cover
Contact Name
Aqil Luthfan
Contact Email
walisongo@walisongo.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
aqilluthfan@walisongo.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
ISSN : 08527172     EISSN : 2461064X     DOI : -
Core Subject : Humanities, Social,
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan is an international social religious research journal, focuses on social sciences, religious studies, and local wisdom. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. The subject covers literary and field studies with various perspectives i.e. philosophy, culture, history, education, law, art, theology, sufism, ecology and much more.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural" : 20 Documents clear
DAKWAH TRANSFORMATIF MOHAMMAD NATSIR al-Asy’ari, M. Khoirul Hadi
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.275

Abstract

Da‘wa is probably the best effort to spread Islam. In the context of Indonesia, so many figures engaged in Islamic da‘wa. One of them is Mohammad Natsir who implemented transformative Islamic da‘wa in of his life times. Applying qualitative research with historical approach, both on his life history and his writings, it was found that transformative efforts on the dakwah movement implemented by Mohammad Natsir was based on the principles of verbalic deeds, actualization of Islam in a factual actions, and good personily. The principles had been imple­mented by doing organizational breakthrough toward the community. Applying this strategy made the da‘wa movement infiltrated toward all levels of society. Nowadays it was showed that the organization set up by Mohammad Natsir developed well and support the religiousity among Indonesian society.***Dakwah adalah salah satu upaya untuk menyebarkan agama Islam. Dalam konteks Indonesia, banyak sekali tokoh yang bergerak dalam bidang dakwah. Salah satunya adalah Mohammad Natsir. Mohammad Natsir melakukan dakwah tranformatif pada zamannya. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, dengan pendekatan sejarah, baik melalui sejarah kehidupan maupun karyanya ditemu­kan bahwa upaya transformatif dalam gerakan dakwah yang dilakukan oleh Mohammad Natsir didasarkan pada prinsip amal perbuatan lisan, aktualisasi ajaran Islam dengan karya nyata, dan kepribadian terpuji. Upaya yang dilakukan­nya adalah melakukan gebrakan organisatoris. Implementasi dakwah Moham­mad Natsir melalui gerakan organisasional telah terbukti menyebar di seluruh wilayah Indonesia dan membentuk keberagamaan Islam di Indonesia.
URGENSI REGULASI PENYELESAIAN KONFLIK UMAT BERAGAMA: PERSPEKTIF TOKOH LINTAS AGAMA Hapsin, Abu
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.270

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan pandangan tokoh lintas agama dengan keberadaan peraturan yang terkait dengan isu-isu ke­rukun­an umat beragama di Indonesia, apakah peraturan tersebut memiliki manfaat yang signifikan bagi upaya penyelesaian konflik agama di Indonesia, atau sebaliknya. Penelitian ini  dilaksanakan di Jawa Tengah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data tersebut diambil dari ide (gagasan) tokoh lintas agama di Semarang serta berbagai re­ferensi yang terkait. Pengumpulan data diambil dengan wawancara dan studi literatur. Data dianalisis secara deskriptif kritis. Hasil penelitian menunjuk­kan bahwa konflik agama yang terjadi karena berbagai faktor atau akar penyebab konflik sangat beragam. Masing-masing tokoh agama memiliki pandangan ber­beda. Beberapa orang menganggap pluralisme sebagai akar penyebab konflik, ada juga pendapat bahwa penyebab kon­flik adalah adanya diskriminasi dalam pe­rumusan undang-undang dan peraturan yang diatur. Meskipun pandangan mereka berbeda pada akar penyebab masalah konflik, mereka sepakat bahwa untuk menjaga kerukunan beragama di Indonesia perlu ada sebuah hukum yang mengatur peraturan ke­hidupan beragama di Indonesia.
ISLAM RAḤMATAN LI ’L-‘ĀLAMĪN SEBAGAI LANDASAN DAKWAH MULTIKULTURAL: PERSPEKTIF MUHAMMAD FETHULLAH GÜLEN Bisri, Achmad
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.290

