cover
Contact Name
Asy-Syariáh
Contact Email
Jurnalasy-syariah@uinsgd.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
ine.fauzia@uinsgd.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Asy-Syari'ah
ISSN : 20869029     EISSN : 26545675     DOI : -
Memfokuskan diri pada publikasi berbagai hasil penelitian, telaah literatur, dan karya ilmiah lainnya yang cakupannya meliputi bidang ilmu syariah, hukum dan kemasyarakatan secara monodisipliner, interdisipliner, dan multidisipliner.
Arjuna Subject : -
Articles 158 Documents
AKAD MUDHARABAH SEBAGAI INSTRUMEN PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Asep Dadang Hidayat; Mohamad Sar’an
Asy-Syari'ah Vol 22, No 2 (2020): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v22i2.10024

Abstract

Abstract: Islamic financial institutions grow and develop in Indonesia in line with regulations issued by the government after the promulgation of Law no. 21 of 2008 concerning Islamic Banking. This study aims to discuss the Mudharabah Instrument agreement as Funding and Financing in Islamic Financial Institutions. This research includes using normative juridical methods and qualitative approaches. Data sources refer to books, documents, and other relevant written sources. The results of this study indicate that although mudharabah is not explicitly presented in the Al-Qur'an and As-Sunnah, most of the scholars are considered as the operational foundation of Islamic financial institutions. However, the development of the Mudharabah Akad Concept in Islamic Financial Institutions is still needed by the concept of modern economic development.
PRAKTIK REKAYASA DISPENSING PUMP SPBU PERSPEKTIF PERUNDANG-UNDANGAN DAN HUKUM ISLAM Hazar Kusmayanti; Ratu Chairunissa
Asy-Syari'ah Vol 22, No 2 (2020): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v22i2.10228

Abstract

Abstract: This research aims to examine and analyze the responsibilities of petrol stations as well as legal protection that can be obtained by consumers designed by petrol stations based on statutory views and Islamic law. This study uses the Normative Juridical method with references to Law Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection and Law Number 2 of 1981 concerning Legal Metrology regarding measuring instruments. These results conclude that: First, engineering pump removal by business actors carried out by SPBU managers has an impact on the revocation of the PASTI PAS predicate by Pertamina which has harmed consumers, so that it is the responsibility of business actors who provide compensation in accordance with Article 19 of the Consumer Protection Law because it has increased to default. Furthermore, in Islamic law, the stipulation of compensation is carried out because no loss or damage to the victim has occurred. Second, legal protection for consumers, namely in the form of preventive and repressive. Preventive measures are carried out by providing guidance by the government and Pertamina, while repressiveness is carried out by law enforcement and / consumer dispute resolution both through courts and outside the court. Likewise, the Islamic view of pump engineering is not in line with the principles and principles of Islamic law because there is an element of gharar in it.
MODEL KELEMBAGAAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DESA MELALUI WAKAF Mohamad Ainun Najib; Najmudin Najmudin; Isti Nuzulul Atiah
Asy-Syari'ah Vol 23, No 1 (2021): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v23i1.10246

