Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Chemical Compounds and Decomposition Process from Four Species Leaf Litter As a Source of Organic Matter Soil in Anggori Education Forest, Manokwari Aditya Rahmadaniarti; Wolfram Y. Mofu
Journal of Sylva Indonesiana Vol. 3 No. 02 (2020): Journal of Sylva Indonesiana
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.876 KB) | DOI: 10.32734/jsi.v3i02.2848

Abstract

Decomposition is a simple change of physical and chemical processes by soil microorganisms—the rate of decomposition process influenced by climate and litter quality factors. Litter content of chemical compounds is essential to determine the litter's quality so that it can be estimated the decomposition process. Leaves litter of Magnolia tsiampacca, Intsia bijuga, Cinnamomum cullilawan, and Aglaia sp., were collected and analyzed for their chemical compounds. Based on lignin and nitrogen content (L/N) value, Cinnamomum cullilawan have the fastest decomposition process. On the contrary, Intsia bijuga has low litter quality, so that has the slowest decomposition process. However, it has the lowest lignin content and high polyphenol content. Our research found that four observed species were able to be used as sources of soil organic matter, although the litter quality is relatively low.
Karbon Tersimpan (C-Stock) di Lantai Hutan Arboretum Fakultas Kehutanan Unipa Obed Nedjo Lense; Aditya Rahmadaniarti; Lili Natalia Talebong
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol8.Iss1.300

Abstract

Arboretum Fakultas Kehutanan Unipa memiliki biomasa lantai hutan, nekromasa, dan serasah dan karbon yang terkandung di dalam tanah. Studi tentang karbon hutan yang tersimpan perlu dilakukan secara berkala untuk memberikan dugaan kemampuan sumberdaya hutan. Penelitian ini menunjukkan jumlah total biomasa lantai hutan di arboretum sebesar 760,4 g/m2 yang mana kontribusi terbesar berasal dari jenis tegakan plot Podocarpus amara yakni 150.8 g/m2. Sementara total nekromasa untuk limbah kasar sebesar 5034.8 g/m2 dengan kontribusi terbesar dari plot tegakan Podocarpus amara yakni 694 g/m2. Total nekromasa halus dan akar halus sebesar 1736.8 g/m2 dengan kontribusi terbesar dari plot tegakan Dracontomelum dao yakni 216,4 g/m2. Carbon tersimpan pada lantai hutan di lokasi arboretum adalah sebesar 31,5 tons/Ha, dimana nekromaa kasar memberikan kontribusi tertinggi sebesar 23,16 ton/Ha, kemudian diikuti dengan nekromasa halus dan akar halus sebesar 4,93 ton/Ha dan tumbuhan bawah sebesar 3.41 tons/Ha. Total karbon tersimpan cenderung berkurang secara signifikan dengan total pengurangan proporsi sekitar 85% dari 202,7 t/Ha di tahun 2010 menjadi 31,5 t/Ha di tahun 2020.
TOLERANSI TANAMAN PORANG (Amorphophallus oncophyllus Prain.) TERHADAP JENIS DAN INTENSITAS PENUTUPAN TANAMAN PENAUNG Aditya Rahmadaniarti
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 1 No 2 (2015): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol1.Iss2.31

Abstract

Toleransi tanaman terhadap naungan berat dapat dicapai apabila tanaman memiliki mekanisme penangkapan dan penggunaan cahaya secara efisien. Pertumbuhan tanaman porang di bawah naungan dibatasi oleh ketersediaan cahaya sehingga akan memengaruhi laju fotosintesis yang berdampak pada produksi biomassa dan produktivitas umbi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya adaptasi tanaman porang terhadap perbedaan jenis dan intensitas penaungan tanaman penaung. Penelitian dirancang dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design). Jenis tegakan penaung sebagai petak utama (main plot), yaitu Jati, Akasia dan Ekaliptus, terbagi menjadi 3 (tiga) sub-plot intensitas penaungan, yaitu rendah (0-22%), sedang (23-44%), dan tinggi (>45%) anak petak dengan jumlah ulangan sebanyak 3 kali. Hasil menunjukkan bahwa ketiga jenis tanaman penaung memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman porang. Jenis tumbuhan penaung berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman porang karena sumbangan kualitas tempat tumbuh melalui seresah. Jenis akasia menyumbang seresah dan kualitas tanah yang lebih baik dibanding jenis tanaman penaung ekaliptus dan jati.
KARAKTERISTIK STOMATA DAN KANDUNGAN KLOROFIL DAUN ANAKAN KAYU CINA (Sundacarpus amarus (Blume) C.N.Page) PADA BEBERAPA INTENSITAS NAUNGAN Claudia N. S. Karubuy; Aditya Rahmadaniarti; Jacobus Wanggai
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol4.Iss1.89

