Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies
Al-Jamiah invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies and researches in the areas related to Islam, Muslim society, and other religions which covers textual and fieldwork investigation with various perspectives of law, philosophy, mysticism, history, art, theology, sociology, anthropology, political science and others.
Articles
20 Documents
Search results for
, issue
"Vol 42, No 2 (2004)"
:
20 Documents
clear
Critical Study on The Concept of al-á¹¢aḥÄba Kullahum âUdulun in âIlm al-ḤadÄ«th
Mukri, Barmawi
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 42, No 2 (2004)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/ajis.2004.422.343-361
Sahabat adalah orang-orang muslim yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad saw dan pernah bergaul dengan beliau secara langsung dan ketika mati mereka itu masih tetap sebagai orang yang beiman. Mereka ini merupakan generasi awal yang beriman kepada ajaran Nabi Muhammad dan yang menerima ajaran Islam (hadis-hadis Nabi) secara langsung dari beliau. Mereka ini sangat taat kepada Nabi sehingga tidak mungkin mereka itu berani berkhianat dan berbohong dengan sengaja dalam meriwayatkan hadis Nabi. Mereka pada umumnya bersifat âadil, á¹£iqah dan .dÄbiá¹. Akan tetapi karena sahabat Nabi itu adalah sebagai manusia biasa maka kemudian jika ditemukan sekelompok kecil dari mereka yang tidak âadil, á¹£iqah dan .dÄbiá¹ Â karena menurut data historis mereka ini terbukti termasuk golongan orang munafik atau fasik, maka periwayatan hadisnya harus ditolak. Hal ini dimaksudkan tidak lain untuk menjaga kemurnian ajaran Islam yang berasal dari Nabi. Jadi dengan demikian kaidah al-á¹¢aḥÄba Kullahum âUdulun tidak berlaku secara umum.
Al-YasÄr al-IslÄmÄ«: Iá¹lÄlah âÄmmah
Abū Zaid, Naṣr
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 42, No 2 (2004)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/ajis.2004.422.363-410
Islamic thought develop rapidly as the progress of Islam in the classical era especially when Islam facing modernity nowadays. In general, the discourse of Islamic thought ranges from the âleftâ to the ârightâ. The term "left" is used for political movement and changes which defends the right and interest of poor individual, i.e. vulnerable and oppressed people. This mainstream fight against social in justice caused by economics and politics, such as the tendency of elites to support certain communities in any forms and to neglect others. In general it can be stated that leftist movements aim to develop society, toward freedom of thought and civilized, and also employ logic as a way of life and thinking method. Although it seems very excellent for the society, however it also has some disadvantages such as it could harm personal freedom. Meanwhile the âright" is used for political movement and changes which demand for private freedom. It seem that the "right movement more flexible than the âleftâ one to protect personal freedom of thought especially freedom of faith, freedom of thought etc. To conclude, the "right" movement is more conservative to protect tradition.
Al-Muá¸Ärabah Min Wujhat Naáºr al-fiqh wa-Tajribat Bank al-SyarÄ«ah
Arief, Abd Salam
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 42, No 2 (2004)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/ajis.2004.422.411-427
In Indonesian society, mudhÄrabah is one of sharÄ«ah economics systems that have been performed since long time ago in rural society. One example of mudhÄrabah is that landowners give the authority to other people to manage their lands and to share their crops. In fact, the prophet Muhammad has also done in his time of a such kind mudhÄrabah system in his society. In doing so, two parts are involved, the investor (shÄhih al mÄl) and the manager of the land (al-mudhÄrib). Nowadays, mudbÄrabah is an Islamic economics system that is offered by sharÄ«ah banks to attract more customers. In applying this system, mudhÄrabah can be seen in two ways, as a system and as a product. MudhÄrabah as a system is when it is used as guidance by a bank in its transactions. i,e., Partnerships agreement between the owner of the capital and the manager of a business is based on outcomes sharing. MudbÄrabah as a product was applied in two ways in sharÄ«ah banks, i.e. the bank as the owner of the capital and the bank as the manager of a business. This article illustrates the way that nudhÄrabah is applied in sharÄ«ah banks in the perspective of fiqh.
The ṬÄj al-SalÄá¹Ä«n and Acehnese History
Hadi, Amirul
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 42, No 2 (2004)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/ajis.2004.422.257 -293
Cermin Raja-Raja (Mirrors for Princes) merupakan salah satu jenis karya terpenting di dunia Islam. Jenis karya ini berbicara mengenai etika pemerintahan yang Islami yang dimaksud sebagai pegangan bagi para penguasa. Dengan demikian ia berbentuk ideal dan didaktik. Seiring dengan berkembangnya Islam ke berbagai penjuru, jenis karya ini juga menunjukkan perkembangan yang variatif sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tempatan. ṬÄj al-SalÄá¹Ä«n merupakan suatu varian jenis karya ini yang memperlihatkan warna Asia Tenggara.Ditulis di Aceh pada tahun 1603, karya ini merefleksikan kondisi sosial, politik, trend agama dan intelektual  pada masanya. Yang menarik dari karya ini adalah ia tidak hanya berbentuk ideal dan didaktik, akan tetapi juga menyentuh berbagai persoalan legal keaagamaan dan politik yang relevan di kerajaan Aceh abad ke-17. Dl sinilah peran signifikan ṬÄj al-SalÄá¹Ä«n dalam membantu sejarahwan dalam mewujudkan rekonstruksi sejarah Aceh abad ke-17 secara komprehensif. Meskipun ia tidak menawarkan peristiwa-peristiwa historis, namun karya ini sarat dengan konsep dan pandangan dunia yang melatarbelakangi berbagai perilaku dalam sejarah, khususnya Aceh.
