cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 25, No 3 (2023)" : 10 Documents clear
Pengendalian Varisela di Rumah Sakit Mulya Rahma Karyanti; Annisa Putri
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.203-8

Abstract

Varisela adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus varisela-zoster. Varisela merupakan penyakit endemik dengan tingkat penularan infeksi mencapai 90% pada kontak dekat. Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok usia 4-10 tahun. Neonatus yang lahir dari ibu yang memiliki varisela dan pasien imunokompromais, seperti keganasan, autoimun, penyakit ginjal kronis, dan pasca transplantasi organ padat (transplantasi hati/ginjal) rentan terhadap varisela-zoster . Kematian akibat varisela sangat jarang terjadi karena adanya program vaksin. Vaksin virus varisela hidup efektif untuk mencegah varisela (86%) dibandingkan dengan pasien yang tidak divaksinasi. Vaksin varisela dapat diberikan sebagai profilaksis sebelum dan setelah paparan. Asiklovir intravena dan Intravenous Immunoglobulin  diindikasikan untuk diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu yang memiliki varisela dan pasien imunokompromais.
Telaah Perbandingan Panduan Klinis Sindrom Nefrotik Idiopatik Resisten Steroid pada Anak Sudung Oloan Pardede; Reza Fahlevi; Edwin Kinesya; Eka Laksmi Hidayati; Henny Adriani Puspitasari; Partini Pudjiastuti Trihono
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.137-46

Abstract

Latar belakang. Sebagai salah satu penyakit ginjal anak tersering di dunia, sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sensitif dan resisten steroid. Penelitian dan tata laksana sindrom nefrotik resisten steroid pada anak terus berkembang. Panduan klinis yang digunakan seringkali berbeda dan bervariasi antar fasilitas kesehatan ataupun negara di dunia.Tujuan. Membandingkan panduan klinis sindrom nefrotik idiopatik resisten steroid pada anak. Metode. Kami menentukan topik dan lingkup bahasan yang akan dibahas. Sesudah itu, dilakukan telaah dan perbandingan terhadap empat panduan klinis dari Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2012, Kidney Disease: Improving Global Outcomes tahun 2021, Indian Society of Pediatric Nephrology tahun 2021, dan International Pediatric Nephrology Association tahun 2020. Empat lingkup bahasan kajian antara lain diagnosis, pemeriksaan penunjang, batasan kriteria, dan terapi.Hasil. Didapatkan beberapa perbedaan mendasar yang ditemukan, antara lain, adanya periode konfirmasi, beberapa istilah baru, anjuran pemeriksaan genetik, serta pilihan utama terapi imunosupresan. Kesimpulan. Sesudah menelaah panduan klinis sindrom nefrotik idiopatik resisten steroid dari Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2012 dan panduan klinis baru lainnya, ditemukan beberapa pebedaan dasar. Oleh karena itu, diperlukan pembaharuan konsensus sindrom nefrotik resisten steroid yang disesuaikan dengan bukti ilmiah terbaru serta ketersediaan fasilitas kesehatan dan obat-obatan di Indonesia.
Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Hepatitis C pada Anak dengan Penyakit Ginjal Kronik di Indonesia Ellen Wijaya; Fatima Safira Alatas; Cahyani Gita Ambarsari
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.190-202

Abstract

Latar belakang. Anak dengan penyakit ginjal kronik yang memerlukan hemodialisis merupakan kelompok risiko tinggi terjadinya infeksi virus hepatitis C. Infeksi virus hepatitis C pada anak dengan penyakit ginjal kronik memerlukan diagnosis dan tata laksana adekuat untuk mencegah progresifitas penyakit dan komplikasi menjadi karsinoma hepatoselular.Tujuan. Menelaah lebih lanjut diagnosis dan tata laksana infeksi virus hepatitis C pada anak dengan penyakit ginjal kronik di Indonesia.Metode. Penelusuran pustaka database elektronik, yaitu instrumen pencari Pubmed®, EBSCOHost®, dan penelusuran manual. Kata kunci yang digunakan adalah (“children” atau “pediatric”) dan “hepatitis C” dan “end stage renal disease” dan “treatment” dengan menggunakan batasan. Penelitian berbentuk kasus-kontrol, kohort, maupun potong lintang, dipublikasikan dalam bahasa Indonesia atau Inggris, dan diterbitkan dalam 20 tahun terakhir (2002-2022).Hasil. Ditemukan enam artikel yang relevan terhadap pertanyaan klinis. Hasil telaah kritis dan telaah berdasarkan validity, importance dan applicability.Kesimpulan. Hepatitis C pada anak seringkali tanpa gejala atau gejala ringan, memerlukan konfirmasi melalui pemeriksaan molekular. Terapi VHC pada anak PGK yang menjalani hemodialisis kontroversial, tetapi dosis disesuaikan interferon dan ribavirin dapat mencegah progresi penyakit. Klinisi harus mendiagnosis dan mengelola infeksi VHC pada anak PGK untuk mendukung eliminasi hepatitis pada 2030 sesuai target WHO
Persalinan Sectio Caesarean dan Pemberian Air Susu Ibu Sebagai Faktor Risiko Hiperbilirubinemia Neonatorum Putu Indah Budiapsari; I Nyoman Supadma; Ni Wayan Winianti
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.185-9