Abstract

Abstract: Economic justice in the State of Indonesia is still far from what is aspired, plus large foreign credits, causing various problems, especially poverty. Islamic economists provide a solution with waqf to answer these problems. This study aims to determine the pattern of waqf management, the waqf empowerment system for the village community's economy, as well as the waqf institutional model which is used as an instrument of economic empowerment for rural communities in Pontang sub-district, Serang district. This study uses a normative juridical scientific approach, among these approaches are the approaches taken, including: the statute approach, the concept approach, and the sociological approach. The data collected consists of primary and secondary data. The Miles and Hubermen model method was used as a data analysis method. The results of this study indicate that the pattern of waqf management in the villages of the Pontang sub-district is managed by the nazdir of the organization, namely the Mosque and Foundation Prosperity Council. Waqf-based community economic empowerment system for youth groups and farmers. The waqf institutional model is simple and carried out independently, there is no coordination between waqf managers and Badan Wakaf Indonesia (BWI) as the parent organization of waqf management. The results of this study contribute to knowledge about the concept of waqf management in rural areas, patterns of empowerment with effective waqf and in rural areas, as well as input for BWI in improving waqf governance.Abstrak: Keadilan ekonomi  di  Negara  Indonesia  masih  jauh  dari  yang   dicita-citakan, ditambah pinjaman luar negeri yang besar, menyebabkan  permasalahan kemiskinan. Para  ekonom Islam memberikan solusi dengan wakaf untuk menjawab permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola manajemen wakaf, sistem pemberdayaan wakaf terhadap ekonomi masyarakat desa, serta model kelembagaan wakaf yang dijadikan instrumen pemberdayaan ekonomi masyarakat desa Kecamatan Pontang Kabupaten Serang. Penelitian ini menggunakan pendekatan saintifik yuridis normatif, yaitu di antara­nya adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konsep, dan pendekatan sosiologis atau empiris. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Metode model Miles dan Huber-men digunakan sebagai metode analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola manajemen wakaf di desa-desa Kecamatan Pontang  dikelola oleh nazdir organisasi yaitu Dewan Kemakmuran Masjid dan Yayasan. Sistem pemberdayaan ekonomi masyarakat  berbasis  wakaf  menyentuh  kelom­pok pemuda dan petani. Model kelembagaan wakaf bersifat sederhana dan dilaku­kan secara mandiri, belum ada koordinasi antara pengelola wakaf dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai organisasi induk pengelolaan wakaf. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi pengetahuan tentang konsep manajemen wakaf di pedesaan, pola pemberdayaan dengan wakaf yang efektif dan efisien di pedesaan, sekaligus masukan bagi BWI dalam peningkatan tata kelola wakaf.
MAQASHID SYARI’AH DALAM PENGATURAN BATAS USIA PERNIKAHAN DI INDONESIA Ahmad Ropei
Asy-Syari'ah Vol 23, No 1 (2021): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v23i1.10607

Abstract

Abstract: One of the most discussed issues in legal studies is the marriage minimum age regulation. This study aims to reveal the Maqashid Shari'ah conception in formulating the objectives of Islamic law regarding the determination of the age limit for marriage in Indonesia. Systematic literature review (SLR) was applied as the research approash, with literature study as data collection technique. The results of this paper indicate that the Maqashid Syari'ah conception on marital age limit is to achieve benefits and to reject harms, which can be seen in the following aspects: Firstly, marriage must be carried out at a mature age as a provision to navigate domestic life; secondly, determining the marriage minimum age is a strategic step to suppress early-agemarriage as one of divorce causes ; thirdly, the age limitation is in line with the protection of offspring principle (hifdz al-nasl) as an effort to prepare a family with strong descendants; fourthly, the age control becomes part of the development of community in term of psycologycal and sociological aspect. This research is expected to provide a broad understanding and encourage community’s legal awareness that the determination of marital age limitation has values that are relevant to the principles of Maqashid Syari'ah.Abstrak: Salah satu kajian hukum yang menyita banyak perhatian adalah pengaturan batas usia pernikahan. Penelitian ini hendak mengungkap konsepsi Maqashid Syari’ah dalam merumuskan tujuan hukum Islam berkenaan dengan penentuan batas usia pernikahan di Indonesia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Systematic Literature Review (SLR), dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Hasil tulisan ini menunjukkan bahwa konsepsi Maqashid Syari’ah mengenai hukum batas usia pernikahan bertolak dari tujuan meraih kemaslahatan dan menolak kemadharatan, yang dapat dilihat pada aspek berikut: Pertama, pernikahan harus dilakukan pada usia matang sebagai bekal me­ng­arungi kehidupan rumah tangga; Kedua, penentuan batas usia nikah merupakan langkah strategis dalam menekan terjadinya pernikahan dini sebagai salah satu penyebab perceraian; Ketiga, penentuan batas usia nikah sejalan dengan prinsip perlindungan ter­hadap keturunan (hifdz al-nasl) dalam upaya mempersiap­kan keluarga yang tidak mening­galkan keturunan yang lemah; keempat, penentuan batas usia nikah merupakan bagian dari upaya merespon perkembangan kondisi masyarakat dari sisi kematangan usia menikah berdasar­kan aspek psikologis dan sosiologis. Implikasi penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara luas dan mendorong kesadaran hukum bagi masyarakat bahwa penentuan batas usia nikah memiliki nilai-nilai yang relevan dengan prinsip-prinsip Maqashid Syari’ah.
THE IMPLEMENTATION OF THE MEDINA CONSTITUTION IN MODERN STATE ADMINISTRATION: A THEORETICAL VIEWPOINT Yusuf Faisal Ali
Asy-Syari'ah Vol 23, No 1 (2021): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v23i1.10747

