cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 2 (2014)" : 12 Documents clear
Uji Diagnostik Pemeriksaan Antigen Nonstruktural 1 untuk Deteksi Dini Infeksi Virus Dengue pada Anak Megariani Megariani; Rinang Mariko; Amrin Alkamar; Andani Eka Putra
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.121-7

Abstract

Latar belakang. Di negara tropis dan subtropis, dengue adalah masalah kesehatan utama. Diagnosis dini sangat penting untuk manajemen infeksi dengue. Nonstruktural 1 merupakan pendekatan baru terhadap diagnosis dengue. Pemeriksaan rapid NS1 dilakukan untuk deteksi dini infeksi virus dengue pada anak.Tujuan. Menentukan nilai diagnostik NS1 mencakup sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, dan keakuratan NS1 untuk deteksi dini infeksi virus dengue.Metode. Dilakukan penelitian cross sectional terhadap 50 orang anak demam hari ke-1, ke-2 atau ke-3 dengan tes tourniquet positif pada bulan April sampai Desember 2012. Rapid test NS1 dilakukan untuk dibandingkan dengan RT PCR sebagai gold standard.Hasil. Didapatkan 50 orang anak dengan demam dan tes tourniquet positif. Duapuluh lima anak NS1 positif dan 26 RT PCR positif. Rapid test NS1 memiliki sensitivitas 92,3%, spesifisistas 95,8%, nilai duga positif 96 %, nilai duga negatif 92 %, dan keakuratan 94%.Kesimpulan. Rapid test NS1 mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk deteksi dini infeksi virus dengue pada anak.
Hubungan Kadar Vitamin C Plasma dengan Serangan Asma pada Anak Azwar Aruf; Roni Naning; Mei Neni Sitaresmi
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.91-6

Abstract

Latar belakang. Banyak faktor yang dapat memicu serangan asma. Perhatian terhadap peran nutrisi antioksidan serta stres oksidatif pada kejadian asma beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kadar vitamin C plasma yang rendah merupakan faktor risiko serangan asma, meskipun masih kontroversial. Belum ada penelitian mengenai vitamin C plasma dan asma di Indonesia.Tujuan. Menilai apakah kadar vitamin C plasma rendah merupakan faktor risiko serangan asma pada anak, dengan cara membandingkan kadar vitamin C plasma anak asma dalam serangan dan anak asma tidak dalam serangan.Metode. Desain penelitian ini adalah penelitian kasus kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Subyek adalah semua anak yang terdiagnosis asma dalam serangan dan tidak dalam serangan di RSUPDR. Sardjito Yogyakarta sejak April 2012 sampai dengan Agustus 2013. Subyek dibagi menjadi dua kelompok, 39 anak kelompok asma tidak dalam serangan dan 39 anak kelompok asma dalam serangan. Kadar vitamin C plasma diperiksa dengan metode kuantitatif spektofotometer.Hasil. Karakteristik subyek, antara lain umur, jenis kelamin, riwayat kontak hewan peliharaan, riwayat kontak tungau debu rumah, perokok pasif, alergi makanan, infeksi saluran pernapasan, kadar vitamin C plasma. Analisis bivariat dilakukan dengan uji kemaknaan (nilai p<0,05), dan rasio Odds. Kadar vitamin C plasma kelompok asma dalam serangan dan tidak dalam serangan tidak berbeda bermakna dengan nilai p=0,77 dan rasio Odds 1,18 (IK95%: 0,32;3,64). Infeksi pernapasan merupakan faktor risiko serangan asma yang bermakna dengan nilai p=0,006 dan rasio Odds 3,6 (IK 95% 1,41;9,19).
Karakteristik Purpura Henoch-Schönlein pada Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Ihat Sugianti; Arwin AP Akib; Soedjatmiko Soedjatmiko
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.078 KB) | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.128-35