Abstract

This article aimed to analyze Fethullah Gülen’s concept on raḥmatan li ’l-‘ālamīn. This concept can be used as an important basic for designing a multicultural da‘wa that emphasizes: (1) love and affection; (2) tolerance; and (3) inter­faith dialogue. This research used hermeneutic analysis. There are three important research findings. Firstly, Islam as raḥmatan li ‘l-‘ālamīn to be reflected with love and affection. Secondly, Islam as raḥmatan li ’l-‘ālamīn to be reflected with interfaith dialogue. Thirdly, Islam as raḥmatan li ’l-‘ālamīn to be reflected as tolerance.***Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konsep Fethullah Gülen mengenai raḥmatan li ’l-‘ālamīn. Konsep ini dapat dijadikan landasan pentingnya mem­bangun dakwah multikultural yang menekankan pada: (1) cinta dan kasih; [2] tole­ransi; dan [3] dialog antar iman. Penelitian ini menggunakan analisis herme­neutika. Terdapat tiga temuan penting dalam penelitian ini. Pertama, Islam raḥmatan li ’l-‘ālamīn itu direfleksikan dengan cinta dan kasih. Kedua, Islam raḥmatan li ’l-‘ālamīn itu direfleksikan dengan dialog antar iman. Ketiga, Islam raḥmatan li ’l-‘ālamīn itu direfleksikan dengan toleransi.
AN ISLAMIC SEARCH OF NOBLE VALUES: THE PREVALENCE OF MODERN PRINCIPLES AND THE RESILIENCE OF LOCAL TRADITIONS IN INDONESIAN DA‘WA Suwarno, Peter
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.266

Abstract

The variety of da‘wa (Islamic preaching) in Indonesia indicated not only the diversity in Islamic groups and identities, but also the varieties and changes in values and principles embraced by Indonesian Muslims. This paper argued that these da‘wa activities constitute searches of most suitable Indonesian Islamic principles that inevitably include the negotiation of Islamic, global, and local values. For this purpose, this paper showed examples of various international and Indonesian Islamic scholars and leaders who help change social, political, and religious rhetorical landscape through various arguments involving especially Islamic and modern-international values. This paper maintained that, in addition to Muslims exposure to modern global principles such as democracy and human rights, the increasing popularity and resilience of local-traditional rituals, per­formances, and expressions in Indonesian da‘wa have significantly shaped the search of the Indonesian Islamic noble values.***Keragaman dakwah Islam di Indonesia tidak hanya tampak dalam keragaman kelompok serta identitas Islam, tetapi juga dalam varian dan perubahan nilai-nilai serta prinsip-prinsip yang dianut oleh umat Islam Indonesia. Tulisan ini menegaskan bahwa kegiatan dakwah ini merupakan pencarian prinsip-prinsip Islam Indonesia yang paling sesuai yang mau tidak mau merupakan upaya negosiasi nilai Islam, global, dan nilai-nilai lokal. Untuk tujuan tersebut, tulisan ini menunjukkan beberapa contoh ulama dan pemimpin Islam internasional dan Indonesia yang membantu mengubah landscape retorika sosial, politik dan agama melalui berbagai argumen yang secara khusu melibatkan nilai-nilai Islam dan modern-internasional. Tulian ini berpendapat bahwa, disamping Muslim harus berhadapan dengan prinsip-prinsip global modern seperti demokrasi dan hak asasi manusia, meningkatnya popularitas dan ketahanan dari ritual,  per­tunjuk­an, dan ekspresi lokal-tradisional dalam dakwah Indonesia telah mem­bentuk pencarian nilai-nilai luhur Islam Indonesia secara signifikan.
MELACAK AKAR IDEOLOGI PURITANISME ISLAM: SURVEI BIOGRAFI ATAS “TIGA ABDULLAH” Jinan, Mutohharun
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.271

