cover
Contact Name
Brigitta Laksmi Paramita
Contact Email
brigitta.laksmi@uajy.ac.id
Phone
+6282329549978
Journal Mail Official
journal.biota@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati
ISSN : 25273221     EISSN : 2527323X     DOI : doi.org/10.24002/biota
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati merupakan jurnal ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian, kajian-kajian pustaka dan berita-berita terbaru tentang ilmu dan teknologi kehayatian (biologi, bioteknologi dan bidang ilmu yang terkait). Biota terbit pertama kali bulan Juli 1995 dengan ISSN 0853-8670. Biota terbit tiga nomor dalam satu tahun (Februari, Juni, dan Oktober).
Articles 53 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 2 (2011): June 2011" : 53 Documents clear
Struktur Lentisel pada Pneumatofor Avicennia marina: sebagai Alat Pengantar Oksigen Pada Akar Mangrove Purnobasuki , Hery
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.561 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.113

Abstract

Telah dilakukan penelitian terhadap lentisel pneumatofor Avicennia marina menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop pemindai electron untuk mengetahui keterkaitan perkembangan dan struktur dari fungsi lentisel sebagai alat pengantar oksigen pada akar mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur lentisel bervariasi dalam hal ukuran dan morfologi, mulai dari bentuk seperti kawah dengan jaringan lunak di bagian tengahnya. Lentisel tersusun dari jaringan pelengkap yang tersusun atas sel-sel berdinding tipis dan membentuk ruang-ruang interseluler. Sel-sel tersebut mengandung lignin yang terdeteksi positif dengan pewarnaan sfranin. Dalam pertumbuhannya, sel-sel pelengkap merusak lapisan peridermis dan selanjutnya lentisel berfungsi sebagai bagian dari sistem saluran penghantaran udara.
Pembekuan Zigot untuk Menjaga Kontinuitas Produksi Bibit Kerang Mutiara di Indonesia AR , Syachruddin
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.925 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.112

Abstract

Zigot kerang mutiara terbentuk melalui fertilisasi di luar tubuh (external fertilization). Zigot yang terbentuk akan tumbuh dan berkembang menjadi larva dan spat kemudian menempel pada kolektor. Bibit tersebut dipelihara di laut, tetapi tingkat kematiannya sangat tinggi (99%) dan tingkat keberhasilannya sampai insertio sangat rendah (1,0–1,5%) sehingga produksi mutiara sulit untuk ditingkatkan. Penyimpanan zigot dalam N2-cair pada musim seasonal gamet merupakan peluang yang baik untuk mengatasi permasalahan tersebut. Permasalahannya: Apakah zigot yang disimpan dalam N2-cair dapat dijadikan sebagai stok bibit dalam budidaya kerang mutiara. Tujuan penelitian: ingin mengetahui umur zigot yang paling cocok untuk disimpan pada suhu dingin (196 o C) setelah dilindungi dengan gliserol serta pertumbuhan dan perkembangan zigot pasca penyimpanan. Hasilnya menunjukkan bahwa umur zigot antara 15’–45’ pasca fertilisasi sangat baik untuk disimpan dalam N2-cair dan dapat tumbuh atau berkembang dengan baik sampai menjadi spat. Zigot yang disimpan dalam N2-cair dapat dijadikan stok bibit dalam usaha budidaya kerang mutiara. Penelitian ini perlu disempurnakan, karena ada beberapa hal yang ditemukan, antara lain media penyimpanan zigot cukup menggunakan gliserol dan sucrosa kemudian disimpan dalam tabung N2-cair tanpa dibilas dengan MDPBS (Modified Dulbecco’s Phosphat Buffer Saline). Pengusaha budidaya kerang mutiara diharapkan dapat membuat laboratorium penyimpanan zigot untuk stok bibit guna menjaga kontinuitas produksi bibit kerang mutiara di Indonesia.
Infeksi Aeromonas salmonicida dari Berbagai Wilayah di Indonesia Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) Priyatna, Riza; Indarjulianto, Soedarmanto; Kurniasih , Kurniasih
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.239 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.111

