cover
Contact Name
Ary Wijayanto
Contact Email
412y.wija@gmail.com
Phone
+6281326177669
Journal Mail Official
selonding@isi.ac.id
Editorial Address
Gedung Lt.2 Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta Jl. Parangtritis km. 6,5 Sewon, Bantul Yogyakarta-55141
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
SELONDING
ISSN : 14121514     EISSN : 26859327     DOI : https://doi.org/10.24821/sl.v20i1
Focus & Scope Science: Organology-acoustics, Semiotics, Hermeneutic, Etnomusicology, Transcript, Composition of Ethnic music, Music Exploration, Anthropologi Music, Sosiology Music, Physics, Culture Assesment and Practice: Assesment of Ethnic music, Practice base Research, Practice led Research Ideas, Concept, Thoughts about music ethnic
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021" : 6 Documents clear
Kreativitas Barnawi dalam Musik Bundengan di Masyarakat Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah Ester Risnauly Berutu
SELONDING Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v17i2.3725

Abstract

Bundengan adalah sebuah alat musik dari Kabupaten Wonosobo berbahan dasar dari bambu. Alat musik bundengan lahir dari kreatifitas seniman karawitan saat sedang beristirahat menggembalakan bebek yang memodifikasi kowangan atau tudung miliknya menjadi sebuah alat musik, dia adalah Barnawi. Bagian dalam Bundengan terdapat 4 buah senar, jika dibunyikan akan menghasilkan suara seperti instrumen kethuk, kenong, kempul dan gong dalam gamelan Jawa.Alat musik ini dimainkan oleh satu orang. Jika dimainkan oleh dua orang, maka satu orang yang lain sebagai wiraswara. Memiliki banyak peminat dari berbagai kalangan bundengan pun mengalami perkembangan yang pesat, meskipun sempat mati suri karena meninggalnya Barnawi, alat musik bundengan bangkit kembali bersama Munir yaitu adik dari Barnawi yang berkerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Budayawan, maupun orang-orang yang menginginkan bundengan tetap lestari. Fungsi musiknya adalah sebagai pengungkapan emosional, hiburan, pengiring tarian dan kesinambungan budaya.
Musik Religi: Nilai ekstramusikal dalam Perspektif Komunikasi Supriyadi Supriyadi
SELONDING Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v17i2.6155

Abstract

Musik pada hakikatnya tidak hanya dipahami dari perspektif psikologi musik untuk menganalisis perilaku manusia; perilaku manusia yang disebabkan oleh aspek musik, yaitu melodi, harmoni, dan ritme, bukanlah satu-satunya cara untuk melihat kekuatan musik untuk mengubah perilaku manusia, di balik itu ada sudut pandang lain, yaitu analisis makna. Melalui kekuatan makna, musik religi dipandang mampu mengubah perilaku manusia berdasarkan teori komunikasi. Perubahan perilaku ini terjadi karena adanya hubungan personal antara manusia dengan yang transenden, bahkan hubungan ini memiliki makna yang lebih dalam dari musik itu sendiri. Perspektif komunikasi menunjukkan bahwa musik hanya sarana dalam tradisi  musik religi.
KHALIBANA : Karya Musik Absolut Sebagai Wujud Pesan Musik Puput Pramuditya; Daniel De Fretes
SELONDING Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v17i2.5877

Abstract

Musik memiliki persamaan dengan unsur bahasa, yaitu terdapatnya sebuah pesan dengan intonasi dan derajat ekspresi tertentu bagi pendengarnya. Dalam karya musik programa, pesan tersebut merupakan sebuah hal ekstramusikal dari sebuah peristiwa atau tokoh yang bertransformasi menjadi bunyi bagi pendengarnya. Berbeda dengan musik programa, pesan dalam musik absolut berasal dari musik itu sendiri yang akan bertransformasi menjadi persepsi-persepsi tertentu dalam pikiran pendengarnya. Karya musik ‘Khalibana’ berasal dari gagasan tentang fenomena pesan dalam musik absolut yang tidak menggiring pendengarnya menuju persepsi ekstramusikal tertentu sehingga kebebasan impresi menjadi kemerdekaan bagi pendengarnya. Karya musik ‘Khalibana’ disusun dengan pengolahan kontur nada sebagai pembentuk melodi utama karena kontur nada merupakan hal yang berkaitan erat dengan intonasi dalam bahasa. Karya ini dimainkan dengan formasi piano dan cello serta mempunyai 4 bagian yang berbeda satu sama lain.
Sampek Sebagai Pengiring Tari Pampaga Suku Dayak Kenyah Dalam Sajian Wisata Di Desa Pampang Samarinda Kalimantan Timur Muhammad Gilang Ramadhan
SELONDING Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v17i2.3714

Abstract

Musik Sampek di Desa Pampang, Samarinda, Kalimatan Timur biasanya dipertunjukkan sebagai pengiring tari-tarian yang bersifat hiburan seperti: Lembada Lasan, Nyelamasakai, Pepatay, Enggang Terbang, Hudoq, Ajai Piling, Anyam Tali, Pampaga dan Leleng. Diantara beberapa pertunjukan musik sampek sebagai pengiring tari-tarian penulis lebih tertarik kepada musik sampek sebagai pengiring Tari Pampaga karena selain terdapat pertunjukan musik sampek sebagai pengiring tari terdapat pula permainan tradisional bilah-bilah bambu yang menghasilkan bunyi-bunyian seperti hentakan irama yang tidak ditemukan pada pertunjukan musik sampek yang lain. Permainan musik sampek sebagai pengiring tari Pampaga saat ini dipertunjukkan secara rutin setiap hari Minggu sebagai sajian wisata. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui struktur musik sampek dan fungsi Musik Sampek sebagai pengiring Tari Pampaga serta musik sampek sebagai pengiring Tari Pampaga dalam sajian wisata. Metode penulisan adalah kualitatif, dengan pendekatan Etnomusikologis. Adapun teori yang digunakan yakni fungsi musik dalam tarian menggunakan teori Oha Graha, struktur musik menggunakan teori Jamalus dan fungsi musik sampek sebagai pengiring tari pampaga sebagai sajian wisata menggunakan teori R.M. Soedarsono.
GRUP ORKES GAMBUS DIAN UTAMA DI PEKON PADANG DALOM, KECAMATAN BALIK BUKIT, KABUPATEN LAMPUNG BARAT Fathan Maheswara
SELONDING Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v17i2.3729

Abstract

Grup Orkes Gambus Dian Utama adalah grup yang didirikan pada tahun 1980-an, grup ini sempat tenggelam pada kurun Tahun 1990-an akhir hingga 2017. Pada tahun 2017 Peratin atau Kepala Desa memanfaatkan anggaran Desa yang digelontorkan kepada Pekon Padang Dalom untuk membeli seperangkat alat musik Orkes Gambus beserta sound system.Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan penyajian serta melihat apakah kesenian orkes gambus khususnya Grup orkes Gambus Dian Utama yang sempat tenggelam karena tergerus kemajuan zaman masih memiliki fungsi dan nilai yang relevan terhadap kehidupan masyarakat Pekon Padang Dalom pada masa sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan empat aspek penelitian yaitu, objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnomusikologis. Penelitian ini akhirnya menemukan bahwa Grup Orkes Gambus Dian Utama adalah jenis musik ansambel yang memainkan lagu Sakheh dalam bentuk lagu dua bagian. Adapun fungsi Grup Orkes Gambus Dian Utama yang relevan dengan masyarakat Pekon Padang Dalom pada masa sekarang adalah sebagai media pengungkapan emosional, media hiburan, kesinambungan budaya, pengintegrasian masyarakat, Presentasi estetis, dan Respon Fisik.
MUSIK TURUNANI SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN MUSIK ETNIS DENGAN JUDUL MO’ELA Rangga Setiawan Monoarfa
SELONDING Vol 17, No 2 (2021): : SEPTEMBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sl.v17i2.3726

Abstract

Komposisi Mo’ela merupakan suatu bentuk karya musik etnis yang lahir dari tradisi lisan dan pola ritme rebana masyarakat Gorontalo. Kisah hidup Nabi Ayyub AS oleh masyarakat Gorontalo diterjemahkan ke dalam pola-pola ritmis rebana yang sampai sekarang masih dipakai khususnya dalam kesenian Turunani. Kisah Nabi Ayyub AS dengan pola-pola ritme rebana tesebut kemudian ditransformasikan ke dalam sebuah karya musik etnis. Penciptaan sebuah karya komposisi musik tentu memerlukan metode sabagai landasan guna mewujudkan sebuah bentuk karya seni yang ideal. Pada kesempatan ini metode yang digunakan mengacu pada teori Alma M. Hawkins. Teori ini sering digunakan dalam komposisi karya-karya seni sebelumnya, yang menjadi kitab suci di Jurusan Seni Tari. Namun demikian teori ini bisa diaplikasikan dalam penciptaan musik etnis. Adapun teori penciptaan ini meliputi ekplorasi, improvisasi dan pembantukan atau komposisi. Penyajian komposisi Mo’ela merupakan sebuah campuran antara instrumen etnis, barat dan olahan vokal. Selain itu juga diadopsi beberapa pola atau motif tabuhan dari rebana Gorontalo yang kemudian dikembangkan dengan teknik-teknik penggarapan musik. Bentuk penyajian yang ada dalam karya komposisi musik etnis Mo’ela mengacu pada kisah hidup Nabi Ayyub AS dan pola ritme rebana Gorontalo, secara garis besar terdapat tiga bagian suasana peristiwa dalam karya

Page 1 of 1 | Total Record : 6