cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
konversi@ulm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Konversi
ISSN : 23023686     EISSN : 25413481     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 231 Documents
PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJI KAYU ULIN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MINYAK GORENG BEKAS Wijayanti, Hesti; Nora, Harmin; Amelia, Rajihah
Konversi Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v1i1.106

Abstract

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan arang aktif dari serbuk gergaji kayu ulin dalam proses adsorpsi minyak goreng bekas. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui waktu adsorpsi yang paling baik diantara range waktu yang digunakan untuk proses adsorpsi minyak goreng bekas dengan menggunakan arang aktif dari serbuk gergaji kayu ulin. Arang aktif dibuat dengan membakar serbuk gergaji kayu dan diaktivasi menggunakan ZnCl2 0,1 N. Arang aktif yang diperoleh digunakan untuk mengadsorpsi minyak goreng bekas dengan variasi jumlah arang sebanyak 5, 10 dan 15 gram. Selanjutnya minyak goreng bekas dan arang aktif yang sudah dicampurkan dalam Erlenmeyer tersebut diadsorpsi dengan variasi waktu 40, 60 dan 80 menit menggunakan shaker. Setelah disaring, minyak goreng bekas tersebut dianalisa angka asam, bilangan peroksida dan bilangan penyabunannya.Hasil penelitian yang didapatkan yang mememenuhi standar SNI 01- 3741-2002 dan hasil yang paling bagus adalah dengan berat arang aktif 15 gram dan dengan lama waktu pengadukan selama 80 menit. Dengan nilai angka asam sebesar 0,224 mgKOH/gram, bilangan peroksida sebesar 10 mg eq/gram, sedangkan untuk bilangan penyabunan yang memenuhi standar adalah dengan arang aktif 10 gram dan lama waktu pengadukan 40 menit yaitu sebesar 200,09 mg KOH/gram. Keywords : adsorpsi, minyak goreng bekas, arang aktif Abstract - This research conducted to investigate the ability of activated carbon from sawdust ulin wood for waste cooking oil adsorption and to get the best adsorption time from the used time range in this research. Activated carbon was gotten by carbonizing sawdust before activated it with 0.1 N ZnCl2. This activated carbon was used in adsorption waste cooking oil with weight variation of 5,10 and 15 gram that put into shaker for  40, 60 and 80 minute adsorption. After being filtered, this proceeded waste cooking oil would be analyzed in order to measure acid number, peroxide number and saponification number.As the result, the best dose for adsorption regarding SNI 01- 3741-2002 standard was 15 gram activated carbon in 80 minute adsorption which gave acid number was 0,224 mgKOH/gram, peroxide number was 10 mg eq/gram while the best dose to get saponification number that meet SNI 01- 3741-2002 standard was 10 gram in 40 minute adsorption which gave 200,09 mg KOH/gram. Keywords: adsorption, waste cooking oil, activated carbon
PEMANFAATAN TEKNOLOGI SONIKASI TAK LANGSUNG DALAM RANGKA PRODUKSI KITOSAN Arifin, Zainal
Konversi Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v1i1.66