Abstract

Aeromonas salmonicida merupakan bakteri penyebab furunculosis pada ikan yang mengakibatkan kerugian ekonomi di dalam budidaya ikan air tawar. Penelitian bertujuan mengetahui gambaran darah ikan Mas (Cyprinus carpio) yang diinfeksi oleh A. salmonicida, juga dilakukan pemeriksaan histopatologi. Sebanyak empat isolat atipikal A. salmonicida telah diisolasi dari ikan di empat daerah di Indonesia yaitu Pontianak, Semarang, Yogyakarta, Jambi dan satu isolat atipikal A. salmonicida subjenis smithia dari ATCC sebagai kontrol. Sebanyak 45 ekor ikan mas berukuran 1215 cm dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok 14 diinfeksi dengan A. salmonicida 0,1ml x 10 4 sel/ml secara intraperitoneal dari empat isolat berbeda. Kelompok ikan 5/kontrol tidak dilakukan infeksi bakteri. Isolat A. salmonicida yang berasal dari Pontianak menunjukkan jumlah leukosit total dan kadar hemoglobin meningkat jelas pada hari ke-7 sesudah infeksi, disertai peningkatan jumlah rata-rata heterofil, limfosit dan monosit pada hari ke-7 sesudah infeksi. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah menunjukkan bahwa isolat A. salmonicida dari Pontianak merupakan isolat patogen yang menyebabkan reaksi akut jika dibandingkan dengan isolat dari daerah lain. Isolat A. salmonicida dari Yogyakarta menyebabkan perubahan patologi paling ringan. Isolat dari Jambi dan Pontianak menyebabkan lesi kulit hingga lapisan otot, epicarditis mulai hari ke-3 sesudah infeksi.
Polimorfisme Genetik DNA Mikrosatellite GEN BoLA Lokus DRB3 pada Sapi Bali (Bos indicus) Puja , I Ketut; Wandia, I Nengah; Suastika, Putu; Sulabda, I Nyoman
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.635 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.116

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dasar mengenai distribusi frekuensi lokus DRB3 gen BoLa (bovine lymphocyte antigen) pada sapi Bali. Untuk isolasi DNA digunakan sampel darah sapi Bali yang diambil dari populasi sapi Bali yang berasal dari Bali dan sapi Bali yang berasal dari Nusa Penida. Jumlah sampel untuk sapi Bali yang berasal dari Bali adalah 22 ekor dan sapi yang berasal dari Nusa Penida 21 ekor. Jumlah allel lokus DRB3 pada sapi Bali asal Bali adalah 7 dan 9 allel dari sapi Bali asal Nusa Penida. Rataan heterozigositas perlokus adalah 0,7967 pada sapi Bali asal Nusa Penida dan 0,7863 pada sapi Bali asal Bali. Nilai PIC lokus DRB3 pada sapi Bali asal Nusa Penida adalah 0,7417 dan 0,742 pada sapi Bali asal Bali. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah lokus DRB3 pada sapi Bali sangat polimorfik.
Sistim Perburuan dan Etnozoologi Biawak (Famili Varanidae) oleh Suku Yaur pada Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih A. Iyai, Deny; Murwanto, A. Gatot; Killian , A. M.
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.274 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.110