Abstract

Abstract: The presence of the Constitution of Medina that was declared by the Prophet Muhammad after His migration did not only manage and organize the internal life of Muslims and unify them with the Jews as well as their allies but also presented a change on social status from stateless society to state society. It addresses an idea that the substance in the Constitution of Media should be overviewed and seen from various aspects of state’s and nation’s life. The purpose of this research is more intended to analyze the political principles in the Constitution of Medina. This study is qualitative with analytical descriptive method from data obtained in the literature. The data is then collected and analyzed inductively and deductively, which is elaborated with constitutional theory. This study resulted that substantially the Constitution of Medina contained the principle of politics that globally included elements of the state formation, model of state, governmental system, and type of power that remained in-progress at Medina based on the existing literatures in governmental science, political science, and developing countries in the whole world. The main aspect revealed in this study concerns the substance and implementation of the Medina constitution in the state administration that is relevant to modern countries that are developing at this time, both sociologically and politically.Abstrak: Kehadiran konstitusi Madînah yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad setelah berhijrah, sesungguhnya tidak hanya sekedar menata intern kehidupan kaum muslimin dan mempersatukan di antara mereka dengan kaum Yahudi beserta sekutu-sekutunya, tetapi juga memberikan perubahan status sosial yang mulanya dari masyarakat bukan negara menjadi masyarakat yang bernegara. Ini memberikan gambaran bahwa materi konstitusi Madînah tidak dapat dilihat dari satu sisi atau dua sisi saja, tetapi mencakup berbagai aspek kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara. Adapun tujuan dari penelitian ini lebih dimaksudkan untuk menganalisis prinsip-prinsip kenegaraan dalam konstitusi tersebut. Kajian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analitis dari data yang diperoleh secara literatur. Data tersebut kemudian dihimpun dan dianalisis secara induktif dan deduktif, yang dielaborasi dengan teori ketatanegaraan. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa secara subtansial konstitusi Madînah memuat prinsip-prinsip kenegaraan yang secara global meliputi unsur-unsur terbentuknya sebuah negara, bentuk negara, sistem pemerintahan, dan jenis kekuasaan yang berlaku di Madînah pada saat itu sebagaimana yang dikenal dalam kepustakaan Ilmu Negara dan Ilmu Politik, dan juga sebagaimana yang berkembang di negara-negara di dunia. Aspek utama yang terungkap dalam kajian ini menyangkut substansi dan implementasi konstitusi Madînah dalam ketatanegaraan yang relevan dengan negara-negara modern yang berkembang saat ini, baik secara sosiologis maupun politis.
ISBAT NIKAH PASANGAN DI BAWAH UMUR DI PENGADILAN AGAMA PURWAKARTA Hanif Fauzi
Asy-Syari'ah Vol 23, No 1 (2021): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v23i1.11005

Abstract

Abstract: Marriage ratification or itsbat nikah is a way out for unregistered marriages in order to obtain registration and recognition from the state. Not every application for ratification of marriage is always granted, sometimes the application is rejected which refers to the Compilation of Islamic Law. This paper has the aim of revealing the basis for the judge's considerations as well as having a role as chairman of the Purwakarta Religious Court when processing several cases regarding the legalization of underage marriages which always grants and never rejects the application, this is interesting because there is a decision by another Religious Court judge who refuses similar application. This study uses this analysis method (content analysis) with a qualitative approach. The results of this study show that the judge in question concluded that the age of the bride and groom is not a benchmark for accepting or rejecting the application for itsbat marriage, but the parameter is that every marriage that meets the conditions and pillars is legal and worthy of marriage, but unfortunately the conclusion is not attached to the sheet. the decision and give the impression that it is very easy to apply for an istbat. Therefore, underage marriages as long as they fulfill the pillars and requirements are treated as legal marriages and will always be accepted and granted the application for ratification of marriage.Absktrak: Pengesahan nikah atau itsbat nikah merupakan jalan keluar bagi pernikahan yang tidak tercatat demi mendapatkan pencatatan dan pengakuan dari negara. Tidak setiap permohonan pengesahan nikah itu selalu dikabulkan, adakalanya permohonan itu ditolak yang mengacu pada Kompilasi Hukum Islam. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan dasar landasan pertimbangan hakim sekaligus memiliki peran sebagai ketua Pengadilan Agama Purwakarta ketika menangani beberpa perkara tentang pengesahan nikah perkawinan anak di bawah umur yang selalu mengabulkan dan tidak pernah menolak permohonan tersebut, hal ini menarik karena adaya putusan hakim Pengadilan Agama lain yang menolak permohonan yang serupa. Penelitian ini mengguna­kan metode analisis ini (content analysis) dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bawa hakim yang bersangkutan memberikan kesimpulan bahwa usia pengantin bukanlah patokan untuk menerima atau menolak permohonan itsbat nikah, melainkan parameternya adalah setiap perkawinan yang  terpeuhi syarat dan rukunya itu adalah sah dan layak untuk diistbatkan, namun sangat disayangkan ungkapan tersebut tidak dilampirkan dan dituliskan secara jelas dalam setiap lembaran putusan yang memerikan kesan bahwa hakim sangat mempermudah sekali untuk menga­bulkan istbat. Oleh karena itu pernikahan dibawah umur selama memenuhi rukun dan syarat dininai sebagai perkawinan yang san dan akan selalu diterima dan dikabulkan permohonan pengeshan nikahnya di Pengadilan Agama Purwakarta.
KESESUAIAN FIQIH TALAK SYI’AH IMAMIYYAH DENGAN ATURAN PERKAWINAN DI INDONESIA Thoriq Ulumuddin; M. Habibi; Riyanton Riyanton
Asy-Syari'ah Vol 23, No 2 (2021): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v23i2.12109

Abstract

Abstract: Although Muslims in Indonesia adhere to the Sunni ideology, the Compilation of Islamic Law (KHI), inaugurated through Presidential Instruction No. 1 of 1991, does not fully quote the opinions of the scholars from the al-Arba'ah School. For example, the provisions in Articles 115, 129, 130 and 134 require a divorce to be carried out before the court. This provision is not found explicitly in the view of the Madzhab al-Arba'ah. Therefore, many religious institutions and Islamic community organizations issue fatwas regarding divorce outside the court, including the Shia Imamiyyah group. This study aims to compare the concept of fiqh talak in the Shia Imamiyyah with the concept of talak in the Compilation of Islamic Law. This study uses qualitative research with a statutory approach and a comparative approach with library research methods. The results show fundamental similarities and differences between the two concepts. For divorce before the court, there are similarities where Shia Imamiyyah Fiqh requires that the divorce must be witnessed by two people who are fair, mature and reasonable. The KHI arrangement for divorce before the court does not doubt its validity and conformity with Islamic Shari'a because it was taken based on the results of the Ijtihad 'Ulama in Indonesia. The regulation's purpose is to protect women's rights and dignity against bad treatment from men who can impose unilateral divorce.Abstrak: Meskipun muslim di Indonesia menganut paham sunni, namun Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang diresmikan melalui Inpres No. 1 Tahun 1991 tidak sepenuhnya menukil pendapat para ulama dari Madzhab al-Arba’ah tersebut. Sebut saja ketentuandalam Pasal 115, 129, 130 dan 134 yang mengharuskan talak dilakukan di hadapan pengadilan. Ketentuan tersebut tidak ditemukan dalam pandangan Madzhab al-Arba’ah. Oleh karena itu, banyak lembaga keagamaan maupun organisasi masyarakat Islam mengeluarkan fatwa akan jatuhnya talak di luar pengadilan, termasuk termasuk golongan Syi’ah ImamiyyahPenelitian ini bertujuan untuk membandingkan konsep fiqih talak pada Syi’ah Imamiyyah dengan konsep talak dalam Kompilasi Hukum Islamserta kesesuaiannya dengan aturan perkawinan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan komparatif (comparative approach) dengan metode penelitian kepustakaan (library research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak kesamaan dan perbedaan yang mendasar di antara kedua konsep tersebut. Untuk perceraian di hadapan pengadilan, ditemukan persamaan dengan Fiqih Syi’ah Imamiyyah yang memiliki persyaratan bahwa perceraian harus disaksikan oleh dua orang yang adil, dewasa dan berakal. Pengaturan KHI atas perceraian di depan pengadilan tidak diragukan lagi keabsahanya dan sesuai dengan Syariat Islam karena diambil berdasarkan hasil Ijtihad ‘Ulama di Indonesia. Tujuan aturan tersebut tidak lain adalah untuk melindungi hak dan martabat kaum wanita atas perlakuan buruk dari laki-laki yang dapat menjatuhkan talak secara sepihak.
POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Iskandar Iskandar; Uu Nurul Huda; Nursiti Nursiti
Asy-Syari'ah Vol 23, No 1 (2021): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v23i1.12150

