cover
Contact Name
Alvyn C. Hendriks
Contact Email
ahendriks@unai.edu
Phone
+6281312468128
Journal Mail Official
jurnal.koinonia@unai.edu
Editorial Address
Jalan Kol. Masturi No 288, Parongpong 40559 Kab. Bandung Barat
Location
Kab. bandung barat,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Koinonia : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia
ISSN : 20860935     EISSN : 23385960     DOI : prefix 10.35974/koinonia
Jurnal Koinonia is the research journal prepared for those who want to broaden their knowledge in the area of Biblical and Theological studies. In line with this intent, Koinonia welcomes articles coming both from national and international writers. Below is the scope of this journal: Systematic and Historical Theology, Applied Theology (Missiology, Ministry, Leadership and Management), Biblical Studies: Old Testament, New Testament, Pastoral Counseling and Christian Education.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 13 No 2 (2021): Juli-Desember" : 5 Documents clear
Gangguan Stres Pascatrauma Dan Panggilan Penginjilan: Sebuah Refleksi Teologis dan Psikologis dari Kitab Yunus Stimson Hutagalung
Jurnal Koinonia Vol 13 No 2 (2021): Juli-Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.079 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i2.2642

Abstract

Evangelism is the Great Commission from God to mankind. God gave the same mandate to Jonah, but Jonah bravely refused the Great call. This study tries to find out why Jonah was "too brave" to reject God's great call and go to Tarshish? And why then did he change course from Tarshish to Nineveh? This study used a qualitative method with a descriptive analysis approach through a literature review of the biblical text. In conclusion, Jonah's "too brave" action in rejecting God's Great call was caused by the post-traumatic stress disorder he experienced with his family from childhood to adulthood during the Syrian invasion of Northern Israel, resulting in his intense antagonism towards Nineveh which made him drift away from God. When Jonah's post-traumatic stress disorder was treated with complete surrender through prayer, Jonah was given the courage, fortitude, and determination to spread the news of salvation to the city of Nineveh.
Study of the Pre-existence of Christ According to the Jehovah’s Witnesses Exson Pane
Jurnal Koinonia Vol 13 No 2 (2021): Juli-Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.066 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i2.2644

Abstract

One of the foundational teaching in the history of Christianity is the existence of Christ. Mostly Christians believed that Christ already exist prior His incarnation. Jesus was with the Father, and Holy Spirit. They are co-exist , no beginning and no end, they are eternal from eternity to eternity. However, Arianism rejected the traditional view of the Christianity regarding Christ existence. The Arianism’s view regarding the pre-existence of Christ admired by the Jehovah’s Witnesses. Jehovah’s Witnesses believed that was exist prior to His incarnation but not co-exist with the Father. Christ is only begotten son of the Father as the first creation and Father endowed Christ the divinity.
ALLAH “BERHENTI” (ŠABĀT DAN NÛAH) PADA HARI SABAT: APLIKASI BAGI PARA PEMELIHARA SABAT Milton Pardosi
Jurnal Koinonia Vol 13 No 2 (2021): Juli-Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.237 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i2.2647

Abstract

Makna Allah “beristirahat” pada hari ketujuh menarik untuk ditelaah.  Dalam Kejadian 2:2,3 kata “istirahat” adalah שַּׁבָּת/šabāt sedangkan dalam Keluaran 20:11 kata “istirahat” adalah נוּחַ/nûah.  Kedua ayat ini memang berbeda dalam konteks namun terkait hari Sabat.  Mereka yang memelihara hari Sabat mempertanyakan tujuan Musa menggunakan dua kata ini untuk Allah “beristirahat.”  Mengapa Musa menggunakan kata שַּׁבָּת/šabāt hanya untuk Allah dan para pemelihara Sabat sedangkan kata נוּחַ/nûah untuk Allah, budak, orang asing dan binatang.  Kajian ini menjelaskan arti kata שַּׁבָּת/šabāt dan נוּחַ/nûah dalam konteks Allah dan Sabat serta memberi arti kata-kata tersebut bagi pemelihara Sabat. Peneliti menerapkan metode kualitatif berdasarkan grounded theory. Kata שַּׁבָּת/šabāt hanya digunakan untuk Allah dan manusia (pemelihara Sabat) sedangkan שַּׁבָּת/šabāt dan נוּחַ/nûah digunakan untuk Allah, manusia (hamba dan orang asing) dan binatang. “Istirahat” (שַּׁבָּת/šabāt) Allah menandakan kepuasan dan kegembiraan atas apa yang telah Dia lakukan. Allah “beristirahat” dalam Kejadian 2:2,3 menunjukkan fungsi kosmologis.  Itu menjadi contoh bagi manusia alih-alih menyatakan bahwa Allah membutuhkan relaksasi. Allah “beristirahat” (נוּחַ/nûah) dalam Keluaran 20:11 menunjukkan fungsi antropologis karena hari Sabat terkait dengan aktivitas manusia, bukan aktivitas Allah.  Hasil “beristirahat” (נוּחַ/nûah) pada hari ketujuh akan membawa ketenangan atau penyegaran (נׇפַשׁ/nāpaš) yang menyangkut tubuh dan pikiran.  Perubahan dari שַּׁבָּת/šabāt menjadi נוּחַ/nûah dalam konteks Allah “beristirahat” pada hari ketujuh menunjukkan bahwa hari ketujuh awalnya untuk istirahat rohani (batin) untuk mengingat Sang Pencipta tetapi berubah menjadi istirahat rohani dan jasmani bagi manusia setelah jatuh ke dalam dosa.  Itu sebabnya mereka yang ingin menerima Sabat harus melalui beberapa tahapan agar mereka dapat bertahan dalam iman mereka yaitu: belajar sepenuhnya dan tidak terburu-buru; mulai mempraktekkan doktrin Sabat; dan memiliki motif yang benar dalam menerima doktrin ini.
Konteks Persatuan dalam Pembahasan Paulus tentang Keinginan Daging dan Keinginan Roh Jemmy C. Najoan
Jurnal Koinonia Vol 13 No 2 (2021): Juli-Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.521 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i2.2698

Abstract

Pembahasan tentang keinginan daging dan keinginan roh selalu menjadi perhatian banyak sarjana Alkitab. Walaupun sudah banyak yang membahas tentang bagian ini, pembahasan topik ini dalam hubungannya dengan kesatuan gereja masih sangat jarang.  Itulah sebabnya, dengan menggunakan historical-grammatical method, artikel ini menganalisa secara kontekstual pembahasan tentang keinginan daging dan keinginan roh dalam Galatia dan hubunganya dengan persatuan dalam jemaat. Setelah sedikit gambaran tentang tema buku dan kondisi jemaat Galatia disedikan, analisa tentang peralihan topik yang terjadi, pembuatan diagram, studi kontekstual dari bagian yang dipelajari, dan analisa isi dari daftar keinginan daging dan keinginan roh selanjutnya dipelajari. Hasil studi menunjukkan bahwa diskusi Paulus tentang keinginan daging dan keinginan roh dalam buku Galatia secara khusus berada dalam konteks usaha Paulus untuk mempromosikan persatuan dalam gereja itu. Walaupun Paulus menyinggung tentang dosa-dosa yang lain yang disebutkan dalam keinginan daging, penekanannya yang paling utama dari penyampaian tentang perbandingan isi antara keinginan daging dan keinginan roh bertujuan untuk mengingatkan jemaat Galatia untuk bersatu dan menjauhi pertengkaran dalam gereja. Hasil dari pembahasan ini diharapkan akan memberkan sumbangsi dalam mengerti lebih jauh aspek-aspek eklesiologi, teristimewa dalam hal persatuan dalam gereja.
Faktor Pengaruh di antara Keunggulan Gereja Romawi dan Awal Mula Hari Minggu Davied Yosua Abraham Zebedeus
Jurnal Koinonia Vol 13 No 2 (2021): Juli-Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.002 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i2.2701

Abstract

The debate between the mysterious rise of Sunday observance and the church dominance in the Roman empire throughout the Ante-Nicene period appeared as an emerging discourse in regard to the Sabbath adherence. The historical background has been capable of analyzing the supposed relation between the two when the Christian beliefs gradually developed. The connection would seem to bring relevant ramifications to today’s theological understanding as far as observing the Sabbath or Sunday is concerned. The significant factors between the beginning of Sunday and the supremacy of the Roman church appeared to be intertwined and fused in the early church era. While many other events have circulated the social and religious cultures in Rome, the factors below indicate and strengthen the relationship between both church primacy and Sunday origin in history through a documentary research method. The time of the early church in this discussion is delimited around the year 100 up to 313 AD. Though the focus not only touches on one particular reason as to why Sunday replaced Sabbath, the research questions comprise of how the pre-eminence of papal supremacy took place and why the Sunday worship has seemed to alter the Sabbath observance since then.

Page 1 of 1 | Total Record : 5