Abstract

Keberhasilan produksi kitosan dengan metode termokimiawi telah diketahui. Kitosan dihasilkan melalui proses deasetilasi kitin menggunakan alkali kuat pada konsentrasi tinggi, suhu tinggi, dan waktu yang lama. Inovasi teknologi diperlukan untuk mendapatkan proses produksi kitosan yang lebih efisien dengan hasil optimal. Ultrasonikasi-kimia adalah inovasi teknologi yang digunakan pada penelitian ini dalam rangkaproduksi kitosan berbasis limbah udang dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik 42 kHz. Sejumlah kitin (2 g) ditambahkan larutan NaOH dengan variasi konsentrasi antara 55-70%  menurut rasio tertentu dalam erlenmeyer yang terpasang pada ultrasonic bath bersuhu 70oC. Ultrasonik dijalankan dengan berbagai variasi waktu (10-30 menit). Kitosan yang dihasilkan dicuci hingga netral dan dikeringkan kemudian dianalisis derajat deasetilasinya menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Interpretasi nilai derajat deasetilasi dilakukan dengan metode baseline Sabnis and Block. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik deasetilasi tercapai pada konsentrasi NaOH 70% dan waktu reaksi 30 menit. Penggunaan gelombang ultrasonik untuk deasetilasi mampu mereduksi waktu reaksi deasetilasi sehingga dapat dikatakan lebih efisien. Hasil uji kualitas kitosan dengan parameter kadar air, kadar abu, viskositas, dan derajat deasetilasi masing-masing adalah 9.94%, 0.34%, 3.2 cP, dan 85.02%. Kitosan yang dihasilkan larut sempurna dalam asam asetat 1% dan secara umum sesuai untuk aplikasi bidang pangan.Kata kunci: derajat deasetilasi, kitin, kitosan, ultrasonik Abstrack-Thermochemically preparation of chitosanis as well as known. Chitosanis producedthroughthedeacetylationof chitinusingstrongalkaliat high concentrations, high temperatures,and a long time. Technological innovationhas requiredtoobtainchitosanproduction processmore efficient. In this paper indirect sonocationtechnology used to produce ofchitosan-based shrimp wasteusingultrasonicbath which offrequency 42kHz. A number ofchitin(2g) was added a solution ofNaOHwithconcentration between55-70% toa certain ratio.The mixture was irradiated in the ultrasonic bath at a set temperature (70oC) for a controlled period (10-30min). Chitosanwas neutralizedand driedthen analyzedof degree of deacetylation usingFourier Transform InfraredSpectroscopy(FTIR). The degree of deacetylation was interpreted by the SabnisandBlock baseline method. The results showedthat thebestcondition fordeacetylationwas achieved in70%of NaOH and reaction time30 min. Theparameters moisture content, ash content, viscosity, anddegree ofdeacetylation were found to be 9.94%, 0.34%, 3.2 cP, 85.02%, respectively. Chitosancompletely dissolvedin1%of aceticacidand suitablefor food application as edible film. Keywords: chitin, chitosan, degree of deacetylation, ultrasound
PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS MINYAK JELANTAH Fitriyana, Fitriyana; Safitri, Eka
Konversi Vol 4, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v4i1.260

Abstract

Abstrak- Cangkang telur ayam yang dihasilkan di Samarinda pada tahun 2013 yaitu 307,22 ton dan sebagian besar hanya dibuang begitu saja menjadi sampah. Pada penelitian ini cangkang tersebut diaktivasi secara fisika kemudian dimanfaatkan sebagai adsorben untuk menurunkan bilangan asam dan bilangan peroksida pada minyak jelantah. Proses adsorpsi minyak jelantah dilakukan dengan variasi massa adsorben yaitu 7, 8, 9 dan 10 gram dan waktu pengadukan selama 45, 60, dan 75 menit. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kondisi optimum untuk penurunan bilangan asam pada penggunaan massa adsorben sebesar 9 gram dan waktu pengadukan selama 60 menit menghasilkan bilangan asam sebesar 0,3923 mgKOH/g dengan penurunan bilangan asam sebesar 91%, sedangkan untuk bilangan peroksida mengalami penurunan sebesar 58% dengan nilai sebesar 7,516 mek O2/kg. Bilangan asam dan bilangan peroksida yang diperoleh pada kondisi optimum tersebut telah memenuhi standar SNI 3741-2013 untuk minyak goreng yaitu 0,6 mgKOH/g dan 10 mek O2/kg. Kata Kunci: adsorpsi, cangkang telur ayam, bilangan asam, bilangan peroksida, minyak jelantah  Abstract- Chicken egg shells produced in Samarinda in 2013, as much as 307.22 tons and mostly just dumped it into the trash. In this study, the shell activated and then used as an adsorbent for reducing the acid value and peroxide value on frying oil. Frying oil adsorption process was done by varying the mass of adsorbent that is 7, 8, 9 and 10 gram and time stirring for 45, 60 and 75 minutes. The research showed the optimum conditions for a decrease in acid number on the use of adsorbent mass of 9 grams and the time of stirring for 60 minutes to produce the acid value of 0.3923 mgKOH / g with a decrease in acid number of 91%, while for the peroxide value decreased by 58% with a value of 7.516 meq O2/kg. Numbers acid and peroxide obtained at the optimum condition has met the SNI 3741-2013 standards for edible oil is 0.6 mgKOH / g and 10 meq O2/kgKeywords: adsorption, chicken egg shells, acid value, peroxide value, frying oil
PENGARUH KONSENTRASI HCl DAN Ph PADA EKSTRAKSI PEKTIN DARI ALBEDO DURIAN DAN APLIKASINYA PADA PROSES PENGENTALAN KARET Ristianingsih, Yuli; Nata, Iryanti Fatyasari; Ansari, Dian Sylvana; Putra, I Putu Andika
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.135

Abstract

Abstrak: Durian adalah tanaman yang tahan terhadap iklim kering sehingga dapat tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Albedo durian merupakan sumber pektin yang potensial karena di dalamnya terkandung senyawa pektin. Untuk menguraikan pectin dalam albedo durian dapat dilakukan dengan proses ekstraksi asam karena kemungkinan terjadinya pectin jauh lebih sedikit daripada ekstraksi basa. Pada penelitian ini akan dilakukan ekstraksi pectin dengan bahan baku albedo durian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kosentrasi pelarut dan PH dari albedo durian, mendapatkan kondisi operasi optimum dari ekstraksi pectin albedo durian dan membandingkan data waktu pengentalan karet dengan menambahkan pectin atau tanpa pektin. Penelitian dilakukan dengan waktu ekstraksi 60 menit dengan temperatur ekstraksi 90 0C dan massa albedo durian 20 gram. Variasi perubah yang digunakan adalah konsentrasi pelarut HCl (0,2; 025; 0,3 dan 0,35N) dan variasi PH (1,2; 2; 2,5 dan 3). Pectin yang diperoleh kemudian diaplikasikan untuk proses pengentalan karet dengan variasi pectin yang digunakan adalah sebagai berikut (1:5; 2:5; 3:5 dan 4:5). Kadar pektin yang didapat pada penelitian ini berkisar antara 3,09 g-17,91 g. Kadar metoksil yang dihasilkan dari penelitian ini adalah 2,430%-3,13%, sedangkan kadar galakturonat yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah 67,65%-82,02% dan waktu pengentalan karet tercepat adalah 5 menit dengan rasio pectin dan karet adalah 5:5. Kata kunci : Pektin, ekstraksi asam, metoksil, galakturonat Abstract: Pectin is a complex polysaccharides compound which contained in plant cell walls. It is used in food manufacturing processes, adsorbent for waste water treatment and coagulant for rubber industry. Albedo durian was one of the potential sources of pectin, because albedo durian is consist of pectin compound. Acid extraction process was used to decompose pectin compound which contained in albedo durian. In this research, twenty grams of albedo durian was reacted with hydrochloric acid using stirred tank reactor. This process was conducted at temperature 90 0C for 1 hour in various solvent concentration and PH. The purpose of this research was to study the effect of solvent concentration and PH in pectin extraction process and the effect of adding pectin in process of latex coagulation. The result showed that the higher PH and solvent concentration, the higher yield of pectin. The maximum yield of pectin which was obtained in this research is 89.55%. The methoxyl contain and galacturonic which was obtained in this research between 2.430-3.13% and 67.65-82.02%, rescpectively. The Minimum time for latex coagulation about 5 minute using ratio pectin and latex 5:5.              Keywords : Pectin, acid extraction, methoxyl, galacturonic
MODEL ADSORPSI TIMBAL (Pb) DAN SENG (Zn) DALAM SISTEM AIR-SEDIMEN DI WADUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Nisa, Chatimatun; Irawati, Utami; Sunardi, Sunardi
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.118

Abstract

Logam berat merupakan unsur yang seringkali menjadi polutan utama dalam pencemaran air dan dapat membahayakan kehidupan organisme. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi pola perpindahan ion logam Pb dan Zn dari badan air ke sedimen berdasarkan fenomena adsorpsi isoterm di waduk Riam Kanan Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar. Selain itu , penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap rona awal waduk Riam Kanan, dinamika, dan keadaan ion logam Pb dan Zn di sepanjang waduk Riam Kanan dari hulu hingga hilir. Metode yang digunakan adalah Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan menggunakan instrumen Spektrofotometer Serapan Atom (AAS). Hasil analisis laboratorium diperoleh rata-rata kandungan Pb di air sebesar 0,0494 ppm – 0,2582 ppm, Zn sebesar 0,0002 ppm – 0,0370 ppm, sedangkan sedimen Pb sebesar 6,8311 mg/kg – 21,1756 mg/kg dan Zn 3,3778 mg/kg – 28,3522 mg/kg. Berdasarkan data percobaan ternyata perpindahan ion logam Pb dan Zn ke sedimen akan mengikuti model adsorpsi Langmuir dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,8167 dan 0,8801. Keywords: Model adsorpsi, logam berat (Pb dan Zn), air, sedimenHeavy metals are often considered as main contaminant in water pollution and its highly dangerous for  living organisms in the contaminated area. The aim of this research  is to predict the movement pattern of Pb and Zn metal ions from water onto sediment in the Riam Kanan Reservoir, Aranio Sub-district, Banjar District. In addition, this study is expected to give information on the initial condition of Riam Kanan reservoir; dynamics; and the fate of Pb and Zn ions from upstream to downstream. The samples were analysed using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) based on the Indonesian National Standard (SNI). Result of laboratory analysis showed that in the water, contents of metal Pb were 0.0494 ppm – 0.2582 ppm, Zn 0.0002 ppm – 0.0370 ppm. In the sediment, contents of Pb were 0.8311 mg/kg – 21.1756 mg/kg and Zn 3.3778 mg/kg – 28.3522 mg/kg. Based on the experimental data, it was found that the displacement of Pb and Zn onto sediment complies with Langmuir adsorption model where the  determination coefficient (R2) were 0.8167 and 0.8801 respectively. Keywords: Adsorption model, heavy metal (Pb and Zn), water, sediment  
PEMANFAATAN TULANG IKAN PATIN SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI ASAM PHOSPAT Falah, Ridho Roihanul; Fadhila, Ardhiannas; Tuhuloula, Abubakar
Konversi Vol 2, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i2.80

Abstract

Tulang ikan patin memiliki proporsi 10% dari total susunan tubuh ikan yang merupakan salah satu limbah pengolahan ikan yang memiliki kadar kalsium pospat sebanyak 14% dari total susunan tulang. Pembuatan asam phospat dari tulang ikan patin ini bertujuan untuk mengekstrak asam phospat dari tulang ikan patin dan menghitung kadar asam phospat yang dapat dihasilkan dengan variasi suhu dan konsentrasi pelarut. Proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah ektraksi dengan pelarut H2SO4. Serbuk tulang ikan patin dengan ukuran butir 250 micron dan berat 10 g dimasukan kedalam labu leher tiga yang ditambahkan H2SO­4 dengan volume 100 mL. Kemudian dipanaskan dan berlangsung pada titik didih normal air selama waktu tertentu. Hasil ekstraksi yang didapat kemudian dianalisis kadar air dan kadar kandungan asam phospat yang terbentuk dari tulang ikan patin dengan proses titrasi. Dari hasil yang didapatkan semakin tinggi konsentrasi asam sulfat yang digunakan diperoleh asam phospat yang semakin tinggi pula. Kadar asam phospat terbesar yang didapat pada kondisi operasi ekstraksi dengan H2SO4 55% dengan waktu 3 jam sebesar 53,2%. Kata kunci : Ekstraksi, tulang ikan patin, kadar asam phospat Patin fish bone has 10% proportion of the whole fish body that is one of waste from processing fish. It has 14% calcium phosphate from the whole fish body. Making phosphate acid from patin fish bone aim to extract the phosphate acid and count its levels that can be produced with the temperature and the concentration solvent as the variables. The processes used in this research is extraction with H2SO4 as the solvent. 10 grams of 250 micron patin fish bone powder inserted in three-neck flask and added with 100 ml H2SO4. It was heated in water’s boiling point at certain time. Extraction results obtained then analyzed the water and acid phosphate levels formed from patin fish bone with titration. The higher sulfuric acid concentration used, the more acid phosphate concentration obtained. The largest phosphate acid concentration levels that obtained in extraction with 55% H2SO4 and 3 hours operation is 53.2%. Keywords : Extraction, patin fish bone, phosphate levels
OPTIMASI WAKTU HIDROLISIS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT MENJADI FURFURAL BERBANTUKAN GELOMBANG MIKRO Rahim, Marinda; Nadir, Mardhiyah
Konversi Vol 4, No 2 (2015): Oktober 2015
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v4i2.265

Abstract

Abstrak- Sebagai daerah sentra pengembangan perkebunan kelapa sawit dan industri crude palm oil (CPO), Kalimantan Timur memiliki potensi untuk menghasilkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dalam jumlah yang cukup besar. TKKS merupakan limbah padat dari hasil industri CPO yang menggunakan tandan buah sawit (TBS) sebagai bahan bakunya.  Bagian TKKS adalah 23% dari TBS. TKKS memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika diolah lebih lanjut. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menghidrolisis kandungan pentosan di dalam TKKS menjadi furfural. Tujuan penelitian ini adalah megembangkan teknik hidrolisis satu tahap TKKS menjadi furfural dengan bantuan gelombang mikro untuk mendapatkan waktu optimum yang dapat mengasilkan furfural maksimum.. Pada penelitian ini 10 gram TKKS ditambahkan dengan 250 mL H2SO4 15% sebagai katalis. Campuran kemudian dihidrolisis menggunakan bantuan gelombang mikro dengan variasi waktu 15, 30, 45, 60, 75, 90, dan 105 menit. Hasil analisa dengan Gas Chromatography (GC) menunjukkan hasil furfural tertinggi diperoleh pada waktu 75 menit dengan konsentrasi 1,34 mg/mL.  Kata Kunci: furfural, gelombang mikro, hidrolisis, TKKS Abstract- As a regional center for the development of oil palm plantations and crude palm oil (CPO) industry, East Kalimantan has the potential to produce oil palm empty fruit bunches (EFB) in large enough quantities. EFB is the solid waste from the palm oil industry which uses palm fruit bunches (FFB) as a raw material. EFB part is 23% of FFB. Whereas EFB has a high economic value if processed further. One of the method that is used to hydrolyze the content of pentosan in EFB into furfural. The purpose of this research is to develop one step hydrolysis technique of EFB into furfural  with microwaves assistance  to obtain the optimum time which can produce maximum furfural. In this research 10 grams of EFB was added with 250 mL of H2SO4 15%  as the catalyst. The mixture was then hydrolyzed using microwave-assisted with a time variety of for 15, 30, 45, 60, 75, 90, and105 minutes. The results of analysis by Gas Chromatography (GC) showed that the highest results of furfural  was at 75 minutes with a concentration of 1.34 mg / mL. Keywords: EFB, furfural, microwaves, hydrolysis
STUDI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT KELAPA SAWIT Haryanti, Andi; Norsamsi, Norsamsi; Fanny Sholiha, Putri Suci; Putri, Novy Pralisa
Konversi Vol 3, No 2 (2014): Oktober 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i2.161

Abstract

Abstrak- Setiap tahunnya produksi kelapa sawit makin meningkat, sehingga akan terjadi peningkatan juga pada limbah kelapa sawit. Limbah kelapa sawit adalah sisa-sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit. Limbah padat kelapa sawit dapat berupa tandan kosong, cangkang dan sabut, dimana pada 1 ton kelapa sawit menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit sebanyak 23% atau 230 kg, limbah cangkang sebanyak 6,5% atau 65 kg, sabut 13% atau 130 kg. Umumnya limbah padat industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga jika penanganan limbah secara tidak tepat akan mencemari lingkungan. Pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai PLT biomassa, pupuk dan bioetanol. Untuk cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai karbon/arang aktif, pembuatan pupuk cair kalium sulfat, pengawet alami tahu, bahan bakar (biomassa), briket. Untuk sabut kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan penguat sifat mekanik komposit, fiber glass, pengolah limbah cair, pembuatan pulp, media tanaman alternatif, alternatif pengganti solar dan batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Masih banyak yang bisa di lakukan untuk pemanfaatan limbah padat kelapa sawit dengan dilakukan penelitian. Kata Kunci: limbah padat kelapa sawit, TKKS, cangkang kelapa sawit, sabut kelapa sawit Abstract- Each year, palm oil production increased, so that there will be an increase also in palm oil waste. Waste of palm oil crops are not included in the main product or a by-product of the processing of palm oil. Solid waste can be either oil palm empty fruit bunches, shells and fiber (coir), which on 1 ton of palm oil generates waste in the form of empty fruit bunches of oil pam as much as 23% or 230 kg, the waste shell as much as 6.5% or 65 kg, coir (fiber) 13% or 130 kg. Generally palm oil industrial solid waste contain organic matter so that if the improper handling of waste will pollute the environment. In the oil palm empty fruit bunches (EFB) PLT can be used as biomass, manure and bioethanol. For palm kernel shells can be used as a carbon/charcoal, liquid potassium sulphate fertilizer production, and natural preservatives. To coir (fiber) palm oil can be used as a reinforcing material for the mechanical properties of the composite, fiber glass, liquid waste processing, manufacture of pulp, media alternative crops, alternative to diesel and coal as fuel for electricity generation. There is still much that can be done for solid waste utilization of palm oil by doing a research.Keywords: solid waste of palm oil, EFB, palm kernel shells, fiber of palm oil
PENGAMBILAN PEKTIN DARI ALBEDO SEMANGKA DENGAN PROSES EKSTRAKSI ASAM Maulani, Melisa Triandini; Aslamiah, Aslamiah; Wicakso, Doni Rahmat
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.131

Abstract

Abstrak- Semangka adalah tanaman yang tahan terhadap iklim kering sehingga dapat tumbuh di daerah tropis dan setengah gurun. Albedo semangka merupakan sumber pektin yang potensial karena di dalamnya terkandung senyawa pektin. Untuk menguraikan pektin dalam albedo semangka dapat dilakukan dengan proses ekstraksi asam karena kemungkinan terjadi kerusakan pektin lebih sedikit, sedangkan untuk mengendapkan pektin digunakan alkohol. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi pektin dengan bahan dasar albedo semangka yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh variasi temperatur ekstraksi serta jenis pelarut terhadap kadar pektin yang dihasilkan albedo semangka dan mengetahui variasi temperatur ekstraksi serta jenis pelarut yang maksimum untuk menghasilkan pektin. Penelitian dilakukan dengan waktu ekstraksi 90 menit dan temperatur ekstraksi 60, 70, dan 80 °C serta pelarut HCl dan CH3COOH dengan pH 2,6 sebanyak 500 mL. Dari hasil penelitian diperoleh kondisi maksimum pengambilan pektin adalah dengan menggunakan pelarut HCl pada temperatur ekstraksi 80 °C dan kadar pektin yang dihasilkan sebesar 11,2635%. Pelarut HCl yang merupakan asam kuat lebih mudah melepaskan ikatan protopektin menjadi pektin sehingga kadar pektin yang dihasilkan memiliki kadar yang tinggi. Semakin tinggi temperatur operasi, kadar pektin yang didapatkan juga semakin besar sampai batas temperatur 80 °C. Hal ini menyebabkan gerakan molekul asam yang semakin cepat, sehingga kontak antara zat terlarut dalam sampel dengan pelarut semakin aktif dan diperoleh pektin yang lebih banyak. Kata kunci: semangka, pektin, ekstraksi. Abstract- Watermelon is a plant that is resistant to dry climate so it can be grown in tropical and semi-desert. Watermelon albedo is a potential source of pectin because it contains pectin compounds. To decompose the pectin in the watermelon albedo can be done by acid extraction process because it will lesser the possibility of damage pectin, whereas alcohol is use to precipitate pectin. In this research watermelon albedo as basic ingredients would be extracted to produce pectin to identified the differences in the influence of temperature variation and the type of solvent extraction of the pectin content of the albedo watermelon and determined variations in maximum temperature and type of solvent extraction to produce pectin. The study was conducted with a 90-minute extraction time and extraction temperature 60, 70, and 80 °C and 500 mL the solvent HCl and CH3COOH with 2.6 pH. The results were obtained taking the maximum conditions of pectin using solvent extraction HCl at a temperature of 80 °C and obtained pectin levels of 11.2635%. Solvent which is a strong acid HCl is easier to untie protopektin pectin so pectin levels has generated a high level. The higher the operating temperature, the bigger pectin levels that are obtained until the temperature limit of 80 °C. This caused by the movement of the H+ ions more reactive, the more contact between the substances dissolved in the sample with solvent and obtained more pectin. Keywords: watermelon, pectin, extraction
PENGURANGAN KADAR H2S DARI BIOGAS LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN METODE ADSORPSI Alwathan, Alwathan; Mustafa, Mustafa; Thahir, Ramli
Konversi Vol 2, No 1 (2013): April 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i1.112

Abstract

Biogas sebelum digunakan harus dimurnikan terlebih dahulu dari kandungan asam sulfida (H2S) yang meskipun jumlahnya kecil namun menimbulkan kerugian karena menimbulkan korosi pada logam  atau apabila dibakar akan membentuk SO2 atau SO3 yang dikenal dengan SOx yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari waktu jenuh adsorben dalam menjerap H2S, mengetahui kemampuan adsorben karbon aktif dalam menyerap dan mencari konstanta persamaan adsorpsi isotherm Freundlich pada variasi ukuran karbon aktif  yang digunakan dalam menghitung waktu tinggal adsorpsi. Bahan yang digunakan adalah sludge dari hasil pengolahan limbah cair rumah sakit. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengukur kandungan H2S  dalam biogas sebelum melalui adsorber disusun secara seri ukuran tinggi kolom 70 cm, diameter ½ inch, tinggi isian 64 cm bahan isian karbon aktif dengan ukuran 4, 7, 10, 12, 14 mesh kecepatan biogas 0.5 liter/menit diperoleh  hasil karbon aktif paling cepat mengalami kejenuhan ukuran 4 mesh yaitu 60 menit, H2S yang terjerap 202.42  unit  dari effisiensi kejenuhan 9.76% sedangkan waktu jenuh paling lama 90 menit ukuran karbon aktif  14 mesh H2S yang terjerap 368.65 unit effisiensi kejenuhan 9.79%. Karbon aktif yang optimal digunakan yaitu 12 mesh waktu jenuh 80 menit, effisiensi kejenuhan 9.82% dengan waktu tinggal 127.927 detik sedangkan waktu tinggal paling singkat terjadi pada ukuran adsorben 4 mesh, yaitu waktu tinggal  73.855 detik. Keywords: limbah, biogas, adsorpsi, asam sulfida, karbon aktif Biogas is purified before being used in from the acid content of sulfide (H2S), although the numbers are small, but the resulting loss due to corrode metal or when burned to form SO2 or SO3, known as SOx that cause acid rain. The purpose of this study to find time in the saturated adsorbent adsorb H2S,  the ability of the activated carbon adsorbent adsorb adsorption equation and find the constants in the Freundlich isotherm variations in the size of activated carbon for in calculating the residence time of adsorption. The materials used are the sludge from the hospital wastewater treatment. The method was performed in this study for  measure the content of H2S in the biogas before passed  through to the third adsorber column 70 cm height, ½ inch diameter, 64 cm high filling packing material of activated carbon with a size of 4, 7, 10, 12, 14 mesh velocity biogas 0 , 5 litre. / min obtained results most rapidly activated carbon burnout mesh size of 4 is 60 minutes, H2S is adsorption 202.42 mg of 9.76% while the efficiency of saturation saturation time exceeding 90 minutes 14 mesh size activated carbon is adsorption H2S 368.65 mg 9.79% saturation efficiency. Optimal use of activated carbon which is 12 mesh saturated 80-minute time, efficiency saturated 9.82% with a residence time of 127.927 seconds while the shortest residence time occurs on the mesh size of adsorbent 4, the residence time of 73.855 seconds. Keywords: waste , biogas, adsorption, acid sulfide, activated carbon

Page 1 of 24 | Total Record : 231