cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Psikologika : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi
ISSN : 14101289     EISSN : 25796518     DOI : -
Core Subject : Education,
Psikologika - Journal of Discourse and Research on Psychology, publishes research and innovative ideas on psychology. Psikologika is published by Department of Psychology, Islamic University of Indonesia. Psikologikan coverage the fields on clinical psychology, educational psychology, developmental psychology, industrial and organizational psychology, social psychology, islamic psychology, and psychological testing. Psychology is published 2 times a year in January and July.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol. 25 No. 1 (2020)" : 14 Documents clear
Kebermaknaan Kerja dan Keterikatan Kerja: Sebuah Tinjauan Metaanalisis Rina Mulyati
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art3

Abstract

Keterikatan kerja merupakan keadaan pikiran dan perasaan (state of mind) terkait dengan pekerjaan yang bersifat positif ditandai dengan adanya semangat (vigor), pengabdian (dedication), dan penyerapan (absorption). Salah satu cara untuk meningkatkan keterikatan kerja karyawan adalah dengan menumbuhkan kebermaknaan (meaningful work) di tempat kerja. Studi korelasi antara keterikatan kerja dan kebermaknaan kerja sudah cukup banyak dilakukan, namun memil iki hasil yang bervariasi. Studi metaanalisis ini dilakukan untuk mengkaji hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di bidang organisasi dan bertujuan untuk mengetahui apakah kebermaknaan kerja dan keterikatan kerja secara konsisten berkaitan. Hasil metaanalisis terhadap 30 studi dengan total subjek sebanyak 11,794 menunjukkan bahwa kebermaknaan kerja berkorelasi positif dengan keterikatan kerja dengan nilai korelasi sebesar .475 setelah kesalahan sampling terkoreksi dan r = .562 setelah koreksi kesalahan pengukuran.Kata Kunci: kebermaknaan kerja, keterikatan kerja, metaanalisisMeaningful Work and Work Engagement: A Meta-Analysis StudyAbstract. Work engagement is a state of mind associated with positive work that is characterized by vigor, dedication, and absorption. One of the ways to increase employee work engagement is by growing meaningfulness at work. The correlation studies between work engagement and meaningful work have been done quite a lot, but have varied results. This meta-analysis study was applied to examine the results of research that have been conducted by researchers in the field of organization and aims to find out whether meaningful work and work engagement are consistently related. The results of a meta-analysis of 30 studies with a total of 11,794 subjects showed that meaningful work was positively correlated with work engagement with a correlation value of .475 after corrected sampling error and r = .562 after correction of measurement error.Keywords: meaningful work, meta-analysis, work engagementArticle History:Received 25 February 2020Revised 30 May 2020Accepted 30 May 2020
Pengambilan Risiko pada Mahasiswa Bekerja Anggun Tri Utami
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art9

Abstract

Kuliah sambil bekerja dapat menimbulkan perubahan dalam aktivitas belajar mahasiswa. Hal ini dapat berisiko terhadap aktivitas perkuliahannya. Setiap keputusan yang diambil pasti mengandung risiko. Ketidakpastian dari sebuah keputusan membuat sebagian individu tertarik untuk mengambil risiko. Individu yang mengambil risiko bertujuan mencapai hasil yang diinginkan tanpa menghiraukan risiko yang diperoleh dari keputusan yang diambil. Ketakutan akan kegagalan membuat individu enggan untuk mengambil risiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengambilan risiko pada mahasiswa yang bekerja. Desai n penel it i an ini yai tu deskript if kuanti tat if. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Subjek penelitian terdiri dari 100 mahasiswa yang bekerja, minimal semester 5 dan berusia 18 – 25 tahun. Metode pengambilan data menggunakan skala Pengambilan Risiko dengan analisis deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengambilan risiko pada mahasiswa bekerja pada kategori sedang sebesar 75%, yang berarti bahwa mahasiswa yang bekerja cenderung memilih pekerjaan yang memil iki kesulitan sedang dan telah memperhitungkan risiko yang akan diperoleh, sehingga keputusan yang dipilih dapat terselesaikan secara maksimal.Kata Kunci: mahasiswa yang bekerja, pengambilan risiko, risikoThe Risk Taking among Working College StudentsAbstract. Lecture while working can cause changes in student learning activities. It can be risky for the lecture activities. Every decision taken must contain risks. The uncertainty of a decision makes some individuals interested in taking risks. Individuals who take risk aim to achieve the desired results regardless of the risk obtained from the decisions taken. Fear of failure makes individuals reluctant to take risks. The purpose of this study was to determine the picture of risk taking on working students. The design of this research was quantitative descriptive. The sampling technique was used in this study was a purposive sampling. The subjects were 100 working students, minimum of five semester, from 18 – 25 years old. The data collection method used was a Risk Taking scale with descriptive analysis. The results of the analysis shows that risk taking on working students in the medium category by 75%, which means that working students tend to choose jobs that have moderate difficulties and have calculated the risks to be obtained, so that the decisions chosen can be resolved maximally.Keywords: risk, risk taking, working studentsArticle History:Received 22 November 2019Revised 7 June 2020Accepted 7 June 2020
Peran Optimisme dan Dukungan Sosial terhadap Integritas Ego pada Lanjut Usia Alfi Purnamasari; Ismira Dewi
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art5

