cover
Contact Name
Nadiyah Tunnikmah
Contact Email
nadiyah.tunnikmah@isi.ac.id
Phone
+628157988977
Journal Mail Official
jociart@gmail.com
Editorial Address
Dsn Japanan Margodadi Seyegan
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Journal of Contemporary Indonesian Art
ISSN : 24423394     EISSN : 24423637     DOI : DOI: 10.24821/jocia.v9i1.8936
Core Subject : Humanities, Art,
Journal of Contemporary Indonesia Art is a scientific journal that contains the results of research or creation on contemporary art related to Indonesia. Contemporary art is defined as the latest art phenomenon. Art includes a wide variety of fine arts such as painting, sculpture, graphics, ceramics, comics, New media art, as well as other forms of art, including types that have not been categorized. The limitation is that the work is more concerned with aesthetic value than functional value. The term Indonesia refers to works of art that are related to Indonesia.
Articles 87 Documents
REPRESENTASI SIMBOLIS OBJEK-OBJEK MINIATUR DALAM LUKISAN Batory, Amin
JOURNAL OF CONTEMPORARY INDONESIAN ART Vol 5, No 1 (2019): Journal of Contemporary Indonesia Art
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v5i1.2517

Abstract

Karya seni merupakan salah satu media untuk berekspresi serta kemampuan kreatif manusia dalam menanggapi pengalaman hidupnya. Pengalaman hidup, pandangan-pandangan dan ekspresi yang muncul menjadi ide dan gagasan yang kemudian diolah menjadi simbol-simbol dan metafora, diwujudkan menjadi sebuah karya seni.Penciptaan karya muncul karena adanya ketertarikan terhadap keindahan sejarah dan budaya serta keinginan untuk memberikan informasi yang lebih luas tentang kebudayaan Timur Tengah dan sejarah Afghanistan. Afghanistan yang dilanda perang berkepanjangan pernah menjadi bagian pusat peradaban kuno karena letaknya di jalur sutra. Lubang kosong tempat dimana patung Buddha raksasa di Bamiyan berdiri merupakan saksi bisu peradaban yang diterpa perang berkepanjangan. Ketidaktahuan akan sejarah menghasilkan sebuah perilaku yang fatal.  Penyangkalan sejarah berarti  penyangkalan  identitas  suatu  wilayah sehingga sebuah bangsa merasa tidak memiliki akar dan merasa kerdil. Proses  mengekspresikan gagasan kedalam wujud karya lukis  diwujudkan dengan   karakter-karakter miniatur dan artefak-artefak dari Afghanistan yang diadaptasi dimana tiap figur menceritakan ceritanya sendiri sebagai bagian dari narasi yang kompleks.  Cerita-cerita yang  dikisahkan  adalah  tentang  mencari  perubahan dalam lingkungan yang tidak ramah, pergolakan antara diri sendiri dengan dunia luar untuk mencari jalan yang lebih baik.Kata kunci: miniatur, simbol, metafora, Bamiyan Afghanistan, seni lukis
CITRA REPETISI DALAM SENI GRAFIS Munif Zafi Zuhdi
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v5i1.2521

Abstract

Seni grafis mempunyai beberapa kaidah yang menjadikannya dapat dibedakan dengan seni lukis atau seni patung. Kaidah tersebut telah disepakati oleh para pelaku seni setelah penggunaan seni grafis sebagai media berekspresi. Kaidah-kaidah tersebut mencakup proses mencetak, terdapatnya matriks cetakan, mempunyai edisi serta berwujud dua dimensi. Di sisi lain, kaidah tersebut juga terdapat pada hal lain di luar seni grafis. Dua diantara kaidah tersebut adalah rutinitas dan jejak. Hubungan rutinitas dan seni grafis terdapat pada sifat keduanya yang repetitif, dimana dalam rutinitas manusia selalu mengulangi prosedur atau langkah yang sama maupun identik dengan langkah- langkah sebelumnya. Dalam seni grafis, sifat repetitif ada pada kaidah edisi yang membolehkan hasil cetak karya memiliki jumlah lebih dari satu. Meskipun terdapat lebih dari satu, tetapi hasil tersebut merupakan sebuah karya otentik bukan sebagai duplikat. Sedangkan, jejak berhubungan dengan seni grafis karena dalam proses penciptaan jejak (tidak semua) terdapat proses mencetak, yang mana merupakan kaidah utama seni grafis. Seniman menggunakan teknik sablon, stensil dan monoprint dalam mengaktualisasikan ide-ide yang didapat untuk dieksekusi ke dalam karya. Karya yang ada mencoba memaknai hal-hal sederhana yang ada pada kehidupan sehari-hari manusia dan melihat lebih jauh lagi dari apa yang tersembunyi di dibalik hal-hal tersebut. Kata Kunci : Jejak, Seni Grafis, Rutinitas, Repetisi 
PENGILUSTRASIAN CERITA RAKYAT SUKU MALIND Lejar Danuarta Hukubun
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v4i2.2508