Abstract

Latar belakang. Kejadian hiperbilirubinemia pada bayi yang dilahirkan secara sectio caesarean cukup tinggi baik pada bayi cukup bulan maupun kurang bulan.Tujuan. Untuk mengetahui persalinan sectio caesarean dan pemberian air susu ibu dengan sebagai faktor risiko kejadian hiperbilirubinemia neonatorum Metode. Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol. Sampel yang digunakan adalah sampel bayi usia 0-28 hari yang mengalami hiperbilirubinemia kelompok kasus dan bayi yang tidak hiperbilirubinemia sebagai kontrol, yang dirawat di Rumah Sakit Umum Famili Usada Gianyar selama periode penelitian. Variabel bebas yang diteliti adalah cara lahir dan pemberian air susu ibu. Penelitian ini mengambil lokasi di ruang bersalin dan poliklinik anak dalam kurun waktu Agustus-Oktober 2022. Sampel penelitian adalah bayi usia 0-28 hari yang dilahirkan secara sectio caesareanHasil. Bayi yang lahir dengan prosedur sectio caesarean meningkatkan risiko hiperbilirubinemia dengan OR 2,72, pemberian air susu ibu menurunkan risiko hiperbilirubinemia atau sebagai faktor protektif dengan OR 0,09 dengan p<0,05.Kesimpulan. Persalinan sectio caesarean meningkatkan risiko hiperbilirubinemia dan pemberian air susu ibu menurunkan risiko hiperbilirubinemia pada neonatus.
Faktor-Faktor Risiko Kejadian Lesi Serebral pada Bayi Prematur Laras Puspa Nirmala; Dimas Tri Anantyo; Gatot Irawan Sarosa
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.179-84

Abstract

Latar belakang. Angka kematian neonatal pada tahun 2019 adalah 15/1000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian bayi adalah prematur. Bayi prematur rentan terhadap cedera otak hemoragik dan iskemik. Ultrasonografi kepala berguna untuk diagnosis dini berbagai etiologi ensefalopati pada neonatus.Tujuan. Untuk menganalisis faktor-faktor risiko kejadian lesi serebral pada bayi prematur.Metode. Penelitian dengan desain kasus kontrol. Data diambil dari rekam medis bayi prematur yang di rawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang pada bulan Januari 2019-Agustus 2022. Analisis data dengan menggunakan uji chi square, fisher exact test, dan regresi logistik.Hasil. Subjek penelitian berjumlah 98 pasien yang terdiri dari, 49 kasus dan kontrol. Jenis lesi serebri terbanyak adalah perdarahan intraventrikular (15,3%) berapa subjek. Pada faktor risiko maternal, kejadian lesi serebri signifikan pada bayi prematur dengan ibu ketuban pecah dini (odds ratio 4,53; Interval Kepercayaan 95%: 1,6-12,7). Pada faktor neonatal, kejadian lesi serebri signifikan pada bayi prematur dengan neonatal infeksi (odds ratio 13,89; Interval Kepercayaan 95%: 1,7-112). Hasil analisis multivariat menunjukkan neonatal infeksi merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh odds ratio 10,1. Kesimpulan. Perdarahan intraventrikular adalah kelainan terbanyak yang didapatkan pada penelitian ini. Ketuban pecah dini dan neonatal infeksi merupakan faktor risiko signifikan kejadian lesi serebri pada bayi prematur.
Hubungan Lama Sakit dengan Kualitas Hidup pada Anak Lupus Eritematosus Sistemik di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Mulya Safri; Roziana Roziana; Liza Salawati; Tita Menawati Liansyah; Rosmanida Keumala Putri
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.147-54