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi intensitas naungan terhadap karakteristik stomata dan kandungan klorofil daun anakan kayu cina (Sundacarpus amarus (Blume) C.N.Page). Penelitina ini menggunakan desain rancangan acak lengkap dengan empat tingkat perlakuan intensitas naungan paranet, yaitu kontrol (tanpa naungan), intensitas naungan 40%, intensitas naungan 55% ,dan intensitas naungan 75%. Data uji dengan menggunakan analisis variance (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95%. Hasil penelitian memperlihatkan perlakuan intensitas naungan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap karakteristik stomata (jumlah dan kerapatan stomata), dan kandungan klorofil dari jenis Sundacarpus amarus. Ketidakhadiran secara signifikan dari perlakuan yang diberikan ini meperlihatkan bahwa ada pengaruh iklim dan cuaca harian seperti intensitas cahaya (43,5%), suhu (27,5 oC), curah hujan (233,6 mm), and dan kelembaban (83.2%) yang mana tidak terlalu ekstrim sehingga anakan tumbuhan mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi tersebut.
KONTRIBUSI AGROFORESTRI HERBAL TERHADAP PENERIMAAN TUNAI MASYARAKAT LOKAL DI SEKITAR MANOKWARI UTARA (STUDI KASUS DI KAMPUNG BREMI, NYOOM I, DAN LEBAU) MARYANCE I. IHALAUW; ADITYA RAHMADANIARTI; NOVITA PANAMBE
JURNAL KEHUTANAN PAPUASIA Vol 6 No 2 (2020): Jurnal Kehutanan Papuasia
Publisher : Fakultas Kehutanan UNIPA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46703/jurnalpapuasia.Vol6.Iss2.206

Abstract

Sistem agroforestri merupakan pengelolaan lahan dan system pemanfaatan yang mengkobinasikan tanaman kehutan dan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan komposisi pemanfaatan tanaman herbal dan tanaman hutan dengan tujuan memperoleh dan meningkatkan pendapatan ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan di distrik Mnokwari Utara dengan focus pada tiga kampung antara lain Bremi, Nyoom I, and Lebau dengan menggunakan metode studi kasus melalaui teknik pengamatan. Hasil penelitian memperihatkan bahwa tercatat ada 6 (enam) spesies tanaman herbal yang didominasi oleh serai (Cymbopongon nardusi) dan kunyit (Curcuma longa), sedangkan tanaman non herbal tercatat sebanyak 12 (duabelas) spesies yang didominasi oleh pisang (Musa sp) dan cabe (Capsicum annum). Berdasarkan komponen penyusun agroforestry lahan kebun yang dikembangkan oleh masyarakat tergolong Agrisilviculture dengan pola tanam acakcampur (random mixture) dan trees along border pada system perladangan berpindah (shifting cultivation). Penerimaan tunai yang diperoleh masyarakat lokal pada agroforestry berkisar antara Rp. 10.597 – Rp. 36.684 dengan rata-rata Rp. 13.043 (kk/Thn), sedangkan non herbal berkisar antara Rp. 1.465.937 – Rp. 1.549.677(kk/ Thn) dengan rata-rata Rp. 1.489.173 (kk/ Thn). Tanaman herbal memberikan kontribusi terhadap penerimaan tunai masyarakat yaitu berkisar antara -0,71-2,37% dengan rata-rata 0,85%.