Abstract

Salah satu suku di Merauke adalah Malind, mereka memiliki cerita rakyat yang mengandung moral yang baik untuk kehidupan manusia. Namun sayangnya kebanyakan anak muda jaman sekarang sudah mulai melupakan sejarah yang seharusnya diingat sampai saat ini.  Perancangan ini bertujuan untuk lebih memperkenalkan dan memberi edukasi kepada anak–anak, agar mereka mengenal kebudayaan mereka melalui cerita rakyat sejak dini dan dapat mempraktekannya ke dalam ke hidupan mereka sehari–hari.Metode yang digunakan dalam peracangan ini menggunakan analisis 5w 1h dan design thinking, hal ini digunakan untuk mendapatkan data secara valid. Pengumpulan data ini juga dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain itu, teori yang digunakan adalah teori Desain Komunikasi Visual. Manfaat yang dapat diperoleh dari teori adalah untuk mendapatkan jawaban dari masalah melalui strategi, pengamatan, refrensi serta pengalaman yang mereka alami.Perancangan ini ditujukan untuk anak–anak usia 7–12 tahun. Perancangan ini menerapkan konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif agar dapat diterima oleh target audience. Agar dapat memecahkan masalah melalui pesan visual.  Meracang buku ilustrasi cerita rakyat suku Malind merupakan solusi, agar kebudayaan Malind salah satunya cerita rakyat dapat dilestarikan. Sehingga anak–anak sejak dini mulai mengenal kebudayaan mereka, dengan begitu kebudayaan ini dapat dilestarikan. Kata Kunci: Buku Ilustrasi, Cerita Rakyat Malind, Merauke
MULTIKULTURALISME IMAJI MITOS PAKSI NAGA LIMAN PADA SENI RUPA KONTEMPORER Ismet Zainal Effendi
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v5i1.2512

Abstract

Paksi Naga Liman secara historik-diakronik merupakan simbol akulturasi dalam Kerajaan Cirebon, yakni: Paksi (burung), merupakan pengaruh kebudayaan Islam yang dibawa oleh orang-orang Mesir. Naga, merupakan pengaruh dari Negeri Tiongkok, dan Liman (gajah), dari kebudayaan Hindu. Paksi Naga Liman, secara sinkronik juga merupakan sosok mitos yang memberikan nilai-nilai atau makna simbolik dan filosofis akan pentingnya wilayah kehidupan dalam triloka: “tiga dunia”: Dunia Atas (Paksi) yakni wilayah spiritual dan transenden, Dunia Bawah (Naga) yakni wilayah imajinatif dan bawah sadar, Dunia Tengah (Liman) yakni wilayah dunia nyata, materi, atau imanen.Nilai-nilai simbolik dan filosofis yang ada pada sosok imajinatif Paksi Naga Liman, dielaborasi dengan metode penelitian kualitatif, yakni dengan cara mengambil data langsung dari sumbernya yakni civitas Keraton Kanoman, lalu data tersebut dianalisis dan dikaitkan dengan masalah dan tujuan penelitian,  lalu hasilnya bisa dikomparasikan dengan hipotesis penelitian,  sehingga dapat simpulan atau hasil penelitian.  Hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan pedoman dalam menciptakan karya seni. Konsep-konsep hibriditas dan multikulturalisme dari Paksi Naga Liman diekspresikan dalam karya seni rupa kontemporer sehingga menjadi konsep-konsep estetik dengan tanpa mengubah nilai-nilai simbolik dan filososfis sebelumnya. Kata kunci: Mitos, Hibriditas, Multikulturalisme, Simbolik, Estetik, Posmodernisme
TRILOGI CELENG DJOKO PEKIK KAJIAN MAKNA MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIKA PIERCE Dilla Eka Lusiana
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v4i2.2618

