cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL STANDARDISASI
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue " Vol 7, No 3 (2005): Vol. 7(3) 2005" : 5 Documents clear
fjhkj d2n, d2n
JURNAL STANDARDISASI Vol 7, No 3 (2005): Vol. 7(3) 2005
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ghljh
Kajian terhadap SNI mutu pati sagu ., Widaningrum; Purwati, Endang Yuli; ., Munarso; ., S. Joni
JURNAL STANDARDISASI Vol 7, No 3 (2005): Vol. 7(3) 2005
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sagu (Metroxylon sp.) merupakan salah satu sumber karbohidrat bagi sebagian masyarakat di beberapa bagian negara di dunia. Pati sagu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri pangan dan non pangan. Di Indonesia, pati sagu telah menjadi bahan pangan utama bagi sebagian masyarakat di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Potensi pati sagu yang sedemikian besar belum diimbangi dengan tersedianya standar yang cukup memadai. Standar mutu pati sagu yang tercantum dalam SNI 01-3729-1995 belum mensyaratkan nilai derajat putih dan tingkat kekentalan (viskositas) pasta pati sagu, begitu pula standar ukuran partikel pati sagu masih kurang halus (min. 95 persen partikel lolos ayakan 100 mesh) sementara standar Malaysia mensyaratkan lebih tinggi yaitu min. 99 persen partikel yang lolos ayakan 125 atau 100 mesh dan standar yang berlaku dalam perdagangan internasional mensyaratkan lebih tinggi lagi yaitu 95 persen partikel lolos ayakan 200 mesh. Hal yang perlu dilakukan diperhitungkan di pasar dunia. Pencantuman nilai warna, pH, kadar protein dan tingkat kekentalan sebagai atribut mutu didalam SNI pati sagu memerlukan penelitian selanjutnya yang lebih komprehensif
Pengujian konsumsi energi listrik lemari pendingin berdasarkan SNI Purba, Enny Rosmawar; ., Sudirman P.; ., Rohi A.
JURNAL STANDARDISASI Vol 7, No 3 (2005): Vol. 7(3) 2005
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengan penerapan SNI pada lemari pendingin, maka konsumen akan terlindungi dalam mendapatkan lemari pendingin yang memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan serta hemat energi. Makalah ini menyajikan hasil pengujian konsumsi energi listrik lemari pendingin bervolume 170 liter, tipe satu pintu, berdasarkan tiga SNI, yaitu SNI 04-6711-2002, dan SNI 05-3088-1992. Pengujian dilakukan secara terkondisi didalam suatu climatic chamber". Sampel yang diuji sebanyak 1 unit dari 4 unit sampel yang diterima dari pabrikan. Klaim dari pabrik menyatakan bahwa lemari pendingin tersebut memiliki tegangan 220 V frekuensi 50 Hz daya 74 W arus 0,6:00:00 AM dan konsumsi energinya 21,97 kWh/bulan. Hasil pengujian pada suhu ambien 25 derajat C dan kelembaban 60 persen dan tegangan kerja rata-rata 221,05 V; menyerap daya dan arus rata-rata masing-masing 69,09 W dan 0,37 A; serta konsumsi energi listrik 25,74 kWh/bulan
Kajian standar nasional kulit dan alas kaki: masukan bagi kebijakan pemberlakuan SNI secara wajib Herjanto, Eddy
JURNAL STANDARDISASI Vol 7, No 3 (2005): Vol. 7(3) 2005
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Industri alas kaki yang merupakan salah satu unggulan ekspor non migas nasional dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami kemunduran total nilai ekspor. Diantara penyebabnya ialah meningkatnya persaingan kekurangan suplai bahan baku domestik, dan rendahnya kualitas produk. Diperlukan suatu strategi untuk memenangkan pasar. Standardisasi merupakan salah satu alternatif dalam mendukung pertumbuhan industri alas kaki, diantaranya melalui pemberlakuan standar nasional secara wajib, baik bagi produk jadi maupun bahan pendukungnya. Pemberlakuan standar secara wajib memerlukan kesiapan, baik standarnya sendiri maupun infrastruktur teknis penilaian kesesuaian. Hasil kajian menunjukkan perlunya pembenahan SNI terkait, baik produk yang akan diregulasikan maupun standar pendukungnya (cara uji), serta penambahan jumlah laboratorium uji dan lembaga sertifikasi produk bidang kulit, sebelum diberlakukannya regulasi teknis bidang kulit atau alas kaki berdasarkan standar
Kajian kesesuaian mutu kakao rakyat Sulawesi Selatan dengan SNI 01-2323-2002 ., Sulistyowati; Moeljono, Andrianto; ., Utomo; Hilman, Muti Sophira
JURNAL STANDARDISASI Vol 7, No 3 (2005): Vol. 7(3) 2005
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biji kakao merupakan salah satu komoditas sumber devisa dari sektor perkebunan, yang banyak diusahakan oleh rakyat terutama dari Sulawesi Selatan. Komoditi tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri juga diekspor, antara lain ke USA dan Eropa. Peningkatan mutu komoditi perlu dilakukan, dan diharapkan dengan adanya peningkatan mutu dapat pula meningkatkan pendapatan petani. Salah satu upaya yang akan dilakukan saat ini, adalah dengan mensyaratkan setiap biji kakao yang akan diperdagangkan harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam SNI 01-2323-2002, Biji kakao. Sebelum ketentuan tentang persyaratan biji kakao untuk ekspor diberlakukan secara wajib, perlu dilakukan kajian terhadap kemampuan petani, kesiapan pedagang pengumpul dan eksportir untuk menerapkan SNI tersebut. Diharapkan hasil kajian penerapan SNI biji kakao ini dapat digunakan sebagai masukan bagi regulator, lembaga penilaian kesesuaian dan unit terkait lainnya dalam kegiatan penerapan SNI, dan untuk mengetahui kesiapan produsen dalam penerapan SNI 01-2323-2002, Biji kakao. Dari hasil kajian ini diketahui bahwa tingkat pemenuhan syarat umum dalam SNI 01-2323-2002 untuk contoh biji kakao yang diambil dari petani, pedagang, dan eksportir relatif sangat rendah. Faktor pembatasnya adalah kadar kotoran (waste), dan kadar air. Tingkat pemenuhan contoh biji terhadap syarat khusus SNI 01-2323-2002, dimana faktor pembatasnya adalah kadar biji tak terfermentasi pun cukup rendah. Berdasarkan pemenuhan terhadap persyaratan umum dan persyaratan khusus tersebut, biji kakao dari Sulawesi Selatan masuk kedalam tingkat mutu yang paling rendah

Page 1 of 1 | Total Record : 5