cover
Contact Name
Brigitta Laksmi Paramita
Contact Email
brigitta.laksmi@uajy.ac.id
Phone
+6282329549978
Journal Mail Official
journal.biota@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Sleman, Yogyakarta 55281, Indonesia
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati
ISSN : 25273221     EISSN : 2527323X     DOI : doi.org/10.24002/biota
Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati merupakan jurnal ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian, kajian-kajian pustaka dan berita-berita terbaru tentang ilmu dan teknologi kehayatian (biologi, bioteknologi dan bidang ilmu yang terkait). Biota terbit pertama kali bulan Juli 1995 dengan ISSN 0853-8670. Biota terbit tiga nomor dalam satu tahun (Februari, Juni, dan Oktober).
Articles 1,017 Documents
Potensi Bakteri Proteolitik Aeromonas caviae NU-4 dan Aeromonas sp. NU-8 sebagai Pengendali Pertumbuhan Microcystis aeruginosa BT-02 pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) Mulyeti, Encah Ewi; Rachmania Mubarik, Nisa; Wahjuningrum, Dinamella
0853-8670
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.511 KB)

Abstract

Sianobakteri merupakan kelompok fitoplankton yang umum dijumpai di perairan tawar di seluruh dunia. Sianobakteri menghasilkan toksin mikrosistin yang dihasilkan oleh Microcystis aeruginosa yang menyebabkan kematian ikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi bakteri proteolitik yang berasal dari saluran pencernaan ikan nila GIFT dalam menghambat pertumbuhan M. aeruginosa BT-02. Isolat bakteri proteolitik asal saluran pencernaan ikan nila yang menghambat pertumbuhan M. aeruginosa BT-02, yaitu isolat i.e Aeromonas caviae NU-4 and Aeromonas sp. NU-8. Indeks penghambatan bakteri NU-4 (1,71) terhadap M. aeruginosa lebih besar daripada NU-8 (1,34). Mekanisme penghambatan belum diketahui. Aplikasi Microcystis aeruginosa BT-02 pada ikan mas tidak menyebabkan kematian ikan, tetapi menimbulkan beberapa perubahan histopatologi pada hati dan usus ikan mas.Kata kunci: Bakteri proteolitik, Aeromonas sp., Microcystis aeruginosa, ikan mas, tes toksisitas
Penggunaan Serai Wangi (Andropogon nardus L.) sebagai Insektisida Nabati pada Tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) Latumahina, Fransina
0853-8670
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.116 KB)

