cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. garut,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Konstruksi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 347 Documents
ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT) Yaumil Wahdan; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 12 No 1 (2014): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.59 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.12-1.273

Abstract

Salah satu ruas jalan yang tinggi aktivitasnya di Kabupaten Garut adalah Jalan Siliwangi. Jalan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pelayanan akses tetapi dijadikan pula sebagai fungsi mobilitas sebagai tempat parkir pada badan jalan (on street parking). akibatnya dapat menimbulkan permasalahan lalu lintas pada kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik parkir dan kebutuhan parkir serta mengetahui dampaknya terhadap lalu lintas. Data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder dengan metode pengumpulan data pencatatan langsung nomor polisi kendaraan yang masuk dan keluar di lokasi studi pada 3 interval waktu, jam 07.00-09.00, 11.00-13.00, 15.00-17.00 dalam jangka waktu 3 hari yaitu, Minggu, Senin, dan Kamis. Hasil kajian menjelaskan bahwa, selama penelitian volume puncak tertinggi kendaraan ringan sebanyak 43 kendaraan dan sepeda motor 439 kendaraan dengan akumulasi maksimum 184 kendaraan. Durasi parkir maksimum kendaraan ringan 1,448 jam/kendaraan dengan parking turnover 2,182 mobil/petak dan sepeda motor 1,017 jam/kendaraan dengan parking turnover 4,722 motor/petak. Kapasitas parkir maksimum kendaraan ringan sebanyak 28 petak dan sepeda motor 123 petak. Indeks parkir maksimum kendaraan ringan sebesar 434,36%, dan untuk sepeda motor 944,33%. Jumlah petak parkir yang diperlukan yaitu 25 petak parkir kendaraan ringan dan 135 petak parkir sepeda motor, dan dampak yang ditimbulkannya yaitu pengurangan kapasitas ruas jalan dan kemacetan.
ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN Dedi Mulyono
Jurnal Konstruksi Vol 12 No 1 (2014): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (847.35 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.12-1.274

Abstract

Air merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan makhluk hidup di dunia ini. Ketersediaan air merupakan sesuatu yang sangat vital bagi kehidupan umumnya dan manusia khususnya. Berdasarkan dinamika siklus hidrologi salah satu sumber air utama adalah hujan.Ketersediaan air secara alami dalam skala global adalah tetap, hanya terjadi, variasi baik terhadap ruang maupun waktu pada skala regional.Berdasarkan studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan elevasi topografi.Analisis karakteristik curah hujan yang ada di wilayah Cikajang dan Bungbulang untuk perencanaan bidang sumber daya air seperti bendung, irigasi, pola tanam tanaman padi, dan juga untuk perencanaan drainase.Data curah hujan yang ada adalah curah hujan harian sehingga dalam perhitungan intensitas curah hujan yang dipakai untuk perencanaan drainase adalah dihitung dengan cara Mononobe, dengan berbagai kala ulang. Sedangkan kala ulang yang diperhitungkan untuk perencanaan drainase biasanya kala ulang 5 tahunan.
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL CISUMDAWU (STUDI KASUS: DEVELOPMENT OF CILEUMYI-SUMEDANG DAWUAN TOLL ROAD PHASE I) Andi Setiawan; Eko Walujodjati; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 12 No 1 (2014): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.5 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.12-1.282

