cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia" : 11 Documents clear
Simulasi Perubahan Penggunaan Lahan Akibat Pembangunan Kawasan Industri Kendal (KIK) Berbasis Cellular Automata Muhammad Nur Sadewo; Imam Buchori
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.32272

Abstract

Kawasan industri Kendal (KIK) dikembangkan dengan luas mencapai 2.200 Ha di utara kecamatan kaliwungu diperkirakan menyerap hingga 500.000 tenaga kerja. KIK akan mengakselerasi pertumbuhan kota yang ditandai dengan proses urbanisasi dan konsumsi lahan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan prediksi penggunaan lahan tahun 2031 dengan adanya KIK di Kendal Timur. Pendekatan yang digunakan yaitu kuantitatif berbasis raster, dengan analisis proyeksi perkembangan lahan terbangun berdasarkan trend perubahan penggunaan lahan tahun 2005 – 2017 dan kebutuhan lahan akibat KIK. Model simulasi perubahan penggunaan lahan dengan model Cellular Automata (CA) dengan faktor pendorong meliputi faktor biofisik, sosial ekonomi, sarana prasarana, aksesbilitas dan ketetanggaan. Hasil penelitian menunjukkan KIK memiliki pengaruh yang kuat untuk mempercepat pertumbuhan kawasan perkotaan kaliwungu. Arah perkembangan Kendal Timur tahun 2031 dominan terjadi di kecamatan kaliwungu kemudian menyebar di kecamatan brangsong, kota Kendal, kaliwungu selatan dan ngampel dengan mengikuti pola perkembangan konsentris linier. Penggunaan lahan yang mengalami pertumbuhan tahun 2031 meliputi industri (2017,96 Ha), permukiman (1007,30 Ha), perdagangan dan jasa (271,39 Ha), dan gudang (18,76 Ha) yang diikuti terkonversinya lahan non terbangun yaitu tambak (1593,5 Ha), sawah irigasi (784,35 Ha kebun campuran (362,34 Ha), tegalan (361,65 Ha), tanah terbuka (145,5 Ha), sawah tadah hujan (66,71 Ha) dan hutan produksi (1,32 Ha).
Kajian Lahan Potensial untuk Budidaya Perikanan dari Citra Satelit di Pantai Timur Belitung Jonson Lumban-Gaol; Nyoman Metta N. Natih; Marlis Yulianto
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3687.108 KB) | DOI: 10.22146/mgi.33420

Abstract

Pemetaan lahan yang potensial untuk budidaya perikanan dilakukan melalui pemetaan topografi dan tutupan lahan dari citra satelit serta survei lapang di perairan pantai Timur Belitung.  Peta Topografi estimasi dari citra satelit mempunyai pola yang sama dengan hasil pengukuran terestris dimana ketinggian lahan semakin meningkat mulai dari garis pantai menuju daratan. Data hasil pengukuran topografi secara terestris lebih tinggi dari data topografi estimasi dari data satelit. Tipe pasut di perairan pantai Belitung timur adalah tipe tunggal. Data pasut ini digunakan menjadi acuan untuk pengukuran topografi secara terestris. Peta tutupan lahan hasil intrepretasi dari citra satelit diklasifikasikan menjadi kelas: hutan primer, hutan sekunder, belukar, rawa/air, lahan terbuka, permukiman dan galian tambang. Berdasarkan peta topografi, peta tutupan lahan dan data pasang surut maka lahan di wilayah kajian pesisir pantai Timur Belitung potensial dikembangkan untuk budidaya perikanan seluas 9.000 ha. ABSTRACT Mapping potential land for aquaculture was done through topography, and land cover mapping derived satellite imagery and field survey in the east coast of Belitung. Topographic data derived satellite, and terrestrial measurement shows that topographic patterns increase as we move from the coastal line to inland. Topographic data from the terrestrial measurement was higher than satellite estimations. The type of tide in the east coast Belitung’s is the diurnal type. Within this research, tidal data was used as a reference terrestrial topographic measurement.   Land coverage maps from satellite images were classified into primary and secondary forests, grove forests, marsh/water lands, open land, inhabited land, and mining areas. According to topographic, land cover map, and tide pattern it can be confirmed that the eastern coastal area of Belitung has the potential to be developed into an aquaculture fishery area of 9,000 ha.
Sistem aliran dan potensi airtanah di sebagian desa Sembungan ditinjau dari aspek kuantitas dan kualitas Melati Ayuning Putri; Anindya Arma Risanti; Kurniawan Andre Cahyono; Latifah Latifah; Novita Rahmawati; Roesdi Fitra Ariefin; Safira Prameswari; Wisnu Agung Waskita; Tjahyo Nugroho Adji; Ahmad Cahyadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.32297