Abstract

Abstract: This paper aims to analyze the process of forming the Draft Law on the Elimination of Sexual Violence (RUU Elimination of KS) from the perspective of Islamic law and analyze the political configuration in the formation of the law. The method used is descriptive analysis with the type of normative-empirical research. This method is considered able to answer all the main problems in this study. The results show that, in Islamic law a leader is obliged to maintain the soul, mind, dignity and worth of his people. Islam does not justify violence against women, Islam commands that every human being can give love and affection to women without violence as stated in QS. Ar-Rum (30): 21. To prevent sexual violence against women and uphold moral values, the leader must form a regulation as a form of responsibility from a leader to his people. These regulations must be obeyed and implemented by all his people, this is explained in (QS. An -Nisa, (04); 59. In the formation of the Draft Law on the Elimination of KS, there was a tug of war. Since 2016 until now, the Bill on the Elimination of KS has been in and out of the National Legislative Council (Prolegnas) however, until now it has not been ratified for various reasons given until it was clashed with religious beliefs The ratcheting up of the ratification of the KS Abolition Bill shows the reluctance of the legislature to provide legal protection to the public.Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis proses pembentukan Rancangan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU Penghapusan KS) ditinjau dari perspektif hukum Islam dan menganalisis konfigurasi politik dalam pembentukan Undang-Undang tersebut. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan jenis penelitian normatif-empiris yang dianggap mampu menjawab semua pokok permasalahan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hukum Islam seorang pemimpin wajib menjaga jiwa, akal, harkat dan martabat dari rakyatnya. Islam tidak membenarkan adanya kekerasan terhadap perempuan, Islam memerintahkan agar setiap manusia dapat memberikan kasih dan sayang kepada perempuan tanpa adanya kekerasan sebagaimana tertuang dalam QS.Ar-Rum (30):21. Untuk menjaga agar tidak adanya kekerasa seksual terhadap perempuan dan menjunjung tinggi nilai moralitas, maka pemimpin harus membentuk suatu peraturan sebagai bentuk tanggung jawab dari seorang pemimpin kepada rakyatnya. Peraturan tersebut wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua rakyat­nya, hal ini dijelaskan dalam (QS. An-Nisa, (04);59. Dalam pembentukan RUU  Penghapusan KS terjadi tarik ulur. Sejak tahun 2016 hingga saat ini, RUU  Penghapusan KS telah berapa kali keluar masuk Prolegnas, namun sampai saat ini belum kunjung disahkan dengan berbagai alasan yang diberikan sampai dibentrokan dengan keyakinan agama. Tarik ulur pembahasan RUU Penghapusan KS menunjukan, keengganan dari badan legislatif dalam memberikan payung hukum kepada masyarakat.
PERTANGGUNGJAWABAN DEVELOPER PERUMAHAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI KAWASAN RESAPAN AIR PRESPEKTIF HUKUM NASIONAL DAN HUKUM ISLAM Mohamad Iqbal Fauzi; Yeti Sumiyati
Asy-Syari'ah Vol 23, No 1 (2021): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v23i1.12338

Abstract

Abstract: This research is based on landslide that happened in Bojong Kondang village, Cimanggung sub-district, Sumedang regency; due to reckless development in sloping land. There are various permits and codes that need to be fulfilled and followed before a housing construction company builds constructions especially on a hillside as water catchment area. The company should adhere precautionary principle and applies a proper drainage system. This study aims to review Islamic law and national legislation regulate housing construction activities in water catchment areas. The other aim is to examine the responsibility of the company that caused landslides due to Cihanjuang Regency drainage construction. The study applied normative legal method and analytical descriptive specifications. The collected data in form of primary and secondary data were analyzed with systematic interpretation. This research concluded that according to the positive law, any company whose project is on sloping area should adhere the spatial zoning, take into consideration the geographical conditions and soil stability of the area. Both national and Islamic law stated that the company should guaranties and provides safety, benefit, and advantages for the people and environment. For the damage and casualties caused by the construction related landslide, the company is responsible to compensate the loss to the victims. In case the total payment exceeds the company’s assets, the company board of director shall compensate from personal assets if it is proven that there is an element of negligence in the decision making.Abstrak: Penelitian ini didasarkan pada kejadian longsor di Kampung Bojong Kondang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat kampung tersebut. Longsor tersebut dipicu oleh ketidak-hati-hatian developer perumahan yang tengah melakukan pembangunan drainase di lahan miring. Penelitian ini bertujuan pertama untuk menelusuri ketentuan perundang-undangan dan Hukum Islam tentang pembangunan perumahan di lahan dengan kemiringan tertentu dan kawasan resapan air. Kedua, untuk mengkaji bagaimana pertanggung jawaban developer atas pembangunan drainase yang berdampak pada terjadinya longsor pada perumahan Cihanjuang Regency. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, dengan spesifikasi deskritif analitis, yang bersumber dari data sekunder berupa buku, jurnal, dan wawancara, dengan metode analisis data berupa penafsiran sistematis. Hasil penelitian ini menyimpulkan, pertama, perusahaan dalam membangun proyek perumahan pada lereng harus memperhatikan zonasi tataruang, kondisi geografis dan kestabilan tanah. Sesuai dengan perundang-undangan dan hukum islam, bahwa perusahaan berkewajiban untuk memberikan keselamatan, kemanfaatan, serta kemaslahatan bagi manusia dan lingkungan. Kedua, pertanggung jawaban developer perumahan atas pembangunan drainase yang berdampak pada terjadinya longsor di Cihanjuang Regency berupa penggantian kerugian terhadap korban bencana longsor. Apabila penggantian kerugian melebihi aset yang dimiliki perusahaan, maka direksi perusahaan harus mengganti kerugian dari aset pribadi manakala terbukti terdapat kelalaian atas keputusan yang diambilnya. 
IMPLIKASI JANJI (WA’AD) NASABAH DALAM PEMBAYARAN UTANG PEMBIAYAAN DI BPRS AL SALÂM CABANG BANDUNG DITINJAU DARI EKONOMI SYARI’AH Intan Astiani; Neneng Nurhasanah; Roji Iskandar
Asy-Syari'ah Vol 23, No 2 (2021): Asy-Syari'ah
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati Islamic State University of Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/as.v23i2.12378

Abstract

Abstract: Business ethics has an important role as the principle of muamalah in sharia business transactions. The agreed wa'ad determines the contract used as the basis for transactions. The purpose of this study is to analyze the Islamic economic perspective on the implementation and implications of wa'ad in transactions in Islamic People's Financing Banks (BPRS). This study focuses on the implementation of wa'ad in BPRS Al-Salaam. This research was conducted qualitatively using data sources obtained from interviews, observations, and literature studies. The results of this study are the wa'ad provisions made by the customer to the Al-Salaam BPRS, which stated the promise to pay off the remaining financing debt. This is one of the consequences of the customer, and if it is due, the Al-Salaam BPRS will take gradual actions, one of which is executing the guarantee. In addition, the implication of the customer default on the wa'ad carried out is binding on the customer's obligations because the customer has made the wa'ad in the statement letter. In this case, the parties must pay attention to business ethics by the Qur'an and Sunnah. With legal remedies, BPRS Al-Salaam can follow up by applicable procedures.Abstrak: Etika bisnis memiliki peran penting sebagai prinsip bermuamalah dalam transaksi bisnis syariah. Akad yang dijadikan landasan dalam bertransaksi ditentu­kan dengan wa’ad yang telah disepakati. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pandanngan ekonomi syariah terhadap implementasi dan implikasi wa’ad dalam transaksi di dalam Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Penelitian ini berfokus pada implementasi wa’ad di BPRS Al-Salaam. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan meng­guna­kan sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara, obesrvasi dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini adalah ketentuan wa’ad dilakukan nasabah kepada BPRS Al-Salaam yang menyatakan janji akan melunasi utang pembiayaan yang tersisa. Hal tersebut merupakan salah satu konsekuensi nasabah, jika telah jatuh tempo maka BPRS Al-Salaam akan melakukan tindakan bertahap, salah satunya melakukan eksekusi jaminan. Selain itu, implikasi wansprestasi nasabah atas wa’ad yang dilakukan bersifat mengikat secara kewajiban nasabah, karena nasabah sudah melakukan wa’ad di dalam surat pernyataan. Dalam hal ini, para pihak harus memperhatikan etika bisnis sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Dengan upaya hukum, maka BPRS Al-Salaam dapat menindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Page 1 of 16 | Total Record : 158