cover
Contact Name
Nadiyah Tunnikmah
Contact Email
nadiyah.tunnikmah@isi.ac.id
Phone
+628157988977
Journal Mail Official
jociart@gmail.com
Editorial Address
Dsn Japanan Margodadi Seyegan
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Journal of Contemporary Indonesian Art
ISSN : 24423394     EISSN : 24423637     DOI : DOI: 10.24821/jocia.v9i1.8936
Core Subject : Humanities, Art,
Journal of Contemporary Indonesia Art is a scientific journal that contains the results of research or creation on contemporary art related to Indonesia. Contemporary art is defined as the latest art phenomenon. Art includes a wide variety of fine arts such as painting, sculpture, graphics, ceramics, comics, New media art, as well as other forms of art, including types that have not been categorized. The limitation is that the work is more concerned with aesthetic value than functional value. The term Indonesia refers to works of art that are related to Indonesia.
Articles 87 Documents
CATATAN HARIAN DALAM LUKISAN Lilik Setyawan
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v4i1.2053

Abstract

Catatan harian dan lukisan, keduanya memiliki bentuk yang berbeda tapi sama secara esensi, hal tersebut dapat menjadi sebuah indikasi bagi sebagian orang dengan keadaan psikologi. menuis catatan harian merupakan sebuah aktifitas untuk mencurahkan perasaan, sebuah keharusan hati untuk mengungkapkan perasaan dalam sebuah tulisan. bahasa yang normal dan terstruktur tidak dapat menjadi cara untuk mengungkapkan keresahan. Pada akhirnya menciptakan sebuah pemahaman dalam mencari persamaaan antara menulis dan melukis. Catatan harian seperti sebuah museum, galeri, atau laboratorium kecil untuk penulis, sebuah ruangan untuk menjaga kenangan dan berbagai pendapat. Catatan harian juga sebuah tempat rekreasi tertutup/pribadi, untuk mengingat kenangan, untuk mempelajari kembali apa yang telah ditulis, dan pada akhirnya menjadi sangat penting untuk melukis sebuah harya seni.Kata kunci: catatan harian, lukisan, kenangan
Ide Lukisan-Lukisan I Nyoman Masriadi Mikke Susanto
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v1i2.1753

Abstract

Perkembangan seni rupa yang terjadi sejak masa prasejarah hingga kini, telah melahirkan sejumlah pemikiran yang mempertautkan ide sebagai inti dari sebuah kebudayaan. Salah satu modal paling mahal yang dimiliki oleh seorang seniman adalah ide. Ide merupakan pokok dari pemikiran. Ide-ide tersebut melalui berbagai medium lalu diwujudkan, dimana akhirnya secara konkret dapat diindera, bisa sebagai lukisan, patung, musik, maupun karya seni lainnya. Secara garis besar, ide merupakan sesuatu yang hendak diketengahkan dalam sebuah karya. Dalam penelitian ini, penulis akan menelusuri mengenai ide dari Masriadi. Masriadi adalah perupa dari generasi 90-an. Masriadi sendiri merupakan mahasiswa angkatan tahun 1993 dan menyatakan keluar (drop out) tahun 1997 dari Jurusan Seni Murni - Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Masriadi adalah tipe personal yang tidak banyak bicara. Kebiasaannya yang cenderung tidak suka pada keramaian juga membentuk jati dirinya menjadi tertutup. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mengarah pada estetik historis atau mendeskripsikan perjalanan ide seni dari perupa Masriadi dari masa ke masa. Metode yang diterapkan adalah metode wawancara langsung sumber primer yang diteliti. Selain wawancara, peneliti juga melakukan tinjauan pustaka tentang karya-karya yang dihasilkan dalam sejarah perkembangan ide berkesenian Masriadi. Akhir dari penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa sumbangan paling berharga dari Masriadi adalah ide kreatifnya yang mengantarkan kita memasuki dunia fantasi baru. Irisan tentang fantasi dalam memadupadankan berbagai unsur dengan gaya visualisasinya belum pernah dijamah oleh para pelukis lainnya di Indonesia atau di Asia. Masriadi menggali berbagai khasanah berupa percampuran dunia antara Barat dan Timur dengan ramuan ide yang secara personal dikerjakan dengan berbagai input.Kata Kunci: ide, pengalaman hidup, hasil karya
TEKNIK CETAKAN KULIT TELUR PADA SENI PATUNG Eko Sunarto
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v4i1.2054