Abstract

Latar belakang. Lupus eritematosus sistemik pada anak memiliki karakteristik yang lebih berat dibandingkan pada masa dewasa, yaitu aktivitas penyakit yang lebih tinggi, derajat penyakit yang lebih berat, gangguan organ yang lebih berat, lebih agresif, keterlibatan ginjal dan sistem saraf lebih sering, dapat menyebabkan kerusakan yang lebih cepat, serta angka mortalitas yang lebih tinggi. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama sakit dengan kualitas hidup pada anak lupus eritematosus sistemik.Metode. Metode penelitian adalah analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional pada 34 anak berusia 5-18 tahun dengan lupus eritematosus sistemik yang berobat di Poliklinik Anak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh. Analisis menggunakan univariat dan bivariat dengan uji Spearman rank. Subjek penelitian mengisi kuesioner PedsQL 3.0 Rheumatology Module untuk menilai kualitas hidup. Hasil. Anak yang menderita LES dengan lama sakit ?5 tahun memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 21 orang (67,6%) dan anak yang menderita LES >5 tahun juga memiliki kualitas hidup yang baik yaitu 2 orang (100%). Hasil uji korelasi Spearman rank pada interval kepercayaan 95% dan ? = 0,05 menunjukkan bahwa hubungan lama sakit dengan kualitas hidup menghasilkan p=0,328 dan nilai koefisien korelasi (r)=0,173.Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan antara lama sakit dengan kualitas hidup pada anak lupus eritematosus sistemik. 
Peran Puasa Ramadhan pada Anak dengan Epilepsi: Studi Pendahuluan Achmad Rafli; Ryan Pramana Putra; Irawan Mangunatmadja; Setyo Handryastuti; Amanda Soebadi
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.170-3

Abstract

Latar belakang. Pada bulan Ramadhan semua umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa, menahan diri untuk tidak makan, minum, atau meminum obat dari terbit hingga tenggelamnya fajar. Keadaan ini akan menimbulkan tantangan baru bagi anak dengan epilepsi yang berpuasa, berupa kontrol frekuensi kejang, perubahan jadwal minum obat, dan kepatuhan minum obat. Berpuasa dapat menyebabkan perubahan metabolisme otak yang berdampak pada peningkatan fungsi otak dalam hal kognitif, peningkatan neuroplastisitas dan ketahanan terhadap cedera dan penyakit. Adanya perubahan metabolisme otak pada saat berpuasa dapat membantu dalam mengontrol kejang pada anak dengan epilepsi.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai frekuensi kejang dan efek samping pada anak dengan epilepsi yang berpuasa di bulan Ramadhan tahun 2023. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional prospektif yang dilakukan selama 1 bulan. Sampel pada penelitian ini merupakan semua anak dengan epilepsi yang berpuasa pada bulan Ramadhan, April 2023. Anak dengan epilepsi yang berpuasa dipantau frekuensi kejang, jadwal minum obat dan kepatuhannya (sebelum dan setelah berpuasa). Hasil. Total pasien pada penelitian ini adalah dua belas (6 laki-laki, 6 perempuan, rentang usia 6-17 tahun). Jenis kejang absans merupakan jenis kejang yang paling banyak (50%). Tujuh pasien mendapatkan antiepilepsi monoterapi (58,33%) dengan variasi pemberian antiepilepsi 1-4 jenis. Frekuensi kejang pada seluruh pasien mengalami penurunan selama puasa Ramadhan dibandingkan dengan satu bulan sebelumnya sebesar 27%. Tidak ada efek samping yang timbul akibat berpuasa dan perubahan jadwal minum obat. Kesimpulan. Puasa Ramadhan bermanfaat menurunkan frekuensi kejang bagi anak dengan epilepsi.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Stunting di Wilayah Sangatta Kalimantan Timur Periskha Bunda Syafiie; Christina Sarangnga
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.155-62

Abstract

Latar belakang. Prevalensi stunting di Kabupaten Kutai Timur pada 2020 sebanyak 1515 kasus. Di Sangatta, tercatat 290 anak mengalami stunting per Februari 2020 dari total 4615 anak yang melakukan kunjungan posyandu (6,28%). Faktor determinan penyebab stunting di Indonesia di antaranya kelahiran prematur, panjang lahir pendek, tidak mendapatkan Air Susu Ibu eksklusif selama enam bulan pertama, pendidikan dan pengetahuan ibu yang rendah, paparan infeksi berulang, status gizi ibu, dan praktik pemberian makanan pendamping yang tidak kompeten.Tujuan. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak usia 6-59 bulan di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.Metode. Penelitian menggunakan desain case control, dilakukan di semua Puskesmas di Sangatta pada November-Desember 2021. Subjek penelitian adalah anak usia 6-59 bulan yang melakukan kunjungan posyandu dalam periode penelitian. Sebanyak 230 anak dipilih dengan consecutive sampling. Analisis data menggunakan analisis multivariat regresi logistik.Hasil. Angka kejadian stunting berhubungan dengan jenis kelamin laki-laki (p=0,036 dengan OR:1,9; IK:1,04-3,47), tidak mendapatkan ASI eksklusif (p=0,036 dengan OR:1,9; IK:1,04-3,47), dan Bayi Berat Lahir Rendah (p=0,04 dengan OR:2,7; IK:1,05-7,37), diikuti dengan faktor pengetahuan ibu (p=0,02). Golongan pendapatan merupakan faktor confounding (perancu).Kesimpulan. Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian stunting adalah jenis kelamin, pemberian ASI eksklusif, berat badan saat lahir, dan pengetahuan ibu yang merupakan faktor prediktif dominan terhadap kejadian stunting pada anak usia 6-59 bulan di Sangatta.
Fungsi Ginjal Pasien Talasemia Beta Mayor yang Menggunakan Kelasi Besi Oral di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh Fanni Dwi Mailani; Syafrudddin Haris; Heru Noviat; Dora Darussalam; Herlina Dimiati; T.M. Thaib
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.174-8

Abstract

Latar belakang. Penderita talasemia beta mayor yang mendapatkan transfusi darah berulang dapat menyebabkan penumpukan besi, sehingga diperlukan pemberian kelasi besi. Deferasirox dan deferipron merupakan agen kelasi besi oral yang umum digunakan. Kelasi besi oral dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal.Tujuan. Untuk mengetahui fungsi ginjal penderita talasemia beta mayor yang menggunaan kelasi besi oral.Metode. Penelitian ini menggunakan data sekunder (rekam medis) selama rentang waktu November 2022 hingga Januari 2023 dengan desain potong lintang. Sampel penelitian pasien talasemia beta mayor anak yang mendapatkan terapi kelasi besi oral berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil. Analisis 51 anak talasemia beta mayor yang memenuhi kriteria inklusi dengan rata-rata Laju Filtrasi Glomerulus yang mendapat terapi kelasi oral deferasirox dan deferipron berturut-turut adalah 168,51±27,80 mL/min/1,73m2 dan 187,26±29,97 mL/min/1,73m2. Perbandingan pada kedua kelompok secara statistik terdapat perbedaaan bermakna dengan p=0,025. Kesimpulan. Terdapat perbedaan signifikan dari Laju Filtrasi Glomerulus pada kedua kelompok kelasi besi oral, tetapi tidak didapatkan terjadinya penurunan fungsi ginjal pada semua subjek.
Perbandingan Pola Kepekaan Antibiotik Bakteri Penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase Penyebab Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang Evita Pratiwi; Linosefa Linosefa; Fitrisia Amelin
Sari Pediatri Vol 25, No 3 (2023)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp25.3.2023.163-9

Abstract

Latar belakang. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi bakteri yang umum terjadi pada anak. Kultur urin dan uji sensitivitas antibiotik diperlukan sebelum menegakan diagnosis dan terapi.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pola kepekaan antibiotik bakteri penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase dan Non-Extended Spectrum Beta-Lactamase penyebab Infeksi Saluran Kemih pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang tahun 2018 – 2020.Metode. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan desain potong lintang pada uji sensitivitas bakteri penyebab infeksi saluran kemih pada anak menggunakan VITEK®2. Usia, jenis kelamin, penyakit dasar, bakteri, ESBL, dan pola kepekaan telah diteliti. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel 98 orang.Hasil. Hasil penelitian menemukan kasus ISK anak paling banyak pada anak perempuan. Kelompok usia terbanyak adalah 0 – 1 tahun dengan usia rerata 4,5 tahun (standar deviasi, SD ± 5,8 tahun). Tipe infeksi yang banyak ditemukan adalah infeksi saluran kemih simpleks. Selain itu, juga ditemukan kasus kompleks dengan penyakit terbanyak yang mendasari adalah hidronefrosis. Bakteri yang umum menjadi penyebab adalah Escherichia coli (40,3%) dan Klebsiella pneumoniae (26,88%), dengan prevalensi bakteri penghasil enzim extended spectrum beta-lactamase masing-masing 72,7% dan 67,4%. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola kepekaan bakteri Escherichia coli pada antibiotik ampisilin, aztreonam, seftazidim, siprofloksasin, seftriakson, seftazidim, sefepim, nitrofurantoin, gentamisin, dan trimetoprim/sulfametoksazol. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola kepekaan bakteri Klebsiella pneumonia pada antibiotik aztreonam, siprofloksasin, seftriakson, ertapenem, dan meropenem.Kesimpulan. Penyebab paling umum infeksi saluran kemih pada anak adalah bakteri enterik Gram-negatif dan terdapat penurunan sensitivitas antibiotik pada bakteri penghasil ESBL. 

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2023 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue