cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Mahsiswa Fakultas Ilmu Budaya.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 9 (2014)" : 14 Documents clear
PRODUSER SEBAGAI PEMILIK KEKUASAAN DALAM INDUSTRI MUSIK PADA ANIME BECK KARYA SUTRADARA OSAMU KOBAYASHI PERMANA, GIRINDRA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.987 KB)

Abstract

Kata Kunci: Anime, Beck, Marxisme, Produser, Kekuasaan, Industri MusikMusik adalah salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari hidup manusia. Saat ini banyak pekerjaan yang ada di bidang musik salah satunya adalah produser musik. Produser adalah orang yang mempunyai visi kemana musisi akan diarahkan. Produser musik berperan penting dalam berkembangnya atau jatuhnya karir musisi.Dalam penelitian ini penulis menggunakan anime Beck sebagai sumber data. Fokus peneleitian kali ini ialah menganalisa gambaran produser sebagai pemilik kekuasaan dalam industri musik. Produser memiliki hal yang mendukung mereka untuk menjadi pemilik kekuasaan dalam industri musik seperti dana, nama label besar, dan relasi–relasi dalam industri musik.Hasil dari penelitian ini mendapatkan gambaran produser sebagai pemilik kekuasaan dalam industri musik pada anime Beck karya sutradara Osamu Kobayashi. Gambaran produser sebagai pemilik kekuasaan ada pada tahapan tahapan pengangkatan musisi menjadi artis label, pengarahan dan pembangunan popularitas artis. Tidak hanya itu, kekuasaan produser juga tergambar pada saat produser menjadi pengorganisir festival musik. Selain itu produser menerapkan kekuasaannya untuk mengalienasi musisi yang menjadi saingan dari artis yang dibesutnya.Anime Beck tidak hanya dapat dianalisa dari sudut pandang produser sebagai pemilik kekuasaan saja. Anime ini juga dapat dianalisa melalui pendekatan sosiologi sastra. Fokus penelitian selanjutnya dapat menekankan pada perkembangan musik Jepang yang ada di anime ini.
PEMBENTUKAN GAIRAIGO DALAM MAJALAH HIRAGANA TIMES NO. 298 TAHUN 2011 ANDOKO, LINGGA SURYA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.546 KB)

Abstract

Kata Kunci : Gairaigo, Majalah, Hiragana Times Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi antar individu maupun kelompok. Bahasa terus berkembang dari zaman ke zaman, sehingga dimanapun dan kapanpun selalu ditemukan kosakata baru di dalam suatu bahasa. Dalam penelitian ini penulis menjawab dua rumusan masalah yaitu  (1) Apa saja jenis pembentukan gairaigo yang ada dalam majalah Hiragana Times Edisi No. 298 Tahun 2011 ? (2) Bagaimanakah frekuensi kemunculan jenis pembentukan gairaigo dalam majalah Hiragana Times Edisi No. 298 Tahun 2011 ?Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah kata serapan yang terdapat dalam majalah Hiragana Times Edisi No. 298 Tahun 2011. Analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan klasifikasi terhadap kosakata, tabulasi, dan analisis data.Di dalam sumber majalah Hiragana Times Edisi No. 298 Tahun 2011 ditemukan 87 kata serapan yang terdiri dari 4 kata yang termasuk dalam pembentukan kata secara afiksasi, 2 kata yang temasuk dalam pembentukan dengan cara penyingkatan, dan yang terakhir adalah 63 kata dengan pembentukan kata dengan tanpa penyingkatan. Dari 4 kata yang termasuk dalam jenis pembentukan kata dengan penambahan afiksasi yaitu 3 kata yang termasuk dalam penambahan sufiks 〜する(~suru) dan 1 kata yang termasuk dalam pembentukan kata dengan penambahan sufiks (〜な)(~na). Lalu dari 20 kata yang termasuk dalam proses penyingkatan kata, terdapat 14 kata yang termasuk dalam penyingkatan morfem fungsi, 5 kata yang termasuk dalam penyingkatan sebagian, dan 1 kata yang termasuk dalam penyingkatan majemuk. Dari hasil analisis, bentuk gairaigo yang paling sering muncul adalah bentuk gairaigo tanpa penyingkatan yaitu sebanyak 63 kata serapan.Penelitian serupa dapat dilakukan dengan cara ditemukannya lebih banyak lagi pembentukan kata dengan cara wasei gairaigo dan pencampuran. Selain itu juga ditemukannya pembentukan kata gairaigo yang berasal dari bahasa lain selain bahasa Inggris.
WAKAMONO KOTOBA DALAM KOMIK ORESAMA TEACHER VOL.1 KARYA TSUBAKI IZUMI ROSYIDAH, NADHIFATUR
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.957 KB)

Abstract

Kata Kunci: Wakamono Kotoba, Komik, Morfologi. Wakamono kotoba adalah bahasa yang dipakai oleh anak muda Jepang dalam lingkungannya. Dengan adanya kata-kata baru yang merupakan bentukan dari wakamono kotoba, maka dengan membaginya kedalam pembagian jenis kata akan lebih memudahkan untuk memahami wakamono kotoba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) termasuk dalam jenis kata apakah wakamono kotoba yang terdapat dalam komik Oresama Teacher Vol. 1 (2) bagaimana proses pembentukan wakamono kotoba yang terdapat dalam komik Oresama Teacher Vol.1.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang diteliti adalah komik Oresama Teacher vol. 1 yang berisi tentang wakamono kotoba. Analisa dilakukan dengan mengidentifikasi kosakata wakamono kotoba, tabulasi sesuai dengan pembagian jenis kata dan deskripsi hasil.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) dari 37 wakamono kotoba yang berhasil ditemukan, wakamono kotoba yang terdiri atas doushi sebanyak 7 kata, keiyoushi sebanyak 6 kata, keiyoudoushi sebanyak 1 kata, meishi sebanyak 14 kata, fukushi sebanyak 4 kata, kandoushi sebanyak 3 kata dan setsuzokushi sebanyak 2 kata. (2) Dalam wakamono kotoba yang sudah ditemukan, diketahui bahwa wakamono kotoba tersebut mengalami pemendekan, (3) perubahan bunyi pada akhir kata, (4) wakamono kotoba yang mengalami pergeseran makna.Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan untuk menggunakan media selain komik sebagai misalnya penutur asli Jepang agar wakamono kotoba yang diteliti lebih sesuai dengan perkembangan wakamono kotoba saat ini.
PENGGUNAAN NINSHOU DAIMESHI OLEH TOKOH PRIA DALAM SERIAL ANIME NURARIHYON NO MAGO EPISODE 6-10 PUTRI, DYAH AYU RAHMATIKA MAYOGYA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.555 KB)

Abstract

Kata Kunci : masyarakat, ninshou daimeishi, tokoh pria, anime.Penggunaan Bahasa Jepang dalam ragam lisan bisa didasari oleh hubungan bermasyarakat masyarakat Jepang yaitu antara lain hubungan pria dan wanita, hubungan uchi dan soto serta hubungan vertikal dan horizontal. Ninshou daimeishi adalah kata-kata yang menyatakan persona. Ninshou daimeishi terdiri dari tiga jenis, yaitu jishou, taishou dan tashou. Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu, (1) Ninshou daimeshi apa saja yang digunakan oleh tokoh pria dalam serial anime Nurarihyon no Mago episode 6-10, (2) Bagaimana penggunaan ninshou daimeishi yang digunakan oleh tokoh pria dalam serial anime Nurarihyon no Mago episode 6-10 dilihat dari konsep masyarakat Jepang?Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik simak yang menghasilkan data sebanyak 170 kalimat.Berdasarkan hasil penelitian, ninshou daimeishi yang ditemukan adalah jenis jishou sebanyak 96 kalimat, taishou 54 kalimat, dan tashou 20 kalimat. Adapun fungsi penggunaannya bermacam-macam, contohnya sebagai bentuk penghormatan atau merendahkan, menyatakan penegasan, menunjukkan kesan akrab, maskulin, kasar, tidak sopan, atau sombong atau menyatakan kekesalan.Penulis beharap agar penelitian selanjutnya mengenai ninshou daimeishi menggunakan objek bahasa lisan langsung dari native karena penggunaan ninshoudaimeishi yang beragam.
KESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA ANESTYA, AULIA ALFARABI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.613 KB)

Abstract

Kata Kunci: Bahasa, Keigo, Analisis Kesalahan. Keigo merupakan karakteristik bahasa Jepang yang tidak ditemukan padanan maknanya dalam bahasa Indonesia. Penggunaan keigo yang harus memperhatikan uchi-soto terlebih dahulu dengan lawan bicara menyebabkan banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar bahasa Jepang. Penulis selanjutnya melakukan analisis kesalahan dengan tujuan mengetahui jenis dan penyebab kesalahan yang sering terjadi dalam penggunaan keigo oleh mahasiswa Sastra Jepang angkatan 2010 Universitas Brawijaya.Penelitian ini merupakan bentuk penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan instrumen penelitian berupa tes dan angket. Sumber data penelitian ini berupa hasil tes dan angket yang dikerjakan oleh sampel yang berjumlah 30 orang. Analisis data menggunakan tabulasi lalu menetapkan jenis dan penyebab kesalahan.Pada hasil penelitian ditemukan jenis kesalahan yang terjadi adalah kesalahan penerimaan, kesalahan perorangan, kesalahan kelompok, kesalahan sosial, kesalahan menganalogi, dan kesalahan lokal. Sedangkan penyebab kesalahan yang terjadi adalah pendapat populer, bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, dan interferensi. Pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan teori jenis dan penyebab kesalahan, juga cara pengukuran validitas dan realibilitas yang berbeda.
UNGKAPAN PENOLAKAN DALAM SERIAL DRAMA “ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO” KARYA TADA KAORU MAKNUNAH, DURROTUL
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.069 KB)

Abstract

Kata Kunci : penolakan, maksim, maksim kearifan. Bahasa adalah sarana komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa yang baik dapat memudahkan seseorang untuk menyampaikan maksud yang dapat dimengerti oleh lawan bicara. Contohnya ketika berinteraksi dengan orang lain, pasti sering mengekspresikannya dengan terkejut, marah, gembira ataupun menolak tawaran dari lawan bicara. Terdapat dua macam ungkapan penolakan dalam bahasa Jepang yaitu ungkapan langsung dan tidak langsung. Salah satu contoh bentuk ungkapan penolakan bahasa Jepang dapat dilihat dalam serial drama “Itazura Na Kiss Love in Tokyo”.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui level ungkapan penolakan menurut Akiko dan apa makna yang ditimbulkan ungkapan penolakan dilihat dari maksim kearifan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.Hasil penelitian ditemukan 36 data yaitu ungkapan penolakan dalam bentuk penolakan langsung 20 data dan bentuk penolakan tidak langsung 16 data dalam bentuk kalimat yang berbeda-beda seperti kalimat berita, kalimat negatif, kalimat perintah, ungkapan penyesalan, ungkapan keinginan, ungkapan terima kasih, dan dalam bentuk alasan dan pujian. Juga terdapat penolakan sopan berjumlah 18 data dan makna penolakan tidak sopan 18 data.Peneliti selanjutnya diharapkan menggali lagi ungkapan selain ungkapan penolakan seperti ungkapan terimakasih dan ungkapan persetujuan. Objek kajian selain drama juga bisa dilakukan.
STUDI KOMPARATIF UNSUR PEMBENTUK DRAMA TRADISIONAL JEPANG NOH DAN WAYANG TOPENG MALANGAN INDONESIA BHERTI, CHAULA IMANITA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.365 KB)

Abstract

Kata kunci : Studi Komparasi, Drama, Wayang Topeng Malangan, Noh. Kebudayaan menghasilkan berbagai macam gagasan yang terimplementasikankedalam kehidupan bermasyarakat, salah satunya adalah sastra. Dalam sastra, drama merupakan produk yang paling kompleks karena terdapat berbagai macam unsur pembentuk di dalamnya. Seiring berkembangnya zaman, drama bertransformasi menjadi berbagai macam bentuk di seluruh dunia. Salah satunya Noh di Jepang dan Wayang Topeng Malangan di Indonesia. Kedua drama ini jika dilihat secara sekilas memiliki persamaan yang cukup mencolok meskipun berkembang di negara yang berbeda.Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan metode Studi Komparatif yang akan membandingkan unsur pembentuk yang ada dalam kedua drama ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan serta perbedaan di dalam kedua drama iniserta mengetahui apakah terdapat keterkaitan di antaranya.Hasil penelitian kali ini menunjukkan persamaan dan perbedaan dalam Wayang Topeng Malangan dan Noh. Serta adanya keterkaitan dalam pengaruh ajaran Hindu-Budha yang berpusat di India pada keberadaan kedua bentuk drama ini.  
KEADVERSATIFAN KALIMAT PASIF DALAM NOVEL KAMISAMA NO MEMOCHOU VOLUME 1 KARYA SUGII HIKARU ROZANI, DANANG FADIAN
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.465 KB)

Abstract

Kata kunci: Kalimat Pasif Adversatif, Keadversatifan. Dalam kehidupan sosial masyarakat, manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Selain sebagai alat komunikasi, bahasa jugaberperan sebagai alat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Salah satu bahasa yang saat ini cukup diminati di Indonesia adalah bahasa Jepang yang dilatarbelakangi banyaknya perusahaan Jepang yang memerlukan tenaga kerja di Indonesia. Banyak hal yang harus dipelajari dalam bahasa Jepang, mulai dari segi kebahasaan sampai budaya Jepang. Bahasa yang dipelajari melalui linguistik memiliki beberapa kajian, salah satunya adalah sintaksis yang mempelajari tentang kata dan kalimat. Dalam bahasa Jepang terdapat keunikan pada kalimat pasif yang menyatakan keadversatifan (meiwaku) sehingga juga disebut kalimat pasif adversatif, dimana di dalam kalimat tersebut dapat dianalisis peran-peran yang terlibat di dalam keadversatifan kalimat pasif. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis 2 rumusan masalah yaitu, (1) Bagaimana peran keadversatifan kalimat pasif dalam novel Kamisama No Memochou Volume 1 karya Sugii Hikaru? (2) Bagaimana peran pendamping kalimat pasif yang muncul dalam novel Kamisama No Memochou Volume 1 karya Sugii Hikaru? Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa kalimat pasif tidak langsung (kalimat pasif adversatif) yang terdapat dalam novel berbahasa Jepang yang berjudul Kamisama no Memochou Volume 1 karya Sugii Hikaru. Prosedur analisis yang dilakukan adalah dengan melakukan klasifikasi terhadap seluruh kalimat pasif dan diperoleh data berupa kalimat pasif tidak langsung (kalimat pasif adversatif) untuk dianalisis peran keadversatifan dan peran pendampingnya. Hasil analisis terhadap data diperoleh kalimat pasif tak langsung (kalimat pasif adversatif) sejumlah 20 kalimat yang terdiri dari 6 kalimat pasif adversatif dari verba transitif dan 14 kalimat adversatif dari verba intransitif. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa di dalam keadversatifan kalimat pasif selalu melibatkan peran keadversatifan (benefaktif, agentif dan pasif). Dari hasil penelitian juga ditemukan 18 data yang melibatkan peran pendamping sebagai pelengkap keadversatifan kalimat pasif dan 2 data yang tidak melibatkan peran pendamping keadversatifan.Penelitian serupa dapat dilakukan dengan menganalisis juga bagaimana struktur fungsi dan kategori kalimat pasif adversatif tersebut sehingga seluruh tataran sintaksis dalam kalimat pasif adversatif dapat diidentifikasi.
A STUDY OF SEMIOTICS ON CONNOTATIVE MEANING IN THE WORLD WIDE FUND FOR NATURE (WWF) ADVERTISING CAMPAIGN ON CLIMATE CHANGES PUSPITA, AJENG RATNA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.864 KB)

Abstract

Keywords: Semiotics, Connotative Meaning, WWF, Advertising, Climate Changes. World Wide Fund for Nature (WWF) is one of the world's largest conservation  organizations established in more than 100 countries. WWF has more than 100 advertisements that aim to invite the community in protecting and preserving the environment and habitat. One themes from the advertisements is about climate change. Their advertisement usually uses an interesting images and utterances that have meanings inside it. In this study, the researcher analyzed these images and utterances based on the theory that it used. Furthermore, the researcher proposed two problems of the study, (1) What the signifier and signified found in the WWF advertisement campaign published under climate changes are (2) What the connotation meaning found in the WWF advertisement campaign published under climate changes is. This study uses a qualitative approach to uncover the occurrence in document analysis. The researcher applies the theory of Ferdinand de Saussure (quoted fromChandler, 2007, p.14) which divides the model of the sign into signifier and signified. The researcher also uses the theory of Roland Barthes (quoted in Chandler, 2007, p.137) which describe that in semiotics, denotation and connotation are terms that describe the relationship between the signified and the signifier.The study results shows that advertisement from the World Wide Fund for Nature(WWF) has signifier and signified differently in each advertisement. However, WWF has the same goal in making these advertisements that persuade people to concerned more about environmental issues and their habitats such as over fishing, global warming, illegal logging, and save animals from extinction.The researcher suggests the next researchers who want to do the same research andtheory use a different research subject participant. In the next studies, other researchers may be able to use movie, novels, brand products, or television advertising as the subject.
KEMAMPUAN MEMAHAMI LAMBANG BUNYI ONOMATOPE PLOSSIVE PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG PESERTA BENKYŌKAI JLPT LEVEL N2 TAHUN 2013 ANGRENI, WIRASTI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 5, No 9 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.083 KB)

Abstract

Kata kunci: Onomatope, Lambang bunyi, Plossive, Voiceless sound, Voiced sound Lambang bunyi bahasa Jepang memiliki sebuah perbedaan image bunyi besarkecil yang ditimbulkan oleh perbedaan pasangan hurufnya. Pasangan huruf yang diteliti disini adalah plossive (破裂音/haretsuon). Dalam bahasa Jepang lambangbunyi pada plossive dibedakan menjadi voiceless sound ( 無声音/musei-on) danvoiced sound (有声音/yūsei-on). Huruf /p/, /t/, /k/ termasuk dalam voiceless sound sedangkan huruf /b/, /d/, /k/ termasuk dalam dan voiced sound. Image bunyi yangditimbulkan oleh voiceless sound terdengar lebih ringan dari voiced sound. Olehkarena itu, penulis mengadakan penelitian mengenai kemampuan memahamilambang bunyi pada plossive dengan menggunakan pasangan onomatope. Dalampenelitian ini, penulis menjawab dua rumusan masalah yaitu, (1) Apakah pembelajarbahasa Jepang mampu menangkap perbedaan pasangan onomatope jenis plossivebahasa Jepang yang memiliki kemiripan dalam lambang bunyi sistem klasifikasiplossive dalam bahasa ibu. (2) Apakah pembelajar bahasa Jepang dapat menangkapmakna suara besar atau kecil dari onomatope bahasa Jepang jika dilihat dari lambangbunyinya.Penelitian ini berupa penelitian kuantitatif deskriptif yang menggunakan tes. Data yang digunakan merupakan hasil dari soal-soal tes. Analisis dilakukan dengan cara memuat data dalam tabel, membuat grafik dan mendeskripsikan hasil berdasarkan grafik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, responden cukup mampu dalam memahami lambang bunyi dan menangkap makna suara besar atau kecil dari onomatope jika dilihat dari lambang bunyinya. Namun jika dilihat secara detail ada beberapa pasangan onomatope yang responden kurang mampu memahami dikarenakan persentase yang dipilih responden untuk jawaban benarlebih sedikit dibandingkan jawaban lainya. Sehingga hal ini membuktikan bahwa onomatope jikadilihat dari lambang bunyinya memiliki bagian yang bersifat universal dan bagianyang individual.Penulis menyarankan kepada Program Studi Sastra Jepang sebaiknya memberikan pengetahuan mengenai onomatope jika ditilik dari segi lambang bunyi dan pengaruh kesan/image yang ditimbulkan pada pasangan lambang bunyi tersebut kepada mahasiswa. Agar penelitian mengenai lambang bunyi yang masih sedikit dapat dikembangkan lebih.

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 1, No 1 (2017) Vol 2, No 10 (2015) Vol 1, No 10 (2015) Vol 3, No 6 (2015) Vol 3, No 5 (2015) Vol 3, No 4 (2015) Vol 3, No 3 (2015) Vol 3, No 2 (2015) Vol 3, No 1 (2015) Vol 2, No 9 (2015) Vol 2, No 8 (2015) Vol 2, No 7 (2015) Vol 2, No 6 (2015) Vol 2, No 5 (2015) Vol 2, No 4 (2015) Vol 2, No 3 (2015) Vol 2, No 2 (2015) Vol 2, No 1 (2015) Vol 1, No 9 (2015) Vol 1, No 8 (2015) Vol 1, No 7 (2015) Vol 1, No 6 (2015) Vol 1, No 5 (2015) Vol 1, No 4 (2015) Vol 1, No 3 (2015) Vol 1, No 2 (2015) Vol 1, No 1 (2015) Vol 6, No 10 (2014) Vol 5, No 10 (2014) Vol 4, No 10 (2014) Vol 4, No 10 (2014) Vol 3, No 10 (2014) Vol 7, No 8 (2014) Vol 7, No 7 (2014) Vol 7, No 6 (2014) Vol 7, No 5 (2014) Vol 7, No 4 (2014) Vol 7, No 3 (2014) Vol 7, No 3 (2014) Vol 7, No 2 (2014) Vol 7, No 1 (2014) Vol 6, No 9 (2014) Vol 6, No 8 (2014) Vol 6, No 7 (2014) Vol 6, No 6 (2014) Vol 6, No 5 (2014) Vol 6, No 4 (2014) Vol 6, No 3 (2014) Vol 6, No 2 (2014) Vol 6, No 1 (2014) Vol 5, No 9 (2014) Vol 5, No 8 (2014) Vol 5, No 7 (2014) Vol 5, No 6 (2014) Vol 5, No 5 (2014) Vol 5, No 5 (2014) Vol 5, No 4 (2014) Vol 5, No 3 (2014) Vol 5, No 2 (2014) Vol 5, No 1 (2014) Vol 4, No 9 (2014) Vol 4, No 8 (2014) Vol 4, No 7 (2014) Vol 4, No 6 (2014) Vol 4, No 5 (2014) Vol 4, No 4 (2014) Vol 4, No 3 (2014) Vol 4, No 2 (2014) Vol 4, No 1 (2014) Vol 3, No 9 (2014) Vol 3, No 8 (2014) Vol 3, No 7 (2014) Vol 3, No 6 (2014) Vol 3, No 5 (2014) Vol 3, No 4 (2014) Vol 3, No 3 (2014) Vol 3, No 2 (2014) Vol 2, No 10 (2013) Vol 1, No 10 (2013) Vol 3, No 1 (2013) Vol 2, No 9 (2013) Vol 2, No 8 (2013) Vol 2, No 7 (2013) Vol 2, No 6 (2013) Vol 2, No 5 (2013) Vol 2, No 4 (2013) Vol 2, No 3 (2013) Vol 2, No 2 (2013) Vol 2, No 1 (2013) Vol 1, No 9 (2013) Vol 1, No 8 (2013) Vol 1, No 7 (2013) Vol 1, No 6 (2013) Vol 1, No 5 (2013) Vol 1, No 4 (2013) Vol 1, No 3 (2013) Vol 1, No 2 (2013) Vol 1, No 1 (2013) More Issue