Abstract

Salah satu suku yang dikenal dan merupakan etnis pesisir adalah suku Yaur yang hidup di dalam dan sekitar wilayah Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih. Beberapa satwaliar sering dimanfaatkan oleh etnis Yaur, salah satunya adalah biawak (Varanus spp.). Bagaimana berburu dan pemanfaatannya merupakan tujuan penelitian ini dilakukan. Sebanyak 15 responden dari 50 kepala keluarga telah berpartisipasi. Interview dan observasi dilakukan untuk justifikasi antara informasi dan obyek meliputi jenis biawak dan aktifitas perburuan. Hasil penelitian dinyatakan bahwa perburuan masih dilakukan secara tradisional. Sistim perburuan individu dan kelompok merupakan pola yang masih berlangsung. Jerat, parang, panah dan tombak serta tali dodeso digunakan dalam berburu. Terdapat 3 jenis jerat yaitu jerat babi, jeat tikus dan jerat melingkar. Sementara kulit adalah bagian tubuh yang sering digunakan. Hati, gigi dan lemak biawak juga digunakan. Tujuan pemanfaatan untuk kesehatan dan minyak pijat. Tifa dan opset adalah dua produk dari kulit. Daging diproses dengan pengasapan. Secara ekonomi kulit memiliki pasar yang prospektif.
Isolasi dan Seleksi Bakteri dari Sedimen Mangrove untuk Pembentukan Konsorsium Bakteri Perombak Dibenzofuran W. Ratih, Yanisworo; Radjagukguk , Bostang; Martani , Erni; Prijambada , Irfan D.
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.747 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.115

Abstract

Dibenzofuran merupakan salah satu senyawa hidrokarbon aromatis polisiklik (HAP) yang mengandung oksigen. Paparannya di alam harus segera ditanggulangi karena dibenzofuran berperan sebagai prekursor bagi senyawa berkhlor turunannya yang bersifat lebih toksik. Dibenzofuran dapat dijadikan senyawa model karena beberapa bakteri perombak dibenzofuran juga mampu merombak senyawa mirip lainnya seperti dibenzodioksin, fluorena, fluorantena, dibenzofuran terkhlorinasi, fenantrena dan antrasena. Penelitian ini dilakukan untuk membentuk konsorsium bentukan yang mempunyai kemampuan tinggi dalam merombak dibenzofuran. Isolat bakteri diperoleh dari sedimen mangrove asal Balongan, Indramayu, Jawa Barat menggunakan medium mineral cair yang diperkaya dengan dibenzofuran sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Total 12 isolat bakteri, GMYk-1, GMYk-2, GMYk-3, GMYk-4, GMYk-5, GMYs-1, GMYs-2, GMYs-3, GMYs-4, GMYs-5, GMYs-6 dan GMYs-7 berhasil diisolasi dari sedimen. Berdasarkan pengamatan terhadap keragaman isolat-isolat yang diperoleh serta interaksi di antara isolat dalam merombak dibenzofuran, empat isolat berhasil terseleksi untuk menyusun konsorsium bentukan. Isolat tersebut adalah GMYs-1, GMYs-6, GMYs-7 dan GMYk-1. Berdasarkan kemampuan merombak dibenzofuran dari kombinasi isolat-isolat yang disusun, biakan campuran GMYs-1- GMYs-6-GMYk-1 dipilih sebagai konsorsium bentukan. Konsorsium bentukan mempunyai kemampuan paling tinggi dalam merombak dibenzofuran.
Variasi Intraspesifik dalam Kecepatan Tumbuh di antara Tiga Populasi Gastropoda Intertidal, Nerita japonica (Dunker) Paulus Paruntu , Carolus
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.296 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.114

