cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Pembangunan Pedesaan
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 4, No 2 (2004)" : 8 Documents clear
KONFLIK ANTARDESA Sebuah Kajian Sosisologis tentang Kekerasan Kolektif di Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas) INTER-VILLAGE CONFLICT (Sociological Analysis on Collective Violence in Kedungbanteng District, Banyumas Regency) Wuryaningsih, Tri; Suyanto, Edy; W., Tri Rini; W., Tyas Retno
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian bertujuan ingin mengetahui kondisi yang mendukung munculnya konflik antardesa di wilayah tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik analisis model interaktif. Informan ditentukan melalui teknik purposive sampling. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh melalui indepth interview, focused group discussion, serta observasi dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pendukung munculnya konflik antardesa di Kecamatan Kedungbanteng sangat terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah tersebut, yang ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan penduduk dan banyaknya penduduk usia produktif yang menganggur, terutama di Kelurahan Beji. Penelitian ini juga mengungkap bahwa di antara kedua desa memiliki pandangan negatif terhadap pihak lain. Masyarakat Kelurahan Beji melihat bahwa orang Karangnangka memiliki karakter sok priyayi, sombong, individualistis, dan suka memanfaatkan kedekatan mereka dengan orangorang yang memiliki kekuasaan. Walaupun jumlah penduduk yang menjadi pegawai jumlahnya tidak jauh berbeda dibanding Desa Beji, namun mereka itu kebanyakan keturunan orang-orang yang memiliki “pengaruh” di desa tersebut. Sebaliknya, masyarakat Karangnangka melihat orang-orang Beji sebagai orang yang kasar, reseh, sekarepe dhewek. Menurut “sejarah,” dahulu di Beji ada sebuah Perguruan Silat “Asma,” sehingga di masa lalu orang-orang Beji sangat ditakuti oleh masyarakat Kedungbanteng dan sekitarnya. Meski masa itu telah lama berlalu, namun tampaknya sisa-sisa “kejawaraan” mereka masih ada. Di antara berbagai faktor pendukung tersebut, tampaknya perebutan sumber air merupakan faktor yang utama. Masyarakat Beji yang banyak memiliki kolam ikan sebagai sumber hidup mereka, sering berebut air - terutama pada musim kemarau dengan masyarakat Karangnangka, yang kebetulan letaknya di atas.
PERTUMBUHAN, HASIL, DAN MUTU BERAS GENOTIPE F5 DARI PERSILANGAN PADI MENTIK WANGI X POSO DALAM RANGKA PERAKITAN PADI GOGO AROMATIK GROWTH, YIELD, AND RICE QUALITY OF F5 GENOTYPES PROGENY OF CROSSING BETWEEN MENTIKWANGI AND POSO FOR DEVELOPMENT OF AROMATIC UPLAND RICE Dwi Haryanto, Totok Agung
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persilangan antara Mentik Wangi (Padi aromatik rasa nasi pulen) dan Poso (Padi gogo berdaya hasil tinggi, toleran kekeringan, rasa nasi pera) telah dilakukan dan telah diperoleh 50 genotipe F5. Tujuan penelitian adalah mempelajari penampilan pertumbuhan, daya hasil, dan sifat aromatik genotype F5 keturunan persilangan padi Mentik Wangi dengan Poso, serta menyeleksi genotipe yang aromatik dan berdaya hasil tinggi untuk diteruskan sebagai generasi F6. Sejumlah 50 genotipe tanaman F5 keturunan persilangan Mentik Wangi dengan Poso digunakan sebagai materi utama, ditanam pada tiga lingkungan yang berbeda, yaitu: L1 (pupuk NPK), L2 (pupuk kandang kotoran ayam), dan L3 (pupuk bokashi), menggunakan Rancangan Tersarang, tiga kali ulangan. Variabel yang diamati adalah pertumbuhan dan hasil, ditambah sifat aromatis. Data dianalisis menggunakan uji F dilanjutkan uji DMRT untuk variabel yang dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan. Penelitian menyimpulkan hal sebagai berikut. Penampilan pertumbuhan bervariasi dengan tinggi tanaman 57,6 sampai 96,4 cm, dan umur panen bervariasi 115 sampai 123 hari. Daya hasil (bobot biji per rumpun) bervariasi menyebar di antara 8,9 g sampai dengan 17,9 g per rumpun. Interaksi genotipe x pemupukan ada pada tinggi tanaman. Ada 25 genotipe F5 yang termasuk aromatik, 19 dari 25 genotipe tersebut termasuk berdaya hasil tinggi, dan 5 dari 19 genotipe tersebut berumur relatif pendek. Kata kunci: Aromatik, Daya hasil tinggi, Padi gogo
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIN (Brassica chinenchis L.) PADA BERBAGAI JENIS PUPUK ORGANIK DAN PUPUK FOSFAT ALAM THE GROWTH AND PRODUCTION OF CAISIN (Brassica chinenchis L.) ON VARIETIES OF ORGANIC FERTILIZERS AND ROCK PHOSPHATE Kusumasari, Aryana Citra; Budisantoso, Iman; Dwiati, Murni
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik dan fosfat alam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin, serta menentukan jenis pupuk organik dan dosis pupuk fosfat alam terbaik dalam memacu pertumbuhan dan hasil tanaman caisin. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan pola perlakuan Petak Terpisah (Split Splot Design). Petak utama berupa jenis pupuk organic yaitu pupuk kandang kambing (A ), pupuk kandang sapi (A ), dan pupuk 1 2 limbah media jamur merang (A ) dengan dosis masing-masing 10 ton/ha. 3 Anak petak berupa dosis fosfat alam 0 (B ), 250 (B ), 350 (B ), dan 450 (B ) 0 1 2 3 kg/ha, sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Parameter yang diamati meliputi parameter pertumbuhan yaitu jumlah daun, luas daun, bobot kering, nisbah pupus akar dan parameter hasil yaitu bobot basah daun. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dan fosfat alam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin. Pupuk limbah media jamur merang dan fosfat alam dosis 450 kg/ha (A B ) merupakan kombinasi terbaik dalam 3 3 memacu pertumbuhan dan hasil tanaman caisin.
PROFIL PENGEMBANGAN DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH (Tinjauan pada Pengembangan Komoditas Jagung)PROFILE OF POLICY AND AGRICULTURE DEVELOPMENT IN PURBALINGGA REGENCY CENTRAL JAVA(The Study on Development of Corn) , Tobari; Dharmawan, Budi
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan wilayah melalui pendekatan sektor pertanian harus mampu memanfaatkan keunggulan komparatif dari setiap wilayah yang berbeda, sehingga mampu memberikan dampak ekonomi pada wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi komoditas jagung di Kabupaten Purbalingga, seberapa besar tingkat konsentrasi dan spesialisasi, wilayah yang mengalami pertumbuhan dan punya daya saing baik, dampak kebijakan pemerintah pada pengembangan jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1.a). Wilayah yang mempunyai potensi komoditas basis jagung adalah Kecamatan Karangreja, Mrebet, Kertanegara, Karanganyar, Kutasari, Padamara, Pengadegan, Bojongsari, dan Purbalingga. b). Komoditas basis cenderung menyebar tidak merata dan tidak ada satu pun wilayah yang melakukan konsentrasi dan spesialisasi, c) Ada kecenderungan Kecamatan Bojongsari, Kutasari, Mrebet, Karangreja, dan Karangmoncol yang memiliki pertumbuhan dan daya saing yang baik untuk usahatani jagung dibanding dengan wilayah lain. 2. a). Tidak terdapat cukup alasan untuk menyatakan bahwa dampak kebijakan pemerintah melindungi petani jagung dengan melakukan proteksi terhadap harga input tradable (input yang diperdagangkan internasional). b). Secara finansial dan ekonomi, petani lebih efisien menggunakan sumberdaya domestik untuk usahatani jagung. c). Tidak terdapat kebijakan pemerintah yang cukup signifikan yang menyebabkan harga finansial lebih rendah dari pada harga sosial, sehingga petani menerima harga lebih rendah sebesar 79 persen dari harga yang seharusnya diterima. d). Dampak kebijakan pemerintah secara total telah terjadi disincentive, sehingga ada indikasi bahwa tidak terdapat kebijakan pemerintah yang bersifat melindungi petani terhadap harga output maupun subsidi input, surplus produsen berkurang, karena terjadi pengalihan laba usaha kepada masyarakat. Disarankan kebijakan pengembangan harus diarahkan dan memperhatikan pemanfaatan sektor basis ekonomi potensial dan sektor yang menyediakan masukan maupun sektor yang memanfaatkan lebih lanjut produk dari sektor basis tersebut.
DAMPAK KEGIATAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR DI KABUPATEN SIAK THE EFFECT OF FOREST COMMERCIAL RIGHT TOWARD SOCIOECONOMIC OF SIAK COMMUNITY Syahza, Almasdi
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Siak merupakan salah satu daerah di propinsi Riau yang memiliki potensi hutan yang cukup tinggi, sehingga banyak perusahaan yang mempunyai Hak Pengusahaan Hutan (HPH), melakukan kegiatan menggali potensi hutan. Penelitian yang merupakan Development Research ini bertujuan mengkaji dampak kegiatan HPH terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitarnya, antara lain: terhadap lembaga ekonomi, mobilitas penduduk, pemilikan lahan, peluang usaha, kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan masyarakat. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan HPH menyebabkan: semakin sempitnya lahan pertanian; berkurangnya pemilikan lahan bagi masyarakat tempatan; sering terjadi konflik, baik antara masyarakat tempatan dengan pendatang, maupun dengan perusahaan HPH; berkembangnya kegiatan penebangan kayu ilegal (illegal logging); serta tingginya mobilitas penduduk. Di sisi lain, kegiatan penebangan hutan dapat menciptakan peluang usaha, kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat sekitarnya, dan pertumbuhan ekonomi.