Abstract

Desa Sembungan merupakan daerah recharge area dengan resapan air yang disuplai oleh banyak bukit di sekitarnya sehingga pola ruang airtanahnya difungsikan untuk arahan konservasi. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji potensi airtanah Desa Sembungan beserta sistem alirannya, mengingat airtanahnya yang juga dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai keperluan, seperti domestik, pertanian, dan wisata. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mengidentifikasi sistem aliran airtanah, (2) mengestimasi kuantitas airtanah, dan (3) menganalisis kondisi kualitas airtanah di  Desa Sembungan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan mengumpulkan data primer melalui metode sensus sumur dan mataair di Desa Sembungan. Lokasi sumur untuk pumping test metode slug test ditentukan dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan kondisi airtanah yang melimpah dan mengalir dari arah utara menuju barat daya yang merupakan lembah dengan mataair. Desa Sembungan memiliki nilai konduktivitas hidrolik sebesar 0.0196 m/hari, potensi airtanah dengan debit dinamis sebesar 726,24 liter/hari dan debit rata-rata mataair sebesar 1,15 liter/detik. Potensi lainnya berupa kualitas air sumur di permukiman dan mataair termasuk kategori aman untuk memenuhi kebutuhan domestik apabila dilihat dari parameter suhu, DHL, TDS, dan pH, karena hampir seluruhnya menunjukkan nilai sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. ABSTRACTSembungan Village is a recharge area that supplied by many hills around, so its pattern of groundwater reservoir should be functioned for conservation. Based on the fact that researchers interested in conducting research on groundwater potency and its flow system in Sembungan Village because the groundwater also used for many needs, such as domestic, agriculture, and tourism.  The purposes of this research are 1) to identify the groundwater flow system, 2) to estimate the quantity of groundwater, and 3) to analyze the groundwater quality in Desa Sembungan. The study used quantitative and qualitative approach by censused all wells and springs to collect the primary data. Purposive sampling used to determine the location of the pumping test with slug test method. The results showed that an abundant supply of groundwater flows from north to southwest, leading to a valley and springs. The hydraulic conductivity value in Desa Sembungan is 0.0196 m/day. Its potential groundwater as illustrated through debit from the dynamic method is 726.24 liters/day, and the average debit of five springs in the valley is 1.15 liters/s. Water quality in settlements and springs still quite safe for villager’s need, including domestic use. Almost all the value of temperature, conductivity, total dissolved solids, and pH were not meet quality standards that have been determined.
Kajian ekologis ekosistem mangrove untuk ekowisata di Bahowo kota Manado Herianto Tuwongkesong; Stevanus V Mandagi; Joshian N Schaduw
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.446 KB) | DOI: 10.22146/mgi.36329

