Prasadana, Muhammad Anggie Farizqi
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Patrawidya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya

PSEUDO-BATTLE OF MEMORY: DUA MEMORI KOLEKTIF PANGERAN SAMUDRO DI GUNUNG KEMUKUS Prasadana, Muhammad Anggie Farizqi
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.828 KB) | DOI: 10.52829/pw.10

Abstract

Objek wisata Gunung Kemukus sesungguhnya mengandung dua memori kolektif tentang Pangeran Samudro. Kendati demikian, keduanya tidak dapat berjalan bersama, tetapi justru saling bertarung dan mengalahkan satu sama lain, sehingga hanya satu memori yang menjadi pemenang dan berkembang luas. Permasalahan penelitian ini adalah mengungkapkan awal mula terciptanya kedua ingatan tentang Pangeran Samudro. Selain itu menjelaskan mengapa dalam perkembangan selanjutnya salah satu dari keduanya mendominasi yang lain, serta mengapa pertarungan di antara keduanya disebut sebagai pertempuran memori yang semu.____________________________________________________________Mount Kemukus tourism object has two collective memories about Prince Samudro. However, the two memories fight and defeat each other. This study aims to find out how those two memories battle. This study used qualitative methods and qualitative descriptive analysis. The results showed that initially there was only one collective memory of Prince Samudro who was passed down from generation to generation in Mount Kemukus. Since Mount Kemukus is increasingly crowded with residential settlements, a second memory emerges which on the basis of economic interests seeks to defeat the memory that had already existed. In the next development, the second memory is actually developing because of offering a pilgrimage procession on Prince Samudro’s grave, which is easier in the form of sexual intercourse. The first memory does not remain silent and attempts to subdue the second memory. However, the first memory battle against the second memory was only half-hearted.
Satu Atap Empat Wajah: Multikulturalisme Etnik Gorontalo, Bugis, Jawa, dan Cina di Kota Gorontalo Gunawan, Hendri; Prasadana, Muhammad Anggie Farizqi
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 22 No. 3 (2021): Desember
Publisher : Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.345

Abstract

Tulisan ini membahas tentang multikulturalisme etnik Gorontalo, Bugis, Jawa, dan Cina di Kota Gorontalo. Selain itu, Kota Gorontalo juga dihuni berbagai penganut agama, mulai dari Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, hingga Konghucu. Keragaman suku bangsa dan agama di Kota Gorontalo telah berlangsung lama sejak masih berbentuk kerajaan dan berlangsung hingga kini. Mereka semua dapat hidup berdampingan dengan baik. Penelitian ini dilakukan di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo dan bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan metode studi literatur dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedatangan etnik pendatang Bugis, Jawa, dan Cina di Kota Gorontalo didorong karena statusnya sebagai pusat perdagangan. Kaum pendatang itu kemudian menetap dan membangun permukiman. Potensi konflik yang ada dapat diredam karena adanya perkawinan campuran antara etnik pendatang dan etnik lokal, sikap saling toleransi, serta peran serta berbagai elemen masyarakat.