Abstract

Latar belakang. Purpura Henoch-Schönlein (PHS) merupakan sindrom klinis yang disebabkan vaskulitis akut sistemik yang paling sering pada anak. Manifestasi klinis melibatkan berbagai organ, seperti kulit, sendi, gastrointestinal, dan ginjal dengan rekurensi terjadi pada hampir 50% kasus.Tujuan. Mengetahui manifestasi klinis, laboratorium, serta rekurensi PHS anak di Indonesia.Metode. Penelitian deskriptif retrospektif dari rekam medis pasien anak berusia 0-18 tahun dengan diagnosis PHS selama periode 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2012 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.Hasil. Terdapat 71 kasus PHS, rentang usia 2 sampai 16 tahun dan tersering pada kelompok 6-8 tahun. Proporsi anak perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki (rasio 1,2:1). Semua pasien mengalami purpura palpabel, manifestasi tersering adalah gangguan gastointestinal (79%), artritis atau artralgia (68%), dan keterlibatan ginjal (41%). Riwayat infeksi yang mendahului gejala PHS didapatkan 56% kasus. Peningkatan laju endap darah (88%) dan trombositosis (60%) merupakan kelainan laboratorium yang paling sering ditemukan, diikuti hematuria (41%), leukositosis (32%), dan anemia (31%). Penurunan fungsi ginjal ditemukan 6/42 kasus. Perbaikan gejala klinis terlihat dalam waktu kurang dari 4 minggu untuk manifestasi kulit, gastrointestinal, dan persendian. Sebanyak 18/24 subjek dengan hematuria mengalami perbaikan dalam waktu 6 bulan. Penurunan fungsi ginjal menetap tidak ditemukan. Rekurensi didapatkan 5/57 subjek yang memiliki data pemantauan.Kesimpulan. Manifestasi klinis tersering pada PHS adalah purpura palpabel, gangguan gastrointestinal, artritis atau artralgia, dan keterlibatan ginjal. Pemeriksaan darah perifer lengkap dan urinalisis sebaiknya dilakukan pada semua pasien PHS untuk mendukung diagnosis dan menilai keterlibatan ginjal. Pemantauan minimal dilakukan selama 6 bulan untuk menilai keterlibatan ginjal yang mungkin timbul terlambat serta rekurensi.
Hormon Tiroid pada Kondisi Anak dengan Sepsis Bambang Bambang; Asri Purwanti M; Supriatna TS
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.97-102

Abstract

Latar belakang. Hormon tiroid mempunyai peranan penting dalam penyesuaian fungsi metabolik. Selama sepsis terjadi eutyroid sick syndrome melalui mekanisme disfungsi neuroendokrin pada aksis hypothalamus-pituitary-thyroid yang ditandai dengan kadar T3 rendah.Tujuan. Mendeskripsikan kadar hormon tiroid pada kondisi anak dengan sepsisMetode. Desain studi observasional subyek penelitian adalah penderita sepsis yang dirawat di HCU dan PICU Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2012 yang memenuhi kriteria inklusi. Diagnosis sepsis berdasarkan kriteria Internasional Consensus Conference on Pediatric Sepsis tahun 2005. Analisis statistik dengan uji Fisher exact dan Pearson chi squareHasil. Subjek 30 anak terdiri dari 20 laki-laki dan 10 perempuan, 18 dengan kultur positif dan 12 negatif. Median kadar T3 1,2 (0,6-6,35) ηg/dl T4 9.74 (4,44 – 16,22) μg/dl dan kadar TSH 1,65 ( 0.05 – 15,19) μU/dl. Perbedaan antara kadar T3 dan luaran ditunjukkan dengan p=1,00. Perbedaan antar T4 dan luaran ditunjukan dengan p=0,30. Perbedaan antara kadar TSH dan luaran p=0,44. Pada analisis subgroup, kondisi sepsis pada kadar T3 dan TSH rendah dibandingkan penderita dengan kadar T3 rendah maupun kadar TSH normal atau meningkat (p=0,049;OR =.156 IK= 0,025-0,974).Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar hormon tiroid pada penderita sepsis dengan luaran perbaikan perburukan.
Infeksi Influenza A dan B pada Anak dengan Influenza Like Illness (ILI) atau Pneumonia di Jakarta Wahyuni Indawati; Darmawan B Setyanto; Nastiti Kaswandani
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.593 KB) | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.136-42

