cover
Contact Name
Ichsan Rizany
Contact Email
ichsan.r.psik@ulm.ac.id
Phone
+62511-4772745
Journal Mail Official
jdk.keperawatan@ulm.ac.id
Editorial Address
Jalan A.Yani Km.36 Fakultas Kedokteran, PSIK-Gedung III, Banjarbaru 70714, Indonesia. Tel. (0511) 4772745; e-mail: jdk.keperawatan@ulm.ac.id
Location
Kota banjarmasin,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Dunia Keperawatan : Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
ISSN : 23378212     EISSN : 25415980     DOI : http://dx.doi.org/10.20527
Core Subject : Health,
Dunia Keperawatan is a nursing and health journal published by the Nursing Science Study Program, Faculty of Medicine, University of Lambung Mangkurat three time a year in March, july, and November. The journal receives manuscripts from research and literature studies in the fields of nursing and health including child nursing, maternity nursing, medical surgical nursing, emergency nursing, critical nursing, mental nursing, nursing management, community nursing, gerontik and family, and health research.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016" : 10 Documents clear
PENGARUH LUMATAN DAUN PLETEKAN (Ruellia Tuberosa L) TERHADAP LAMA PENUTUPAN LUKA PADA TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus) Ria Susana; Rismia Agustina; Abdurahman Wahid
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.254 KB) | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2513

Abstract

ABSTRAKLuka didefinisikan sebagai gangguan pada fungsi dan integritas jaringan tubuh. Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks dari perbaikan dan remodeling jaringan sebagai respon terhadap cedera. Pletekan (ruellia tuberosa l) mengandung flavonoid, glikosida, phenol, saponin dan nutrisi yang diharapkan mempercepat penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh  lumatan daun pletekan (ruellia tuberosa l) terhadap lama penutupan luka pada tikus putih (rattus novergicus). Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan rancangan posttest only control, menggunakan teknik simple random sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 40 ekor tikus jantan dengan luka insisi bersih sepanjang 3 cm yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Data yang diukur adalah rata-rata lama penutupan luka. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji mann-whitney dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan perbedaan yang signifikan rata-rata lama penutupan luka antara kelompok kontrol (8,45) dan kelompok perlakuan (3,75) dengan p-value 0,000 (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh lumatan daun  pletekan (ruellia tuberosa l) terhadap lama penutupan luka pada tikus putih (rattus novergicus).Kata-kata kunci: luka insisi bersih, pletekan (ruellia tuberosa l), lama penutupan luka.ABSTRACTWounds is defined as disruption of the function and integrity of body tissues. Wound healing isa complex process of tissue repair and remodelling in response to injury. Pletekan (ruellia tuberosa l) contains flavonoids, glycosides, phenols, saponins and nutritive value that suppose to accelerate wound healing. The purpose of this study was to identify the effect of pletekan leaves (ruellia tuberosa) to wound closure time in rats (rattus novergicus). This research was an experimental study with post- test design using the simple random sampling technique. The samples were 40 male rats with a clean incision wound along 3 cm which were divided into two groups, control group and treatment group. The measured data were the average of wound closure time. Data were analyzed using the mann- whitney test with 95 % confidence level showed a significant difference between the control group (8,45) and the treatment group (3,75) with p-value 0,000 (p<0,005). There was significant effect of ruellia tuberosa l to wound closure time in rattus novergicus.Keywords: wounds, ruellia tuberosa , wound closure time.
PENINGKATAN KEMAMPUAN IBU MELAKUKAN STIMULASI PERKEMBANGAN MAKAN TODDLER PICKY EATER Eka Santi
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.842 KB) | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2506

Abstract

ABSTRAKStimulasi perkembangan makan merupakan kegiatan yang meningkatkan kemampuan anak terhadap perilaku ketika makan. Praktek pemberian makan sangat dipengaruhi oleh peran ibu, khususnya pada anak toddler yang mengembangkan kemandiriannya, salah satunya adalah makan. Kemampuan ibu melakukan stimulasi menjadi tolok ukur perilaku makan anak. Rancangan Quasy Eksperiment dengan sampel penelitian 21 responden ibu yang memiliki anak toddler susah makan di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru Utara melalui teknik sampling purposive, analisis yang digunakan menggunakan Uji Wilcoxon Sign Rank Test. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan ibu melakukan stimulasi perkembangan makan antara observasi pertama dan kedua dengan p value = 0,025 menjadi p value = 0,014. Namun pada tiap komponen persepsi pendekatan health belief model tidak memberikan pengaruh terhadap kemampuan ibu. Persepsi kerentanan  p = 0,317; persepsi keseriusan p = 0,564, persepsi hambatan p = 0,157 dan persepsi manfaat p = 1,000. Deteksi dini perkembangan motorik mulut sebagai bagian penting dari tumbuh kembang anak.Kata-kata kunci: stimulasi, perkembangan makan, motorik mulut.ABSTRACTStimulation of the development of eating is an activity that enhances the ability of children to behavior when eating. The practice of feeding is strongly influenced by the mother's role, particularly in children toddler who develop their independence, one of which is eaten. Mother ability stimulating the benchmark eating behavior in children. Quasy experiment with sample 21 respondents mothers who have toddler with difficult feeding in Puskesmas North Banjarbaru through purposive sampling technique and Wilcoxon Sign Rank Test is used in this study. The result showed increase the mother's ability stimulating the development of eating between first and second observation with p value = 0.025 into p value = 0.014. However, at the components of health belief model does not give effect to the mother's ability. Perceived vulnerability p = 0.317; perceived seriousness p = 0.564, perceived barrier p = 0.157  and perceived benefit p = 1.000. Early detection oral motor development should include the part of child development.Keywords: stimulation, development of feeding, oral motor.
GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA KEJADIAN MORTALITAS PASIEN STEMI DI RSUD ULIN BANJARMASIN Ridha Fahliati Dewi; Abdurrahman Wahid; Ifa Hafifah
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.776 KB) | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2514

Abstract

ABSTRAKTingkat kejadian meninggalnya pasien STEMI dalam waktu 24 jam diikuti oleh faktor risiko akan mempengaruhi prognosis, maka perlu untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang ikut berperan pada STEMI sebagai pencegahan untuk menurunkan angka kejadian mortalitas.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran faktor risiko pada kejadian mortalitas pasien STEMI di RSUD Ulin Banjarmasin.Metode penelitian ini cross sectional dengan  accidental sampling yang dianalisis univariat. Data diambil dari lembar EKG, anamnesa pasien dan keluarga, pernyataan perawat dan dokter dituliskan dalam rekam medik yang diisi langsung oleh peneliti di lembar observasi di RSUD UlinBanjarmasin pada November - Desember 2015. Hasilmenunjukkan17 pasien mengalami STEMI dengan angka mortalitas (11,8%), rata-rata usia pasien STEMI 57 tahun, didominasi laki-laki (88,2%) dengan faktor risiko riwayat penyakit jantung (35,5%), hipertensi (29,4%), merokok (29,4%), stroke (5,9%) dan tidak memiliki riwayat penyakit (17,6%).Kesimpulan penelitianini adalah pasien STEMI di RSUD Ulin Banjarmasin rata-rata berusia 57 tahun dan lebih sering terjadi pada laki-laki dengan faktor risiko riwayat penyakit jantung, hipertensi, merokok, stroke dan tidak memiliki riwayat penyakit.Kata-kata kunci: faktor risiko, STEMI, mortalitas.ABSTRACTThis incidence rate of STEMI patients followed by risk factors that affect prognosis of STEMI patients, there’s a need to acknowledge what risk factors that role in STEMI as prevention to decrease mortality incidence.The objectives was to describe risk factors of mortality incidence in STEMI patients in RSUD Ulin Banjarmasin. This study used cross sectional with accidental sampling method that showed through univariate analysis. The data taken from ECG sheet, patient and family interviewed, nurse and doctor declaration written on medical record that being record directly by researcher on observational sheet in RSUD Ulin Banjarmasin since November - December 2015. The results17 patients having STEMIwith mortality rate (11,8%) average age STEMI patients is 57 years old, dominated bymales (88,2%)withrisk factors are history of prior heart (35,5%), hypertension (29,4%), smoking (29,4%), stroke (5,9%), no medical history (17,6%). The result of this studywasavaregeage of STEMI patients in RSUD Ulin Banjarmasin was 57 years old and the most common in males with risk factors werehistory of prior heart, hypertension, smoking, stroke and no medical history.Keywords: risk factor, STEMI, mortality.
PERAN EDUCATOR PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING PADA PASIEN DI RUANG TULIP 1C RSUD ULIN BANJARMASIN Endang Pertiwiwati; Ichsan Rizany
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.751 KB) | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2509

Abstract

ABSTRAKDischarge planning merupakan interaksi dan kolaborasi antara petugas kesehatan, pasien, dan keluarga untuk memberikan dan mengatur kontinuitas perawatan yang diperlukan pasien.  Selama pelaksanaan discharge planning, perawat berperan melakukan pendidikan kepada pasien dan keluarga untuk mempersiapkan pemulangan dan kebutuhan untuk perawatan tindak lanjut di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran educator perawat dengan pelaksanaan discharge planning pada pasien  di Ruang Tulip 1C RSUD Ulin Banjarmasin. Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan cross sectional menggunakan sampling jenuh, dan subjek penelitian sebanyak 29 responden. Peran educator yang baik sebanyak 17 orang (59%) dan pelaksanaan discharge planning baik sebanyak 18 orang (62%). Analisis data menggunakan uji Chi Square dengan hasil didapatkan nilai p=0,002 yang berarti p<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara peran educator perawat dengan pelaksanaan discharge planning pada pasien di Ruang Tulip 1C  RSUD Ulin Banjarmasin.Kata-kata kunci: perawat, discharge planning, peran educator.ABSTRACTDischarge planning is the interaction and collaboration among of health care workers, patients, and families together to provide and arrange the necessary continuity of patient care. During the implementation of discharge planning, nurses play a role in education to the patient and family for prepare the return and the possible need for follow-up care at home. This study aimed to determined the relationship of the educator nurse’s role with the implementation of discharge planning for patients in  Tulip 1C RSUD Ulin Banjarmasin. The study design was observational analytic cross sectional using saturated sampling and the subjects were 29 respondents. The role of a good educator were 17 people (59%) and the implementation of good discharge planning were 18 people (62%). Data analysis using Chi Square test with the results obtained p = 0.002, which means p <0.05, so it can be concluded that there was a significant relationship between the nurse educator role with the implementation of discharge planning for patients in Tulip 1C RSUD Ulin Banjarmasin.Keywords: nurse, discharge planning, educator role.
FAKTOR-FAKTOR RESIKO KEJADIAN PREMENSTRUALSYNDROME PADA REMAJA SMA DARUL HIJRAH PUTERI Rizka Safitri; Herawati Herawati; Kurnia Rachmawati
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.902 KB) | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2515

Abstract

ABSTRAKPremenstrual syndrome adalah sindrom yang terjadi pada perempuan 2-14 hari sebelum menstruasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi premenstrual syndrome diantaranya adalah aktivitas olahraga, indeks massa tubuh, konsumsi makanan asin, dan konsumsi makanan manis.Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor risiko kejadian premenstrual syndrome pada remaja SMA Darul Hijrah Puteri. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan retrospektif (case control study).Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan 32 orang dikelompok kasus dan 32 orang dikelompok kontrol pada siswi SMA Darul Hijrah Puteri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara faktor-faktor risiko yaitu aktivitas olahraga (p=0,002), indeks massa tubuh (p=0,005), konsumsi makanan asin (p=0,001), konsumsi makanan manis (p=0,045) dengan kejadian premenstrual syndrome. Aktivitas olahraga, indeks massa tubuh, konsumsi makanan asin, dan konsumsi makanan manis berhubungan dengan kejadian premenstrual syndrome pada remaja SMA Darul Hijrah Puteri. Penelitian ini bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya tentang premenstrual syndrome.  Kata-kata kunci: premenstrual syndrome, remaja, faktor risiko.ABSTRACTPremenstrual syndrome is a syndrome that occurs in females 2-14 days before menstruation. Factors that affect premenstrual syndrome include sport activity, body mass index, consumption of salty foods and consumption of sweet foods. The objective of this study was to determine the risk factors of premenstrual syndrome on adolescents Darul Hijrah Puteri High School. The research was observational analytic with restrofektif approach (case control study), purposive sampling method was employed in 32 cases and 32 controls at the Darul Hijrah Puteri High School. The results showed an association between sport activity (p=0,002), body mass index (p=0,005), consumption of salty foods (p=0,001), consumption of sweet foods (p=0,045) and premenstrual syndrome. Sports activity, body mass index, consumption of salty foods and sugary food consumption associated with premenstrual syndrome on adolescents in Darul Hijrah Puteri High School.This research useful as a reference for future research on premenstrual syndrome.Keywords: premenstrual syndrome, adolescents, risk factors.
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARBARU Karmila Karmila; Dhian Ririn Lestari; Herawati Herawati
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.294 KB) | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2558

Abstract

ABSTRAKDukungan keluarga sangat diperlukan oleh penderita gangguan jiwa dalam memotivasi mereka selama perawatan dan pengobatan. Hal yang dapat memicu kekambuhan dan memperpanjang proses perawatan gangguan jiwa antara lain penderita tidak minum obat secara  teratur. Tujuan untuk menganalisis dan mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa. Metode penelitian korelasional dengan desain penelitian cross sectional. Responden berjumlah 35 orang, instrumen yang digunakan berupa kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner kepatuhan minum obat. Hasil penelitian menunjukan bahwa 42,86% memberikan dukungan keluarga baik, 37,14% memberikan dukungan keluarga cukup, dan 20%memberikan dukungan keluarga kurang. Kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa yang patuh 24 responden (68,57%) dan pasien yang tidak patuh 11 responden (31,43%). Analisis data hasil penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman dengan nilai p value 0,000 yang berarti p ˂ 0,05, sehingga terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru dengan nilai r= 0,748 yang berarti kekuatan hubungan kuat dan mempunyai arah positif. Diharapkan keluarga memberikan dukungan keluarga yang baik kepada pasien gangguan jiwa agar pasien patuh minum obat untuk kesembuhan dan mencegah kekambuhan.Kata-kata kunci: dukungan keluarga, kepatuhan minum obat, gangguan jiwa.ABSTRACTFamily support is needed by people with mental disorders in motivating them for care and treatment. Things that can trigger a recurrence and prolong the treatment of other psychiatric disorders among patients not taking medication regularly.Objective this research aims to analyze and determine the relationship of family support with drink medicine obediently of mental disorder patient. Methods of this research was correlational with cross-sectional study design. Respondents were 35 patient, instruments used in the form of family support questionnaire and drink medicine obediently questionnaire. Results this research showed that 42.86% gave good family support, 37.14% providing sufficient family support and 20% provide less support. Medication adherence in patients with mental disorders who dutifully 24 respondents (68.57%) and non-adherent patients 11 respondents (31.43%). Analysis of the research data usingspearman correlation test with p value of 0.000, which means p ˂ 0.05, so there was a significant relationship between family support with medication adherence in patients with mental disorders in Puskesmas Banjarbaru with r = 0.748, which means strength strong relationships and have a positive direction. The family was expected to gave a good family support to patients with mental disorders that adherent patients taking medication to cure and prevent recurrence.Keywords: family support, compliance drinking drugs, mental disorder.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS DI SMP DARUL HIJRAH PUTRI MARTAPURA: CASE CONTROL STUDY Sovia Yunida; Kurnia Rachmawati; Musafaah Musafaah
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.462 KB) | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2516

Abstract

ABSTRAKPediculosis capitis adalah infestasi yang disebabkan oleh pediculus humanus var. capitis dan merupakan masalah kesehatan anak-anak yang tinggal di asrama. Sampai saat ini penelitian tentang hal yang menyebabkan kutu kepala masih terbatas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pediculosis capitis pada anak-anak yang tinggal di asrama. Metode penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol, pada siswi SMP pondok pesantren dan dilakukan tanggal 09 Desember 2015. Responden dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kasus (n=48) dan kelompok kontrol (n=48). Pemeriksaan kutu kepala dilakukan menggunakan sisir bergigi rapat dan respon pasien dicatat dalam lembar checklist. Hasil penelitian tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor risiko yaitu panjang rambut (p=0,321), frekuensi mencuci rambut dalam seminggu (p=0,117), berbagi sisir (p=0,301), berbagi handuk (p=1,000), berbagi penutup kepala (kerudung) (p=0,323), kebiasaan tidur atau penggunaan tempat tidur bersama (p=0,784), dan frekuensi mengganti sprei tempat tidur sekali seminggu (p=0,268), dengan kejadian pediculosis capitis. kesimpulan pada penelitian tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor dengan kejadian pediculosis capitis, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lain yaitu kepadatan hunian.Kata-kata kunci: pediculosis capitis, kutu kepala, faktor risiko.ABSTRACTPediculosis capitis is an infestation caused by pediculus humanus var. capitis and it is one of health problem on children who lived in a dormitory. Unfortunately, recent research about things caused head louse is still limited. The objective was to determine the factors which had correlation with pediculosis capitis incident in children who lived in dormitory. The method of this research used case control study, performed to girl students in SMP Pondok Pesantren on 09 December 2015. Respondents were divided into 2 groups, case group (n=48) and control group (n=48). The examination of head louse was performed using tight-brush comb and patient’s response has written in checklist paper. The result there was no correlation between hair long (p=0,321), frequency of hair washing in a week (p=0,117), shared comb (p=0,301), shared towel (p=1,000), shared head cover (jilbab) (p=0,323), sleep habit or shared bed (p=0,784), and frequency of changing bed cover once a week (p=0,268), with pediculosis capitis incident. It can be concluded this study there was no correlation between factors with pediculosis capitis incidence, this happened maybe because of other factor like occupancy density.Keywords: pediculosis capitis, head louse, risk factor.
IDENTIFIKASI STATUS NUTRISI DAN RESIKO MALNUTRISI PADA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA KOTA KENDARI Nurfantri Nurfantri; Dian Yuniar
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2511