Abstract

Untuk mengetahui kecepatan tumbuh Nerita japonica, maka diadakan penelitian pada populasi- populasi yang hidup pada tiga macam habitat yang berbeda di Pulau Shimoshima Amakusa, Kyushu bagian barat, Jepang. Parameter yang diamati adalah kecepatan tumbuh rata-rata, pola kecepatan tumbuh rata-rata musiman, dan hubungan antara kecepatan tumbuh dan ukuran tubuh diantara tiga populasi. Pengamatan dilakukan dalam waktu dua bulan selama satu tahun sehingga dapat diketahui variasi menurut musim. Ketiga populasi memperlihatkan kecepatan tumbuh yang berbeda. Populasi pantai rocky tumbuh paling pesat dan populasi pantai stony bagian atas paling lambat. Pola kecepatan tumbuh ketiga populasi, bervariasi menurut musim. Populasi pantai rocky memiliki kecepatan tumbuh maksimal pada periode pertumbuhan MeiJuli, sedangkan dua populasi pantai stony pada JuliSeptember. Pada bulan November−Maret tahun berikutnya ketiga populasi tumbuh sangat lambat. Kecepatan tumbuh ketiga populasi berkurang secara signifikan seiring bertambahnya ukuran tubuh, kecuali pada November−Maret tahun berikutnya, satu dari tiga populasi tidak memperlihatkan hubungan antara kecepatan tumbuh dan ukuran tubuh. Dapat disimpulkan terdapat variasi intraspesifik pada N. japonica dalam hal kecepatan tumbuh menurut musim dan habitat walaupun dengan jarak geografi yang pendek.
Profil Protein Klebsiella sp. dalam Kondisi Cekaman Osmotik dan Keasaman Ikhwan , Ali; Yuwono , Triwibowo; Widada , Jaka
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.969 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.94

Abstract

Penelitian dilakukan untuk mengetahui profil protein yang dibuat oleh Klebsiella sp. yang tumbuh dalam kondisi cekaman osmotik dan keasaman. Cekaman osmotik dilakukan menggunakan NaCl, sedangkan cekaman keasaman menggunakan aluminium sulfat. Klebsiella sp. ditumbuhkan dalam medium minimal yang ditambah dengan NaCl, atau aluminium sulfat, untuk menimbulkan efek cekaman tunggal, atau menggunakan kedua senyawa tersebut untuk menghasilkan efek cekaman ganda. Protein total yang diekstrak dari sel kemudian dielektroforesis pada SDS-PAGE 12%. Hasil analisis menunjukkan beberapa protein intraselular, protein membran, atau protein ekstraselular yang dibuat dalam kondisi cekaman spesifik. Dalam kondisi cekaman osmotik, dibuat protein intraselular berukuran 42,7 kDa, dan protein membran berukuran 53,3 kDa. Pada cekaman asam dihasilkan protein intraselular berukuran 54,7 kDa, 25,3 kDa, 14,2 kDa, dan satu protein membran berukuran 43,9 kDa, serta protein ekstraselular berukuran 17–29 kDa. Dalam kondisi cekaman ganda, terdeteksi satu protein intraselular spesifik berukuran 26,7 kDa dan satu protein membran berukuran 61,1 kDa. Dalam cekaman osmotik, diketahui terdapat korelasi positif, sedangkan dalam cekaman ganda terdapat korelasi negatif terhadap macam protein. Dalam cekaman keasaman, tidak diperoleh pola korelasi yang spesifik.
Kultivasi Scenedesmus sp. Pada Medium Air Limbah Kawaroe, Mujizat
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.846 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.99

Abstract

Proses fotosintesis pada mikroalga membutuhkan CO2 dan cahaya matahari serta nutrien untuk pertumbuhannya. Kultivasi Scenedesmus sp. pada medium air limbah bertujuan guna mencukupi kebutuhan mikroalga akan nutrien dan mengurangi masukan dari bahan kimia yang terkandung dalam air limbah tersebut ke lingkungan. Kultivasi Scenedesmus sp. dilakukan selama tujuh hari pada medium air limbah industri tanpa penambahan nutrien. Hasil kepadatan tertinggi pada akhir kultivasi diperoleh pada medium air effluent senilai 8,033,333 sel/ml dengan berat kering 4,60 gr. Kultivasi mikroalga tersebut juga dapat menurunkan nilai dari Total Padatan Tersuspensi dan Terlarut serta penurunan kadar dari BOD, COD, Nitrit, Sulfit, Sulfat, besi, Krom, Tembaga, dan Seng. Kultivasi Scenedesmus sp. dapat dilakukan pada medium air limbah tanpa perlu penambahan nutrien.
Kekerabatan Jagung (Zea mays L.) Lokal Madura Berdasarkan Karakter Morfologi dan Penanda RAPD Amzeri , Achmad; Indradewa , Didik; Setiadi Daryono , Budi; Rachmawati , Diah
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.801 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.104