Abstract

Dalam penelitian seni patung terutama apabila menggunakan teknik modeling dan cetak yang selama ini menggunakan bahan gips dirasa kurang praktis. Karena di samping daya rekamnya yang kurang baik juga lebih berat, karena harus mencapai ketebalan tertentu. Sementara pencetakan patung dengan menggunakan bahan resin ini lebih ringan dan daya rekam detailnya lebih baik. Ini yang disebut dengan cetakan kulit telur krena tipisnya. Dalam penelitian ini dipaparkan cara mencetak patung dengan teknik ini. Cara mencetak patung dengan teknik kulit telur ini sangat bermanfaat bagi para seniman karena lebih praktis dan detailnya lebih baik. Oleh karena itu teknik ini penting untuk ditulis.Kata kunci: patung, cetakan, tipis
Videografi Kampanye dalam Mitos Seni Propaganda (Analisis Semiotik Terhadap Video Klip Politik Pilpres Indonesia 2014) Vedy Santoso
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v1i1.1746

Abstract

Campaign Videography in Propaganda Art Myth (Semiotic Analysis towards Politics Video Clip of IndonesianPresidential Election 2014). Digital videography is one of the audio-visual work of art that developedwith the support of recording media technology. In addition to presenting the charged aesthetic value as a workof art, videography also has a function as media propaganda, as seen in the presidential election campaignvideography. In the 2014 presidential election, both candidates for president and vice president using the mediumof video as a tool to build their image in society. Effectiveness videography become the focus of the study,the extent to which the media can build a new myth in society in accordance with the imaging is presented inthe campaign video. By comparing both video campaigns of each candidate for president and vice president, wecan see how both sides provide imaging in accordance with the idealized image seoramg leader. Prabowo -Hattadescribe a leader who firmly and nationalist spirit, while Jokowi-JK portray themselves as populist leaderfigure. Then when videography charged art used for political, practical aesthetic symptoms can be translated aspropaganda art discourse by postmodern art theory. By looking at the interest of the public who enthusiasticallysupported the two presidential candidates and their representatives can be said that the image made by bothparties fairly successful. But the discourse of propaganda art is only a myth of mass culture that is momentary,because when the season finishes public campaigning has gained a new myth about the performance ofPresident. So from the phenomenon of Indonesian presidential campaign’s video in 2014 can be understoodthat the culture of democracy in Indonesia has experienced significant growth, and with the support of technologyvideography arena of ideological struggle-even extends not only affects political ideology, but also involves theideology of artists, ideology works of art, and the ideology of society into the arena.Keywords: Videography, Art Propaganda, and Myth.
Membedah Makna Lukisan Jim Diragandi “Teriakan Ternodai” Melalui Metode Kritik Seni Pungky Febi Arifianto
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v1i2.1752

Abstract

Pameran sebagai ruang berkesenian memberikan sebuah ambiensi mengenai karya seni dan masyarakat pemangku kesenian. Hal tersebut menjadikan pameran sebagai ruang interaksi bagi seniman memamerkan dan penonton sebagai penikmat seni. Tulisan ini dibuat sebagai sebuah cara  penulis menikmati kesenian dengan menggunakan metode kritik seni dengan pendekatan semiotika.  Kritik seni dilakukan sebagai salah satu cara untuk membedah makna yang ada di dalam karya seni dengan melalui 4 tahapan, yakni, mendeskripsikan, menganalisa, mengintrepetasi, menilai, disertai dengan pertimbangan mengambil objek penelitian terhadap karya seni. Karya yang dijadikan materi subjek adalah karya lukisan Jim Diragandi yang di pamerkan di Festival Kesenian Indonesia ke 8 di Gedung Serbaguna ISI Yogyakarta. Diharapkan penulisan kritik seni bukan sebagai media untuk menjustifikasi karya itu jelek maupun bagus. Namun lebih mengukur kepekaan kita sebagai insan akademisi dalam mengapresiasi sebuah karya seni.Kata kunci : pameran, FKI, kritik seni, semiotika
FIGUR YESUS DALAM WAYANG WAHYU SUATU KAJIAN DARI ASPEK VISUALISASINYA Ajeng Tri Nursanti
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v4i1.2052