Abstract

Serangan Rayap tanah mampu menganggu pertumbuhan tegakan Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) yang dapat mempengaruhi fungsi dan peran kawasan hutan. Untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh hama Rayap Tanah (Mactotermes gilvus Hagen) maka tindakan pencegahan maupun pengendalian harus dilakukan secara efektif dan efisien. Penggunaan insektisida nabati dari tanaman Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L) mampu menurunkan populasi hama hingga 90%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui intensitas kerusakan dan luas serangan Rayap Tanah pada tegakan Tusam dan aplikasi ekstrak Serai wangi terhadap mortalitas rayap tanah yang menyerang tanaman Tusam (Pinus merkusii Jung Et De Vriese) dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Nona Ambon. Penelitian lapangan dilakukan pada 4 blok pengamatan dengan 100 pohon. Hasil penelitian menemukan bahwa intensitas serangan pada 4 blok pengamatan berkisar dari 25,35% hingga 54,18%. Aplikasi insektisida Serai Wangi pada rayap tanah di lapangan dan di laboratorium menunjukan hasil yang sama yakni mortalitas tertinggi terjadi pada minggu ke-2 dengan konsentrasi sebesar 5%.Kata kunci: Serai wangi, rayap tanah, insektisida nabati, hutan lindung
Polimorfisme Gen Kappa-Casein pada Sapi Peranakan Ongole Affan Mu’in, Muh.
0853-8670
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.613 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeteksi polimorfisme nukleotida tunggal dalam exon keempat dari gen kappa-casein pada sapi Peranakan Ongole atau PO(Bos indicus). DNA genom diisolasi dari 40 sampel darah sapi PO di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Fragmen DNA spesifik berukuran 780 bp dari gen kappa-casein yang merentang dari daerah exon IV (517 bp) hingga daerah intron IV (263 bp) telah berhasil diamplifikasi. Hasil analisis RFLP menggunakan enzim restriksi Hind III memperlihatkan adanya tiga genotip (AA, AB, dan BB) pada lokus tersebut. Frekuensi alel A dan B berturut-turut ditemukan sebesar 0,875 dan 0,125. Pada sebagian besar bangsa sapi, kehadiran alel B pada genotip dari lokus kappa-casein memberikan efek positif terhadap produksi susu dan kualitas susu yang dihasilkan serta performans pertumbuhan prasapih pedetnya. Frekuensi alel B dalam populasi sapiPO dapat ditingkatkan melalui seleksi dan perkawinan assortatif.Kata kunci: Polimorfisme, gen kappa-casein, RFLP, Sapi Peranakan Ongole
Deteksi Triploid Ikan Nilem (Osteochilus hasselti Valencienes 1842) Hasil Kejut Dingin 4oC Susanti, Desi; Yuwono, Edy; Sistina, Yulia
Biota BIOTA Volume 17 Nomor 3 Tahun 2012
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Protokol triploidisasi cyprinidae nilem dengan kejut dingin 4oC pada 1, 3, atau 5 menit dari waktu fertilisasi dengan lama kejut 15, 20, atau 25 menit terbukti efektif dari parameyter fertilitas, daya tetas, abnormalitas larva, sintasan benih, panjang benih, dan khususnya data dimensi eritrosit benih hasil perlakuan. Dimensi eritrosit berupa ukuran panjang (major axes), lebar (minor axes), luas, dan volume eritrosit. Benih hasil perlakuan kejut dingin terbukti triploid dengan dimensi eritrositnya secara sangat nyata (P<0,01) jauh lebih besar dibanding diploid normal kontrolnya. Perlakuan kejut dingin secara sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi fertilitas telur dan panjang tubuh benih, namun tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi persentase penetasan, persentase abnormalitas larva, dan sintasan benih. Penerapan protokol triploid kejut dingin nilem yang terbukit efektif untuk pada bidang akuakultur siap dijalankan.Kata kunci: Deteksi triploid, kejut dingin, lama kejut, nilem, dimensi eritrosit
Kondisi Karang Batu di Perairan Pulau Mantihage Kabupaten Minahasa Utara, Propinsi Sulawesi Utara Souhoka, Jemmy
0853-8670
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.082 KB)

Abstract

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan pesisir yang dijumpai hampir di seluruh perairan pantai Indonesia. Keberadaan ekosistem ini sangat penting bagi kehidupan organisme yang ada didalamnya maupun yang berasosiasi dengannya. Karang batu merupakan salah satu komponen utama pembentuk ekosistem ini. Penelitian terumbu karang telah dilakukan di Pulau Mantihage Propinsi Sulawesi Utara pada 5 stasiun pengamatan di bulan September 2010 menggunakan metode transek garis. Tujuan penelitian ini mengetahui kondisi karang batu di perairan Pulau Mantihage. Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase karang batu tertinggi di jumpai di stasiun 2 sebesar 71,57% dan terendah di stasiun 4 sebesar 27,90%. Nilai keanekaragaman jenis (H) tertinggi 1,07 dijumpai di stasiun 2 dan terendah 0,69 di stasiun 5. Kemerataan jenis (j) tertinggi 0,72 ditemukan di stasiun 4 dan terendah 0,44 yang ditemukan di stasiun 5. Sebanyak 97 jenis karang batu milik 15 suku ditemukan di area penelitian. Secara umum rata-rata persentase karang batu di perairan Pulau Mantihage sebesar 45,78 % yang berarti masuk dalam kategori sedang.Kata kunci: Kondisi, karang batu, Pulau Mantihage, Sulawesi Utara
Diversity and Abundance of Insects as Bioindicators of the Environmental Impacts of Tin Mining in Bangka Island, Indonesia Sulaiman, Norela; Sary, Nila; Abdullah, Maimon
0853-8670
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.242 KB)

Abstract

Satu kajian telah dijalankan untuk menentukan efek aktivitas pertambangan timah pada kelimpahan dan keragaman serangga dan memilih/menyaring kelompok taksonomi potensial sebagai kandidat potensial bagi bioindikator lingkungan yang baik. Pengambilan contoh dilakukan pada 28 Mei−12 Juni 2008 pada empat stasiun. Dua stasiun ditempatkan dalam daerah pertambangan (stasiun B1 dan B2) sementara dua stasiun control ditempatkan di sekitar daerah hutan lindung (stasiun B3 dan B4). Pengambilan contoh menggunakan empat metode uji perangkap piring kuning, perangkap lekat, perangkap cahaya, jarring sapuan, dan perangkap lubang. Sejumlah 3850 individu serangga memiliki 110 suku dan 493 morfospesies telah diidentifikasi, dan Lepidoptera ditemukan merupakan ordo serangga terbesar yang mewakili jumlah tertinggi. Aktivitas pertambangan telah mengakibatkan keragaman dan kelimpahan serangga terganggu dibandingkan dengan daerah hutan lindung. Terdapat perbedaan yang signifikan (p0,05) faktor-faktor abiotik (pH, humus tanah, kelembapan relatif dan suhu udara) terhadap kelimpahan serangga. Jumlah morfospesies terbesar adalah pada suku Noctuidae, sedangkan individu paling melimpah adalah suku Formicidae. Sebanyak 18 suku telah diikenal berpotensi sebagai biopenunjuk yaitu: Culicidae, Syrphidae, Tipulidae, Alydidae, Cicadellidae, Formicidae, Gelechiidae, Arctiidae, Nymphalidae, Pteroporidae, Cosmopterigidae, Drepanidae, Geometridae dan Noctuidae, Aeschinidae, Libellulidae, Tetrigidae dan Tridactylidae.Kata kunci: Keragaman, kelimpahan, bekas tambang, serangga, biopenunjuk
Genetic Parameter Estimates for Growth in a Progeny Test of Sengon (Falcataria moluccana) in Jember, East Java B. Hardiyanto, Eko
0853-8670
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.456 KB)

Abstract

Uji keturunan sengon penyerbukan terbuka (half-sib) sengon (Facataria moluccana) dibangun di Ambulu, Jember, Jawa Timur untuk mengevaluasi potensi pertumbuhan dan pemuliaan genetiknya untuk pembuatan pertanaman kayu pertukangan. Seratus enam famili penyerbukan terbuka dari 11 sumber benih diuji dalam uji keturunan. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap berblok, 4 pohon per plot dengan ulangan sebanyak 15. Pada umur 1 tahun tinggi rerata sebesar 8,3 m sedangkan diameter rerata 10,2 cm. Terdapat perbedaan nyata di antara sumber benih dan di antara famili dalam sumber benih untuk pertumbuhan tinggi dan diameter. Taksiran heritabilitas individu untuk tinggi tergolong rendah (0,08 (±0,01), sedangkan untuk diameter termasuk sedang (0,01±0,05). Heritabilitas famili untuk tinggi dan diameter termasuk sedang, secara berturut-turut adalah 0.37±0.06 dan 0,45 ±0,04 untuk tinggi dan diameter. Korelasi genetik (0,72) antara pertumbuhan tinggi dan diameter adalah positif dan cukup tinggi (0,72) sedangkan korelasi fenotipik antarsifat-sifat ini adalah 0,67.Kata kunci: Sengon, Falcataria moluccana, uji keturunan, heritabilitas, korelasi genetik
Penentuan Vektor Malaria di Kabupaten Keerom, Papua Suyono, Ign. Joko; Runtuboi, Dirk; Krishar Karim, Aditya; Raharjo, Sigit
0853-8670
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.796 KB)

Abstract

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan utama di beberapa wilayah didunia terutama di wilayah tropis seperti halnya di Papua. Malaria disebabkan oleh nyamuk Anopeles sebagai vektor malaria. Tujuan penelitian ini adalah menentukan dan mengidentifikasikan kemampuan nyamuk Anopheles menularkan penyakit malaria di Kabupaten Keerom. Status vektor ditentukan berdasarkan kapasitas vektorial atau pendeteksian kandungan sporozoit pada nyamuk Anopheles. Komposisi nyamuk yang ditemukan di lokasi penelitian adalah An. koliensis, An. farauti, An. punctulatus, An. subpictus dan An. brancroftii. An. subpictus dan An. brancroftii hanya ditemukan dalam jumlah yang kecil sehingga tidak dilakukan analisis kapasitas vektorial. Perhitungan kapasitas vektorial menunjukkan bahwa kapasitas vektorial An. koliensis berkisar dari 6% dan 17%, An. farauti antara 0,3% dan 3%, dan An. punctulatus berkisar antara 3% dan 5%. Deteksi kandungan sporozoit menggunakan Test VecTORTM menunjukkan tidak ditemukannya sporozoit pada nyamuk yang diteliti. Potensi nyamuk yang diduga merupakan vektor malaria di Kabupaten Keerom adalah An. koliensis, An. punctulatus dan An. farauti.Kata kunci: Vektor malaria, kapasitas vektorial, nyamuk Anopheles, sporozoit, VecTORTMTest
Aktivitas Sitotoksik dan Apoptosis Ekstrak Spons Spesies A Anggota Ordo Astroporida terhadap Sel HeLa (Cervical Cancer Cell Line) Nuriliani, Ardaning; Agus Ariyanto, Ibnu; Ria Santi, Mei; Mahendra, Andi; Erly Sintya Dewi, Ni Wayan; Nurul Huda, Arif Luthfi; Wijayanti, Nastiti
Biota Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.29 KB)

Abstract

Spons merupakan fauna laut yang diketahui memiliki berbagai senyawa bioaktif. Senyawa tersebut berpotensi sebagai antibakteri, antivirus, dan antikanker. Penelitian ini bertujuan mempelajari aktivitas sitotoksik dan apoptosis ekstrak spons spesies A anggota ordo Astrophorida terhadap sel HeLa. Pada penelitian ini pengujian aktivitas sitotoksik ekstrak etanolik, metanolik, dan kloroform spons spesies A terhadap sel HeLa dilakukan menggunakan MTT assay dan uji apoptosis menggunakan double staining, yaitu etidium bromida-acridine orange. Deteksi golongan senyawa yang terkandung di dalam spons spesies A dilakukan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa ekstrak etanolik, metanolik, dan kloroform spons spesies A masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 18,25; 27,87; dan 13,87 µg/mL. Ekstrak etanolik, metanolik, dan kloroform spons spesies A pada konsentrasi 31,25 µg/mL dapat menginduksi kematian sel melalui apoptosis masing-masing sebesar 35,3 ± 11,16%; 82,64 ± 16,21%; dan 86,76 ± 9,27%. Berdasarkan uji menggunakan KLT diketahui bahwa spons spesies A menggandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, fenol, dan terpenoid. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak spons spesies A berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker.Kata kunci: ekstrak spons spesies A, sitotoksik, apoptosis, sel HeLa
Tanggap Fisiologi dan Hasil Bawang Merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) terhadap Lengas Tanah dan Ketinggian Tempat Berbeda Anshar, Muhammad; Tohari, Tohari; Sunarminto, Bambang Hendro; Sulistyaningsih, Endang
Biota Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Percobaan di rumah kaca telah dilaksanakan di provinsi DIY pada bulan Maret-Juni 2009. Percobaan bertujuan mengkaji tanggap fisiologis dan hasil bawang merah terhadap kondisi lengas tanah berbeda pada ketinggian tempat berbeda. Penelitian disusun berdasarkan percobaan lokasi dalam Rancangan Petak Petak Terbagi (Split Split Plot Design) diulang tiga kali. Petak utama adalah lokasi dengan ketinggian tempat berbeda di atas permukaan laut (dpl.) terdiri atas: (1) 100 m dpl., (2) 400 m dpl., dan (3) 800 m dpl.; Sub-plot adalah varietas bawang merah terdiri atas: (1) ‘Palu’, (2) ‘Palasa’, dan (3) ‘Sumenep’. Sub-sub-plot adalah lengas tanah dalam persentase kapasitas lapangan (% KL) terdiri atas: (1) 50% KL, (2) 100% KL, dan (3) 150% KL (kondisi jenuh). Lokasi dengan ketinggian tempat berbeda memberikan tanggap fisiologi dan hasil bawang merah yang berbeda. Varietas Palu memiliki aktivitas fotosintesis lebih besar pada semua kondisi lingkungan berbeda dan lebih tahan terhadap cekaman kekurangan dan kelebihan lengas tanah terutama di dataran rendah. Lengas tanah 100% KL menghasilkan aktivitas fisiologi dan hasil umbi kering panen lebih tinggi, sebaliknya lengas tanah 50% KL dan 150% KL menurunkan pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Palasa, Palu dan Sumenep pada semua ketinggian tempat.Kata kunci: bawang merah, ketinggian tempat, lengas tanah, fisiologi

Page 1 of 102 | Total Record : 1017


Filter by Year

2003 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 3 (2023): October 2023 Vol 8, No 1 (2023): February 2023 Vol 7, No 3 (2022): October 2022 Vol 7, No 2 (2022): June 2022 Vol 7, No 1 (2022): February 2022 Vol 6, No 3 (2021): October 2021 Vol 6, No 2 (2021): June 2021 Vol 6, No 1 (2021): February 2021 Vol 5, No 3 (2020): October 2020 Vol 5, No 2 (2020): June 2020 Vol 5, No 1 (2020): February 2020 Vol 4, No 3 (2019): October 2019 Vol 4, No 2 (2019): June 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 4, No 1 (2019): February 2019 Vol 3, No 3 (2018): October 2018 Vol 3, No 2 (2018): June 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 3, No 1 (2018): February 2018 Vol 2, No 3 (2017): October 2017 Vol 2, No 2 (2017): June 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 2, No 1 (2017): February 2017 Vol 1, No 3 (2016): October 2016 Vol 1, No 2 (2016): June 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 1, No 1 (2016): February 2016 Vol 19, No 1 (2014): February 2014 Biota Volume 19 Nomor 1 Tahun 2014 Biota Volume 13 Nomor 2 Tahun 2014 Vol 18, No 2 (2013): June 2013 Vol 18, No 1 (2013): February 2013 Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013 Vol 17, No 3 (2012): October 2012 Vol 17, No 2 (2012): June 2012 Vol 17, No 1 (2012): February 2012 BIOTA Volume 17 Nomor 3 Tahun 2012 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 2 (2011): June 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 16, No 1 (2011): February 2011 Vol 15, No 3 (2010): October 2010 Vol 15, No 2 (2010): June 2010 Vol 15, No 1 (2010): February 2010 Vol 14, No 3 (2009): October 2009 Vol 14, No 2 (2009): June 2009 Vol 14, No 1 (2009): February 2009 Vol 13, No 3 (2008): October 2008 Vol 13, No 2 (2008): June 2008 Vol 13, No 1 (2008): February 2008 Vol 12, No 3 (2007): October 2007 Vol 12, No 2 (2007): June 2007 Vol 12, No 1 (2007): February 2007 Vol 11, No 3 (2006): October 2006 Vol 11, No 2 (2006): June 2006 Vol 11, No 1 (2006): February 2006 Vol 10, No 3 (2005): October 2005 Vol 10, No 2 (2005): June 2005 Vol 10, No 1 (2005): February 2005 Vol 9, No 3 (2004): October 2004 Vol 9, No 2 (2004): June 2004 Vol 9, No 1 (2004): February 2004 Vol 8, No 3 (2003): October 2003 Vol 8, No 2 (2003): June 2003 Vol 8, No 1 (2003): February 2003 More Issue