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH GA3 DAN CARA PERENDAMAN UMBI BAWANG MERAH PADA KULTIVAR SUMENEP TERHADAP PEMBUNGAAN EFFECT OF GA3 AND DIPPING PERIOD OF FLOWERING SHALLOT SEED OF CUT SUMENEP Putrasamedja, Sartono; Permadi, Anggoro Hadi
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh informasi tentang lama perendaman dan campuran larutan GA3 terhadap pengaruh pembungaan umbi bawang merah kultivar Sumenep yang telah siap ditanam, dipotong sepertiga bagian atasnya kemudian dibiarkan sehari lalu direndam dalam larutan GA3 dengan campuran 0, 10, 20, dan 40 ppm selama 10, 20, 40, dan 80 menit. Setelah disimpan sehari kemudian ditanam dalam rumah kaca menurut Rancangan Acak Kelompok pola faktorial dengan tiga ulangan. Percobaan dilakukan di Kp. Margahayu Lembang dari bulan Oktober 2002 sampai dengan Januari 2003. Hasil percobaan menunjukan bahwa: campuran gas GA3 juga berpengaruh terhadap tinggi tanaman, makin tinggi campuran cenderung makin pertumbuhan tinggi tanaman; campuran GA3 juga berpengaruh terhadap jumlah anakan perrumpun, makin tinggi campuran makin sedikit jumlah anakan; campuran GA3 sampai dengan 40 ppm dan lama perendaman sampai 80 menit tidak dapat merangsang terjadinya pertumbuhan tangkai bunga.
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG BIJI NIMBA TERHADAP HAMA PUTIH PALSU (Cnaphalocrosis medinalis Guenee) DAN HASIL PADA SISTEM MINA PADI EFFECTS OF NEEM SEED FLOUR UTILIZATION TO THE LEAFFOLDER Cnaphalocrosis medinalis Guenee AND YIELD ON RICE-FISHERY SYSTEM , Sudjarwo
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung biji nimba terhadap: 1) populasi hama putih palsu, 2) intensitas serangan hama putih palsu, dan 3) hasil panen pada sistem budidaya padi monokultur, mina padi penyelang dan tumpang sari. Pelaksanaan penelitian di Desa Kutasari Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas, mulai bulan Juli - Desember 2003. Penelitian dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan tiga kali ulangan. Petak utama terdiri atas tiga macam sistem budidaya, yaitu: (A ) padi monokultur, (A ) mina padi 0 1 penyelang dan (A ) mina padi tumpang sari. Anak petak adalah dosis tepung 2 biji nimba, terdiri atas tiga taraf yaitu: (D ), 0 kg/ha, (D ) 20kg/ha, dan (D ) 0 1 2 40 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi hama putih palsu lebih tinggi pada areal yang tidak disemprot dengan tepung biji nimba pada budidaya monokultur daripada mina padi. Intensitas serangan hama putih palsu tergolong ringan pada padi monokultur dan mina padi yang disemprot dengan tepung biji nimba. Hasil panen tertinggi dijumpai pada perlakuan dosis tepung biji nimba 20 kg/hektar dengan sistem budidaya mina padi penyelang yaitu rata-rata 4,16 ton/ha padi dan 7.500 ikan/ha.
STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI MISKIN DI DESA GERDUREN KECAMATAN PURWOJATI KABUPATEN BANYUMAS STUDY OF EMPOWERMENT ON POOR FARMERS COMMUNITY IN THE VILLAGE OF GERDUREN, PURWOJATI SUBDISTRICT, BANYUMAS DISTRICT Rohman, Abdul; Isna, Alizar; Setyoko, P. Israwan; Dharma, Pawrtha
Pembangunan Pedesaan Vol 4, No 2 (2004)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemberdayaan masyarakat tani miskin adalah suatu aktifitas yang ditujukan untuk meningkatkan kehidupan mereka. Dalam kegiatan pemberdayaan ini dilakukan oleh aparat desa, Perhutani maupun Lembaga Sawadaya Masyarakat (LSM). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan para petani miskin di desa Gerduren. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang didukung dengan pendekatan metode interaksi. Berdasarkan hasil analisis, maka ditemukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, bahwa persepsi masyarakat terhadap pemberdayaan petani miskin tidak mempunyai keseragaman. Sebab, salah satu pihak menyatakan bahwa suatu kegiatan disebut sebagai suatu pemberdayaan, sedangkan di pihak yang lain menyatakan bahwa kegiatan tersebut bukan sebagai pemberdayaan. Kedua, pemberdayaan masyarakat tani miskin dilaksanakan dengan metode yang tidak terprogram sebelumnya, sehingga pelaksanaan bantuan kurang menyentuh esensi pemberdayaan yang sebenarnya, yaitu melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Ketiga, Pemberdayaan pada umumnya tidak dilakukan secara sistemik, sehingga dalam pemberian bantuan stimulan, seperti pemberian benih maupun penjualan beras murah, tidak memberikan motivasi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki para petani. Hal ini karena tidak ada kegiatan pemberdayaan yang dijalankan secara kontinyu, baik oleh aparatur desa, Perhutani maupun LSM.

Page 1 of 1 | Total Record : 8