Abstract

Wayang Wahyu pada dasarnya terinspirasi dari wayang kulit Purwa. Sumber ceritanya berasal dari kitab suci umat Katolik/Kristen atau sering disebut Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Wayang Wahyu lahir pada 2 Februari 1960 dan diprakarsai oleh Bruder Thimotheus L. Wignyosoebroto, Surakarta, Jawa Tengah.Dalam penelitian ini akan banyak membahas tentang wayang kulit Purwa gagrag Yogyakarta dan gagrag SurakartaPenelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan mengkaji, mendeskripsikan, dan menganalisis tentang beranekaragam figur Yesus dalam wayang Wahyu yang ada di Surakarta dan Yogyakarta. Sasaran penelitian ini adalah Yayasan Pangudi Luhur Surakarta (Yayasan Wayang Wahyu), Paguyuban Bhuana Alit (Galeri Wayang Wahyu), Museum Sonobudoyo Yogyakarta, dan beberapa dalang wayang Wahyu.Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengilustrasian figur Yesus dalam wayang Wahyu dibuat selaras dengan tingkat pemahaman, latar belakang dan kapasitas kreatif masing-masing senimannya. Berdasarkan pandangan diatas, figur Yesus diilustrasikan dan diolah dengan persepsi dan sudut pandang yang berbeda-beda, tetapi karakter yang diterapkan adalah sama yaitu menggambarkan sosok Yesus sesuai yang mereka yakini.Kata kunci: figur Yesus, wayang wahyu
Wacana Postmodern dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia I Gede Arya Sucitra
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v1i1.1750

Abstract

The Postmodern Paradigm in Contemporary Indonesian Art. This article is a theoretical production of the postmodern concept underlying conception of the birth of contemporary art. Reinforced by the growing tendency of young artists in Indonesia who cultivate the visual power of traditional culture combined with the latest aesthetic tendency. As a result, the works produced into works that are global, but still showing traces of the value of tradition. Theoretical studies on more articles will be initiated through the method of literature review. The study will be conducted for the analysis of the aesthetic concept of contemporary art through the study of literature from a wide variety of art books, writing art thinkers, and creators of art. The exposure of definitions and statements of art in this article aims to map out the direction of thinking contemporary art world in general and in particular examine the realm of creation of works of contemporary art in Indonesia.Keywords: postmodern, contemporary art, traditional culture
Interaksi Simbolik Ritual Tradisi Mitoni berdasarkan Konsep Ikonologi-Ikonografi Erwin Panofsky dan Tahap Kebudayaan van Peursen di Daerah Kroya, Cilacap, Jawa tengah Siwi Probosiwi
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v4i2.1775

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis visualisasi simbolik pada ritual tradisi mitoni di era masa kini berdasarkan aspek Ikonologi-Ikonolografi Ewin Panofsky. Selain itu, penulis untuk mengetahui perubahan dan interaksi simbolik di dalamnya melalui tahap kebudayaan Van Peursen. Jenis penelitian yang akan digunakan yaitu kualitatif. Sampel penelitian adalah kegiatan ritual tradisi mitoni yang dilakukan di daerah Kroya, Cilacap, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi referensi. Teknik analisis data dilakukan dengan teknik menganalisis secara rinci data-data yang terkumpul melalui hasil kajian pustaka, wawancara dan observasi langsung juga tidak langsung terhadap subjek pelaku ritual serta uborampe yang digunakan. Hasil penelitan menunjukkan bahwa terjadi perubahan dan pengembangan ritual tradisi mitoni pada era masa kini berdasarkan tahapan-tahapan kebudayaan yang telah dituliskan oleh Prof. Dr. C. Van Peursen. Tahapan-tahapan kebudayaan yang telah dilalui dapat dianalisis visualnya yaitu seperangkat alat dan bahan yang digunakan dalam ritual melalui ikonologi dan ikonografi Erwin Panofsky.  Kata Kunci: Mitoni, Ikonologi-Ikonografi, Tahap-tahap Kebudayaan
REPRESENTASI IDENTITAS MELALUI WARNA FASHION SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI INSTALASI Pinastika, Prawiraning
JOURNAL OF CONTEMPORARY INDONESIAN ART Vol 5, No 1 (2019): Journal of Contemporary Indonesia Art
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v5i1.2516

Abstract

Sebuah karya seni dihasilkan dari ide-ide kreatif yang dipicu oleh perkembangan zaman. Karya seni bisa menjadi refleksi bagi senimannya. Media mempengaruhi hasil karya seni termasuk proses yang ada di dalamnya. Fashion  dan  cara berpakaian bisa  menjadikan ide dasar penciptaan  suatu karya seni baik dari warna, bentuk dan jenis bahannya karen hal tersebut merupakan bagian dari representasi identitas seseorang untuk menunjukkan jati diri dan pilihan seleranya. Seiring dengan perkembangan jaman, fashion saat  ini  menjadi  salah  satu  bagian dari  gaya hidup  masyarakat,  misalnya bagaimana seseorang membedakan kebutuhan sepatu untuk bekerja dan olahraga.  Melalui  pemaparan  fashion  sebagai  ide  dasar  dalam  penciptaan karya maka dalam karya ini akan dijelaskan bagaimana proses pembentukan identitas  diri  suatu  individu  dengan  cara  proses  eksplorasi  warna  yang menjadi tanda dalam pembentukan suatu karakter dari objek fashion tersebut. Adapun  karya  seni yang digunakan untuk  merepresentasikan  ide  di  atas berupa instalasi tiga dimensi dengan media benang dan ruang gelap. Dengan eksplorasi warna neon, benang, dan pemanfaatan pencahayaan ruang maka karya ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru tentang representasi dan ekspresi dari ide dasar penulis dalam menyampaikan pesan pada masyarakat Kata kunci: Identitas, fashion, warna, glow in the dark, instalasi.
MEMETAKAN JEJAK AVANT GARDE DENGAN MENGGARIS ULANG NILAI ESTETIK SENI KONTEMPORER Moh Rusnoto Susanto
Journal of Contemporary Indonesian Art Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jocia.v3i2.1920

Abstract

Seni kontemporer merupakan konstelasi penting dan barometer pencapaian konsep seni maupun pencapaian tertentu mengenai artistik dengan diskursus yang menopang kemunculan dengan memetakannya. Sebuah aktivitas seni yang tak sekedar mengeksplorasi, mengeksploitasi dan mengumbar eksotika visual namun seni yang mampu menjadi penanda jaman dengan mengekspresikan kritik terhadap peradaban (mempertanyakan diri sendiri mengenai warisan budaya kita) seraya menegosiasi masa depan melalui pandangan kritis baik secara visual, makna artistik maupun intelektual. Pandangan seni yang cair, dinamis, transformatif, hibrid, sinkretisme, dan kontekstual membuka ruang perluasan batasan seni yang rigid dalam membangun jejaring sosio kultural lintas teritorial. Bahasa ungkap yang dilahirkan secara inheren dan spesifik menginvestigasikan, mempresentasikan, merepresentasikan masa kini dalam perhelatan kesadaran kritis hampir semua aspek kesenian yang menghidupi dengan mempersandingkan global, lokal, dan glokal. Profesor Achille Bonito Oliva, seorang kritikus seni dan kurator seni internasional sekaligus guru besar sejarah seni Universitas Sapienza Roma. Kritikus seni yang paling berpengaruh di Eropa peraih berbagai penghargaan kritik yang diantaranya ‘Flash Art International Critic Award’ secara runtut membentangkan esai-esai mengenai Seni Setelah Tahun Dua Ribu. Esai-esainya menjadi bagian penting dalam proses pemetaan seni kontemporer yang dijumpainya sebagai insight, temuan-temuan survey, dan risetnya tentang modernisme untuk memetakan jejak dari avant garde Barat pasca Perang Dunia II hingga kini, merevolusi, dan menggaris ulang nilai estetik (nilai ekonomi seni termasuk peran sosial dan kultural dari seniman abad 21). Buku ini penting disimak, dipelajari, ditinjau, dikaji, dikomparasi, dan dijadikan referensi akademik. Paparannya yang ringkas, sederhana, naratif, mudah dipahami secara cepat dengan panduan dokumentasi data visual yang lengkap dan contoh karya yang menggugah. Esai yang disajikan dalam dua bahasa sekaligus (Indonesia-Ingris) sangat memudahkan diserap para pembaca lokal maupun internasional. Gaya bahasanya yang lugas, elaboratif, pemilihan diksi yang tepat, dan keluasan pandangan kritis membuat buku ini makin penting dimiliki sekaligus dicermati. Kata Kunci: Avant-Garde, Memetakan, dan Seni Kontemporer