Abstract

ABSTRAKDi Indonesia pada tahun 2013, persentase penduduk lanjut usia mencapai 8,9% dari jumlah penduduk sebesar 250 juta jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status nutrisi pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari mulai tanggal 24 Mei sampai 30 Mei 2016.Metode penelitian yaitu penelitian survei deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari sebanyak 95 orang. Sampel penelitian berjumlah 56 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Hasil penelitian untuk status nutrisi lanjut usia yaitu pada status gizi normal yaitu 34 orang (60,7%), pada status gizi kurang yaitu 21 orang (37,5%), dan pada status gizi lebih yaitu 1 orang (1,8%). Resiko malnutrisi lanjut usia berdasarkan Mini Nutritional Assessment (MNA) yaitu pada nutrisi baik yaitu 22 orang (39,3%), pada status resiko malnutrisi yaitu 33 orang (58,9%), dan pada malnutrisi yaitu 1 orang (1,8%). Diharapkan pengelola panti agar selalu memperhatikan status gizi pada lanjut usia yang ada di panti sehingga dapat terpenuhi nutrisi yang tepat bagi para lanjut usia. Penelitian selanjutnya di harapkan agar mengembangkan penelitian serupa dengan variabel-variabel lain yang relevan diataranya penurunan fungsi organ dan pemenuhan gizi lanjut usia, pola pengolahan gizi lanjut usia,gangguan fungsional dan penyakit terhadap gizi lanjut usia.Kata-kata kunci: status nutrisi, MNA, IMT, lanjut usia. ABSTRACTIn Indonesia in 2013 reached 8.9% of the total population of 250 million inhabitants. The purpose of this study was to determine the nutritional status of the elderly in Social Institutions Tresna Werdha Minaula Kendari City in 2016. The research was conducted in Social Institutions Tresna Werdha Minaula Kendari City starting on May 24 until May 30, 2016. The method used in this study is survey descriptive . The population in this study were all elderly residing in Tresna Elderly Social Institution Minaula Kendari many as 95 people. These samples included 56 people with a sampling technique that total sampling. Results of research on the nutritional status of the elderly are  the normal nutritional status to 34 persons (60.7%), the malnutrition status is 21 people (37.5%), and the nutritional status of more that 1 (1.8%). Risk of malnutrition elderly by the Mini Nutritional Assessment (MNA) is on good nutrition that 22 (39.3%), on the status of risk of malnutrition is 33 people (58.9%), and the malnutrition that is 1 (1.8%) , Carers are expected to always pay attention to the nutritional status of the elderly in nursing so that it can be fulfilled proper nutrition for the elderly. Future studies are expected to develop similar research with other variables relevant,  such decreased organ function and nutrition of elderly, elderly nutrition pattern processing, functional disorders and diseases of the elderly nutrition.Keywords: nutritional status, MNA, BMI, elderly.
GAMBARAN KEJADIAN ARITMIA DAN KEJADIAN MORTALITAS PADA PASIEN STEMI DI RSUD ULIN BANJARMASIN Putri Anggraini; Abdurrahman Wahid; Noor Diani
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2512

Abstract

ABSTRAKAritmia merupakan gangguan irama pada jantung bisa cepat, lambat dan ireguler. Komplikasi dari STEMI salah satunya adalah aritmia disebabkan adanya gangguan konduksi listrik dan sel jantung pada jantung. Angka kejadian aritmia 50% yang dapat mengakibatkan kematian. Tujuan penelitian mengetahui gambaran kejadian aritmia dan mortalitas pada pasien STEMI di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif  dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini adalah pasien STEMI yang mengalami komplikasi aritmia dari 4 september 2015 – 31 desember 2015 dengan tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan jenis sampling aksidental. Instrumen yang digunakan lembar EKG dan lembar observasi. Hasil penelitian kejadian aritmia berjumlah 11 responden (65%), tidak aritmia 6 responden (35%). Kejadian mortalitas didapatkan 2 responden (12%). Rata – rata umur responden 57 tahun. Jenis kelamin laki – laki terdapat 15 responden (88%), perempuan 2 responden (12%). Kesimpulan prevalensi kejadian aritmia pada pasien STEMI tinggi, ditemukan irama sinus takikardi dan sinus bradikardi dapat mengakibatkan kematian.Kata – kata kunci: aritmia, mortalitas, STEMI.ABSTRACTArrhythmias are disturbances in the heart rhythm become fast, slow or irregular. Arrhythmia is a complication of STEMI. These arrhythmias can damage electrical conduction and cardiac cells in the heart. The incidence of arrhythmias is 50%, which can lead to death. The objective to describe the incidence of arrhythmias and an overview mortality in STEMI patients at the General Hospital of Ulin Banjarmasin. The methods of study was using a descriptive with cross sectional design to STEMI patients. This study has been done since 4 September 2015-31 December 2015 using accidental sampling technique. Instruments used ECG and observation sheet. The results of this study total incidence of arrhythmias were 11 respondents (65%), non arrhythmia 6 respondents (35%). The incidence of mortality was two respondents (12%). 15 respondents (88%), 2 female respondents (12%). It can be concluded the prevalence of arrhythmias in patients with STEMI is high, found with sinus tachycardia and bradycardia may result in death.Keywords: arrhythmias, mortality, STEMI.
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT STRES ANGGOTA KELUARGA YANG MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA Yolla Yollanda Wulandari; Herawati Herawati; Anggi Setyowati
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2517

Abstract

ABSTRAKDukungan sosial keluarga merupakan strategi koping penting yang dimiliki keluarga saat mengalami stres. Stres adalahsegala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan. Tujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial keluarga dengan tingkatstresanggotakeluargayangmerawatpasiengangguanjiwadi wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru. Metode penelitian ini adalah observasionalanalitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dukungan sosial keluarga dan kuesioner tingkatstres. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 25 responden (78,13%) memiliki dukungan sosial keluarga baik, dukungan sosial keluarga cukup sebanyak 6 responden (18,75%) dan dukungan sosial keluarga kurang sebanyak 1 responden (3,13%). Tingkat stres responden menunjukkan bahwa keseluruhan yaitu sebanyak 18 responden (56,25%) memiliki tingkatstress sedikitrendahdari rata-rata. Analisis data hasil penelitian ini menggunakan uji korelasispearman dengan nilai p value 0,041< 0,05, ada hubungan negatif dengan kekuatan rendah antara dukungan sosial keluarga dengan tingkatstresanggotakeluargayang merawatpasiengangguanjiwa di wilayah kerja Puskesmas Banjarbaru dengan nilai r = -0,363.Kata-kata kunci: dukungan sosial keluarga, tingkatstres, gangguanjiwa.ABSTRACTFamily social support is a very important coping strategy of a family by the time of experiencing stress. Stress refers to any situation when non specific demand requires an individual to respond or to act. Objective to know the correlation between family social support and stress degree of family member in treating mental disorder patient in the work region of Banjarbaru Puskesmas. Methods this is an observation analytic study using cross sectional design and the data is collected by means of giving questionnaires on family social support and stress degree. Results the study indicates that most of the respondents, namely 25 respondents (78.13%) have good family social support, and 6 respondents (18.75%) have sufficient family support and only 1 respondents (3.13%) has less family social support. The respondents stress degree shows that generally, namely 18 respondents (56.25%) have stress degree a little bit lower than the average. The data analysis of the study has applied spearman correlation test with p value 0.041 <0.05, there is a negative correlation with the low power between the family social support and the stress degree of family member in treating patient with mental disorder in the work region of Banjarbaru Puskesmas with r value = -0,363.Keywords: family social support, stress degree, mental disorders.

Page 1 of 1 | Total Record : 10