Taâlimu al-MahÄrat al-QurÄniyyah
Anshori, Ahmad Suyuti
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 42, No 2 (2004)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/ajis.2004.422.429-464
The quran is the great miracle of the prophet Muhammad saw. The book is absolutely holy, far from any distortion as underwent by other holy books. The Quran book is the most authentic source book ever given to human civilization. Nowadays no scholars or linguist could imitate the beauty and then compact quality of the Qurâan. In addition, the Qurâan has also made a significant contribution to Arabic language and also its eternity. Thanks to the book, the Arabs became one community, and Muslims could unearth on knowledge. Therefore, the Qurâan has become the central point for Muslims from the time of the Prophet to our recent area. A number of religious scholars, researchers, and writers have focused their attention on the holy book, from way how to read, write, memories, interpret, and study its miracle. This writing elaborates on the way how to teach skill about the Quran i.e., listening, writing, reading, and memorizing-all in relation to various theories of education.
Religion: An Ambiguous and Questionable Concept
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 42, No 2 (2004)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/ajis.2004.422.295-318
Hampir sebagian besar ahli ilmu agama, jika bukan seluruhnya, tentu akan sepakat dengan definisi agama sebagai buah hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap suci. Dalam sepanjang sejarah, agama dalam pengertian seperti itu memang selalu dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat manusia. Tetapi, mereka akan berbeda-beda pendapat ketika berusaha mendefinisikan dan menjelaskan agama sebagai sebuah konsep. Sungguh, agama sebagai sebuah konsep, memiliki pengertian  yang berbeda-beda. Agama adalah sebuah konsep yang ambigu, sebuah konsep yang mempunyai banyak pengertian, seperti diperlihatkan oleh tulisan ini.Perbedaan pengertian seputar konsep agama itu telah menyebabkan pemahaman tentang agama menjadi semakln kompleks dan rumit. Semua agama yang ditemukan dalam sejarah diklasifikasikan berdasarkan sekurang-kurangnya tujuh kriteria, mulai dari kriteria yang bersifat paling subjektif hingga kriteria yang dianggap paling objektif. Ketujuh kriteria tersebut adalah normatif,Geografis, etnografis-linguistik, filosofis, morfologis, dan fenomenologis. Berdasarkan klasifikasi ini dapat disimpulkan bahwa secara akademik konsep agama mencakup sebuah fenomena keyakinan dan perilaku manusia yang sangat luas yang tidak terbatas pada apa yang disebut " agama-agama besar dunia". Agama-agama mempunyai persamaan dan perbedaan seperti secara singkat diperlihatkan pada akhir tulisan ini.
Wasiat untuk Ahli Waris: Kritik Ekstern dan Intern Autentisitas Hadis-hadis Iarangan Wasiat untuk Ahli Waris
Sugiri, Asep
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 42, No 2 (2004)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/ajis.2004.422.465-494
As one of the Islamic sources of law, hadith is always confronted with two challenges: reinterpretation and origination. Either of these two will appear any time the teaching it contents considered fail adjusting to social need and change. This holds true, for instance, in the matter of bequest to an heir. As is well-known, Islamic law of inheritance prescribes two restrictions upon bequest: first, a bequest may not exceed one-third of the estate and second, a bequest may not be made in favour of an heir. However, modern Muslim personal law, like in Egypt and Sudan, shows the contrary especially to the second restriction. Muslims of these two countries may legally make a bequest to whom he will, whether heirs or non-heirs. This directly runs counter to the hadith: "la waá¹£iyyah li-wÄrith" (no bequest to an heir). But the reforrners argue that the hadith is poorly attested. David S. Powers even suggest that the hadith is a false one. The hadith scientific approach Proposed in this article to the hadiths, as shown in al-kutub at-tisah, proved to corroborates the argument, albeit differs slightly with Powers suggestion.
Save Indonesia By and From Sharī-a: A Debate on the Implementation of Sharī-a
Wahib, Ahmad Bunyan
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 42, No 2 (2004)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/ajis.2004.422.319-34I
Perdebatan tentang penerapan syariat Islam di Indonesia memiliki sejarah cukup panjang, Bermula dengan âPiagam Djakarta" yang memuat tujuh kata "dengan kewadjiban menjalankan syariâat Islam bagi pemeluk-pemeluknja", pasca kemerdekaan. Pada Orde Lama (Soekarno) dan Orde Baru (Soeharto) perdebatan penerapan syariat Islam tertutup, terutama setelah keluanya Dekrit Presiden 1959 serta kebijakan negara (Orde Baru) untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas bernegara. Di kalangan muslim sendiri penerapan syariat Islam di perdebatkan. Sebagian mendukung dan sebagian menolak. Dukungan terhadapnya disuarakan oleh Islam garis keras, sedangkan Islam liberal menolaknya.
Book Review: Adakah Kiprah Salah Kaum Muslimin?
Haikal, Husain
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 42, No 2 (2004)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.14421/ajis.2004.422.495-509
Buku ini tengah dalam proses diceak, pada waktu Black September melumatkan bangunan WTC (World Trade Center) di New York. Peristiwa 11 September 2007 telah mencuatkan nama Osama bin Laden. Wajarlah apabila September Hitam tidak sempat diulas buku ini. Apalagi tragedi September Hitam mempertanyakan kehebatan Amerika Serikat (AS). Dengan mudah lambang kehebatan puncak kapitalisme, WTC, berhasil dihancurkan dengan biaya sangat murah, seharga tiket yang dibeli para pelakunya, dan merupakan tamparan hebat bagi AS apabila sebagian gedung Pentagon, sebagai lambang kehebatan pertahanan AS, mampu dihancurkan.