Abstract

This paper examined the variant of Islamic movement with biographical point of view to three muslims figures, namely Abdullah Sungkar (the founder of Jemaah Islamiyah), Abdullah Marzuki (the founder of Majelis Pengajian Islam), and Abdullah Thufail Saputro (the founder of Majelis Tafsir Al-Qur’an). They have been known as the “Triple A”. They have been being very influential in the dynamics of Islam in Surakarta since the 1970s until today. They have worked together to spread the teachings of Islam in many religious activities. Applying qualitative approach and using documentation study, it was founded that due to many differences in intellectual backgrounds and ideological orientations of each other that lead them to choose different strategies to realize the ideal Islamic society. The first figure selected resistant position and fight against the hegemony of the state, the second figure chose neutral and do not care about political issues, and the third figure to choose the path of accommodative policy of the state.***Artikel ini membahas tentang varian gerakan Islam di Surakarta dengan pen­dekat­an biografi tokoh. Tokoh yang dijadikan objek kajian adalah Abdullah Sungkar (pendiri gerakan Jamaah Islamiyah), Abdullah Marzuki (pendiri Majelis Pengajian Islam), dan Abdullah Thufail Saputro (pendiri gerakan Majelis Tafsir Al-Quran). Tiga tokoh ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Tiga A. Pemikiran dan lembaga mereka sangat berpengaruh dalam dinamika perkembangan dan dakwah Islam di Surakarta pada tahun 1970-an hingga sekarang. Mereka pernah bekerja sama dalam lembaga dakwah. Dengan pendekatan kualitatif dan kajian dokumen ditemukan bahwa karenas beberapa perbedaan latar belakang, pandangan, dan orientasi ideologi menjadikan mereka berpisah dan membentuk gerakan sendiri-sendiri. Abdullah Sungkar memilih jalur berseberangan dengan negara, Abdullah Marzuki memilih jalur pendidikan pesantren dan tidak berpolitik, sedangkan Abdullah Thufail Saputro memilih jalur akomodasi dan bekerjasama dengan negara.
MULTICULTURAL DA‘WA IN SCHOOLS FROM A SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE Dwiningrum, Siti Irene Astuti
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.267

Abstract

Multicultural da‘wa for the sake of building the paradigm of multicultural education is not an easy work due to the determinants in social structure like social, cultural, economic and political determinants. The implementation of multicultural education related to various social elements in society which are not in synergy one another. This article will reveal multicultural preaching carried out in schools and look at the strategies of multicultural education is implemented in schools. Applying qualitative study by describing the initial data associated with a multicultural dakwah activity at the three high schools in Yogyakarta Indonesia, this research concluded that multi­cultural da‘wa in schools is a combination of several approaches namely the contri­bution approach, the additive approach, the transformation approach, and the social action approach. Multicultural da‘wa can help students to develop a social identity that to be achieved based on the values of justice, equality and respect the diversity. The strategy developed by the school for implementing multicultural dakwah is by developing language skills, language classes, art performance, the use of cultural symbols, student exchange between tribes or between countries, and uniformity.***Dakwah multikultural untuk membangun paradigma pendidikan multikultural tidak mudah karena struktur masyarakat memiliki diterminan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Pelaksanaan pendidikan multikultural terkait dengan berbagai unsur sosial dalam masyarakat yang satu dengan yang lain belum sinergis. Paparan ini akan mengungkap dakwah multikultural yang dilaksanakan di sekolah dan me­lihat strategi pendidikan multikultural dilaksanakan di sekolah. Melalui pe­neliti­an kualitatif dengan menggambarkan data awal terkait dengan aktivitas dakwah multikultural pada tiga SMA di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini berkesimpulan dakwah multikultural di sekolah merupakan kom­binasi dari beberapa pendekatan yakni pendekatan kontribusi, pendekatan aditif, pendekatan transformasi, dan pendekatan aksi sosial. Dengan dakwah multikultural dapat membantu siswa untuk mengembangkan identitas sosial yang hendak dicapainya berdasarkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan dan menghargai perbedaan. Adapun strategi yang dikembangkan oleh sekolah untuk melaksanakan dakwah multikultural adalah dengan cara mengembangkan kemampuan ber­bahasa, kelas bahasa, perfomance seni, penggunaan simbol budaya, pertukaran pelajar antar suku atau antar negara, unifomitas.
DAKWAH DAN PEMAHAMAN ISLAM DI RANAH MULTIKULTURAL Jailani, Imam Amrusi
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.272