Abstract

Lukisan Djoko Pekik yang sering disebut dengan istilah Trilogi celeng tersebut adalah: pertama, Susu Raja Celeng tahun 1996, kedua, Indonesia Berburu Celeng tahun 1998 dan ketiga, Tanpa Bunga dan Telegram Duka tahun 1999. Lukisan Trilogi Celeng merupakan karya yang monumental tidak hanya bagi pelukisnya tetapi kehadirannya pernah tercatat sebagai lukisan termahal pelukisnya. Berkaitan dengan uraian di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian dapat dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Mengapa Djoko Pekik membuat tema Trilogi Celeng, Mengapa Djoko Pekik mengangkat Celeng sebagai simbol dalam karya lukisnya dan Bagaimana makna karya Trilogi Celeng ditinjau dari kondisi kontekstual yang melahirkannya. Penelitian difokuskan pada lukisan Trilogi Celeng Djoko Pekik, Penelitian yang akan digunakan jenis deskriptif analitik. “Penelitian deskriptif analitik yaitu suatu cara pemecahan masalah yang diselidiki berdasarkan fakta-fakta yang tampak dengan apa adanya. Dari temuan-temuan didapatkan simpulan tentang aspek-aspek penting yang berkaitan dengan munculnya lukisan-lukisan Trilogi Celeng. Aspek tersebut adalah pengalaman-pengalaman pahit masa lalu yang pernah dialami Djoko Pekik, sedangkan makna Trilogi Celeng merupakan penggambaran fase-fase runtuhnya rezim orde baru.Kata kunci: Djoko Pekik, Trilogi Celeng, Kajian makna
FIGUR NARATIF DALAM SENI PATUNG Asep Prasetyo
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v2i1.2629

Abstract

Tema yang diangkat adalah tentang figur naratif yang divisualisasikan melalui karya seni tiga dimensi. Kecintaan seniman terhadap mainan anak dan pengaruh siaran televisi berdampak pada penciptaan karya.Aktifitas mengumpulkan mainan dan menonton film animasi merupakan suatu kesenangan tersendiri bagi seniman yang secara tidak sadar telah memengaruhi seniman dalam berbuat atau pun membuat karya seni yang dilakukan selama ini. Begitu juga dengan cerita dari sebuah film, juga dijadikan sebagai konsep dalam berkarya.Sebuah cerita naratif juga dijadikan sebagai konsep atas perwujudan karya, seperti halnya dalam komik, penikmat dapat langsung menangkap pesan yang masuk di dalamnya, karena adanya teks yang memperkuat gambar. Dalam pembuatan karya seniman mencoba menghadirkan cerita naratif dalam wujud karya tiga dimensi.Dalam perwujudan karya yang menempatkan cerita sebagai landasan awal dalam membuat bentuk, didapati sebuah realitas baru saat proses pengerjaan karya dengan teknik dan material. Teknik yang dipakai seniman yang mayoritas menggunakan material dari barang temuan  menyebabkan cerita tidak dapat diwujudkan secara terperinci dan detail seperti halnya  pada komik ataupun pada novel grafis.Kata kunci: figur, naratif, cerita, kumpulan
NARASI SIMBOLIK RELIEF “MANUSIA INDONESIA” KARYA SUDJOJONO DI EKS BANDARA KEMAYORAN, JAKARTA PUSAT Julia Dwi Yanti
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v4i2.2619

Abstract

Relief ‘Manusia Indonesia’ karya Sudjojono merupakan salah satu relief beton pertama di Indonesia yang dibuat atas prakarsa Bung Karno pada zaman pra-kemerdekaan Indonesia. Tema dan ide relief ‘Manusia Indonesia’ tersebut dirancang oleh S. Sudjojono pada dinding ruang tunggu VIP di Bandara pertama Indonesia, Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat. Hakikat seni dalam pemikiran Sudjojono dengan konsep jiwa ketok pun Sudjojono tuangkan pada sebuah relief yang diberi judul “Manusia Indonesia” pada tahun 1957.Narasi simbolik yang ada pada relief ‘Manusia Indonesia’ karya Sudjojono ini menceritakan tentang kearifan lokal dan kekayaan alam bangsa Indonesia. Melalui observasi dan pengamatan yang mendalam, ditemukan beberapa fakta bahwasanya Sudjojono ingin merepresentasikan jati diri bangsa Indonesia di mata dunia melalui figur-figur maupun simbol yang ada di dalam rangkaian relief beton tersebut. Kearifan lokal pada relief tersebut ditandai dengan beberapa simbol yang mewakili pakaian adat masyarakat Indonesia kala itu, budaya, flora, maupun fauna yang ada. Kekayaan alam Indonesia juga digambarkan dengan ilustrasi aktivitas penambangan dan wilayah maritime Indonesia. Seiring berjalannya waktu, bandara yang dahulunya pernah menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia ini, kini sudah beralih fungsi menjadi sebuah bangunan tua yang tidak terurus lagi. Begitu pun dengan relief-relief yang ada di dalamnya.Kata kunci: Sudjojono, relief, bandara kemayoran, narasi, simbolik.
TRANSFORMASI BENTUK GEOMETRIS Ridwan Lufti
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v4i2.2620

Abstract

Geometric Transformation are obtained from triangular symbol/ icon of lamp in an electricity installation diagram, which designed prior to assembly/ installation of electricity in a building/ location. These geometric (symbols) transformation when transformed onto artworks, will bring diverse possibility of new formation. The purpose of this geometric transformation (from the triangular symbols in electricity) is to explore how artistic the new triangular shape in context of artworks. The triangular shape took as the basic of exploration and experiment in this printmaking artworks, enhanced with light and motion.Keywords: Transformation, Geometrical shape, Light and motion, Electricity installation.
MANIFESTASI RINDU KEPADA IBU SEBAGAI TERAPI SENI Bernadetha Dwi Puspitasari
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v4i2.2621

Abstract

Ketika kita berbicara tentang ibu, kita tidak lagi berbicara mengenai fisiknya, tetapi kita akan lebih sering berbicara mengenai kasihnya, perjuangannya, cara mendidiknya, hingga doa dan harapannya seorang ibu kepada anaknya. Ibu adalah sosok penting dalam kehidupan manusia, perannya yang kuat dalam keluarga membuktikan bahwa semua anak yang tumbuh dalam sebuah keluarga akan bergantung padanya. Dimanapun kita berada, doa ibu senantiasa menguatkan dan membuat kita yakin akan apa yang tengah kita kerjakan. Berbeda ketika seseorang tidak lagi memiliki ibu, hal yang akan sering dirasakan adalah rasa rindu atau rasa penyesalan karena mungkin belum sempat membahagiakan semasa hidup ibunya.Kesedihan itu mungkin adalah reaksi normal, sama ketika seseorang mengalami rasa “kehilangan” seseorang yang dicintai, terlebih ketika kehilangan karena kematian ibu. Rasa kehilangan ini merupakan situasi yang aktual dan potensial yang dapat dialami oleh semua orang di dunia ini ketika berpisah dengan seseorang yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Keseluruhan rasa kehilangan tersebut, sangat berdampak bagi emosi penulis. Penulis membutuhkan sebuah cara melalui seni untuk mengurangi perasaan sedih serta rindu kepada ibu dalam kehidupan sehari-hari sebagai terapi.Terapi seni sebagai solusi yang penulis yakini memiliki kemampuan untuk menerjemahkan isi pikiran, mencatat dan menyampaikan berbagai tingkatan emosi, dari rasa nyaman, hingga kesedihan yang terdalam, dari mulai kejadian yang membahagiakan hingga trauma. Terapi seni sangat bermanfaat sebagai “katup” pelepasan impuls-impuls memori positif maupun negatif yang sebelumnya terpendam. Selama proses kreativitas penciptaan karya seni, semua emosi dan pikiran yang mengendap akan tereksternalisasi atau tersalurkan. Semua emosi dan pikiran tersebut pada akhirnya akan menjadi jelas akar permasalahannya, karena terbaca dalam simbol-simbol dan bentuk yang ada dalam  pikiran yang terdapat pada karya. Kadang kala dibentuk dengan sadar atau tidak sadar dan memiliki makna terdalam yang berhubungan langsung dengan akar pikiran dan emosi si pembuatnya.Kata kunci: Manifestasi, ibu, rindu, terapi seni, momori positif dan negatif
KAJIAN SEMIOTIKPOSTER “BALI TOLAK REKLAMASI” KARYA ALIT AMBARA Nadia Diandra Putri
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v5i1.2522

Abstract

Penelitian terhadap poster Bali Tolak Reklamasi karya Alit Ambara bertujuan menganalisis dan mendiskripsikan simbol-simbol visual guna memperoleh makna yang terdapat dalam poster-poster tersebut. Data-data berupa elemen-elemen dalam poster seperti ilustrasi,warna, dan teks. Data dihimpun melalui pengumpulan dokumen. Data dianalisis menggunakan semiotika teori Charles Sanders Pierce yakni ikon,indeks, dan simbol.Hasil  analisis  menunjukan  bahwa:  (1)  Terdapat  ikon  berupa  gambar pulau Bali, wajah orang, tanah, backhoe, perempuan penari Bali, gelombang laut, palu, penari Bali pria, topeng, penari keris, gitaris, dan masyarakat yang berkumpul. (2) Terdapat indeks berupa gambar backhoe, palu, dan logo ForBALI. (3) Terdapat simbol berupa pulau Bali sebagai penggambaran daerah di pulau Bali, backhoe sebagai penggambaran pengerukan reklamasi, penari Bali sebagai penggambaran perairan Bali, palu sebagai penggambaran perlawanan/penghancuran,  topeng  Calon  Arang  sebagai  penggambaran  hal yang memyeramkan dan tidak baik, penari keris,gitaris dan masyarakat sebagai penggambaran orang-orang yang bersatu melawan dan menolak reklamasi. Kata Kunci: Semiotika, Ikon, Indeks, Simbol, Pierce, Alit Ambara, Bali Tolak Reklamsi, Poster.