Abstract

Perbandingan metode yang berbeda pada perhitungan keragaman genetik dapat bermanfaat dalam program pemuliaan dan konservasi tanaman. Pada penelitian ini digunakan 16 jagung lokal yang dikoleksi dari pulau Madura. Sebanyak 57 sifat morfologi dan 10 primer RAPD digunakan untuk menilai hubungan kekerabatan berdasarkan karakter morfologi dan penanda RAPD, dan menentukan genotip jagung lokal Madura yang mempunyai sifat untuk dikembangkan dalam program pemuliaan dan konservasi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakter morfologi dan penanda RAPD, 16 kultivar jagung lokal di pulau Madura diklasifikasikan dalam 2 grup. Rata-rata kemiripan morfologi (0,74) lebih tinggi dibanding kemiripan berdasarkan penanda RAPD (0,63). Koefisien kemiripan berdasarkan karakter morfologi adalah 0,510,91, sedangkan koefedien kemiripan berdasarkan penanda RAPD adalah 0,390,92. Lima kultivar (Tambin, Delima, Tambin-2, Krajekan dan Duko) mempunyai produksi tinggi, umur genjah dan hubungan kekerabatan agak jauh, sehingga digunakan untuk program pemuliaan dan pengembangan budidaya.

Filter by Year

2011 2011


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 3 (2023): October 2023 Vol 8, No 1 (2023): February 2023 Vol 7, No 3 (2022): October 2022 Vol 7, No 2 (2022): June 2022 Vol 7, No 1 (2022): February 2022 Vol 6, No 3 (2021): October 2021 Vol 6, No 2 (2021): June 2021 Vol 6, No 1 (2021): February 2021 Vol 5, No 3 (2020): October 2020 Vol 5, No 2 (2020): June 2020 Vol 5, No 1 (2020): February 2020 Vol 4, No 3 (2019): October 2019 Vol 4, No 2 (2019): June 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 3, No 3 (2018): October 2018 Vol 3, No 2 (2018): June 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 2, No 3 (2017): October 2017 Vol 2, No 2 (2017): June 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 1, No 3 (2016): October 2016 Vol 1, No 2 (2016): June 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 19, No 1 (2014): February 2014 Biota Volume 19 Nomor 1 Tahun 2014 Biota Volume 13 Nomor 2 Tahun 2014 Vol 18, No 2 (2013): June 2013 Vol 18, No 1 (2013): February 2013 Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013 Vol 17, No 3 (2012): October 2012 Vol 17, No 2 (2012): June 2012 Vol 17, No 1 (2012): February 2012 BIOTA Volume 17 Nomor 3 Tahun 2012 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 15, No 3 (2010): October 2010 Vol 15, No 2 (2010): June 2010 Vol 15, No 1 (2010): February 2010 Vol 14, No 3 (2009): October 2009 Vol 14, No 2 (2009): June 2009 Vol 14, No 1 (2009): February 2009 Vol 13, No 3 (2008): October 2008 Vol 13, No 2 (2008): June 2008 Vol 13, No 1 (2008): February 2008 Vol 12, No 3 (2007): October 2007 Vol 12, No 2 (2007): June 2007 Vol 12, No 1 (2007): February 2007 Vol 11, No 3 (2006): October 2006 Vol 11, No 2 (2006): June 2006 Vol 11, No 1 (2006): February 2006 Vol 10, No 3 (2005): October 2005 Vol 10, No 2 (2005): June 2005 Vol 10, No 1 (2005): February 2005 Vol 9, No 3 (2004): October 2004 Vol 9, No 2 (2004): June 2004 Vol 9, No 1 (2004): February 2004 Vol 8, No 3 (2003): October 2003 Vol 8, No 2 (2003): June 2003 Vol 8, No 1 (2003): February 2003 More Issue