Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR RESIKO KEJADIAN PREMENSTRUALSYNDROME PADA REMAJA SMA DARUL HIJRAH PUTERI Rizka Safitri; Herawati Herawati; Kurnia Rachmawati
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.902 KB) | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2515

Abstract

ABSTRAKPremenstrual syndrome adalah sindrom yang terjadi pada perempuan 2-14 hari sebelum menstruasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi premenstrual syndrome diantaranya adalah aktivitas olahraga, indeks massa tubuh, konsumsi makanan asin, dan konsumsi makanan manis.Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor-faktor risiko kejadian premenstrual syndrome pada remaja SMA Darul Hijrah Puteri. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan retrospektif (case control study).Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan 32 orang dikelompok kasus dan 32 orang dikelompok kontrol pada siswi SMA Darul Hijrah Puteri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara faktor-faktor risiko yaitu aktivitas olahraga (p=0,002), indeks massa tubuh (p=0,005), konsumsi makanan asin (p=0,001), konsumsi makanan manis (p=0,045) dengan kejadian premenstrual syndrome. Aktivitas olahraga, indeks massa tubuh, konsumsi makanan asin, dan konsumsi makanan manis berhubungan dengan kejadian premenstrual syndrome pada remaja SMA Darul Hijrah Puteri. Penelitian ini bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya tentang premenstrual syndrome.  Kata-kata kunci: premenstrual syndrome, remaja, faktor risiko.ABSTRACTPremenstrual syndrome is a syndrome that occurs in females 2-14 days before menstruation. Factors that affect premenstrual syndrome include sport activity, body mass index, consumption of salty foods and consumption of sweet foods. The objective of this study was to determine the risk factors of premenstrual syndrome on adolescents Darul Hijrah Puteri High School. The research was observational analytic with restrofektif approach (case control study), purposive sampling method was employed in 32 cases and 32 controls at the Darul Hijrah Puteri High School. The results showed an association between sport activity (p=0,002), body mass index (p=0,005), consumption of salty foods (p=0,001), consumption of sweet foods (p=0,045) and premenstrual syndrome. Sports activity, body mass index, consumption of salty foods and sugary food consumption associated with premenstrual syndrome on adolescents in Darul Hijrah Puteri High School.This research useful as a reference for future research on premenstrual syndrome.Keywords: premenstrual syndrome, adolescents, risk factors.
PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT TERHADAP KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-FALAH PUTERA BANJARBARU Anna Maulina Kustantie; Kurnia Rachmawati; Musafaah Musafaah
Dunia Keperawatan Vol 4, No 1 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 1 NOMOR 1, MARET 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dk.v4i1.2503

Abstract

ABSTRAKSkabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabies. Perilaku kesehatan mencakup yang termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan perilaku pencegahan penyakit terhadap kejadian skabies pada santri di pondok pesantren Al-Falah Putera Banjarbaru. Metode penelitian adalah retrospektif (case control study), pada santri berasrama di pondok pesantren Al-Falah Putera Banjarbabaru. Responden dibagi dalam 2 kelompok yakni kelompok kasus (n=36) dan kelompok kontrol (n=36). Instrumen yang digunakan berupa kueisioner perilaku pencegahan penyakit skabies. Hasil penelitian didapatkan perilaku pencegahan penyakit skabies dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat dalam kategori baik yaitu sebanyak 52 santri (72,2%), tidak bergantian handuk dalam kategori baik adalah sebanyak 59 santri (81,9%), dan menjaga kebersihan tempat tidur dalam kategori baik yaitu sebanyak 52 santri (72,2%). Hasil uji Chi Square terkait perilaku pencegahan penyakit skabies dengan cara tidak bertukar pakaian dan alat sholat, tidak bergantian handuk, dan menjaga kebersihan tempat tidur p=0,792, p=1,000, p=0,066 secara berurutan.Kata-kata kunci : perilaku pencegahan penyakit, skabies, santri. ABSTRACTScabies is a contagious skin disease caused by infestations of Sarcoptes scabies. Health promotion behavior including of disease prevention behaviors which means avoiding disease transmission. The objective of this study was to determine the relationships between disease prevention behaviors and scabies incidence on students at saAl-Falah Putera’s boarding school Banjarbaru. The methods of this study was a retrospective study (case control study), toward the boarding students at the boarding school Al-Falah Putera’s Banjarbabaru. Respondents were divided into 2 groups: the case group (n = 36) and control group (n = 36). The instrument used in the form of a questionnaire the behavior of scabies disease prevention. The result of this study showed that behavioral scabies prevention of disease by not exchanging clothes and prayer tools in both categories as many as 52 students (72.2%), not alternating towels in both categories are as many as 59 students (81.9%), and maintain the cleanliness of the beds in both categories as many as 52 students (72.2%). The Results of Chi Square test related to scabies disease prevention behaviors by not exchanging clothes and tools prayer, not alternating towel and maintain the cleanliness of the bed showed p= 0.792, p= 1.000, p= 0.066 respectively. Keywords: disease prevention behaviors, scabies, students.
PERBANDINGAN REPELLENSI ANTI MOSQUITO SOFTWARE 1.02 DENGAN LOTION ANTI NYAMUK TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI Noor Diani; Kurnia Rachmawati
Dunia Keperawatan Vol 2, No 1 (2014): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 2 NOMOR 1, Maret 2014
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2352.829 KB) | DOI: 10.20527/dk.v2i1.3384