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah Menginvestigasi kondisi ekologi ekosistem mangrove di Bahowo dan menganalisa kesesuaian lahan ekosistem mangrove sebagai kawasan ekowisata. Penelitian ini dilaksakan di Bahowo Kota Manado pada bulan November sampai Januari 2018. Metode yang digunakan adalah metode survey. Metode penetapan kesesuaian lahan adalah melihat skor dan pembobotan yang diperoleh dari setiap parameter yang di kaji yaitu ketebalan mangrove, kerapatan, jenis, pasang surut, objek biota, keunikan, keaslian dan keberadaan biota berbahaya. Untuk tutupan mangrove menggunakan metode hemysperical photography atau aplikasi image j. Dari hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa Rhysopora apiculata mendominasi jenis yang ada di Bahowo. Hasil analisis tutupan berdasarkan aplikasi image j menunjukkan bahwa tutupan mangrove di Bahowo tergolong padat dengan nilai diatas 75 %. Berdasarkan matriks kesesuaian untuk kategori ekowisata, ekosistem mangrove yang ada di Bahowo sangat sesuai untuk dijadikan kawasan ekowisata mangrove.ABSTRACTThe purpose of this research is to investigate the ecological condition of mangrove ecosystem in Bahowo and analyze the suitability of mangrove ecosystem area as ecotourism area. This research was conducted in Bahowo Manado City from November to January 2018. The method used was survey method. The method of determining the suitability of land is to see the score and weighting obtained from each parameter in the mangrove thickness, density, type, tidal, biota object, uniqueness, authenticity and existence of dangerous biota. For mangrove cover using hemispherical photography method or image application j. From the results of observations in the field is known that Rhizophora apiculata dominate the existing species in Bahowo. The result of cover analysis based on image j application shows that mangrove cover in Bahowo is categorized as solid with the value above 75%. Based on the suitability matrix for ecotourism category, the existing mangrove ecosystem in Bahowo is very suitable for ecotourism area of mangrove
Evaluasi kesesuaian lokasi bank BR di wilayah kantor cabang Setiabudi kota Bandung Moh Dendy Fathurahman
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2442.687 KB) | DOI: 10.22146/mgi.25811

Abstract

Penentuan lokasi Bank yang dapat dijangkau masyarakat dapat membantu dalam peningkatan perekonomian. Akan tetapi, lokasi Bank di Kota Bandung belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan kesesuaian lokasi Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank BRI di Wilayah Unit Kerja Cabang Setiabudi Kota Bandung dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Metode untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu observasi, pengukuran lapangan, geocoding, metode pengharkatan dan perengkingan serta yang terakhir adalah wawancara. Parameter yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah lokasi daerah industri, penggunaan lahan, daerah perdagangan, daerah pendidikan, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan kelas jalan. Berdasarkan hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa lokasi KCP Bank BRI di wilayah unit kerja Kantor Cabang Setiabudi baru yaitu KCP BRI Lembang, KCP BRI Cihampelas dan KCP BRI Surya Sumantri tidak seluruhnya mendapat klasifikasi sangat sesuai. Berdasarkan hasil overlay terdapat dua KCP yang mendapat kategori sangat sesuai yaitu KCP Cihampelas yang berada di wilayah kecamatan Coblong dan KCP Surya Sumantri yang berada di wilayah Sukajadi. Selanjutnya terdapat satu daerah lagi yang mendapat klasifikasi sangat sesuai apabila dibangun KCP BRI yaitu di wilayah kecamatan Sukasari, Akan tetapi di wilayah Sukasari terdapat Kantor Cabang BRI Setiabudi yang merupakan induk dari tiga KCPABSTRACT The determination of Bank locations that can be accessed by the community can help in improving the economy. Nowadays, Bank location in Bandung is not yet available in accordance with the needs of the community. The purpose of this study was to describe the suitability of the location of branch offices (KCP) Bank BRI in the Area Unit Setiabudi Branch Bandung using Geographic Information System Application. Method for collecting data in this research was observation, field measurement, geocoding, scoring, range, and interview. The parameters used in this research analysis were the location of the industrials area, lands use, trades area, educations area, populations, population density, and roads class. Based on analysis of Bank BRI KCP location determination using Geographic Information Systems concluded that KCP Bank BRI area in new Setiabudi unit branch office were KCP BRI Lembang, KCP BRI Cihampelas dan KCP BRI Surya Sumantri not all got the very appropriate classifications. Based on the results there were two KCP overlay that got very appropriate category KCP Cihampelas located in the districts of Coblong and KCP Surya Sumantri located in the district of Sukajadi. Furthermore, there was one more area that got very appropriate classification if built BRI KCP was namely in the districts of Sukasari. But in the area Sukasari BRI Branch Office Setiabudi which is the center of three KCP.
Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Komunitas di Desa Sembungan, Wonosobo, Jawa Tengah Sri Rahayu Budiani; Windarti Wahdaningrum; Dellamanda Yosky; Eline Kensari; Hendra S Pratama; Henny Mulandari; Heru Taufiq Nur Iskandar; Mica Alphabettika; Novela Maharani; Rizka Fitria Febriani; Yanti Kusmiati
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.55 KB) | DOI: 10.22146/mgi.32330

Abstract

Pembangunan pariwisata saat ini diarahkan kepada pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dengan pengembangan yang didasarkan atas prinsip pemberdayaan berbasis masyarakat. Salah satu desa yang potensial dikembangkan dengan prinsip-prinsip tersebut adalah Desa Sembungan. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk melihat potensi pengembangan wisata Desa Sembungan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui Desa Sembungan memiliki sumberdaya alam yang potensial, namun saat ini hanya dua objek wisata alam yang dikembangkan, yaitu Bukit Sikunir dan Telaga Cebong sehingga masih sangat mungkin untuk ditemukan objek wisata yang memiliki daya tarik. Desa Sembungan pada prinsipnya belum memenuhi prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan, sehingga perlu adanya pembenahan diberbagai aspek. Dilihat dari tujuh prinsip pembangunan pariwisata berbasis komunitas, maka Desa Sembungan masih belum memenuhi tujuh prinsip tersebut, sehingga diperlukan arahan strategi yang tepat untuk mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di Desa Sembungan. ABSTRACT Tourism development today is directed to achieve sustainable tourism development following the community-based empowerment principles. Sembungan village is one of the potential village to be developed with those principles. Qualitative research method is used for this research. The result shows that Sembungan village has potential natural resources, but unfortunately only two attractions are developed, they are sikunir hill and telaga cebong. There are more alluring tourism objects in Sembungan village that haven’t been explored. Sembunga village has not yet manage tourism activities based on sustainable tourism principles. Accordingly, there are many aspects that need to be fixed. Tourism management also has not achieved the seven community-based tourism developments principles. Sembungan village still needs more precise strategies and plans to force sustainable community-based tourism development.
Prioritas Pembangunan di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, Indonesia. Hayuning Anggrahita; Guswandi Guswandi; Nabila Dety Novia Utami
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2050.685 KB) | DOI: 10.22146/mgi.36626

Abstract

Kabupaten Kepulauan Meranti terletak berdekatan dengan Batam yang dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan yang disebut sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Pengembangan Batam tersebut diharapkan memberikan dampak sebar bagi wilayah sekitarnya (hinterland), khususnya Meranti. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak posisi Meranti tersebut terhadap pembangunannya. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor basis apa yang sebaiknya diprioritaskan untuk dikembangkan dan dimana sebaiknya sektor tersebut dikembangkan di Meranti. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis gravitasi dan location quotient. Selain itu, analisis spasial dilakukan untuk menentukan lokasi pengembangan sektor-sektor basis di Meranti. Kemudian, hasil tersebut dibandingkan dengan rencana pembangunan (RPJP dan RPJMD Kabupaten Meranti). Penelitian ini menemukan bahwa pengembangan Batam sebagai pusat pertumbuhan belum mampu memberikan dampak sebar signifikan bagi Meranti sehingga perlu di dikembangkan sektor basis berikut: transportasi dan pergudangan, pertanian, dan industri pengolahan.  
Post-suburbia dan Tantangan Pembangunan di Kawasan Pinggiran Metropolitan: Suatu Tinjauan Literatur Erie Sadewo; Ibnu Syabri; Pradono Pradono
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.681 KB) | DOI: 10.22146/mgi.32097

Abstract

Post-suburbia merupakan fenomena transformasi perkotaan yang banyak ditemui di berbagai tempat. Fenomena ini terjadi sejalan dengan proses dekonsentrasi dan desentralisasi pekerjaan ke kawasan suburban yang menyusul populasi, sehingga menjadikan pusat kota kehilangan pengaruhnya. Tulisan ini dimaksudkan sebagai tinjauan terhadap berbagai literatur mengenai diskursus post-suburban dari sudut pandang filosofis. Selain itu, diberikan juga konteks perkembangannya di Indonesia, serta tantangan yang dihadapi oleh riset mengenai post-suburban kedepannya. Yaitu terkait dengan keberlanjutan perkotaan, apakah post-suburbia menghasilkan pembangunan yang tidak saja lebih ramah lingkungan, namun juga lebih baik secara ekonomi maupun sosial.ABSTRACT Post-suburbia is a well spread urban transformation phenomenon which could be seen in many places. This phenomenon occurs along with the employment deconcentration and decentralization process following the population towards the suburban area. Such a process makes the urban core losing its influence. This paper aimed as a literature review of post-suburban discourse from a philosophical perspective. Moreover, we also discuss its development in the Indonesian context and several possibilities of its research challenge in the future. Such as its relation with urban sustainability, whether post-suburbia would produce more not only environmental friendly development but also in economic and social aspect.  
Aplikasi object-based image analysis untuk identifikasi awal permukiman kumuh menggunakan Citra satelit worldview-2 Prima Widayani
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4110.241 KB) | DOI: 10.22146/mgi.32306

Abstract

Permukiman kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.  Tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat, (UU No.1 Tahun 2011). Permukiman kumuh banyak ditemukan di kota-kota besar termasuk di sebagian Kota Yogyakarta, karena tidak layak dari sisi keaman, kesehatan dan tidak sesuai dengan tata ruang kota, maka perlu penanganan kawasan permukiman kumuh ini. Sebagai upaya penanganan kawasan kumuh, dibutuhkan pemantauan kawasan permukiman kumuh secara berkelanjutan, sehingga perlu suatu identifikasi cepat untuk membantu pemetaan kawasan kumuh. Penelitian ini bertujuan untuk  identifikasi awal permukiman kumuh menggunakan pendekatan Object Base Image Analysis (OBIA) serta menguji kemampuan interpretasi OBIA dalam melakukan pengenalan permukiman kumuh berdasarkan ciri fisik permukiman. Data yang digunakan berupa Citra Satelit Worldview-2 tahun perekaman 2016, data kawasan kumuh Kota Yogyakarta dari program KOTAKU Yogyakarta, dan data survey lapangan. Alat yang digunakan berupa GPS, computer yang dilengkapi dengan software Ecognition, ENVI dan ArcGIS.10.2. Langkah pertama yang dilakukan sebelum menjalankan proses OBIA adalah mengenali karakteristik permukiman kumuh baik dari studi literatur, perundang-undangan maupun pengamatan lapangan. Berdasarkan studi sebelumnya dapat disusun aturan/kunci interpretasi untuk mendeteksi permukiman kumuh. Hasil identifikasi awal permukiman kumuh menggunakan OBIA dapat dilakukan berdasarkan analisis pola permukiman, kondisi jalan, tekstur, vegetasi dan jarak dengan sungai. Identifikasi permukiman kumuh di wilayah pinggiran sungai berdasarkan kondisi fisik permukiman menggunakan citra Wordview-2 mengasilkan ketelitian sebesar 82,14%.  Ketelitian ini dapat dikatakan baik sehingga kedepannya diharapkan dapat membantu identifikasi awal dalam rangka pemetaan permukiman kumuh terutama di wilayah pinggiran sungaiABSTRACTSlums are housing that have decreased the quality of function as dwellings. Uninhabitable due to building irregularities, high levels of building density, and the quality of buildings and facilities and infrastructure that do not meet the requirements, (Act No.1 of 2011). Slum settlements are found in large cities including in parts of Yogyakarta City, because they are not feasible in terms of security, health and are not in accordance with the urban spatial structure, it is necessary to deal with these slums. As an effort to deal with slum areas, it is necessary to monitor slum areas in a sustainable manner, so that a quick identification is needed to assist in mapping the slums. This study aims to initial identification of slums using the Object Base Image Analysis (OBIA) approach and to test the ability of OBIA's interpretation of the introduction of slums based on physical characteristics of settlements. The data used are recording Worldview-2 years Satellite Image 2016, data from Yogyakarta City slum area from Yogyakarta KOTAKU program, and field survey data. The tools used in the form of GPS, computers equipped with Ecognition, ENVI and ArcGIS software.10.2. The first step taken before carrying out the OBIA process is to recognize the characteristics of slums both from literature studies, legislation and field observations. Based on previous studies, rules / key interpretations can be prepared to detect slums. The results of the initial identification of slums using OBIA can be done based on the analysis of settlement patterns, road conditions, texture, vegetation and distance to the river. Identification of slums in the riverside area based on the physical conditions of settlements using Wordview-2 imagery resulted in accuracy of 82.14%. This accuracy can be said to be good so that in the future it is expected to be able to help initial identification in the framework of mapping slum settlements, especially in the riverside areas 
Peran masyarakat dalam pengelolaan ekominawisata pulau Lusi, kabupaten Sidoarjo Yanelis Prasenja
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1034.919 KB) | DOI: 10.22146/mgi.28695