Abstract

Jenis kontrak yang secara umum digunakan dalam proyek konstruksi salah satunya adalah Kontrak Gabungan Lump Sum dan Unit Price. Kontrak tersebut merupakan pengembangan dari Sistem Kontrak Harga Tetap (Lump Sum) dan Sistem Kontrak Harga Satuan (Unit Price), kedua tipe kontrak tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dijadikan bahan pertimbangan oleh kontraktor untuk menentukan tindakan dalam mengatasi risiko. Penelitian ini mengambil sampel yaitu proyek dengan sistem kontrak gabungan lump sum dan unit price pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu (Development of Cileunyi - Sumedang - Dawuan Toll Road Phase I). Analisa risiko dilakukan dengan menstrukturisasi risiko menggunakan metode RBS (Risk Breakdown Structure) kemudian mengalikan nilai dampak dan frekuensi untuk mendapatkan nilai tingkat risiko pada tiap faktor risiko. Hasil analisis yang didapat dari RBS, dianalisa lebih lanjut berdasarkan pengalaman empiris pelaksana proyek untuk mengetahui tindakannya dalam mengatasi risiko, kemudian kemudian dianalisa dan dibahas lagi menggunakan tabel perbandingan jumlah risiko, perbandingan tingkat kepentingan risiko (importance level) dan tingkat risiko berdasarkan sistem pembayaran. Hasil yang didapat dari penelitian ini yaitu jenis risiko dan tingkat risiko pada tiap tahapan proyek untuk proyek dengan sistem kontrak gabungan lump sum dan unit price juga tergantung pada jenis pekerjaan, lokasi proyek, kompleksitas pekerjaan dan tingkat kemampuan (pengalaman) kontraktor, bukan hanya pada tipe kontrak yang digunakan. Selain itu berdasarkan tingkat kepentingan (importance level) tiap jenis pekerjaan, membuktukan bahwa belum tentu proyek dengan sistem gabungan lump sum dan unit price memiliki tingkat risiko lebih rendah daripada proyek dengan sistem kontrak yang lain. Sedangkan berdasarkan sistem pembayaran, Proyek Jalan Tol Cisumdawu menggunakan sistem pembayaran termin progress payment. Menurut hasil wawancara , ada dua tipe sistem pembayaran termin yaitu monthly payment dan progress payment, secara umum sistem pembayaran progress payment lebih berisiko dibandingkan dengan sistem pembayaran monthly payment, namun itu semua kembali lagi kepada integritas kedua belah pihak yaitu antara kontraktor dan pemilik proyek (owner). Hal yang membedakan penangnan risiko pada setiap tahapan proyek dengan sistem kontrak gabungan lump sum dan unit price adalah antisipasi terhadap harga pasar/nilai tukar rupiah.
ANALISA DAERAH RAWAN BANJIR MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PULAU BANGKA) Hendi Hamdani; Sulwan Permana; Adi Susetyaningsih
Jurnal Konstruksi Vol 12 No 1 (2014): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (951.967 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.12-1.283

Abstract

Pemetaan daerah rawan banjir merupakan salah satu cara pengendalian banjir secara non-struktural. Analisa daerah rawan banjir pada penelitian ini menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan tiga parameter yaitu (1) Curah Hujan, (2) Kelerengan dan (3) Penggunaan Lahan. Analisa curah hujan menggunakan metode Gumbel menghasilkan curah hujan rencana periode ulang 25 tahun adalah 157,302 mm, ini termasuk dalam kategori rendah di wilayah Indonesia, dan metode Isohyet menghasilkan penyebaran curah hujan/daerah tangkapan air (DTA). Dari analisa kelerengan diperoleh 98,96% wilayah Pulau Bangka terletak pada dataran rendah (pada tingkat kelerengan 0-8%) artinya berada pada daerah yang rawan banjir. Analisa penggunaan lahan diketahui jenis tutupan lahan paling besar di Pulau Bangka berupa hutan sekunder (42%) dimana lebih tinggi dari hutan primer (27%), hal ini sangat berbahaya karena hutan sekunder cenderung mudah beralih fungsi. Hasil analisa semua parameter dibandingkan dan diberi bobot menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) matriks Pairwise Comparison. Diperoleh nilai bobot untuk penggunaan lahan adalah 0,87, hujan 0,27 dan kelerengan 0,08. Seluruh hasil analisa digabung menggunakan metode Overlay Intersection pada ArcGIS10.1 untuk menghasilkan peta daerah rawan banjir berdasarkan 3 parameter yang digunakan. Diperoleh 17,76% daerah di Pulau Bangka adalah rawan banjir, 6,98% daerah paling rawan banjir dan 18,88% daerah terancam banjir.
ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT TERHADAP PELAKSANAAN PROYEK KONTRUKSI DI KABUPATEN GARUT (STUDI KASUS LINGKUP PEKERJAAN UMUM KABUPATEN GARUT) Ratu Mafas Sukma Laras; Agus Ismail; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (514.429 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.284

Abstract

Proses pengadaan barang/jasa dalam proyek kontruksi pemerintah perlu diadakannya perubahan dari proses tender manual (Keppres No 80 Tahun 2003) menjadi proses tender E-Procurement menimbang bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah yang efisien, terbuka dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan barang/jasa yang terjangkau dan berkualitas sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik (Perpres No 54 Tahun 2010). Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif. Studi kasus dilakukan terhadap proyek kontruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Garut yang meliputi Dinas Bina Marga, Distarkim, dan Dinas SDAP (Sumber Daya Air dan Pertambangan) dengan isntrumen penelitian wawancara dan kuesioner kepada responden sebagai penyedia jasa, pengguna jasa dan panitia lelang. Hasil dari penelitian ini adalah lelang E-Procurement yang berdasarkan kepada Perpres No 54 Tahun 2010 lebih baik dibandingkan dengan lelang manual yangberdasarkan Keppres No 80 Tahun 2003
ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Andi Juhana; Sulwan Permana; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1775.142 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.285

Abstract

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di Daerah Irigasi akan terpenuhi walaupun Daerah Irigasi tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Dalam perencanaan suatu sistem irigasi hal pertama yang perlu dikerjakan adalah analisis hidrologi termasuk mengenai kebutuhan air di sawah (GFR), Kebutuhan air pengambilan (DR), Kebutuhan bersih air disawah (NFR) juga faktor ketersediaan air, dimana jumlah kebutuhan air akan dapat menentukan terhadap perencanaan bangunan irigasi. Dari hasil analisis perhitungan diketahui kebutuhan air untuk luas areal 100 Ha, debit air yang ada pada musim tanam dimusim kemarau sebesar 0.97 lt/dt/Ha, sedangkan kebutuhan air sebesar 1.13 lt/dt/Ha. Dari kedua rencana tersebut kebutuhan air untuk luas areal 100 Ha, debit air yang ada pada musim tanam dimusim penghujan sebesar 1.22 lt/dt/Ha sebanding dengan kebutuhan air di sawah. Alternatif lain agar air yang tersedia bisa mencukupi untuk kebutuhan pertanian diantaranya, penggunaan salah satu sistem yaitu sistem golongan atau sistem gilir , penggantian lapisan air disesuaikan dengan air yang ada dan penggunaan air untuk kebutuhan pertanian di luar saluran irigasi Bendung Bangbayang (saluran irigasi alternatif).
ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PADA PONDASI TELAPAK, BOR PILE DAN TIANG PANCANG DENGAN DAYA DUKUNG YANG SAMA Ginsa Rustira; Eko Walujodjati
Jurnal Konstruksi Vol 13 No 1 (2015): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.479 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.13-1.286

Abstract

Konstruksi bangunan terdiri dari dua bagian yaitu bangunan atas (upper structures) dan elemen bangunan bawah (sub structures). Bangunan bawah menyalurkan gaya-gaya bangunan atas ketanah pendukung. Pondasi bangunan dapat didefinisikan sebagai suatu konstruksi yang mampu mendukung beban bangunan struktur atas, sehingga stabilitas tanah yang dihasilkan dan deformasi yang diperkirakan masih dapat ditolerir.(Bowles, 1988) Pondasi telapak (foot plate) termasuk dalam pondasi dangkal. Pondasi telapak didefinisikan sebagai pondasi yang mendukung struktur secara langsung pada tanah pondasi, digunakan bilamana terdapat lapisan tanah berkualitas baik yang cukup tebal letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan tanah (sekitar 2,0 sampai 3,0 meter). Pondasi Bor Pile termasuk dalam kelompok pondasi dalam atau identik sebagai pondasi tiang yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan modulus elastisitas tanah akibat pererakan tiang. Pondasi bor pile (top pile) yang terdapat di bawah poer ( file cap) sebagai tumpuan kolom. Daya dukung pondasi bor pile ditentukan dari tahanan ujung (end bearing) dan tahanan gesekan selimut (skin friction). Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ketanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu.Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ketanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Persaingan yang semakin kompetitif menurut optimasi teknis dan biaya antara pondasi telapak, pondasi bor pile dan tiang pancang. Analisis yang akan dilakukan terhadap berbagai variasi: diameter tiang, kedalaman tiang, jumlah tiang, dimensi pile cap dan kondisi tanah. Perkiraan biaya konstruksi pondasi telapak dan pondasi bor pile ini mengikuti biaya-biaya pembangunan proyek secara umum, yaitu biaya material, biaya peralatan, biaya transport, biaya tenaga kerja, biaya tetap (overhead cost), biaya pajak dan lain-lain. Total Biaya Pondasi Telapak  = Rp. 3.558.983. Total Biaya Pondasi Bor Pile = 6.882.450 + 2.425.474 = Rp. 9.307.924.Biaya Pondasi Tiang Pancang, Total biaya pemancangan 50 titik = Rp. 251.500.000,- jadi Total biaya pemancangan per titik = Rp. 5.030.000,-
ANALISIS BIDANG KERN PADA PROFIL BAJA RINGAN Eko Walujodjati
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.492 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.293

Abstract

Material Baja Ringan sudah banyak diaplikasikan terutama untuk rangka atap bangunan. Sambungan antar batang baja ringan menyalurkan gaya normal yang terjadi akibat beban beban yang ada berupa gaya tarik dan gaya tekan sebagai gaya gaya yang terjadi pada sistem rangka batang (Truss). Analisis Tegangan dalam Bidang Kern pada penampang profil Baja Ringan yang tidak simetris ini perlu dilakukan untuk melihat kekuatan dari pada material Baja Ringan. Profil Baja Ringan adalah material baja tipis dengan kekuatan tarik yang tinggi memungkinkan dimanfaatkan sebagai elemen struktur dengan kebutuhan melayani beban tarik dan beban tekan. Bidang Kern adalah suatu daerah dengan titik titik gaya normal berada dimana tegangan yang terjadi pada penampang tersebut adalah sejenis. Beban Normal Eksentris adalah beban normal yang bekerja diluar titik berat penampang. Analisis tegangan yang dilakukan sama dengan analisis tegangan pada beban sentris dan momen lentur yaitu σ = P / A ± Me . y / Ix. Momen tahanan Wax = Ix / y, Wbx = Ix / y, momen inersia Ix = 1/12. b.h3 + b.h.y2 Wkr y = Ix / c, Wkn y = Ix / y, batas atas sumbu x Ka x = Wbx / A, batas bawah sumbu x Kb x = Wax / A, batas kiri sumbu y Kkr y = Wkn y / A, batas kanan sumbu y Kkn y = Wkr y /A. Dari analisis yang sudah dilakukan diperoleh bidang kern yang tidak jauh berbeda dengan profil penampang bentuk C pada umumnya, yaitu Ka x = 25,29 mm Kb x = 25,29 mm Kkr y =18,775 mm Kkn y = 7,559 mm. Perbedaan mencolok diperoleh nilai Kkr y atau batas sebelah kiri dari sumbu y yang lebih jauh dibanding pada bentuk C. Hal ini dikarenakan adanya luasan tambahan dari bentuk kait pada profil tersebut.
PENGENDALIAN BANJIR PADA SISTEM DRAINASE SUB DAS CIOJAR CIMANUK KIRI Erwin Nadinoor; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.573 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.304

Abstract

Perencanaan dan pelaksanaan pembuatan jalan telah lama menyadari bahwa kehadiran air di dalam dan disekitar badan perkerasan jalan akan mempercepat turunnya kekuatan/kehancuran jalan, setiap alur drainase baik darainase jalan maupun drainse perumahan hendaknya terdapat canal/saluran pembuangan yang mengarahkan aliran ke sungai yang lebih besar. Pengendalian banjir ini dilakukan peninjauan terhadap data existing dilapangan dengan memperhitungkan rumus-rumus perhitungan yang ada. Adapun langkah langkah pengendalian banjir ini dilakukan dengan cara menganalisis data curah hujan dan data penduduk kabupaten garut. Untuk perencanaan hidraulis saluran rumus yang digunakan adalah rumus Strickler  yaitu Q  = K . R 2/3 .I 1/2 . F  dimana kesimpulan dari hasil perhitungan tersebut sebagai berikut : Debit Rencana Q = 0,214 m³ / det, Kecepatan Air Disaluran V = 0,54 m / det, Lebar Saluran = 2 m, Tinggi Air Disaluran h = 0,2 m, Kemiringan Saluran I = 0.0018, Kekasaran Saluran K = 42.50, Kemiringan Talud Saluran m = 0 (Tegak). Hasil dari perhitungan pengendalian banjir yang telah dianalisis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penerapan prinsif-prinsif dalam pengendalian banjir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadinya banjir bukan karena faktor alamiah saja tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor manusia, sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan alam dan keadaan manusia dalam mengendalikan banjir saling berkaitan.
ANALISIS OPERASIONAL WADUK IR.H.DJUANDA Tintin Kartini; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.78 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.330

Abstract

Waduk serbaguna Jatiluhur dengan kapasitas penampungan sebesar 3.000 juta m3, yang diselesaikan dalam tahun 1967, memberikan berbagai manfaat sebagai berikut: (1) Penyediaan air minum, (2) Penyediaan air irigasi (3) Pembangkitan tenaga listrik (4) Pengendali terjadinya banjir. Permasalahan seringkali terjadi muncul, sehingga tata kelola dan pengaturan distribusi air perlu dianalisis.Dalam studi ini, analisis hanya mencakup menganalisis fungsi operasional waduk sebagai penyedia air irigasi, air baku, PLTA dan kondisi hidrologi waduk. Kapasitas tampungan Waduk Ir.H.Djuanda pada TMA normal 2448 juta m3. Tingkat laju sedimen rata-rata dari tahun 1995-2000 sebesar 0,43 m/tahun. Ketersediaan air rata-rata tahunan Waduk Ir.H.Djuanda 6144 juta m3/tahun. Limpasan air Tahun 2014 hanya terjadi di bulan April-Juli 2014, dan limpasan terbesar terjadi pada tanggal 25 bulan April 2014 dan ada pada ketinggian TMA 108,05 mdpl. Kebutuhan air rata-rata bulanan di hilir Waduk Ir.H.Djuanda adalah 373,445 juta m3/bulan, dan untuk kebutuhan air rata-rata tahunan adalah sebesar 6026,308 juta m3/tahun. Semakin besar air keluar melalui Turbin maka semakin besar pula Produksi Listrik yang dihasilkan. Air yang keluar dimaksimalkan keluar melalui turbin agar dapat menghasilkan energi listrik. Tidak ada skala prioritas dalam pembagian air terutama pada musim kemarau.

Page 3 of 35 | Total Record : 347