Abstract

ABSTRAK Penyakit demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti merupakan penyakit yang terjadi tiap tahun di Indonesia.Upaya pengendalian demam berdarah yang dirasa efektifadalah dengan mengendalikan vektor penyebab penyakit (nyamuk Aedes aegypti).Salah satu upaya tersebut adalah menggunakan repellent. Gold standard repellent yang diakui Center for Desease. Control saat iniadalah DEET (NN-diethyl-meta-toluamide) yang disinyalir dapat mengganggu kesehatan. Disisi lain pengembangan repellent non kimia banyak dilakukan, seperti repellent ultrasound yang salah satunya terdapat dalam Anti Mosquitos Software 1.02. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperbandingan repelensi Anti Moquiros Software 1.02 dengan losion anti nyamuk terhadap nyamuk Aedes aegypfi. Penglitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Postest Only Control Group Design yang dilakukan di laboratorium entomologi Lokalitbang Tanah Bumbu. Sebanyak 180 ekor nyamuk Aedes cregypti betina hasil biakan dibagi menjadi kelompok kontrol, kelompokperlakuan dengan Anti Mosquitos Software 1.02, dan kelompok perlakuan dengan losion anti nyamuk, kemudian diuji repellensinya dengan menghitungjumlah nyamuk yang hinggap pada area uji Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata repellensi Anti Mosquitos Software 1.02 sebesar 50, 3% sedangkan rata-rata repellensi losion anti nyamuk sebe.sar 96,67 %. Berdasarkan hasil analisa data menggunakW1 uji Independent Sample T-Testdidapatkan perbedaan yang bermakna antara repellensi Anti Mosquitos Software 1.02 dengan losion anti nyamuk Kaga kunci: Repellensi, Software, Losion Anti Nyamuk, Aedes Aegypti ABSTRACT Dengue fever contributes to the burden of disease in hidonesia every year. Controlling its vector (Aedes aegypfi), in particular by using repellent, should be the cornerstone of preventive strategies. The DEET (NN-diethyl-meta. toluamide), a chemical repellént which is recognized as the gold standard of repellent by the CDC, contains substances that may detriment human health. It is. imperative to develop a non chemical repellent that is as effective as the DEET. This study aimed to test a non chemical repellentcalled Anti Moquitos Software 1.02 againts standard DEET lotion. The design was an experimental with a post-test only and control group design which was carried out in the laboratory of entomolou Lolcalitbang Tanah Bumbu. A total of 180 female Aedes aeopti mosquitoes were divided into 3 groups; a control group, a treatment group with Anti Mosquitos Software 1.02 and a treatment group with standard DEET lotion. The repellency of each group was tested by counting the number of mosquito landed in the tested areas. The results showed the average repellency Manti mosquitos software 1.02 was 50.3% while the staulard DEET lotion was 96.67%. Ba.sed on statistic test using independent sample T-rest, it was found a significant difference of yepellency between Anti Mosquitos Software 1.02 and standard DEET lotion. Keywords: Repellency, Software, Lotion Anti Mosquito, Aedes Aegypti
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDICULOSIS CAPITIS DI SMP DARUL HIJRAH PUTRI MARTAPURA: CASE CONTROL STUDY Sovia Yunida; Kurnia Rachmawati; Musafaah Musafaah
Dunia Keperawatan Vol 4, No 2 (2016): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 4 NOMOR 2, SEPTEMBER 2016
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.462 KB) | DOI: 10.20527/dk.v4i2.2516

Abstract

ABSTRAKPediculosis capitis adalah infestasi yang disebabkan oleh pediculus humanus var. capitis dan merupakan masalah kesehatan anak-anak yang tinggal di asrama. Sampai saat ini penelitian tentang hal yang menyebabkan kutu kepala masih terbatas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pediculosis capitis pada anak-anak yang tinggal di asrama. Metode penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol, pada siswi SMP pondok pesantren dan dilakukan tanggal 09 Desember 2015. Responden dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kasus (n=48) dan kelompok kontrol (n=48). Pemeriksaan kutu kepala dilakukan menggunakan sisir bergigi rapat dan respon pasien dicatat dalam lembar checklist. Hasil penelitian tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor risiko yaitu panjang rambut (p=0,321), frekuensi mencuci rambut dalam seminggu (p=0,117), berbagi sisir (p=0,301), berbagi handuk (p=1,000), berbagi penutup kepala (kerudung) (p=0,323), kebiasaan tidur atau penggunaan tempat tidur bersama (p=0,784), dan frekuensi mengganti sprei tempat tidur sekali seminggu (p=0,268), dengan kejadian pediculosis capitis. kesimpulan pada penelitian tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor dengan kejadian pediculosis capitis, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor lain yaitu kepadatan hunian.Kata-kata kunci: pediculosis capitis, kutu kepala, faktor risiko.ABSTRACTPediculosis capitis is an infestation caused by pediculus humanus var. capitis and it is one of health problem on children who lived in a dormitory. Unfortunately, recent research about things caused head louse is still limited. The objective was to determine the factors which had correlation with pediculosis capitis incident in children who lived in dormitory. The method of this research used case control study, performed to girl students in SMP Pondok Pesantren on 09 December 2015. Respondents were divided into 2 groups, case group (n=48) and control group (n=48). The examination of head louse was performed using tight-brush comb and patient’s response has written in checklist paper. The result there was no correlation between hair long (p=0,321), frequency of hair washing in a week (p=0,117), shared comb (p=0,301), shared towel (p=1,000), shared head cover (jilbab) (p=0,323), sleep habit or shared bed (p=0,784), and frequency of changing bed cover once a week (p=0,268), with pediculosis capitis incident. It can be concluded this study there was no correlation between factors with pediculosis capitis incidence, this happened maybe because of other factor like occupancy density.Keywords: pediculosis capitis, head louse, risk factor.
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BAYI USIA 6-12 BULAN Filia Sofiani Ikasari; Endang Pertiwiwati; Kurnia Rachmawati
Dunia Keperawatan Vol 3, No 2 (2015): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 3 NOMOR 12, SEPTEMBER 2015
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.499 KB) | DOI: 10.20527/dk.v3i2.721

Abstract

ABSTRAKInfeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejadian ISPA salah satunya adalah durasi pemberian air susu ibu (ASI). ASI mengandung antibodi, yang dapat melindungi bayi dariserangan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Martapura. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain kasus kontrol, pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling pada 77 kelompok kasus dan 77 kelompok kontrol bayi berusia 6-12 bulan. Kelompok kasus adalah bayi usia 6-12 bulan dengan ISPA dan kelompok kontrol adalah bayi usia 6-12 bulan tidak ISPA. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif pada responden secara retrospektif. Hasil penelitian menunjukan bahwa bayiyang tidak ASI eksklusif memiliki Rasio Odds 0,454 kali (95% CI: 0,238-0,865) untuk mengalami kejadian ISPA dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif, dengan nilai p=0,024. Berdasarkan hasil penelitian, diambil kesimpulan ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Martapura. Hasil penelitian bermanfaat untuk menambah referensi penelitian selanjutnya mengenai pentingnya upaya promotif pemenuhan ASI eksklusif untuk mencegah ISPA pada bayi.Kata-kata kunci: ISPA, ASI eksklusif, bayi usia 6-12 bulan.ABSTRACTAcute respiratory tract infection (ARI) is one of health problem in the world including in Indonesia. Many factors contribute to the high incidence of ARI, one of many factors is the duration of breastfeeding. Breast milk contains antibodies that protected babies from diseases. This study aims determined there was a relationship between exclusive breastfeeding and ARI among infants aged 6-12 months in Puskesmas Martapura’s working area. This research was quantitative researched with case control design. The sample used simple random sampling in 77 cases and 77 control group infants aged 6-12 months. Case group were infants aged 6-12 months with ARI and control groupwere infants aged 6-12 months that didn’t experience ARI. Furthermore, researcher identificated exclusive breasfeeding at respondents retrospectively. The result showed that infants who didn’t exclusively breastfed have odd ratio 0.454 times (95% CI: 0.238 to 0.865) for experienced ARI than exclusively breastfed infants, with a value of p=0.024. based on the results, itconcluded that there was a relationship between exclusive breastfeeding and ARI among infants aged 6-12 months in Puskesmas Martapura’s working area. This research useful to be reference to next research about the importance of exclusive breastfeeding promotion to prevent ARI in infants.Keywords: acute respiratory tract infection, exclusive breastfeeding, infant age 6-12 months.
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN LANSIA DALAM MEMANFAATKAN POSYANDU LANSIA Yuliani Yuliani; Rismia Agustina; Kurnia Rachmawati
Dunia Keperawatan Vol 3, No 1 (2015): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 3 NOMOR 1, MARET 2015
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.97 KB) | DOI: 10.20527/dk.v3i1.1709

Abstract

ABSTRAKLansia merupakan kelompok yang rentan terhadap suatu penyakit terutama penyakit degeneratif.Upaya untuk mempertahankan kesehatan lansia salah satunya dapat dilakukan dengan aktif melakukan kunjungan ke posyandu lansia. Keaktifan melakukan kunjungan posyandu lansia tidak akan berkembang jika tidak didukung dengan pengetahuan lansia tentang posyandu lansia. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia di Desa Bi-ih wilayah kerja Puskesmas Karang Intan Kabupaten Banjar. Desain penelitian menggunakan Pre experimental design:one group pretest-postest. Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang berusia 45 - 55 tahun di Desa Bi-ih dengan jumlah sampel 35 orang.Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil analisa data menggunakan uji Wilcoxon didapatkan peningkatan pengetahuan lansia yang signifikan p value = 0,000 (p<0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia di desa Bi-ih wilayah kerja Puskesmas Karang Intan Kabupaten Banjar. Untuk itu diharapkan adanya peningkatan pelaksanaan pendidikan kesehatan sehingga masyarakat dapat memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan.Kata–kata kunci : lansia, pendidikan kesehatan, pengetahuan, posyandu lansia. ABSTRACTThe elderly are vulnerable groups to diseases, primarily degenerative diseases. One of the efforts to maintain health of the elderly is by increasing their participation in using elderly Posyandu. Participation in elderly posyandu can be increased by health education the elderly. The purpose of this study was to determine the effect of health education on elderly knowledge in utilizing the elderly posyandu in Bi-ih village of Karang Intan Public Health Center region Banjar. The design was  Pre experimental design:one group pretest-postest. The population in this study was all elderly aged 45-55 years, the sample was 35  elderly in the village of Bi-ih. The data was gathered using questionnaire. Data analysis was performed using the wilcoxon test and showed knowledge increase  significantly elderly p = 0,000 (p<0,05). It indicates the influence of health education on elderly knowledge in utilizing elderly Posyandu in Bi-ih village of Karang Intan Public Health Center Banjar. It is expected to increase the implementation of health education so that people can have enough knowledge about health.Keywords: elderly, elderly posyandu, health education, knowledge.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Barito Kuala Agus Rahmat Rahmat; Devi Rahmayanti; Kurnia Rachmawati
Dunia Keperawatan Vol 8, No 1 (2020): MARCH 2020
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.715 KB) | DOI: 10.20527/dk.v8i1.6919

Abstract

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria (mikrofilaria) dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres dan Aedes. Tahun 2012 Kabupaten Barito Kuala dinyatakan endemis filariasis dengan Mf-rate 2,19%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor perilaku masyarakat dan lingkungan biologi yang berhubungan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Barito Kuala. Penelitian ini menggunakan desain case control. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel dengan populasi kasus 15 orang dan kontrol 30 orang dengan rasio 1 : 2. Instrumen penelitian berupa lembar kuesioner dan lembar observasi. Analisa data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan kebiasaan menggunakan kelambu dengan kejadian filariasis (p = 0,015 OR : 6,91), ada hubungan kebiasaan menggunakan kawat kasa pada ventilasi dengan kejadian filariasis (p = 0,441 OR : 2,04), ada hubungan keradaan kandang ternak dengan kejadian filariasis (p = 0,011 OR : 14,00), tidak ada hubungan kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk dengan kejadian filariasis (p = 0,044 OR : 5,23),  dan tidak ada hubungan keberadaan eceng gondok dengan kejadian filariasis (p = 0,587 OR : 1,75). Kebiasaan menggunakan kelambu, kawat kasa pada ventilasi, dan keberadaan kandang ternak berhubungan dengan kejadian filariasis. Saran dari penelitian ini yaitu masyarakat diharapkan dapat meningkatkan usaha pencegahan filariasis dengan menggunakan baju lengan panjang dan obat anti nyamuk pada saat di luar rumah pada malam hari, serta melakukan pencegahan dari gigitan nyamuk seperti menggunakan kelambu  dan obat nyamuk pada saat tidur, memasang kawat kasa pada ventilasi rumah, serta apabila ingin membuat kandang ternak jarak kandang ternak harus lebih dari radius 100 meter dari rumah.
TINGKAT FAKTOR RISIKO STROKE DENGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP DETEKSI DINI PENYAKIT STROKE Haris Faisal; Kurnia Rachmawati; Musafaah Musafaah
Dunia Keperawatan Vol 3, No 2 (2015): DUNIA KEPERAWATAN VOLUME 3 NOMOR 12, SEPTEMBER 2015
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dk.v3i2.723

Abstract

ABSTRAKStroke adalah suatu penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan oleh banyak faktor risiko (multikausal) dan interaksi antar faktor risiko tersebut dapat meningkatkan risiko untuk terkena stroke dimasa mendatang. Pemahaman akan pencegahan dan pengenalan penyakit stroke akan bermanfaatuntuk meminimalkan dampak serangan stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat faktor risiko stroke dengan pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini penyakit stroke. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Responden pada penelitian ini berjumlah 40 orang. Data dianalisis dengan menggunakan analisa statistic korelasi dari Spearman Rank. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat faktor risiko stroke dengan pengetahuan masyarakat terhadap deteksi dini penyakit stroke di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Cempaka (p = 0,66; α = 0,05).Kata-kata kunci: stroke, faktor risiko stroke, deteksi dini stroke, pengetahuan.ABSTRACTStroke is an acute neurology deficit disease which is caused by many risk faktors(multicausal)and interaction of that risk faktors can increase risk to get stroke in the future. Comprehensive prevention and identification of stroke disease will be useful to reduce the impact of stroke attack. This researchaimed to know the relationship between the level of stroke risk faktors and people knowledge about early detection of stroke disease. This research was analytical with Cross Sectional approach. The respondents of this research was 40 peoples. Analysis data used correlation statistical from Spearman Rank. The outcome showed that there was no relationship between the level of stroke risk faktors and community’s knowledge about early detection of stroke disease in Public Health Center of Cempaka (p = 0,66; α = 0,05).Keywords: stroke, risk faktor of stroke, early detection of stroke, knowledge.
Ada Apa Dengan Jus Mentimun Dengan Hipertensi (Sebuah Studi Kasus) Rian Hidayat; Kurnia Rachmawati
Nerspedia Vol. 3 No. 2 (2021): Nerspedia
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine and Health Science, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan penyakit ginjal. Lakilaki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap hipertensi. Asupan dengan modifikasi bahan makanan yang mengandung kalium dan magnesium menjadi salah satu terapi komplementer untuk menurunkan tekanan darah, salah satunya adalah mentimun. Mentimun merupakan sayuran yang tumbuh di segala musim dan mudah didapat di Indonesia. Tujuan: Melakukan Asuhan Keperawatan Komprehensif dengan  Penerapan pemberian jus mentimun terhadap Penurunan tekanan darah tinggi pada Asuhan Keperawatan Gerontik  pada klien dengan hipertensi Metode: Observasional deskritif desain penelitian studi kasus.  
Ada Apa Dengan Jus Mentimun Dengan Hipertensi (Sebuah Studi Kasus) Rian Hidayat; Kurnia Rachmawati
Nerspedia Vol. 4 No. 2 (2022): Nerspedia
Publisher : School of Nursing, Faculty of Medicine and Health Science, Lambung Mangkurat University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan penyakit ginjal. Lakilaki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap hipertensi. Asupan dengan modifikasi bahan makanan yang mengandung kalium dan magnesium menjadi salah satu terapi komplementer untuk menurunkan tekanan darah, salah satunya adalah mentimun. Mentimun merupakan sayuran yang tumbuh di segala musim dan mudah didapat di Indonesia. Tujuan: Melakukan Asuhan Keperawatan Komprehensif dengan Penerapan pemberian jus mentimun terhadap Penurunan tekanan darah tinggi pada Asuhan Keperawatan Gerontik pada klien dengan hipertensi Metode: Observasional deskritif desain penelitian studi kasus. Hasil dan Pembahasan: Jus mentimun dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Mentimun banyak mengandung kalium dan magnesium yang bisa berfungsi untuk menurunkan tekanan darah Kesimpulan: Jus mentimun dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Jus mentimun dapat menjadi salah satu pilihan terapi non farmakologis untuk penyakit hipertensi