Abstract

Development of Islam in Indonesia or in the local domain did  not show the same performance as in his home land, namely in the Arab lands. This is due to the acculturation the values of Islam and the local culture. Variabilities in Islamic appearance is also showed the variabilities in understanding on Islam.  Applying variable approaches on Islam, textual-contextual and functional-structural, will show the varieties of Islam too: normative Islam, factual Islam, ideal Islam or universal Islam, and Local Islam. From this illustrates that in reality, we are often confronted with the face of normative Islam, Islamic factual, ideal or universal Islam and the local Muslim. The study found the patterns of understanding and attitude of inclusive-exclusive, with all the effects that will be caused, either constructive or destructive, supporting or undermined the development of Islam. Based on the finding,  it is needed a concept and strategy of da‘wa which is really effective and approved by multy-culture society like Indonesia.***Perkembangan Islam di Indonesia atau di lokalitas yang lain tidak menampak­kan wajah Islam yang sama seperti di tanah kelahirannya, yaitu di tanah Arab. Hal tersebut disebabkan karena sudah terjadi akulturasi ajaran Islam dengan nilai-nilai budaya lokal. Inilah bentuk interkoneksi antara ajaran Islam dengan kearifan lokal. Dari kajian tersebut, didapati pemahaman Islam yang bermacam-macam. Tampilan rumusan Islam tersebut dihampiri dengan berbagai pendekatan untuk memudahkan pemetaan terhadap pemahaman keislaman. Dari tampilan tersebut menggambarkan bahwa dalam realitas, kita sering diperhadapkan pada wajah Islam normatif, Islam faktual, Islam ideal atau universal dan Islam lokal. Sedangkan pendekatan yang dipakai untuk menelaah hal tersebut adalah pen­dekatan tekstual-kontekstual dan struktural-fungsional. Dari telaah tersebut, didapati pola pemahaman dan pola sikap yang inklusif dan eksklusif, dengan segala dampak yang akan ditimbulkan, baik yang konstruktif maupun yang destruktif, yang mendukung maupun yang menggerogoti perkembangan Islam. Dari realitas tersebut, diperlukan suatu konsep dan strategi dakwah yang betul-betul mengena dan diterima masyarakat multikultural seperti Indonesia ini.
PENGAJIAN YASINAN SEBAGAI STRATEGI DAKWAH NU DALAM MEMBANGUN MENTAL DAN KARAKTER MASYARAKAT Hayat, Hayat
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.268

Abstract

Da‘wa strategy has an important role and function in improving the quality of people's lives. Pengajian Yasinan is one of NU strategy in developing and spread­ing the religion. Pengajian Yasinan can be found in various areas, especially in rural or neighbourhood whose citizen originately  from the NU tradition. How­ever, the influence of modernization caused the change within society. By using a qualitative approach and applying library research for data collection, this paper will explain the role and function of Pengajian Yasinan as da‘wa strategy of NU for the  connectivity integration This strategy is implemented for fortifying the community members from the social complexity as well as for developing the mental of society members through practicing the value of  religion, society, and mutual cooperation for the benefit of the entire community.***Strategi dakwah mempunyai peran dan fungsi penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Pengajian Yasinan merupakan salah satu amalan NU yang menjadi strategi di dalam mengembangkan dan menyebarkan agama. Keberadaan Pengajian Yasinan dapat ditemukan di berbagai daerah, terutama di pedesaan atau perkampungan yang masyarakatnya dari kalangan NU. Namun demikian pengaruh modernisasi telah mengakibatkan perubahan dalam ma­syarakat. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpul­an data menggunakan studi kepustakaan, tulisan ini akan menjelaskan peran dan fungsi Pengajian Yasinan sebagai strategi dakwah NU di dalam integrasi konek­tivitas. Hal itu dilakukan dalam rangka membentengi masyarakat dari kompleksitas sosial serta untuk pembangunan mental masyarakat melalui pengamalan nilai-nilai agama, sosial, dan kegotongroyongan untuk kemaslahatan bagi seluruh masyarakat.
MULTIKULTURALISME DAN HEGEMONI POLITIK PERNIKAHAN ENDOGAMI: IMPLIKASI DALAM DAKWAH ISLAM Rahmaniah, Syarifah Ema
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.273

Abstract

This paper described a variety of views on the dynamics of endogamy marriage practiced by sharif community in Pontianak. This paper used the theory of hege­mony to analyze Surah al-Ahzab: 33 as the cause of endogamy among the descendants of 'Isa al-Muhajir (Ba ‘Alawi) that have migrated to the archipelago. One of her off spring grew and spread in Pontianak was called sharif or syarifah of Pontianak. The results of this study explained that there are three different attitudes about endogamous marriage, they are accept, reject and moderate thinking. The three different attitudes came out as the result of modernization, contact with foreign cultures, the influence of education, socio-economic, and the existing settlement pattern. There is a socio-political implications of the verses of hegemony that is keeping the values of the potential political kinship as social capital to raise awareness and political culture in the context of community participation and representation of sharif in local and national politics. But in sociocultural context. Once endogamy was understood as an absolute system that must be run so it may open space of social stratification that threatens women’s freedom and will open the spaces for subordination.***Tulisan ini mendiskripsikan berbagai pandangan mengenai dinamika pernikahan endogami yang dipraktekan oleh komunitas syarif Pontianak. Tulisan ini meng­gunakan teori hegemoni menganalisis surat al-Ahzab ayat 33 sebagai penyebab terjadinya endogami di kalangan keturunan Isa al-Muhajir (Ba ‘Alawi) yang ber­migrasi ke Nusantara. Salah satu keturunannya yang berkembang  di kota Pontianak disebut sebagai syarif/syarifah Pontianak. Hasil penelitian men­jelaskan terdapat tiga sikap yang berbeda mengenai pernikahan endogami yaitu kalangan yang me­nerima, menolak dan yang berpikir moderat. Tiga sikap yang ber­beda ini terjadi akibat adanya modernisasi, kontak dengan budaya luar, pe­ngaruh pendidikan, sosial ekonomi, dan pola pemukiman yang ada. Terdapat impli­kasi sosio politik ayat-ayat hegemoni yaitu menjaga nilai-nilai kekerabatan yang secara politik berpotensi se­bagai modal sosial untuk meningkatkan kesadaran dan budaya politik dalam kontek partisipasi dan keterwakilan komunitas syarif dalam politik lokal dan nasional. Namun secara sosio-budaya jika endogami dipahami se­bagai suatu sistem absolut yang mesti dijalankan dapat membuka ruang terjadinya stra­tifikasi sosial yang mengancam kebebasan perempuan dan membuka ruang ter­jadinya sub­ordinasi.
REVITALISASI FUNGSI MASJID SEBAGAI PUSAT EKONOMI DAN DAKWAH MULTIKULTURAL Dalmeri, Dalmeri
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.269

Abstract

This article had the purpose to analyze the functions of the mosque that  is not only as a center of activities of ibadah, but also as the center of da‘wa and Muslim social and economic activities. The orientation of da‘wa that emphasized individual improvement dealing with in the quality of faith have neglected one important dimension of da‘wa, namely the development and empowerment of the Muslims as a whole. Through a qualitative descriptive approach and collecting data through observation and interviews, it was founded that communities which are empowered are not seen as passive recipient of the service, but a community that has a variety of potential and capabilities that can be empowered. Muslim community empowerment activities can be done through mentoring by boasting motivation, increasing awareness, developing knowledge and attitudes to enhance their capabilities, mobilizing productive resources and developing economic and da‘wa activity.***Artikel ini berupaya menganalisis bahwa fungsi masjid bukan hanya sebatas pusat kegiatan ibadah, tetapi juga sebagai pusat dakwah dan aktivitas sosial maupun ekonomi umat Islam. Orientasi dakwah yang lebih mengedepankan perbaikan kualitas keimanan individual telah mengabaikan satu dimensi penting dalam dakwah yaitu pengembangan dan pemberdayaan umat Islam secara menyeluruh. Melalui pendekatan deskriptif-kualitatif dengan proses penggalian data melalui observasi dan wawancara, dapat ditemukan bahwa komunitas yang diberdayakan tidak dipandang sebagai komunitas yang menjadi objek pasif penerima pelayanan, melainkan sebuah komunitas yang memiliki beragam potensi dan kemampuan yang dapat diberdayakan. Kegiatan pemberdayaan komunitas umat Islam dapat dilakukan melalui pendampingan dengan mem­berikan motivasi, meningkatkan kesadaran, membina aspek pengetahuan dan sikap meningkatkan kemampuan, memobilisasi sumber produktif dan me­ngembangkan kegiatan ekonomi maupun aktivitas dakwah.

Page 1 of 2 | Total Record : 20