Abstract

Pada usia lanjut, individu mengalami perubahan pada seluruh aspek perkembangan. Salah satu yang berpengaruh pada perkembangan psikososial lanjut usia adalah integritas ego. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan optimisme terhadap integritas ego pada lanjut usia. Subjek penelitian sebanyak 61 orang yang berusia lebih dari 60 tahun dan berdomisili di kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampl ing. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala Optimisme, skala Dukungan Sosial, dan skala Integritas Ego. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimisme dan dukungan sosial secara bersama-sama akan memengaruhi integritas ego pada lansia, optimisme juga memil iki pengaruh yang positif terhadap integritas ego, namun dukungan sosial tidak memberikan dampak apapun terhadap integritas ego apabila tidak disertai dengan optimisme yang tinggi.Kata Kunci: dukungan sosial, integritas ego, lansia, optimismeThe Role of Optimism and Social Support in Ego Integrity among ElderlyAbstract. In elderly phase, individuals experience changes in all aspects of development that affect psychosocial development, one of them is ego integrity. The study aims to determine the relationship between social support and optimism on ego integrity among elderly. The subjects were 61 people over 60 years old lives in Yogyakarta. The sampling technique used in this study was purposive sampling. The instruments used were Optimism scale, Social Support scale, and Ego Integrity scale. The data analysis technique used was regression analysis techniques. The result showed that optimism and social support together will affect ego integrity of the elderly, optimism also has a positive influence on ego integrity, but social support will not have any impact on ego integrity if it is not balanced with high optimism.Keywords: ego integrity, elderly people, optimism, social supportArticle History:Received 5 February 2020Revised 24 April 2020Accepted 30 May 2020
Gegar Budaya dan Motivasi Belajar pada Mahasiswa yang Merantau di Kota Makassar Cici Namira Basri; Andi Ahmad Ridha
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art1

Abstract

Kesulitan beradaptasi di lingkungan baru membuat mahasiswa perantau mengalami gegar budaya yang menyebabkan motivasi belajar mahasiswa menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gegar budaya dan motivasi belajar pada mahasiswa perantau. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Subjek penelitian ini adalah 66 mahasiswa perantau berusia 19 – 22 tahun di Universitas X yang berasal dari luar provinsi Sulawesi Selatan yang diperoleh dari sembilan fakultas yang ada di Universitas X. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala Gegar Budaya dan skala Motivasi Belajar. Hasil analisis data dengan uji korelasi Product Moment menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara gegar budaya dan motivasi belajar. Semakin tinggi gegar budaya yang dialami mahasiswa perantau maka semakin rendah motivasi belajarnya. Gegar budaya memiliki sumbangan efektif terhadap variabel motivasi belajar sebesar 5.80% dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini menunjukkan pentingnya meminimalisir gegar budaya agar dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa yang merantau.Kata Kunci: gegar budaya, mahasiswa rantau, motivasi belajarCulture Shock and Learning Motivation among Out-Migration’s Students in MakassarAbstract. Difficulty in adapting in new environments makes out-migration’s students experience culture shock that decrease students’ motivation to learn. This study aims to determine the relationship between culture shock and learning motivation in out-migration’s students. The method took a quantitative research. Samples were obtained using cluster random sampling technique. The subjects of this study were 66 out-migration’s students from 19 – 22 years old at X University from outside the Province of South Sulawesi, obtained from nine faculties at X University. Data collection was done using Culture Shock scale and Learning Motivation scale. The results of data analysis with Product Moment correlation test shows that there is a negative relationship between culture shock and learning motivation. The higher of the culture shock experienced by out-migration’s students, the lower the motivation to learn. Culture shock has an effective contribution to the learning motivation variable of 5.80% and the rest is influenced by other factors. This indicate the importance of minimizing culture shock in order to increase the learning motivation among out-migration’s students.Keywords: culture shock, motivation to learn, out-migration’s studentsArticle History:Received 17 October 2019Revised 18 April 2020Accepted 30 May 2020
Kepuasan Konsumen dan Intensi Pembelian Ulang Produk Kue Artis pada Mahasiswa Nindita Devirahma Hutami; Aditya Nanda Priyatama; Pratista Arya Satwika
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art6

Abstract

Inovasi produk dalam bidang kuliner terus berkembang di Indonesia. Salah satu bentuk inovasi tersebut adalah kue artis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan konsumen dan intensi pembelian ulang produk kue artis pada mahasiswa di salah satu universitas di Surakarta. Penel itian ini menggunakan purposive sampl ing dengan sampel sebanyak 450 mahasiswa yang memiliki dua kriteria, yaitu mahasiswa S1 aktif di salah satu universitas di Surakarta serta pernah membeli produk kue artis secara langsung di gerainya. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hipotesis diterima, sehingga terbukti ada hubungan yang signifikan antara kepuasan konsumen dan intensi pembelian ulang (p < .05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen, maka semakin tinggi pula niat konsumen untuk membeli ulang produk kue artis.Kata Kunci: kepuasan konsumen, intensi pembelian ulangCustomer Satisfaction and Repurchase Intention of Celebrity’s Cake Product among StudentsAbstract. Product innovation in culinary business always to grow in Indonesia. The celebrity’s cake product as an example of product innovation in culinary business. This study aims to determine the relation between customer satisfactions and repurchase intention of celebrity’s cake product on the students in one of universities in Surakarta. This study uses purposive sampling technique with 450 samples which has two criterions; undergraduate student in one of universities in Surakarta and has experienced of buying celebrity’s cake product by visiting the outlet. The hypothesis was accepted according to the result of the analysis, so that there was a significant relationship between customer satisfaction and repurchase intention (p < .05). The results showed that the higher the customer satisfaction, the higher the repurchase intention of celebrity’s cake product.Keywords: customer satisfaction, repurchase intentionArticle History: Received 29 September 2019Revised 30 May 2020Accepted 30 May 2020
Dukungan Sosial, Ketangguhan Pribadi, dan Stres Akulturasi Mahasiswa Nusa Tenggara Timur di Salatiga Jitro Jemryes Keo; Wahyuni Kristinawati; Adi Setiawan
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art2

Abstract

Penelitian yang berfokus pada pengaruh dukungan sosial dan ketangguhan pribadi (hardiness) terhadap stres akulturasi masih perlu dikaji lebih lanjut. Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh simultan dan parsial antara dukungan sosial dan ketangguhan pribadi terhadap stres akulturasi pada mahasiswa perantau asal Nusa Tenggara Timur (NTT) di Salatiga. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Stres Akulturasi, skala Ketangguhan Pribadi, dan skala Dukungan Sosial. Hasil pengumpulan data penelitian ini dianalisis menggunakan analisis regresi linier. Penelitian ini melibatkan 85 orang mahasiswa asal NTT. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa secara simultan, ketangguhan pribadi dan dukungan sosial berpengaruh terhadap stres akulturasi dengan nilai F = 5.32 dan tingkat signifikansi 0,007 (p < .05); tampak secara parsial, ketangguhan pribadi tidak berpengaruh terhadap stres yang ditunjukkan dari nilai t = -1.74 dan p > .05. Di sisi lain, dukungan sosial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap stres akulturasi yang ditunjukkan dari nilai t = -2.33 dan p < .05. Selanjutnya, berdasarkan analisis koefisien determinasi (R = .115), variabel ketangguhan pribadi dan dukungan sosial berpengaruh sebesar 11.50% terhadap stres akulturasi dengan sumbangan efektif variabel ketangguhan pribadi sebesar 4.39%, dukungan sosial sebesar 7.12%, dan sisanya sebesar 89.50% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil ini menunjukan bahwa dukungan sosial memiliki peran yang penting dalam menurukan stres akulturasi.Kata Kunci: dukungan sosial, ketangguhan pribadi, stres akulturasiSocial Support, Hardiness, and Acculturation Stress among East Nusa Tenggara’s Students in SalatigaAbstract. This research related to the influence between social support and hardiness on acculturative stress is still need to be examined further. The hypothesis of this study indicated that there was a simultaneous and partial influence between social support and hardiness on acculturative stress among overseas students from East Nusa Tenggara (NTT) in Salatiga. The data is collected by using Acculturation Stress scale, Hardiness scale, and Social Support scale as well as analyzed by linear regression analysis. This study involved 85 students from NTT. Statistical test results indicate that simultaneous hardiness and social support affect the acculturative stress with a value of F = 5.32 with a significance level of .007 (p < .05); and it appears that partially hardiness has no effect on stress as indicated by the value of t = -1.74 and p > .05. On the other hand, social support has a significant influence on acculturation stress as indicated by the value of t = -2.33 and p < .05. Furthermore, based on the analysis of the coefficient of determination (R = .115), hardiness and social support variables influence 11.50% on acculturative stress with an effective contribution of hardiness variables at 4.39%, social support at 7.12%, and the remaining 89.50% were influenced by other variables which were not examined in this study. The results indicate that social support contributed greater on acculturative stress compared to hardiness.Keywords: hardiness, social support, stress acculturationArticle History:Received 6 November 2019Revised 24 February 2020Accepted 30 May 2020
Welas Asih Diri dan Kesejahteraan Subjektif pada Remaja dengan Orang Tua Bercerai Ayulanningsih Ayulanningsih; Karjuniwati Karjuniwati
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art7

Abstract

Kesejahteraan subjektif merupakan elemen penting kesehatan mental pada remaja. Kesejahteraan subjektif yang tinggi pada remaja akan membantu pula dalam optimalisasi perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara welas asih diri dan kesejahteraan subjektif pada remaja dengan orang tua bercerai di kota Banda Aceh. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 40 orang remaja yang orang tuanya bercerai di kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah non-probabil ity sampl ing dengan teknik quota sampling dan snowball sampling. Hasil analisis data diuji dengan teknik korelasi Spearman. Hasil uji korelasi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar .348 dengan taraf signifikansi .028 (p < .05). Hal ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara welas asih diri dan kesejahteraan subjektif pada remaja dengan orang tua bercerai di kota Banda Aceh.Kata Kunci: kesejahteraan subjektif, remaja yang orangtuanya bercerai, welas asih diriSelf-Compassion and Subjective Well-Being in Adolescents with Divorced ParentsAbstract. Subjective well-being is one of the important elements of mental health in adolescents. A high level of subjective well-being among adolescents will help them to optimize their development. This research aims to determine the relationship between self-compassion and subjective well-being in adolescents with divorced parent in Banda Aceh city. The samples of this research were 40 adolescents with divorced parent in Banda Aceh city. This research used quantitative methods. The data, however, was revealed by using the method of non-probability sampling with quota sampling and snowball sampling technique. Output data analysis applied the Spearman correlation technique. The result of correlation test showed a correlation coefficient (r) by .348 with a significance level of .028 (p < .05). It means that there is a relation between self-compassion and subjective well-being among adolescent with divorced parent in Banda Aceh city.Keywords: adolescents with divorced parent, self-compassion, subjective well-beingArticle History:Received 20 December 2019Revised 30 May 2020Accepted 30 May 2020
Rantai Perilaku untuk Meningkatkan Keterampilan Memakai Baju Berkancing pada Anak Sindrom Down Rina Mirza; Salman Rizky; Rizki Ayu Wulandari; Rinda Ridanti Cryptia; Venny Kristia Sembiring; Juli Indah Wahyuni
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art4

Abstract

Sindrom Down memiliki keterlambatan dalam hal kemandirian, salah satunya adalah mengancing baju. Mengancing baju merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak dapat dihindari. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan memakai baju berkancing melalui penerapan rantai perilaku (behavior chains) dengan teknik forward chaining (penetapan urutan perlakuan mulai dari awal hingga target perilaku tercapai) pada anak sindrom Down di SLB-C di kota Medan). Subjek penelitian ini berjumlah empat orang anak sindrom Down (7 – 12 tahun) yang belum mampu mengancing baju secara mandiri. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen Small-N desain ABA. Pengaruh sebelum dan setelah diberikan intervensi diukur dengan menggunakan bantuan (prompt) sebagai dasar penilaian. Analisis keberhasilan efektivitas program menggunakan perbandingan data yang diperoleh dari hasil penilaian awal, intervensi, dan tindak lanjut. Terapi ini diberikan sebanyak 13 sesi. Hasil menunjukkan bahwa empat anak tersebut mampu untuk mengancing baju dengan menggunakan teknik forward chaining dari metode rantai perilaku. Setelah diberikan intervensi, maka terjadi peningkatan keterampilan memakai baju berkancing. Indikator dari peningkatan tersebut adalah dua anak mampu untuk mengancing baju tanpa bantuan dan dua anak lainnya mampu mengancing baju dengan sedikit bantuan instruksi secara verbal. Dengan demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa rantai perilaku dengan teknik forward chaining mampu meningkatkan keterampilan memakai baju berkancing pada anak sindrom Down.Kata Kunci: keterampilan, mengancing baju, rantai perilaku, sindrom DownBehavior Chains to Improve The Skill of Wearing Buttoned Clothes in Down Syndrome ChildrenAbstract. Down syndrome has a delay in terms of independence. one of which is buttoning a shirt. Buttoning of clothes is a daily activity which cannot be avoided. Therefore the purpose of this study is to improve the skills to wear buttoned clothes through the application of behavior chains in children with Down syndrome at SLB-C Medan. The subjects of this study were four children with Down syndrome (7 – 12 years) who have not been able to button his clothes. This study was used the ABA small-N experimental design. The effect of before-after intervention measured by using “prompt” as basis of assessment. The analysis of program effectiveness based on comparison obtained from baseline, intervention, and follow up. A therapy was given in 13 sessions. The results showed that the four children were able to button their clothes using the forward chaining technique (sequential steps for achieving targeted behavior) from the behavior chains method. After the intervention was given, there was an increase in the skills to wear buttoned clothes, where two children were able to button clothes without prompt and the other two children were able to button clothes with a verbal prompt. Therefore, the results of this study prove that behavior chains with forward chaining technique can improve the skill of wearing buttoned clothes for children with Down syndrome.Keywords: behavior chains, buttoning clothes, down syndrome, skillsArticle History:Received 5 November 2019Revised 1 February 2020Accepted 20 February 2020
Sikap dan Kontrol Perilaku: Kesediaan sebagai Mediator dari Sikap dan Peluang Mengemudi Agresif Thobagus Mohammad Nu'man; Neila Ramdhani
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art10

Abstract

Perilaku mengemudi agresif masih menjadi penyebab utama dari peristiwa kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran sikap dan kontrol perilaku yang dirasakan terhadap perilaku mengemudi agresif, dan kesediaan untuk mengemudi agresif. Penelitian ini melibatkan 96 responden mahasiswa berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang menggunakan kendaraan bermotor untuk aktivitas sehari-hari. Pengumpulan data menggunakan Aggressive Driving Behavior Scale (ADBS) (alfa = .846) dari Houston et al. (2003), skala Sikap terhadap Mengemudi Agresif (alfa = .814), skala Kontrol Perilaku yang dirasakan (alfa = .858) yang disusun peneliti dengan mengacu pada Theory of Planned Behavior (Ajzen & Fishbein, 2005), serta skala Kesediaan Mengemudi Agresif (alfa = .846). Hasil uji fit menunjukkan bahwa sikap dan kontrol perilaku yang dirasakan terhadap perilaku mengemudi agresif dimediasi oleh kesediaan untuk mengemudi agresif yang diperlihatkan dari kai kuadrat = .399 (p > .05), nilai RMSEA = .000 (</= .08), nilai GFI = .998 (> .90), dan nilai AGFI = .977 (> .90). Walaupun sikap secara signifikan memengaruhi perilaku mengemudi agresif, namun perannya menjadi lebih kuat apabila ada variabel kesediaan individu untuk mengemudi agresif.Kata Kunci: kesediaan, kontrol perilaku yang dirasakan, perilaku mengemudi agresif, sikapThe Attitude and Behavioral Control: Willingness as a Mediator of Attitudes and Opportunities on Aggressive DrivingAbstract. Aggressive driving behavior is still a major cause of catastrophic accident events. This study aims to determine the role of attitudes and perceived behavioral control towards aggressive driving behavior, and willingness to drive aggressively. The study involved 96 respondents who drived motorized vehicle for daily activities. Data collection used Aggressive Driving Behavior Scale (ADBS) (alpha = .846) from Houston et al. (2003), Attitude toward Aggressive Driving scale (alpha = .814), Perceived Behavioral Control scale (alpha = .858) compiled by researchers with reference to the Theory of Planned Behavior (Ajzen & Fishbein, 2005), and Willingness to Drive Aggressively scale (alpha = .846). The fit test results showed that the attitude and control of perceived behavior towards aggressive driving behavior was mediated by the willingness to drive aggressively as shown from chi-square = .399 (p > .05), RMSEA value = .000 (</= .08), GFI value = .998 (> .90), and AGFI value = .977 (> .90). Although the attitude significantly influences aggressive driving behavior, its role, however, becomes stronger when there was a variable in the willingness of individuals to drive aggressively.Keywords: aggressive driving behavior, attitude, perceived behavioral control, willingnessArticle History:Received 7 February 2020Revised 31 May 2020Accepted 31 May 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair Nailil Maslukiyah; Prasetio Rumondor
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 25 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol25.iss1.art8

Abstract

Konsep belajar yang diusung humanistik adalah memanusiakan manusia, dan lebih menekankan proses dari pada hasi l belajar. Penel i ti an i ni di lakukan untuk mengetahui pengimplementasian konsep belajar humanistik bagi siswa tahap operasional formal di SMK Miftahul Khair yang berada di bawah naungan pesantren. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi. Hal itu dilakukan untuk mengetahui validitas dan konsistensi data yang diperoleh. Adapun hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa strategi yang digunakan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran humanistik pada siswa, yaitu: (1) Memberikan respon positif terhadap siswa baik verbal maupun nonverbal, seperti menghargai siswa, memberikan apresiasi (misal pujian), berlaku adil, tersenyum, dan lain-lain; (2) Memberikan cerita inspiratif untuk menumbuhkan serta meningkatkan hasrat dan minat belajar siswa, di mana hal tersebut berdampak terhadap perubahan siswa (meliputi pengetahuan, sifat, dan perilaku siswa); (3) Pemilihan metode belajar yang tepat dan menyenangkan agar proses pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa; dan (4) Membuat siswa merasa nyaman dengan tidak memberikan ancaman atau kecaman terhadap siswa, sehingga siswa merasa bebas berekspresi dalam pembelajaran.Kata Kunci: belajar humanistik, sekolah menengah kejuruan, tahap operasional formalThe Implementation of Humanistic Learning Concept on Students with Formal Operational Stage at Miftahul Khair Vocational SchoolAbstract. The concept of learning which so called humanistic was humanizing human beings and emphasizes the process rather than learning outcomes. This research was conducted to determine the implementation of the concept of humanist learning for students in the formal operational stage at the Miftahul Khair’s Vocational High School under the auspices of the Pesantren. The study used a descriptive qualitative approach. The data collection, however, used semi-structured interviews and observations. it was done to determine the validity and consistency of the data obtained. The results stated that there were several strategies used by teachers in implementing humanistic learning in students, namely: (1) Giving positive responses to students both verbally and non-verbally such as respecting students, giving appreciation (ex: praise), acting fairly, smil ing, etc.; (2) Provide inspirational stories to foster and increase the desires and interest in student learning, where it has an impact on student change (including knowledge, nature, and behavior of students); (3) The selection of appropriate and fun learning methods so that the learning process becomes meaningful for students; and (4) Make students feel comfortable by not giving threats or criticism to students, so students feel free to express themselves in learning. Keywords: formal operational stages, humanistic learning, vocational high schoolArticle History:Received 31 January 2020Revised 20 April 2020Accepted 30 May 2020

Page 1 of 2 | Total Record : 14