lama penggunaan antibiotik 66,67%. Kesimpulanpenelitian ini bahwa ketepatan penggunaan antibiotik meliputi pemilihanantibiotik, dosis dan lama penggunaan yaitu >50%.Kata kunci: Pneumonia Komuniti, Community-Acquired Pneumonia` (CAP),Antibiotik
PENGARUH SUHU ANNEALING TERHADAP AMPLIFIKASI GEN tem MENGGUNAKAN PRIMER DENGAN %GC RENDAH ., Dini Rahmadhan
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kasus resistensi antibiotik terhadap bakteri telah banyak terjadi, dimana hal yang menyebabkan resistensi tersebut karena bakteri mengalami penyesuaian agar tetap hidup jika diberikan antibiotik. Terjadinya mutasi pada asam amino tertentu menjadi salah satu penyebab utamanya, contohnya terdapatnya gen tem, yang merupakan jenis ESBL kelas A dimana terjadi mutasi pada grup asam amino tertentu. Analisis secara molekuler semakin membantu dengan menggunakan metode PCR, yang menghasilkan jutaan salinan DNA. Keberhasilan PCR dipengaruhi oleh suhu annealing yang optimal dalam proses penempelan primer, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu annealing terhadap keberhasilan amplifikasi gen tem menggunakan primer dengan %GC rendah dan jumlah basa sedikit. Metode yang digunakan dalam pengujian in vitro berbasis molekuler dengan menggunakan ekstraksi DNA Kit, PCR dan elektroforesis. Primer yang digunakan merupakan primer spesifik terhadap gen tem yaitu primer forward 5AAAATTCTTGAAGACG3 dan reverse 5TTACCAATGCTTAATCA3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu annealing mempengaruhi keberhasilan amplifikasi DNA, dimana pada suhu annealing 50oC terjadinya amplifikasi dengan panjang basa yang tepat. Pengaruh tersebut ditunjukkan dari hasil elektroforesis berupa pita DNA gen tem berwarna merah dengan ukuran 1073 bp, dan tidak terdapatnya smear.
PENGARUH PENGGUNAAN ANTIPSIKOTIK TIPIKAL DAN TERAPI PSIKOSOSIAL TERHADAP FREKUENSI KEKAMBUHAN BERULANG PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 ., Fenny Junita Inggriani
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Skizofrenia merupakan salah satu gangguan mental atau penyakit kejiwaan yang mempengaruhi psikis seseorang yang dapat menurunkan kualitas hidupnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam mengambil keputusan. Prevalensi skizofrenia di Kalimantan Barat pada tahun 2013 sebesar 0,7 per 1000 penduduk. Penanganan pasien skizofrenia dengan pemberian antipsikotik tipikal dam terapi psikososial dilakukan untuk mengurangi frekuensi kekambuhan berulang pada pasien skizofrenia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan pengaruh dari penggunaan antipsikotik tipikal dan terapi psikososial terhadap frekuensi kekambuhan berulang pasien skizofrenia fase akut di RSJP Kalbar. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi yang beralamat di Jalan Raya Singkawang Bengkayang KM 17 Kota Singkawang Kalimantan Barat dan merupakan penelitian observasional dengan desain Cross Sectional study yang bersifat analitik. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Jumlah subyek penelitian sebanyak 98 pasien skizofrenia fase akut yang menjalani rawat inap. Hasil analisis chi-square menunjukkan perbedaan frekuensi kekambuhan antara kelompok yang menggunakan antipsikotik monoterapi dan terapi psikososial dengan kelompok yang menggunakan antipsikotik kombinasi dan terapi psikososial. Namun perbedaan kedua kelompok tidak bermakna signifikan (P = 0,262). Kata Kunci: Antipsikotik tipikal, skizofrenia, terapi psikososial
Profil Penggunaan Obat Non ARV pada Pasien HIV/AIDS di RSUD dr. Soedarso Pontianak ., Siti Nursyah
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Turunnya kekebalan tubuh dapat memicu terjadinya infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) dapat menurunkan insiden infeksi oportunistik secara drastis, akan tetapi terapi ARV tidak dapat menggantikan kebutuhan terhadap profilaksis antimikrobial dan antiinfeksi pada pasien dengan imunosupresi yang berat. Pemberian obat non ARV seperti antifungi maupun antibiotik dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dari infeksi oportunistik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kejadian infeksi oportunistik serta pengobatan non ARV yang digunakan pasien HIV/AIDS di RSUD dr.Soedarso Pontianak. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian potong lintang dan menggunakan metode purposive sampling. Data diperoleh dari 58 rekam medik pasien HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik periode 2018 menunjukkan bahwa kejadian infeksi oportunistik terbanyak diderita pasien laki-laki dengan rentang usia 26-35 tahun. Infeksi oportunistik yang banyak terjadi adalah TB paru, pneumonia, diare, dan kandidiasis oral. Obat non ARV yang banyak digunakan adalah ceftriaxon, kotrimoksazol, obat anti tuberkulosis (rifampisisn, isoniazid, etambutol, dan pirazinamid). Kesimpulan dari penelitian ini adalah TB paru sebanyak 32 (55.2%) merupakan infeksi oportunistik yang paling banyak terjadi pada pasien HIV/AIDS di RSUD dr.Soedarso Pontianak dan penggunaan obat non ARV yang paling dominan digunakan adalah ceftriaxon dengan dosis 1 gram.
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN BIPOLAR DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI KALIMANTAN BARAT ., Adriana Agustin
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gangguan bipolar merupakan gangguan mood kronis ditandai dengan adanya episode mania atau hipomania yang terjadi secara bergantian biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup. Tujuan: penelitian ini untuk melihat karakteristik pasien bipolar rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat. Metode: yang digunakan adalah observasional dengan rancangan penelitian studi potong lintang yang bersifat deskriptif dengan teknik pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data rekam medis pasien, dimana terdapat 10 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil: Hasil dari penelitian ini adalah penyakit bipolar paling sering terjadi pada usia 26-35 tahun sebesar 30% dan paling banyak di derita oleh pasien perempuan sebesar 60% dan laki-laki sebesar 40%. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini yaitu usia yang mengalami gangguan bipolar paling banyak adalah usia dewasa awal dan paling banyak diderita pasien perempuan. Kata kunci: Bipolar, Rumah Sakit Jiwa
KETEPATAN SWAMEDIKASI BATUK PADA PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS NON KESEHATAN DI KECAMATAN PONTIANAK SELATAN PERIODE 2018/2019 ., Temmy Wuryaningrum Sesarini
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 4, No 1 (2019): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah menyembuhkan sebuah penyakit sendiri yang dilakukan di seluruh dunia, tetapi penggunaan obat yang tidak tepat menjadi hal yang harus diperhatikan. Batuk merupakan salah satu penyakit ringan yang bisa diatasi dengan swamedikasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui ketepatan swamedikasi batuk pada pelajar sekolah menengah atas non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan yang meliputi tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat pasien. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan penelitiannya adalah potong lintang (cross sectional) yang bersifat deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada 344 responden. Obat yang paling banyak digunakan untuk swamedikasi batuk adalah golongan ekspektoran. Persentase ketepatan swamedikasi batuk pada pelajar sekolah menengah atas non kesehatan di Kecamatan Pontianak Selatan periode 2018/2019 adalah 86,5% tepat obat; 71,75% tepat indikasi; 83,25% tepat pasien; dan 33,25% tepat dosis. Kesimpulannya adalah tidak semua responden yang melakukan swamedikasi batuk tepat berdasarkan tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat pasien.