cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
ISSN : 25027875     EISSN : 25275879     DOI : -
Core Subject : Humanities,
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis (JSPH) issued by the Department of Sociology, Faculty of Social Sciences, State University of Malang in collaboration with the Perkumpulan Profesi Pendidik dan Peneliti Sosiologi Indonesia (AP3SI). JSPH committed to being a scientific journals, relevant to the development of science, as a reference, especially in the fields of sociology, education and culture. JSPH published twice a year continuously (July and December). JSPH contains the results of research and conceptual ideas that have not been published anywhere.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis" : 8 Documents clear
Proteksi Diri Siswa Sekolah Menengah Atas Dalam Membentengi Diri Dari Kebiasaan Merokok di Pergaulan Remaja Khoirul Anam; Nurhadi Nurhadi; Abdul Rahman
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v5i2p159-167

Abstract

This study aims to determine how adolescents who live in the association of adolescent smokers, in protecting themselves from smoking habits. This research uses qualitative research methods using ethnography. Data collection techniques are done through interviews, observation, and documentation. Data analysis uses domain analysis. Smoking habits have mushroomed in adolescent relationships. Smoking behavior is a learned behavior. Family, peers, and the environment determine the teen's thought process before deciding to act. The family becomes an important early socialization agent in the process of hunting teenagers in the community, including regarding cigarettes. The results of this study indicate that self-protection by adolescents arises on the basis of knowledge about smoking obtained in the initial socialization process in the family. Understanding of families arising from smoking habits, based on the experience of their parents. From the understanding capital obtained is self-protection in adolescents, specifically in the smoker association. In addition, other self-protection is arising from adolescent planning about the future in pursuing a hobby in the field of sports. From this knowledge and experience that arises through social interaction makes it a protection against smoking in adolescent relationships.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana remaja yang hidup dalam pergaulan remaja perokok, dalam memproteksi diri dari kebiasaan merokok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisa domain. Kebiasaan merokok telah menjamur dalam pergaulan remaja. Perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari. Keluarga, teman sebaya, dan lingkungan berpengaruh dalam proses remaja memahami perilaku merokok sebelum memutuskan untuk bertindak. Keluarga menjadi agen sosialisasi awal yang penting dalam proses remaja memahami perilaku yang ada di masyarakat, termasuk perihal rokok. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proteksi diri yang dilakukan remaja timbul atas dasar pengetahuan tentang rokok yang didapatkan dalam proses sosialisasi awal dalam keluarga. Pemahaman dalam keluarga mengenai akibat yang ditimbulkan dari perilaku merokok, berdasar pengalaman orang tua mereka. Dari modal pemahaman yang didapatkan tersebut menjadi proteksi diri dalam pergaulan remaja, khususnya dalam pergaulan perokok. Selain itu, proteksi diri lainnya adalah timbul dari perencanaan remaja mengenai masa depannya dalam menekuni hobi dalam bidang olahraga. Dari pengetahuan dan pengalam tersebut yang timbul melalui interaksi sosial tersebut menjadikannya melakukan proteksi diri dari perilaku merokok dalam pergaulan remaja.
Menebus Dosa Masa Lalu: Ekoliterasi Pada Anak Sebagai Penyadaran Lingkungan Iqbal Muttawakkil; Maulana S Kusumah
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v5i2p97-106

Abstract

Using the wrong fishing gear causes the Bangsring beach environment to become damaged. This environmental damage has created local heroes to restore the environment to its original state. This research is a qualitative study using a life history case study approach. Researchers use Derrida's deconstruction as a tool for analyzing phenomena. Researchers focused on Ikhwan Arif's thoughts as a process of environmental awareness for coastal communities in Bangsring Village, Wongsorejo in Banyuangi Regency. The results of this study explain that there is environmental awareness by means of socialization related to the importance of protecting the marine environment to objects around fishermen, namely through children, in local nuances this socialization is also referred to as marine education. The process of providing this material is used to provide understanding and knowledge related to the environment (ecoliteration). The presence of the marine education program is used as a way to atone for past sins committed by fishermen for exploiting the marine environment. In the marine education process, children are given knowledge about the marine environment and how to manage it. Ecoliteration is not only seen as a form of education about the environment. On a different side, there are other things that can be seen from the ecoliteration of children, namely making children as agents to help change fishermen's fishing patterns. Children are chosen to be agents because children are considered as individuals who dare to express opinions, individuals who are easily formed, and individuals who must be cared for who will continue the next generation. Penggunaan alat tangkap yang salah menyebabkan lingkungan pantai Bangsring menjadi rusak. Kerusakan lingkungan tersebut memunculkan local heroes untuk mengembalikan lingkungan seperti semula. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pendekatan studi kasus life history. Peneliti menggunakan dekonstruksi Derrida sebagai pisau analisis fenomena. Peneliti memfokuskan pada pemikiran Ikhwan Arif sebagai proses penyadaran lingkungan masyarakat pesisir di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa terdapat penyadaran lingkungan dengan cara sosialisasi terkait pentingnya menjaga lingkungan laut kepada objek disekitar nelayan yaitu melalui anak-anak, dalam nuansa lokal sosialisasi ini juga disebut sebagai marine education. Proses pemberian materi ini digunakan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan terkait dengan lingkungan (ekoliterasi). Hadirnya progam marine education digunakan sebagai cara untuk menebus dosa di masa lalu yang dilakukan nelayan karena telah mengeskploitasi lingkungan laut. Dalam proses marine education, anak diberikan pengetahuan tentang lingkungan laut dan cara menjagannya. Ekoliterasi tidak hanya dilihat sebagai sebuah bentuk edukasi tentang lingkungan saja. Disisi yang berbeda, terdapat hal lain yang dilihat dari ekoliterasi pada anak, yaitu menjadikan anak sebagai agen untuk membantu merubah pola tangkap nelayan. Anak dipilih menjadi agen karena anak dianggap sebagai individu yang berani untuk mengungkapkan pendapat, individu yang mudah dibentuk, dan individu yang harus dijaga yang akan meneruskan generasi selanjutnya
Kekuasaan dan Pengetahuan: Diskursus Mitos Maskulinitas Pada Seksualitas Pemuda Larossa Bilquis; Nurul Hidayat
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v5i2p168-179

Abstract

This study aims to uncover how the masculinity discourse of young immigrants in Uluwatu Bali (basecamp) exists. By using Foucault's Genaology, the insights and values they adopt one by one must be dismantled to see what logic they are constructs. This research using qualitative method with fenomenology approach, which used foucoult framework abour sex and power. It can be said, in this research found various discourses reproduced by various sources of youth knowledge regarding the myth of masculinity which is identical to the characteristics and behavior of men who are strong, aggressive, dominant, rude, and full of egoism. In practice, they myth that their various behaviors, especially regarding their sexuality, are a manifestation of their masculinity as a male. The internet or online media and the environment in which they live are one of the sources of knowledge for young people that create discourses about the myth of masculinity. The youth in the peer group also take part in formulating discourses about ideal masculinity for their group. Free sex behavior, dare to take risks, follow wild races to cause chaos are the masculinity myths they adopt as the ideal male masculinity. This study also found that the masculinity myth was more often represented in youth sexual practices as an affirmation of control over women's bodies and sexuality in order to maintain their reputation in front of their friends and others. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar bagaimana hadirnya diskursus maskulinitas pemuda pendatang di uluwatu Bali (basecamp). Dengan menggunakan Genaologi Foucault, pemahaman dan nilai yang mereka adopsi satu per satu harus dibongkar untuk melihat logika apa yang sebenarnya mereka bangun. Sehingga dapat ditemukan berbagai wacana yang direproduksi oleh berbagai sumber pengetahuan pemuda mengenai mitos maskulinitas diamana identik dengan sifat dan perilaku laki-laki kuat, agresif, dominatif, kasar, dan penuh egoisme. Dalam praktiknya mereka memitoskan beragam perilakunya terutama menyangkut seksualitasnya merupakan manifestasi dari maskulinitasnya sebagai laki-laki yang jantan. Internet atau media online serta lingkungan tempat tinggal mereka menjadi salah satu sumber pengetahuan pemuda yang menciptakan diskursus mengenai mitos maskulinitas tersebut. Para pemuda dalam peer groupnya juga mengambil bagian dalam merumuskan wacana-wacana mengenai maskulinitas ideal bagi kelompoknya. Perilaku seks bebas, berani mengambil resiko, mengikuti balap liar hingga menyebabkan keonaran merupakan mitos-mitos maskulinitas yang mereka adopsi sebagai maskulinitas laki-laki ideal. Penelitian ini juga menemukan jika mitos maskulinitas tersebut lebih banyak direpresentasikan kedalam praktik-praktik seksual pemuda sebagai penegasan atas penguasaan tubuh dan seksualitas perempuan demi mempertahankan reputasinya di hadapan teman-temannya dan orang lain.
Praktik Bermusik Musisi Muda dalam Skena Metal Ekstrem Oki Rahadianto Sutopo; Agustinus Aryo Lukisworo
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v5i2p107-119

Abstract

This article investigates the young extreme metal musicians’ musical practices in Yogyakarta within the context of neoliberal era. To construct an empirical knowledge based on young extreme metal musicians’ narratives, this research utilized qualitative approach, specifically ethnography, from April to August 2019. In order to articulate conflictual and hierarchical dimension of extreme metal scene, this research applied Bourdieusian perspective. Based on data analysis, this study shows that, firstly, objectively, young musicians’ practices started within the condition which social inequality already existed. This represent a hierarchical characteristic of extreme metal scene as a field of struggle -ranging from local, national, to global level. Secondly, theoretically, young musicians’ practices within extreme metal scene require and reproduce particular capital, with regard to the specific rule of the game of the extreme metal scene, defined as extreme metal capital. Thirdly, the goal of the extreme metal, social, and symbolic capital accumulation, also cultural codes embodiment, was on the extreme metal scene’ doxa reproduction mechanism which accentuate three important values, namely authenticity, independency, and community. Finally, this three findings are the manifestation of extreme metal scene resistance towards state and market power in the neoliberal era. Tulisan ini berfokus pada praktik bermusik musisi metal ekstrem muda di Yogyakarta dalam konteks era neoliberal. Guna membangun pengetahuan sesuai dengan narasi musisi metal ekstrem muda, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, secara spesifik etnografi, antara April hingga Agustus 2019. Untuk mengartikulasikan dimensi konfliktual dan hierarkisitas skena metal ekstrem, penelitian ini menggunakan perspektif Bourdieusian. Adapun hasil analisis temuan lapangan menunjukkan bahwa, pertama, secara objektif, praktik bermusik musisi muda dimulai dalam kondisi dimana kesenjangan sosial telah eksis bahkan sebelum praktik tersebut terjadi. Hal ini menunjukkan karakteristik skena metal ekstrem sebagai ranah perjuangan yang bersifat hierarkis -terbentang dari leval lokal, nasional hingga global. Kedua, secara teoritis, praktik bermusik musisi muda dalam skena metal ekstrem membutuhkan dan mereproduksi kapital yang sangat spesifik terkait dengan rule of the game dalam skena tersebut, kami menyebutnya sebagai ‘kapital metal ekstrem’. Ketiga, muara dari proses akumulasi kapital metal ekstrem, kapital sosial dan kapital simbolik, serta proses embodiment mengenai kode-kode budaya terletak pada mekanisme reproduksi doxa skena metal ekstrem yang mengutamakan tiga nilai penting yaitu otentisitas, kemandirian dan komunitas. Adapun ketiga temuan tersebut merupakan manifestasi dari perlawanan skena metal ekstrem terhadap kuasa Negara dan pasar dalam era neoliberal
Merumuskan Ulang Konsep Moralitas: Sumbangan Pemikir Feminis Paulus Bagus Sugiyono
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v5i2p180-188

Abstract

The aim of this article is to re-conceptualize the meaning of morality according to the perspective of feminists. This article employed the method of literature review within the qualitative approach. Morality, in the history of western thought, is often related with the concept offered by Immanuel Kant. Human being is perceived to have a sufficient ratio to access the universal morality. Therefore, there is no reason for not following the principles of morality. Nevertheless, feminists argued that the concept offered by Kant does not give a flexible space for the dynamics of contingent things, such as feeling, sensitivity, and inclination. Whereas, these contingent things have given such an influential meaning for the concept of morality. Marilyn Friedman (2000) specifically proposes and explains this point of view in her article entitled “Feminism in Ethics: Conception of Autonomy”. Her approach is thus later shown clearly in the concept of care ethics. Even though, I argue that care ethics would not substitute Kantian ethics, but rather complement it, so that the paradigm of the morality can be seen broader from several perspectives. This entwined paradigm, between Kantian and care ethics, is then can be employed to analyze various social phenomena that occur in our society. Tujuan artikel ini adalah untuk merumuskan ulang konsep mengenai moralitas, terutama ketika mendapatkan sumbangsih pemikiran dari para pemikir feminis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian literatur dalam pendekatan kualitatif. Moral, dalam perjalanan panjang sejarah pemikiran barat, identik dengan pemikiran Immanuel Kant dalam sifatnya yang berlaku universal. Untuk mengakses universalitas moral, manusia diandaikan memiliki nalar atau rasionalitas yang cukup. Dengan demikian, sebagai manusia yang otonom secara moral, tidak ada alasan baginya untuk tidak mengikuti prinsip-prinsip moral. Penggunaan nalar tidak memberikan ruang bagi hal-hal yang sifatnya kontingen, seperti perasaan, sensitivitas, dan kecenderungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apa yang disingkirkan oleh etika Kantian tadi diangkat oleh para pemikir feminis. Mereka memberikan sumbangsih pemikirannya tersendiri dalam membangun konsep moralitas. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa etika kepedulian adalah muara dari pemikiran mengenai moralitas dari para pemikir feminis. Meski demikian, etika kepedulian tidak hadir sebagai substitusi atau pengganti dari etika Kantian, melainkan sebagai komplementer yang menjadikan cakrawala moralitas semakin utuh. Bak dua sisi sepayang sayap, kedua pendekatan moralitas tadi saling menyeimbangkan pemaknaan mengenai apa itu moralitas, terutama untuk menelaah fenomena-fenomena secara sosiologis dalam masyarakat.
Kapital Politik: Kuasa yang Mengikat dalam Relasi Kerja Nelayan dan Pangamba’ di Pondok Mimbo Adhe Yoga Rivaldi
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v5i2p134-143

Abstract

This article discusses the role of power on the work relations of fishermen and the middle man at Pondok Mimbo. Engagement occurs when the fisherman builds a partnership and accept a work contract, as long as the contract has not been completed. The fisherman must provide the fish catch to the middle man before it is sold to the trader and then share the results according to the work agreement which is 10% to 20% for the middle man from the income of the fisherman. The absence of work contract restrictions makes the relationship so binding because fishermen must comply with the amba system 'or the prevailing norms. As a result, fishermen will continue to be bound to the middle man but, because the relationship is for capital needs, it requires fishermen to pay it to the middle man to be free from the employment contract. The purpose of this study is to describe and analyze the role of political capital in the relations of fishermen and the middle man. This research method is qualitative, supported by participant observation, and in-depth interviews to collect data. The results showed the existence of power in the work relations of fishermen and the middle man especially in the attitude of compliance, even showing the existence of work competition in the relationship. And each party is cheating work for more profit, whether it's from the fishermen themselves or the middle man. Artikel ini membahas tentang tindakan kuasa atau penggunaan kekuasaan dalam relasi kerja nelayan dan pangamba’ di Pondok Mimbo. Keterikatan terjadi ketika nelayan membangun kerja sama dan menyepakati kontrak kerja dengan pangamba’, tselama kontrak belum selesai maka nelayan harus memberikan hasil tangkapan ikan kepada pangamba’ sebelum di jual ke pedagang yang kemudian dilakukan pembagian hasil sesuai kesepakatan kerja yaitu 10% hingga 20% untuk pangamba’ dari hasil pendapatan nelayan. Tidak adanya batasan kontrak kerja menjadikan relasi tersebut begitu mengikat, karena nelayan harus mematuhi sistim amba’ atau norma yang berlaku. Alhasil, nelayan akan terus terikat dengan pangamba’ namun, karena relasi tersebut untuk kebutuhan modal, mengharuskan nelayan untuk melunasinya kepada pangamba’ agar dapat lepas dari kontrak kerja tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran kapital politik dalam relasi nelayan dan pangamba’. Metode penelitian ini adalah kualitatif, didukung dengan melakukan observasi partisipan dan wawancara mendalam untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian menunjukan adanya kekuasaan dalam relasi kerja nelayan dan pangamba’, terutama pada sikap kepatuhan, bahkan menunjukan adanya persaingan kerja dalam relasi tersebut. Selanjurnya, penelitian juga menunjukkan bahwa masing-masing pihak melakukan kecurangan kerja demi keuntungan yang lebih, entah itu dari diri nelayan maupun pangamba’. 
Diskriminasi Ras Dan Hak Asasi Manusia Di Amerika Serikat: Studi Kasus Pembunuhan George Floyd Oktoviana Banda Saputri
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v5i2p120-133

Abstract

The United States (US) had bad history of racial conflict between whites and blacks people for about three centuries.That happened to a black man named George Flyod in the US has very high attention for the US community and even people of around the world. This is because black people are often becomes victims of discriminatory acts by white people. White American society is difficult to assimilate black people, because the process enter of black people to the US was only as slave labor, so that the mindset of black people as second-class citizens was formed which became an attitude in social stratification in the US. This study aims to analyze the phenomenon of racial discrimination and human rights and the settlement of legal cases that occur in the US. Based on literature review and material analysis from various scientific sources, it can be concluded that the US Government as a state administrator is also still implementing discriminatory policies, even the US, which we know as the originator and main pioneer of human rights in the world, has not ratified several legal policies related to the elimination of discrimination. Racism, racial discrimination and intolerance are serious threats to the social progress of the global community.Amerika Serikat memiliki sejarah kelam mengenai konflik rasial antara orang kulit putih dan orang kulit hitam selama kurang lebih tiga abad lamanya. Kasus yang terjadi terhadap orang kulit hitam bernama George Flyod di Amerika Serikat memiliki atensi yang sangat tinggi untuk masyarakat Amerika Serikat bahkan dunia. Hal tersebut dikarenakan orang kulit hitam sering kali menjadi korban tindakan diskriminatif orang kulit putih. Masyarakat kulit putih Amerika Serikat sulit untuk mengasimilasi orang kulit hitam, dikarenakan awal kedatangan orang kulit hitam ke Amerika Serikat hanya sebagai budak pekerja, sehingga terbentuk pola pikir mengenai orang kulit hitam sebagai warga negara kelas dua yang menjadi sebuah sikap dalam stratifikasi sosial di Amerika Serikat. Penelitian ini ingin menganalisis mengenai fenomena diskriminasi ras dan Hak Asasi Manusia (HAM) serta penyelesaian kasus hukum yang terjadi di Amerika Serikat. Berdasarkan kajian literatur dan analisis materi dari berbagai sumber ilmiah dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Amerika Serikat sebagai penyelenggara negara juga ternyata masih menerapkan kebijakan diskriminatif, bahkan Amerika Serikat yang kita kenal sebagai pencetus dan pelopor HAM di dunia belum meratifikasi beberapa kebijakan hukum terkait penghapusan diskriminasi. Rasisme, diskriminasi ras, dan intoleransi merupakan ancaman serius terhadap kemajuan sosial masyarakat global.
Upaya Pencegahan Perceraian Akibat Media Sosial dalam Perspektif Sosiologis Aulia Nursyifa; Eti Hayati
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v5i2p144-158

Abstract

Technological advances not only have a positive impact on people's lives, but misuse of technology can cause social problems. One of the consequences of technology misuse is the phenomenon of divorce due to an affair between husband and wife that can be recorded through social media. The purpose of this study seeks to know the efforts made in preventing divorce due to social media abuse in a Sociological perspective. This research uses qualitative research methods with phenomenological approach, data processing using Nvivo 12. The results showed that divorce due to social media abuse was triggered by an affair between the husband and wife through social media resulting in an ongoing altercation. Efforts to prevent divorce due to social media abuse are carried out by various parties such as efforts from couples not to divorce, families who seek to reconcile, courts that seek mediation, even the city government that actively provides socialization about family resilience rules, premarital education programs, mother's father's school program, and efforts to strengthen the functioning of the family. Efforts to prevent divorce due to social media abuse can be effectively supported by cooperation between institutions and all elements of society to strengthen family resilience Kemajuan teknologi bukan hanya berdampak positif bagi kehidupan manusia, tetapi penyalahgunaan teknologi dapat menimbulkan masalah sosial. Salah satu akibat penyalahgunaan teknologi menimbulkan fenomena maraknya perceraian akibat adanya perselingkuhan antara suami dan isteri yang dapat terekam lewat media sosial. Tujuan dari penelitian ini berupaya untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mencegah perceraian akibat penyalahgunaan media sosial dalam perspektif Sosiologis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, pengolahan data menggunakan Nvivo 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceraian akibat penyalahgunaan media sosial dipicu karena adanya perselingkuhan antara suami isteri lewat media sosial sehingga membuat pertengkaran yang terjadi terus menerus. Upaya pencegahan perceraian akibat penyalahgunaan media sosial dilakukan oleh berbagai pihak diantaranya upaya dari pasangan agar tidak bercerai, pihak keluarga yang berupaya mendamaikan, pihak pengadilan yang berupaya melakukan mediasi, bahkan pemerintah kota yang giat memberikan sosialisasi tentang aturan ketahanan keluarga, program pendidikan pra nikah, program sekolah ayah bunda, dan berupaya memperkuat fungsi keluarga. Upaya pencegahan perceraian akibat penyalahgunaan media sosial dapat berjalan efektif didukung dengan adanya kerjasama antar institusi beserta semua elemen masyarakat untuk memperkuat ketahanan keluarga. 

Page 1 of 1 | Total Record : 8