Abstract

Latar belakang Secara global, influenza merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak serta menimbulkan beban ekonomi yang cukup besar. Manifestasi infeksi ini secara klinis sulit dibedakan dengan penyebab lain pada pasien dengan Influenza Like Illness (ILI) atau pneumonia.Tujuan. Menilai proporsi infeksi influenza A dan B pada anak dengan ILI dan pneumonia, mengetahui karakteristik subjek dengan infeksi influenza serta faktor yang memengaruhinya.Metode. Penelitian potong lintang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo dan Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung sejak Januari 2010 hingga Oktober 2010. Pada anak berusia 0-14 tahun dengan diagnosis ILI atau pneumonia sesuai kriteria WHO dilakukan rapid test untuk influenza dengan menggunakan bahan usapan nasofaring. Data karakteristik klinis, demografi, dan lingkungan dicatat dalam formulir penelitian.Hasil. Didapatkan proporsi infeksi influenza A dan B pada anak dengan ILI dan pneumonia 14/167 (8,3%). Sebagian besar menderita infeksi influenza B (12/14 subjek). Usia >5 tahun berhubungan dengan kejadian infeksi influenza yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia ≤5 tahun (p=0,012). Selain demam, gejala lain berupa batuk, sakit kepala, nyeri otot, lesu, dan nyeri tenggorok lebih banyak didapatkan pada subjek dengan infeksi influenza.Kesimpulan. Pada anak dengan ILI dan pneumonia, proporsi infeksi influenza 8,3%, terutama didapatkan infeksi Influenza B. Usia merupakan faktor yang memengaruhi infeksi influenza. Karakterustik klinis subjek dengan infeksi influenza sesuai dengan manifestasi klasik penyakit tersebut.
Uji Kesahihan dan Keandalan Kuesioner Childhood Asthma Control Test versi Indonesia pada Anak Usia 4-11 Tahun Cynthia Utami; Mardjanis Said; Nastiti Kaswandani; Dwi Putro Widodo
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.357 KB) | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.103-9

Abstract

Latar belakang. Childhood Asthma Control Test (CACT) merupakan kuesioner penilaian terkendalinya asma pada anak yang cepat dan mudah digunakan. Di Indonesia, penggunaan CACT masih terbatas karena kendala bahasa dan budaya. Sampai saat ini, belum ada kuesioner CACT versi Indonesia (terjemahan CACT ke dalam bahasa Indonesia) yang terbukti sahih dan andal.Tujuan. Mengetahui kesahihan (validity) dan keandalan (reliability) kuesioner CACT versi Indonesia.Metode. Menerjemahkan tujuh pertanyaaan kuesioner CACT menjadi kuesioner CACT versi Indonesia. Studi potong lintang dilakukan terhadap 66 subjek usia 4-11 tahun yang dipilih secara konsekutif. Semua subjek menjalani uji fungsi paru dan pemeriksaan peak expiratory flow berkala. Analisis statistik menggunakan uji Cronbach’s α dan uji korelasi Pearson/ Spearman.Hasil. Rerata usia subjek penelitian 7,89 tahun (5,25 -11,83) tahun dengan proporsi jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebagian besar subjek penelitian yaitu 60,4% memiliki status asma tidak terkendali (nilai kuesioner CACT ≤19). Kuesioner CACT versi Indonesia mempunyai keandalan (Cronbach’s α 0,762) dan kesahihan konstruksi (r= 0,384-0,545) yang baik. Tidak terdapat korelasi bermakna antara kuesioner CACT versi Indonesia dengan nilai FEV1 (r=-0,024; p=0,846) dan nilai variabilitas mingguan PEF (r=-0,218; p=0,079).Kesimpulan. Kuesioner CACT versi Indonesia mempunyai kesahihan dan keandalan yang baik untuk menilai terkendalinya asma. Kuesioner ini tidak mempunyai korelasi dengan uji fungsi paru sehingga CACT tidak dapat menggantikan peran uji fungsi paru sebagai salah satu komponen penilaian terkendalinya asma.
Karakteristik dan Kesintasan Penyakit Ginjal Kronik Stadium 3 dan 4 pada Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Swanty Chunnaedy; Sudung O Pardede; Mulyadi M. Djer
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.933 KB) | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.71-8