Abstract

Potensi dan keunikan sumber daya alam pada kawasan ekosistem mangrove di Pulau Lusi jika dikelola dengan baik dapat memiliki peran yang signifikan dalam pengembangan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan masyarakat kawasan Pulau Lusi. Pulau Lusi merupakan pulau buatan yang dibentuk sebagai solusi dari penanganan endapan sedimen di Muara Sungai Porong akibat dari semburan panas yang dialirkan ke laut melalui Sungai Porong. Saat ini Pulau Lumpur dimanfaatkan sebagai lahan untuk menambah luasan ekosistem mangrove di muara dan perikanan budidaya dengan sistem wanamina (Silvofishery). Ekominawisata merupakan salah satu pemanfaatan ekosistem mangrove dan tambak wanamina dengan pendekatan edukasi dan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Selain itu, ekominawisata ini secara langsung memiliki manfaat pelestarian alam dan lingkungan. Pengelolaan ekominawisata di Pulau Lusi tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan akan tetapi diperlukan peran serta masyarakat di kawasan Pulau Lusi untuk mencapai kelestarian ekosistem mangrove dan kesejahteraan masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk menilai potensi ekominawisata di Pulau Lusi. Metode yang digunakan adalah gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data berupa kuesioner, wawancara, observasi, kajian literatur dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) sumber daya alam di Pulau Lusi sesuai untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai kawasan ekominawisata, dan 2) adanya partisipasi masyarakat melalui kelembagaan swadaya masyarakat menjadi modal utama dalam upaya pengelolaan dan pengembangan ekominawisata Pulau Lusi.ABSTRACTPotential and uniqueness of natural resources in Sidoarjo Mud Island mangrove ecosystem area have a significant role in community economical, socio-cultural and environmental development if it’s managed properly. Sidoarjo Lumpur Island is an artificial island created as a solution to the handling of sediment deposition in Porong River Estuary as a result of the mudflow which flowed into the sea via the Porong River. Lumpur Island is currently utilized as a habitat for mangrove ecosystem extension as well as a site for aquaculture with wanamina system (silvofishery). Ecofisherytourism is a way to utilize mangrove ecosystem for ponds silvofishery based on the educational and economic approach to achieve the welfare of society. Also, eco-fisherytourism has a direct benefit of preserving nature and the environment. Eco-fisherytourism management in SidoarjoMud Island not only becomes government responsibility particularly Ministry of Marine Affairs and Fisheries but also becomes community responsibility to participate and to achieve sustainability of mangrove ecosystem and community welfare. The objective of this study is to assess the potential of ecotourism in Sidoarjo mud flat. The method used is a combination of quantitative and qualitative methods. Data collection by using questionnaires, interviews, observation, literature review and documentation. The result of the research shows that 1) natural resources in Sidoarjo Mud Island are suitable to be developed and to be utilized as an eco-tourism area, and 2) the participation of community through self-supporting institution have become the main capital in managing and developing Sidoarjo Mud Island eco-fisherytorism.

Page 1 of 2 | Total Record : 11


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue