cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
konversi@ulm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Konversi
ISSN : 23023686     EISSN : 25413481     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2014): April 2014" : 10 Documents clear
PENGARUH KONSENTRASI HCl DAN Ph PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI ALBEDO DURIAN DAN APLIKASINYA PADA PROSES PENGENTALAN KARET Ristianingsih, Yuli; Nata, Iryanti Fatyasari; Ansari, Dian Sylvana; Putra, I Putu Andika
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.135

Abstract

Abstrak: Durian adalah tanaman yang tahan terhadap iklim kering sehingga dapat tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Albedo durian merupakan sumber pektin yang potensial karena di dalamnya terkandung senyawa pektin. Untuk menguraikan pectin dalam albedo durian dapat dilakukan dengan proses ekstraksi asam karena kemungkinan terjadinya pectin jauh lebih sedikit daripada ekstraksi basa. Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi pectin dengan bahan baku albedo durian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kosentrasi pelarut dan PH dari albedo durian, mendapatkan kondisi operasi optimum dari ekstraksi pectin albedo durian dan membandingkan data waktu pengentalan karet dengan menambahkan pectin atau tanpa pektin. Penelitian dilakukan dengan waktu ekstraksi 60 menit dengan temperatur ekstraksi 90 0C dan massa albedo durian 20 gram. Variasi perubah yang digunakan adalah konsentrasi pelarut HCl (0,2; 025; 0,3 dan 0,35N) dan variasi PH (1,2; 2; 2,5 dan 3). Pectin yang diperoleh kemudian diaplikasikan untuk proses pengentalan karet dengan variasi pectin yang digunakan adalah sebagai berikut (1:5; 2:5; 3:5 dan 4:5). Kadar pektin yang didapat pada penelitian ini berkisar antara 3,09 g-17,91 g. Kadar metoksil yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 2,430%-3,13%, sedangkan kadar galakturonat yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 67,65%-82,02% dan waktu pengentalan karet tercepat adalah 5 menit dengan rasio pectin dan karet adalah 5:5. Kata kunci : Pektin, ekstraksi asam, metoksil, galakturonat Abstract: Pectin is a complex polysaccharides compound which contained in plant cell walls. It is used in food manufacturing processes, adsorbent for waste water treatment and coagulant for rubber industry. Albedo durian was one of the potential sources of pectin, because albedo durian is consist of pectin compound. Acid extraction process was used to decompose pectin compound which contained in albedo durian. In this research, twenty grams of albedo durian was reacted with hydrochloric acid using stirred tank reactor. This process was conducted at temperature 90 0C for 1 hour in various solvent concentration and PH. The purpose of this research was to study the effect of solvent concentration and PH in pectin extraction process and the effect of adding pectin in process of latex coagulation. The result showed that the higher PH and solvent concentration, the higher yield of pectin. The maximum yield of pectin which was obtained in this research is 89.55%. The methoxyl contain and galacturonic which was obtained in this research between 2.430-3.13% and 67.65-82.02%, rescpectively. The Minimum time for latex coagulation about 5 minute using ratio pectin and latex 5:5.              Keywords : Pectin, acid extraction, methoxyl, galacturonic
PENGAMBILAN PEKTIN DARI ALBEDO SEMANGKA DENGAN PROSES EKSTRAKSI ASAM Maulani, Melisa Triandini; Aslamiah, Aslamiah; Wicakso, Doni Rahmat
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.131

Abstract

Abstrak- Semangka adalah tanaman yang tahan terhadap iklim kering sehingga dapat tumbuh di daerah tropis dan setengah gurun. Albedo semangka merupakan sumber pektin yang potensial karena di dalamnya terkandung senyawa pektin. Untuk menguraikan pektin dalam albedo semangka dapat dilakukan dengan proses ekstraksi asam karena kemungkinan terjadi kerusakan pektin lebih sedikit, sedangkan untuk mengendapkan pektin digunakan alkohol. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi pektin dengan bahan dasar albedo semangka yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh variasi temperatur ekstraksi serta jenis pelarut terhadap kadar pektin yang dihasilkan albedo semangka dan mengetahui variasi temperatur ekstraksi serta jenis pelarut yang maksimum untuk menghasilkan pektin. Penelitian dilakukan dengan waktu ekstraksi 90 menit dan temperatur ekstraksi 60, 70, dan 80 °C serta pelarut HCl dan CH3COOH dengan pH 2,6 sebanyak 500 mL. Dari hasil penelitian diperoleh kondisi maksimum pengambilan pektin adalah dengan menggunakan pelarut HCl pada temperatur ekstraksi 80 °C dan kadar pektin yang dihasilkan sebesar 11,2635%. Pelarut HCl yang merupakan asam kuat lebih mudah melepaskan ikatan protopektin menjadi pektin sehingga kadar pektin yang dihasilkan memiliki kadar yang tinggi. Semakin tinggi temperatur operasi, kadar pektin yang didapatkan juga semakin besar sampai batas temperatur 80 °C. Hal ini menyebabkan gerakan molekul asam yang semakin cepat, sehingga kontak antara zat terlarut dalam sampel dengan pelarut semakin aktif dan diperoleh pektin yang lebih banyak. Kata kunci: semangka, pektin, ekstraksi. Abstract- Watermelon is a plant that is resistant to dry climate so it can be grown in tropical and semi-desert. Watermelon albedo is a potential source of pectin because it contains pectin compounds. To decompose the pectin in the watermelon albedo can be done by acid extraction process because it will lesser the possibility of damage pectin, whereas alcohol is use to precipitate pectin. In this research watermelon albedo as basic ingredients would be extracted to produce pectin to identified the differences in the influence of temperature variation and the type of solvent extraction of the pectin content of the albedo watermelon and determined variations in maximum temperature and type of solvent extraction to produce pectin. The study was conducted with a 90-minute extraction time and extraction temperature 60, 70, and 80 °C and 500 mL the solvent HCl and CH3COOH with 2.6 pH. The results were obtained taking the maximum conditions of pectin using solvent extraction HCl at a temperature of 80 °C and obtained pectin levels of 11.2635%. Solvent which is a strong acid HCl is easier to untie protopektin pectin so pectin levels has generated a high level. The higher the operating temperature, the bigger pectin levels that are obtained until the temperature limit of 80 °C. This caused by the movement of the H+ ions more reactive, the more contact between the substances dissolved in the sample with solvent and obtained more pectin. Keywords: watermelon, pectin, extraction
PRODUKSI BIOETANOL DARI ALKALI-PRETREATMENT JERAMI PADI DENGAN PROSES SIMULTANEOUS SACHARIFICATION AND FERMENTATION (SSF) Nata, Iryanti Fatyasari; Prayogo, Jody Hartoto; Arianto, Toni
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.132

Abstract

Abstrak- Jerami padi merupakan limbah pertanian yang mengandung 39% selulosa dan 27,5% hemiselulosa, jika dihidrolisis jerami padi dapat dikonversi menjadi gula sederhana selanjutnya difermentasi menjadi bioetanol.  Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pretreatment jerami padi dan kondisi operasi (jumlah enzim selulase dan Saccharomyces cereviseae) dalam produksi bioetanol dengan proses Simultaneous Saccharification Fermentation (SSF). Proses delignifikasi dilakukan dengan cara merendam jerami padi yang sudah dihaluskan dengan 2% NaOH (w/v) pada suhu 85oC selama 1 jam. Jerami padi dikeringkan setelah pretreatmen yang sebelumnya dicuci sampai pH filtratnya netral. Selanjutnya jerami padi kering digunakan sebagai substrat dalam SSF dengan menggunakan enzim selulase (20, 30 dan 40 FPU) dan S. Cerevisiae ( 2, 4 dan 6 ose) selama 3 hari dalam acetate buffer pH 5 serta penentuan konsentrasi etanol menggunakan Gas Chromatography (GC). Dengan analisis Scanning Electrom Microscope (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD), struktur permukaan yang rapi dan diselimuti oleh lignin menjadi kasar dan pecah yang diiringi dengan peningkatan struktur kristal sebesar 33,24% dari jerami padi setelah pretreatment dengan NaOH. Kadar bioetanol yang dihasilkan untuk 20 FPU, 30 FPU dan 40 FPU dengan kandungan S.Cerevisiae 2 ose berturut-turut adalah 0,45%, 0,44% dan 0,43%.  Dari variasi jumlah S. Cerevisiae 2,4 dan 6 ose dengan enzim selulase 20 FPU menghasikan bioetanol sebesar 0,45%, 0,46% dan 1,07%.  Kadar bioetanol yang dihasilkan dengan substrat yang di pretreatment dapat meningkatkan konsentrasi bioetanol sebesar 82,2% pada kondisi SSF yang sama. Pretreatment terhadap substrat memberikan efek terhadap produk SSF karena dengan penghilangan lignin akan memaksimalkan kerja enzime selulase mengkonversi sellulosa menjadi glukosa.  Kata Kunci : Jerami padi, delignifikasi, bioetanol, SSFAbstract- Rice straw is an agricultural waste which contains 39% cellulose and 27.5% hemicelluloses. Rice straw can be converted into bio ethanol by Simultaneous Saccharification Fermentation (SSF) process.  The aims of this research are to investigate the influence of rice straw pretreatment and operation condition (number of cellulose enzyme and Saccharomyces cereviseae) for bioethanol production. The bioethanol conversion was devided by 2 steps, there were delignification and SSF. Delignification process was done by soak rice straw in NaOH 2% heated at temperature 85 oC for 1 hour then washed with water. The pretreatment rice straw was used as substrate in SSF. SSF was conducted in the presence of cellulase enzyme (20, 30, and 40 FPU) and Sacharomyces Cerevisiae (2,4 and 6 ose) for 3 days. The bioethanol concentration produced for 20 FPU, 30 FPU, and 40 FPU in 2 ose S.careviseae are 0,45%, 0,44%, and 0,43%  respectively. The addition number of Saccharomyces cereviseae was gave high concentration of bioethanol. The result shown that bioethanol concentration of 2 ose, 4 ose and 6 ose are 0,45%, 0,46% and 1,07%, respectively. In the same concentration of enzyme (20 FPU) which pretreatment and non pretretament substrate was increased of bioethanol concentration up to 82,2%. The pretretment process was broken the structure of lignin and made enzyme easy to attached cellulose and converted to glucose. Keywords : Rice straw, delignification, bioethanol, SSF
POTENSI HAYATI SERAT PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) DALAM PROSES ADSORPSI KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg), TSS DAN COD PADA LIMBAH CAIR PERTAMBANGAN EMAS Irawan, Chairul; Ardiansyah, Ardiansyah; Hanan, Naisya
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.133

Abstract

Abstrak- Aktivitas pertambangan emas di Kalimantan berpotensi menghasilkan limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) seperti merkuri. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran ini salah satunya adalah dengan metode adsorpsi. Serat purun tikus mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 40,92% sehingga dapat dijadikan sebagai adsorben. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kemampuan serat purun tikus sebagai adsorben alami, mempelajari proses pengolahan biokomposit serat purun tikus dengan material nanopartikel besi oksida,dan mengetahui pengaruh hasil penambahan nanopartikel besi oksida untuk membuat biokomposit serat purun tikus dalam upaya menurunkan kandungan logam berat Hg, Total Suspended Solid (TSS)dan Chemical Oxygen Demand(COD) pada limbah cair pertambangan emas. Serat purun tikus (PT) didelignifikasi menggunakan larutan 1% NaOH kemudian PT-D ini dibuat menjadi biokomposit dengan magnet besi oksida nanopartikel menggunakan metode one-pot solvothermal reaction. Biokomposit ini divariasi menjadi dua jenis yaitu tanpa penambahan gugus amina (PT-M) dan dengan penambahan gugus amina (PT-MA). Karakterisasi yang dilakukan terdiri dari uji Scanning Electron Microscopic(SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD). Proses adsorpsi dilakukan selama 8 jam dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Analisa setelah adsorpsi menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) untuk uji kadar Hg, metode titrimetri untuk COD, dan metode gravimetri untuk TSS.Hasil adsorpsi merkuri (Hg), COD, dan TSS paling optimum pada pH 7 dengan keefektifan masing-masing sebesar 65,04%, 80%, dan 81,25%. Kapasitas adsorpsi maksimum PT-D, PT-M, dan PT-MA terhadap Hg masing-masing sebesar 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, dan 6,911 mg/g. Penambahan magnet besi oksida nanopartikel dapat memperbesar kemampuan adsorben serat purun tikus. Kata Kunci : adsorpsi, biokomposit, merkuri, PT, COD, TSSAbstract- Activity of gold mining in Kalimantan potentially can give waste that include into  “Bahan Beracun Berbahaya (B3)” such as mercury. An effort to make out this  contamination is adsorption method. Eleocharis dulcis contain high amount of cellulose, about 40,92% so it can be used as an adsorbent. The purpose of this research are studying the capability of eleocharis dulcis as a natural adsorbent, studying the process of biocomposite making from eleocharis dulcis with iron oxide nanoparticle, and studying  the influent of result iron oxide nanoparticle added to biocomposite in order to make a lower amount of heavy metal mercury (Hg), Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) in waste water of gold mining. Eleocharis dulcis (PT) through     delignification process use 1% NaOH solution and then  the PT-D is made to become biocomposite with iron oxide nanoparticle apply “one-pot solvothermal reaction” method. The biocomposite have two variation: without amina cluster added (PT-M)  and with amina cluster added (PT-MA). It’s characterization are consist of Scanning Electron Microscope (SEM) and X-Ray Diffraction (XRD). Adsorption process is applied for 8 hours with mixing rate is 150 rpm. Analysis after adsorption process including three methods: AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) method for Hg analysis, titrimetric method for COD, and gravimetric method for TSS.  The result of adsorption process for mercury (Hg), COD, and TSS are optimally at pH 7 which the value of their effectiveness are 65,04%,  80%, and 81,25%. The maximum amount of Hg  adsorption capacity for PT-D, PT-M, and PT-MA respectively are 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, and 6,911 mg/g. The addition of iron oxide nanoparticle can increase adsorben capability of eleocharis dulcis. Keywords : adsorption, biocomposite, mercury, PT, COD, TSS
PEMANFAATAN SLUDGE HASIL PRODUKSI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR LATEX MENJADI PUPUK KOMPOS CAIR Budiarto, Hendro; Afriyadi, Muhammad Fitrah; Tuhuloula, Abubakar
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.134

Abstract

Abstrak- Limbah cair latex yang dibuang begitu saja akan menimbulkan masalah karena selain dapat menimbulkan bau bagi lingkungan sekitar juga dapat menurunkan kandungan hara dalam tanah dan bila masuk ke badan sungai dapat mencemari sumber air bersih. Dalam proses biogas selain menghasilkan gas yang dapat bermanfaat sebagai energi alternatif, biogas juga dapat menghasilkan produk bawah berupa limbah yang juga mempunyai manfaat. Limbah digester biogas ini baik yang padat maupun cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi produk samping biogas dari limbah cair latex sebagai penghasil pupuk cair sehingga dapat dikembangkan menjadi teknologi baru dalam proses anaerobic digestion dan mengetahui pengaruh penambahan enceng gondok maupun jerami padi pada limbah cair latex terhadap kandungan pupuk kompos cair yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi operasi yang optimal untuk menghasilkan biogas pada suhu 28 oC dan pH 7 dengan waktu pengujian hari ke-28. Kandungan pupuk cair pada penambahan substrat enceng gondok diperoleh N-total=0,026%, C-Organik=0,081%, P=0,033% dan K=0,423%. Sedangkan untuk kandungan pupuk cair pada penambahan substrat jerami padi sebesar N-total=0,017%, C-Organik=0,186%, P=0,045% dan K=0,358%. Hasil analisa produk samping biogas limbah cair latex untuk kandungan pupuk kompos cair menunjukkan bahwa pengenceran menggunakan limbah cair latex dengan penambahan substrat enceng gondok memiliki nilai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan substrat jerami padi.  Kata Kunci: Biogas, Pupuk Kompos Cair, Latex, Enceng gondok, Jerami padi Abstract-  The waste of liquid latex, if thrown away will cause problems because it can cause odors to the surrounding environment and can be effected to lower of nutrient content in the soil and when it enters water bodies can contaminate water sources. In addition to the biogas process produces a gas which can be useful as an alternative energy; biogas can also produce products under the form of waste which also has benefits. Waste biogas digester is either solid or liquid can be used as organic fertilizer. The aims of this research are to investigate of potentially and capability of liquid latex waste for liquid fertilizer, then it can develop becomes new technology in the anaerobic digestion, to study effect of addition of rice straw and water hyacinth for composition of liquid fertilizer. Base on the result, the optimum condition for the process was 28 oC and pH 7 with sampling data on 28th day. Liquid fertilizer composition which using addition of water hyacinth was about N-total=0,026%, C-Organic=0,081%, P=0,033% dan K=0,423%. The liquid fertilizer composition which using addition of rice straw was about N-total=0,017%, C-Organic=0,186%, P=0,045% dan K=0,358%. The results side product biogas of liquid fertilizer have shown the higher concentration value when the liquid latex waste in the presence of water hyacinth just than increment rice straw. Keywords: Biogas, liquid Fertilizer Compost, Latex, Water hyacinth, Rice straw
PENGAMBILAN PEKTIN DARI ALBEDO SEMANGKA DENGAN PROSES EKSTRAKSI ASAM Melisa Triandini Maulani; Aslamiah Aslamiah; Doni Rahmat Wicakso
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.131

Abstract

Abstrak- Semangka adalah tanaman yang tahan terhadap iklim kering sehingga dapat tumbuh di daerah tropis dan setengah gurun. Albedo semangka merupakan sumber pektin yang potensial karena di dalamnya terkandung senyawa pektin. Untuk menguraikan pektin dalam albedo semangka dapat dilakukan dengan proses ekstraksi asam karena kemungkinan terjadi kerusakan pektin lebih sedikit, sedangkan untuk mengendapkan pektin digunakan alkohol. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi pektin dengan bahan dasar albedo semangka yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh variasi temperatur ekstraksi serta jenis pelarut terhadap kadar pektin yang dihasilkan albedo semangka dan mengetahui variasi temperatur ekstraksi serta jenis pelarut yang maksimum untuk menghasilkan pektin. Penelitian dilakukan dengan waktu ekstraksi 90 menit dan temperatur ekstraksi 60, 70, dan 80 °C serta pelarut HCl dan CH3COOH dengan pH 2,6 sebanyak 500 mL. Dari hasil penelitian diperoleh kondisi maksimum pengambilan pektin adalah dengan menggunakan pelarut HCl pada temperatur ekstraksi 80 °C dan kadar pektin yang dihasilkan sebesar 11,2635%. Pelarut HCl yang merupakan asam kuat lebih mudah melepaskan ikatan protopektin menjadi pektin sehingga kadar pektin yang dihasilkan memiliki kadar yang tinggi. Semakin tinggi temperatur operasi, kadar pektin yang didapatkan juga semakin besar sampai batas temperatur 80 °C. Hal ini menyebabkan gerakan molekul asam yang semakin cepat, sehingga kontak antara zat terlarut dalam sampel dengan pelarut semakin aktif dan diperoleh pektin yang lebih banyak. Kata kunci: semangka, pektin, ekstraksi. Abstract- Watermelon is a plant that is resistant to dry climate so it can be grown in tropical and semi-desert. Watermelon albedo is a potential source of pectin because it contains pectin compounds. To decompose the pectin in the watermelon albedo can be done by acid extraction process because it will lesser the possibility of damage pectin, whereas alcohol is use to precipitate pectin. In this research watermelon albedo as basic ingredients would be extracted to produce pectin to identified the differences in the influence of temperature variation and the type of solvent extraction of the pectin content of the albedo watermelon and determined variations in maximum temperature and type of solvent extraction to produce pectin. The study was conducted with a 90-minute extraction time and extraction temperature 60, 70, and 80 °C and 500 mL the solvent HCl and CH3COOH with 2.6 pH. The results were obtained taking the maximum conditions of pectin using solvent extraction HCl at a temperature of 80 °C and obtained pectin levels of 11.2635%. Solvent which is a strong acid HCl is easier to untie protopektin pectin so pectin levels has generated a high level. The higher the operating temperature, the bigger pectin levels that are obtained until the temperature limit of 80 °C. This caused by the movement of the H+ ions more reactive, the more contact between the substances dissolved in the sample with solvent and obtained more pectin. Keywords: watermelon, pectin, extraction
PRODUKSI BIOETANOL DARI ALKALI-PRETREATMENT JERAMI PADI DENGAN PROSES SIMULTANEOUS SACHARIFICATION AND FERMENTATION (SSF) Iryanti Fatyasari Nata; Jody Hartoto Prayogo; Toni Arianto
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.132

Abstract

Abstrak- Jerami padi merupakan limbah pertanian yang mengandung 39% selulosa dan 27,5% hemiselulosa, jika dihidrolisis jerami padi dapat dikonversi menjadi gula sederhana selanjutnya difermentasi menjadi bioetanol.  Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pretreatment jerami padi dan kondisi operasi (jumlah enzim selulase dan Saccharomyces cereviseae) dalam produksi bioetanol dengan proses Simultaneous Saccharification Fermentation (SSF). Proses delignifikasi dilakukan dengan cara merendam jerami padi yang sudah dihaluskan dengan 2% NaOH (w/v) pada suhu 85oC selama 1 jam. Jerami padi dikeringkan setelah pretreatmen yang sebelumnya dicuci sampai pH filtratnya netral. Selanjutnya jerami padi kering digunakan sebagai substrat dalam SSF dengan menggunakan enzim selulase (20, 30 dan 40 FPU) dan S. Cerevisiae ( 2, 4 dan 6 ose) selama 3 hari dalam acetate buffer pH 5 serta penentuan konsentrasi etanol menggunakan Gas Chromatography (GC). Dengan analisis Scanning Electrom Microscope (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD), struktur permukaan yang rapi dan diselimuti oleh lignin menjadi kasar dan pecah yang diiringi dengan peningkatan struktur kristal sebesar 33,24% dari jerami padi setelah pretreatment dengan NaOH. Kadar bioetanol yang dihasilkan untuk 20 FPU, 30 FPU dan 40 FPU dengan kandungan S.Cerevisiae 2 ose berturut-turut adalah 0,45%, 0,44% dan 0,43%.  Dari variasi jumlah S. Cerevisiae 2,4 dan 6 ose dengan enzim selulase 20 FPU menghasikan bioetanol sebesar 0,45%, 0,46% dan 1,07%.  Kadar bioetanol yang dihasilkan dengan substrat yang di pretreatment dapat meningkatkan konsentrasi bioetanol sebesar 82,2% pada kondisi SSF yang sama. Pretreatment terhadap substrat memberikan efek terhadap produk SSF karena dengan penghilangan lignin akan memaksimalkan kerja enzime selulase mengkonversi sellulosa menjadi glukosa.  Kata Kunci : Jerami padi, delignifikasi, bioetanol, SSFAbstract- Rice straw is an agricultural waste which contains 39% cellulose and 27.5% hemicelluloses. Rice straw can be converted into bio ethanol by Simultaneous Saccharification Fermentation (SSF) process.  The aims of this research are to investigate the influence of rice straw pretreatment and operation condition (number of cellulose enzyme and Saccharomyces cereviseae) for bioethanol production. The bioethanol conversion was devided by 2 steps, there were delignification and SSF. Delignification process was done by soak rice straw in NaOH 2% heated at temperature 85 oC for 1 hour then washed with water. The pretreatment rice straw was used as substrate in SSF. SSF was conducted in the presence of cellulase enzyme (20, 30, and 40 FPU) and Sacharomyces Cerevisiae (2,4 and 6 ose) for 3 days. The bioethanol concentration produced for 20 FPU, 30 FPU, and 40 FPU in 2 ose S.careviseae are 0,45%, 0,44%, and 0,43%  respectively. The addition number of Saccharomyces cereviseae was gave high concentration of bioethanol. The result shown that bioethanol concentration of 2 ose, 4 ose and 6 ose are 0,45%, 0,46% and 1,07%, respectively. In the same concentration of enzyme (20 FPU) which pretreatment and non pretretament substrate was increased of bioethanol concentration up to 82,2%. The pretretment process was broken the structure of lignin and made enzyme easy to attached cellulose and converted to glucose. Keywords : Rice straw, delignification, bioethanol, SSF
POTENSI HAYATI SERAT PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) DALAM PROSES ADSORPSI KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg), TSS DAN COD PADA LIMBAH CAIR PERTAMBANGAN EMAS Chairul Irawan; Ardiansyah Ardiansyah; Naisya Hanan
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.133

Abstract

Abstrak- Aktivitas pertambangan emas di Kalimantan berpotensi menghasilkan limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) seperti merkuri. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran ini salah satunya adalah dengan metode adsorpsi. Serat purun tikus mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 40,92% sehingga dapat dijadikan sebagai adsorben. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kemampuan serat purun tikus sebagai adsorben alami, mempelajari proses pengolahan biokomposit serat purun tikus dengan material nanopartikel besi oksida,dan mengetahui pengaruh hasil penambahan nanopartikel besi oksida untuk membuat biokomposit serat purun tikus dalam upaya menurunkan kandungan logam berat Hg, Total Suspended Solid (TSS)dan Chemical Oxygen Demand(COD) pada limbah cair pertambangan emas. Serat purun tikus (PT) didelignifikasi menggunakan larutan 1% NaOH kemudian PT-D ini dibuat menjadi biokomposit dengan magnet besi oksida nanopartikel menggunakan metode one-pot solvothermal reaction. Biokomposit ini divariasi menjadi dua jenis yaitu tanpa penambahan gugus amina (PT-M) dan dengan penambahan gugus amina (PT-MA). Karakterisasi yang dilakukan terdiri dari uji Scanning Electron Microscopic(SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD). Proses adsorpsi dilakukan selama 8 jam dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Analisa setelah adsorpsi menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) untuk uji kadar Hg, metode titrimetri untuk COD, dan metode gravimetri untuk TSS.Hasil adsorpsi merkuri (Hg), COD, dan TSS paling optimum pada pH 7 dengan keefektifan masing-masing sebesar 65,04%, 80%, dan 81,25%. Kapasitas adsorpsi maksimum PT-D, PT-M, dan PT-MA terhadap Hg masing-masing sebesar 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, dan 6,911 mg/g. Penambahan magnet besi oksida nanopartikel dapat memperbesar kemampuan adsorben serat purun tikus. Kata Kunci : adsorpsi, biokomposit, merkuri, PT, COD, TSSAbstract- Activity of gold mining in Kalimantan potentially can give waste that include into  “Bahan Beracun Berbahaya (B3)” such as mercury. An effort to make out this  contamination is adsorption method. Eleocharis dulcis contain high amount of cellulose, about 40,92% so it can be used as an adsorbent. The purpose of this research are studying the capability of eleocharis dulcis as a natural adsorbent, studying the process of biocomposite making from eleocharis dulcis with iron oxide nanoparticle, and studying  the influent of result iron oxide nanoparticle added to biocomposite in order to make a lower amount of heavy metal mercury (Hg), Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) in waste water of gold mining. Eleocharis dulcis (PT) through     delignification process use 1% NaOH solution and then  the PT-D is made to become biocomposite with iron oxide nanoparticle apply “one-pot solvothermal reaction” method. The biocomposite have two variation: without amina cluster added (PT-M)  and with amina cluster added (PT-MA). It’s characterization are consist of Scanning Electron Microscope (SEM) and X-Ray Diffraction (XRD). Adsorption process is applied for 8 hours with mixing rate is 150 rpm. Analysis after adsorption process including three methods: AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) method for Hg analysis, titrimetric method for COD, and gravimetric method for TSS.  The result of adsorption process for mercury (Hg), COD, and TSS are optimally at pH 7 which the value of their effectiveness are 65,04%,  80%, and 81,25%. The maximum amount of Hg  adsorption capacity for PT-D, PT-M, and PT-MA respectively are 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, and 6,911 mg/g. The addition of iron oxide nanoparticle can increase adsorben capability of eleocharis dulcis. Keywords : adsorption, biocomposite, mercury, PT, COD, TSS
PEMANFAATAN SLUDGE HASIL PRODUKSI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR LATEX MENJADI PUPUK KOMPOS CAIR Hendro Budiarto; Muhammad Fitrah Afriyadi; Abubakar Tuhuloula
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.134

Abstract

Abstrak- Limbah cair latex yang dibuang begitu saja akan menimbulkan masalah karena selain dapat menimbulkan bau bagi lingkungan sekitar juga dapat menurunkan kandungan hara dalam tanah dan bila masuk ke badan sungai dapat mencemari sumber air bersih. Dalam proses biogas selain menghasilkan gas yang dapat bermanfaat sebagai energi alternatif, biogas juga dapat menghasilkan produk bawah berupa limbah yang juga mempunyai manfaat. Limbah digester biogas ini baik yang padat maupun cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui potensi produk samping biogas dari limbah cair latex sebagai penghasil pupuk cair sehingga dapat dikembangkan menjadi teknologi baru dalam proses anaerobic digestion dan mengetahui pengaruh penambahan enceng gondok maupun jerami padi pada limbah cair latex terhadap kandungan pupuk kompos cair yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi operasi yang optimal untuk menghasilkan biogas pada suhu 28 oC dan pH 7 dengan waktu pengujian hari ke-28. Kandungan pupuk cair pada penambahan substrat enceng gondok diperoleh N-total=0,026%, C-Organik=0,081%, P=0,033% dan K=0,423%. Sedangkan untuk kandungan pupuk cair pada penambahan substrat jerami padi sebesar N-total=0,017%, C-Organik=0,186%, P=0,045% dan K=0,358%. Hasil analisa produk samping biogas limbah cair latex untuk kandungan pupuk kompos cair menunjukkan bahwa pengenceran menggunakan limbah cair latex dengan penambahan substrat enceng gondok memiliki nilai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan substrat jerami padi.  Kata Kunci: Biogas, Pupuk Kompos Cair, Latex, Enceng gondok, Jerami padi Abstract-  The waste of liquid latex, if thrown away will cause problems because it can cause odors to the surrounding environment and can be effected to lower of nutrient content in the soil and when it enters water bodies can contaminate water sources. In addition to the biogas process produces a gas which can be useful as an alternative energy; biogas can also produce products under the form of waste which also has benefits. Waste biogas digester is either solid or liquid can be used as organic fertilizer. The aims of this research are to investigate of potentially and capability of liquid latex waste for liquid fertilizer, then it can develop becomes new technology in the anaerobic digestion, to study effect of addition of rice straw and water hyacinth for composition of liquid fertilizer. Base on the result, the optimum condition for the process was 28 oC and pH 7 with sampling data on 28th day. Liquid fertilizer composition which using addition of water hyacinth was about N-total=0,026%, C-Organic=0,081%, P=0,033% dan K=0,423%. The liquid fertilizer composition which using addition of rice straw was about N-total=0,017%, C-Organic=0,186%, P=0,045% dan K=0,358%. The results side product biogas of liquid fertilizer have shown the higher concentration value when the liquid latex waste in the presence of water hyacinth just than increment rice straw. Keywords: Biogas, liquid Fertilizer Compost, Latex, Water hyacinth, Rice straw
PENGARUH KONSENTRASI HCl DAN Ph PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI ALBEDO DURIAN DAN APLIKASINYA PADA PROSES PENGENTALAN KARET Yuli Ristianingsih; Iryanti Fatyasari Nata; Dian Sylvana Ansari; I Putu Andika Putra
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.135

Abstract

Abstrak: Durian adalah tanaman yang tahan terhadap iklim kering sehingga dapat tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Albedo durian merupakan sumber pektin yang potensial karena di dalamnya terkandung senyawa pektin. Untuk menguraikan pectin dalam albedo durian dapat dilakukan dengan proses ekstraksi asam karena kemungkinan terjadinya pectin jauh lebih sedikit daripada ekstraksi basa. Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi pectin dengan bahan baku albedo durian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kosentrasi pelarut dan PH dari albedo durian, mendapatkan kondisi operasi optimum dari ekstraksi pectin albedo durian dan membandingkan data waktu pengentalan karet dengan menambahkan pectin atau tanpa pektin. Penelitian dilakukan dengan waktu ekstraksi 60 menit dengan temperatur ekstraksi 90 0C dan massa albedo durian 20 gram. Variasi perubah yang digunakan adalah konsentrasi pelarut HCl (0,2; 025; 0,3 dan 0,35N) dan variasi PH (1,2; 2; 2,5 dan 3). Pectin yang diperoleh kemudian diaplikasikan untuk proses pengentalan karet dengan variasi pectin yang digunakan adalah sebagai berikut (1:5; 2:5; 3:5 dan 4:5). Kadar pektin yang didapat pada penelitian ini berkisar antara 3,09 g-17,91 g. Kadar metoksil yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 2,430%-3,13%, sedangkan kadar galakturonat yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 67,65%-82,02% dan waktu pengentalan karet tercepat adalah 5 menit dengan rasio pectin dan karet adalah 5:5. Kata kunci : Pektin, ekstraksi asam, metoksil, galakturonat Abstract: Pectin is a complex polysaccharides compound which contained in plant cell walls. It is used in food manufacturing processes, adsorbent for waste water treatment and coagulant for rubber industry. Albedo durian was one of the potential sources of pectin, because albedo durian is consist of pectin compound. Acid extraction process was used to decompose pectin compound which contained in albedo durian. In this research, twenty grams of albedo durian was reacted with hydrochloric acid using stirred tank reactor. This process was conducted at temperature 90 0C for 1 hour in various solvent concentration and PH. The purpose of this research was to study the effect of solvent concentration and PH in pectin extraction process and the effect of adding pectin in process of latex coagulation. The result showed that the higher PH and solvent concentration, the higher yield of pectin. The maximum yield of pectin which was obtained in this research is 89.55%. The methoxyl contain and galacturonic which was obtained in this research between 2.430-3.13% and 67.65-82.02%, rescpectively. The Minimum time for latex coagulation about 5 minute using ratio pectin and latex 5:5.              Keywords : Pectin, acid extraction, methoxyl, galacturonic

Page 1 of 1 | Total Record : 10