Abstract

Latar belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan terminologi baru untuk pasien yang mengalami kerusakan ginjal paling sedikit selama tiga bulan dengan atau tanpa penurunan LFG. Terminologi ini belum banyak digunakan di Indonesia sehingga karakteristik dan kesintasan PGK stadium 3 dan 4 pada anak belum banyak diteliti.Tujuan. Mendapatkan karakteristik dan kesintasan PGK stadium 3 dan 4 pada anak yang berobat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCMMetode. Penelitian kohort prospektif historikal ini diambil dari rekam medis pasien dengan PGK stadium 3 dan 4 menurut kiriteria NKF KDOQI di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM sejak Januari 2004 hingga 30 November 2012. Kesintasan dianalisis dengan menggunakan Kaplan Meier dengan event yang dinilai adalah PGK stadium 5 atau kematian.Hasil. Terdapat 50 rekam medis yang masuk dalam analisis, terdiri atas 36 subjek PGK stadium 3 dan 14 subjek PGK stadium 4. Median usia adalah 7,9 (2-15) tahun dengan jenis kelamin perempuan (58%) sedikit lebih banyak dari pada laki-laki (42%). Etiologi terbanyak adalah glomerulonefritis (56%) dengan sindrom nefrotik memiliki proporsi terbesar. Gambaran klinis yang ditemukan adalah hipertensi (42%), gizi kurang (40%), anemia (70%), gangguan elektrolit (78%), asidosis (34%), proteinuria (72%), perawakan pendek (56%), osteodistrofi renal (2%), dan kardiomiopati dilatasi (14 %). Median kesintasan keseluruhan adalah 57,13 bulan (IK 95% 11,18 sampai 103,09).Kesimpulan. Penyakit ginjal kronik stadium 3 dan 4 sedikit lebih banyak terjadi pada perempuan dengan etiologi terbanyak adalah glomerulonefritis. Komplikasi yang paling sering adalah gangguan elektrolit, anemia, perawakan pendek, gizi kurang, dan hipertensi. Median kesintasan keseluruhan adalah 57,13 bulan (IK 95 % 11,18 sampai 103,09).
Penggunaan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction Harian sebagai Prediktor Mortalitas Anak yang Dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak Hendra Salim; Suparyatha I B; Budi-Hartawan I Nym
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.141-6

Abstract

Latar belakang. Penggunaan sistem skoring Pediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) sebagai prediktor mortalitas anak yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak (UPIA) di Indonesia masih belum banyak diteliti.Tujuan. Mengetahui hubungan skor PELOD harian dalam memprediksi mortalitas anak yang dirawat di UPIA.Metode. Penelitian observasional analitik terhadap 49 anak yang dirawat di UPIA bulan Maret-Juli 2012. Skor PELOD harian dinilai selama satu minggu pertama perawatan dan dibandingkan antara subyek hidup dan meninggal. Analisis statistik dikerjakan dengan menggunakan program komputer.Hasil. Terdapat perbedaan nilai skor PELOD harian rendah, sedang, dan tinggi terhadap mortalitas anak yang dirawat di UPIA pada perawatan hari ketiga dengan p=0,001. Nilai skor sedang dan tinggi masing-masing berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas dengan RR 2,3 (1,09-5,02) dan RR 3,3 (1,01-10,6). Rerata terjadinya mortalitas menurut analisis kurva Kapplan Meier pada skor rendah, sedang, dan tinggi masing-masing 23, 12 dan 7 hari dengan p=0,002.Kesimpulan. Skor PELOD harian dapat memprediksi mortalitas anak yang dirawat di UPIA dengan prediksi terbaik pada hari ketiga.
Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Perubahan Kadar Total Antioksidan Serum pada Penderita Tuberkulosis Paru Anak Eki Rakhmah Zakiyyah; Dida A Gurnida; Cissy B Kartasasmita
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.676 KB) | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.110-4

Abstract

Latar belakang. Pada penderita tuberkulosis (TB) paru, terjadi peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) yang menyebabkan kebutuhan antioksidan meningkat sehingga terjadi penurunan kadar antioksidan serum. Pemberian vitamin C dapat meningkatkan kadar total antioksidan serum.Tujuan. Mengetahui pengaruh vitamin C terhadap kadar total antioksidan serum pada penderita TB paru.Metode. Penelitian uji klinis samar tunggal acak terkontrol dilaksanakan bulan April-Juli 2013. Tigapuluh orang penderita TB paru yang baru didiagnosis dilibatkan, berusia 1-14 tahun. Penelitian dilakukan di poli anak Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dan RSUD Cibabat, Dibagi 2 kelompok, yaitu mendapat vitamin C dan plasebo, dilakukan selama 2 minggu. Pemeriksaan kadar total antioksidan serum dilakukan sebelum dan sesudah pemberian vitamin C dan plasebo. Perhitungan statistik dengan analisis varian two-way ANOVA digunakan untuk menganalisis perubahan kadar total antioksidan serum berdasarkan waktu (faktor A), pengaruh perlakuan (faktor B), dan interaksi di antara keduanya.Hasil. Subjek terdiri dari 22 anak laki-laki dan 8 perempuan. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, status gizi, dan asupan gizi pada kedua kelompok. Terdapat perbedaan bermakna pada perubahan kadar total antioksidan serum berdasarkan waktu (p=0,01) dan interaksi antara perubahan kadar total antioksidan serum berdasarkan waktu dengan perlakuan (p=0,01).Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan pemberian vitamin C bermanfaat dalam meningkatkan kadar total antioksidan serum pada penderita TB paru
Jumlah Eosinofil pada Anak dengan Soil Transmitted Helminthiasis yang Berusia 6-10 Tahun Reggy Harapan Baringin Silalahi; Wistiani Wistiani; Edi Dharmana
Sari Pediatri Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.471 KB) | DOI: 10.14238/sp16.2.2014.79-85

Abstract

Latar belakang. Kecacingan atau soil transmitted helminthes (STH) dan alergi keduanya merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas yang cukup luas di berbagai negara. Kecacingan berkaitan dengan peningkatan eosinofil darah yang juga dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk alergi.Tujuan. Membuktikan jumlah eosinofil darah pada anak usia 6 -10 tahun yang mengalami kecacingan (STH).Metode. Desain studi observasional menggunakan cross sectional pada anak usia 6–10 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek dipilih secara consecutive sampling di empat sekolah dasar di Semarang yang dipilih dengan purposive sampling. Dilakukan pemeriksaan fisik, tinggi badan, berat badan, mengisi kuisinoner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), pemeriksaan mikroskopik feses dan jumlah eosinofil darah. Analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney dan Pearson chi square.Hasil. Di antara 74 anak, didapatkan 25 (33,8%) dengan kecacingan (STH) dan 49 tidak kecacingan (66,2%). Pada anak yang mengalami kecacingan (STH), nilai median eosinofil adalah 437,0 (123-1021) dan pada anak yang tidak kecacingan adalah 228,0 (72-1095) dengan nilai p=0,019. Pada kecacingan STH, nilai rasio prevalensi kejadian eosinofilia adalah 3,189 (p=0,025; 95% CI 1,136-8,954). Nilai median eosinofil anak dengan alergi didapatkan 312,0 (111-799) dan pada anak yang tidak alergi didapatkan 251,0(72-1095) dengan nilai p=0,974.Kesimpulan. Jumlah eosinofil darah pada anak usia 6-10 tahun yang menderita kecacingan (STH) berbeda secara bermakna dengan anak yang tidak mengalami kecacingan.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue