Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MELALUI PENDEKATAN PARSIPATORY HYGIENE AND SANITATION TRANSFORMATION (PHAST) Di SDIT HIDAYATULLAH PALU Sapriana, Sapriana
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia adalah 56,2 persen. Sulawesi Tengah merupakan salah satu propinsi dengan persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat yang rendah (30,90) disamping Papua dan Papua Barat (Kementerian Kesehatan, 2013). Rendahnya persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat di Sulawesi Tengah berdampak pada beberapa penyakit berbasis lingkungan yang jumlah kasusnya meningkat atau KLB. Pada tahun 2014, ada lima penyakit menular berbasis lingkungan dari sembilan jenis penyakit yang diklasifikasikan sebagai KLB (Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah 2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas PHAST pada siswa PHBS (i) SDIT Hidayatullah Palu. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan The One Group Pretest Posttest. Data dikumpulkan dengan menilai pre post test. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan lembar observasi. Data dianalisis untuk melihat perbedaan PHBS sebelum dan sesudah PHAST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHAST efektif untuk meningkatkan pengetahuan PHBS dan Penyakit pada siswa (i) di SDIT Hidayatullah Palu, namun tidak efektif terhadap perbaikan sikap PHBS. Dari 7 item praktik PHBS yang diperiksa sebelum dan sesudah penerapan PHAST, praktik 3M masih sangat rendah yaitu 15% (sebelum) dan 35% (setelah), namun masih menunjukkan peningkatan sebesar 2,3 kali. Praktik PHBS lainnya relatif tidak menunjukkan adanya perubahan atau peningkatan yang berarti. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan pengetahuan tentang PHBS dan penyakit yang sering dialami anak sekolah secara terus menerus, dan berusaha melengkapi sarana sanitasi sekolah. Kata Kunci: PHBS, PHAST
Pengaruh Ketersediaan Sarana terhadap Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Siswa Sekolah Dasar: The Influence of Facilities Availability on Soap Use of Washes in elementary school students Sapriana Sapriana; Maryam; Ros Arianty
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 14 No. 1 (2020): May
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v14i1.58

Abstract

Cuci tangan dengan sabun pada air mengalir adalah langkah sederhana dan efektif untuk mencegah penularan penyakit fecal-oral dan penyakit menular lainnya pada anak usia sekolah. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh ketersediaan sarana cuci tangan terhadap praktik cuci tangan pakai sabun di sekolah dasar. Penelitian kuasi eksperimen the nonrandomized pretest posttest control group design. Populasi penelitian adalah siswa SDIT Hidayatullah Palu dan SDN 08 Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Jumlah sampel 60 orang terdiri dari 49 orang pada kelompok perlakuan dan 11 orang pada kelompok kontrol.Data dikumpulkan dengan cara menilai pre-posttest. Instrumen penelitian berupa kuesioner dan angket. Variabel bebas adalah sarana cuci tangan dan sabun sedangkan variabel terikatnya adalah praktik cuci tangan pakai sabun pada air mengalir. Data dianalisis untuk melihat pengaruh intervensi terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30,61% siswa yang sering mencuci tangan saat berada di sekolah meningkat menjadi 67,34% setelah tersedia sarana CTPS, sebanyak 49 responden 91,83% mencuci tangan di wastafel, dan sisanya 8,17% di kamar mandi/wc/kran mesjid. Penggunaan sabun saat cuci tangan mengalami peningkatan dari 30,61% menjadi 87,75%dan semuanya menggunakan air mengalir (100%). Hasil uji Mc Nemar menunjukkan bahwa nilai ɑ (0,05) > p, yang berarti bahwa ada perbedaan praktik CTPS sebelum dan setelah tersedia sarana CTPS pada siswa sekolah dasar. Kesimpulan: ketersediaan sarana CTPS efektif terhadap praktik CTPS di sekolah dasar. Pihak sekolah diharapkan agar dapat menyediakan sabun dan air mengalir secara regular sehingga perilaku CTPS menjadisuatukebiasaan bagi siswa sekolah dasar.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Bongkar Muat di Pelabuhan Pantoloan Sapriana Sapriana
Banua: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.045 KB) | DOI: 10.33860/bjkl.v1i1.427

Abstract

Semakin rendah frekuensi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) maka semakin besar kesempatan terjadinya kecelakaan kerja. Pengetahuan dan sikap pekerja sangat berpengaruh terhadap penggunaan APD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap dengan penggunaan APD pada pekerja bongkar muat di Pelabuhan Pantoloan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, populasi 110 pekerja, sampel 52 pekerja, menggunakan metode accidental sampling. Hasil analisis univariat menunjukkan 61,5% pekerja memiliki pengetahuan baik tentang penggunaan APD, 76,9% pekerja bersikap positif tentang penggunaan APD, dan sebagian besar pekerja tidak menggunakan APD saat bekerja (88,5%). Hasil uji Fisher Exact menunjukkan pengetahuan responden yang baik tentang alat pelindung diri berhubungan dengan perilaku penggunaan APD saat bekerja (p=0,045), dan sikap responden yang positif tentang alat pelindung diri tidak berhubungan dengan perilaku penggunaan APD saat bekerja (p=0,189). Kesimpulan: a) Pengetahuan yang baik tentang alat pelindung diri berhubungan dengan perilaku penggunaan APD saat bekerja; b) Sikap positif tentang alat pelindung diri tidak berhubungan dengan perilaku penggunaan APD saat bekerja. Disarankan melakukan penelitian kualitatif untuk membantu memahami sikap dan pemikiran pekerja tentang penggunaan APD, selain itu kepada pihak terkait, agar berupaya maksimal meningkatkan kesadaran pekerja tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) khususnya penggunaan APD.
Gambaran Kebisingan dan Keluhan Masyarakat di Sekitar PT. Martadinata Indah Tambang Alindau Kabupaten Donggala Hanum Sasmita; Sapriana Sapriana; Hasanudin Hasanudin; Eli Agustina
Banua: Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 1 No. 2 (2021)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.967 KB) | DOI: 10.33860/bjkl.v1i2.630

Abstract

Latar Belakang: Kebisingan dapat menimbulkan dampak yang membahayakan kesehatan pekerja maupun masyarakat. Beberapa keluhan yang sering dirasakan oleh pekerja dan masyarakat karena bising diantaranya: sulit konsentrasi, gangguan pendengaran, hipertensi, gangguan tidur, dan lelah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kebisingan dan keluhan masyarakat disekitar PT. Martadinata Indah Tambang Alindau. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data variabel keluhan/gangguan dikumpulkan dengan wawancara dan data variabel kebisingan dikumpulkan dengan pengukuran. Jumlah populasi 42 orang atau seluruh masyarakat yang tinggal disekitar perusahaan, sampel adalah total populasi. Teknik sampling menggunakan metode Accidental Sampling, sehingga pada titik terdekat sampel sebanyak 14 orang, titik tengah 15 orang dan titik terjauh 13 orang. Titik pengukuran kebisingan terdiri dari tiga titik, yakni titik terdekat (97m), tengah(150m) dan terjauh (300m). Adapun instrumen penelitian berupa kuesioner, dan sound level meter. Data dianalisis dengan cara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil: Hasil analisis menunjukkan kebisingan pada titik terdekat rata-rata adalah 83,4 dB(A) dan semua (14 responden) mengalami keluhan/gangguan, pada titik tengah rata-rata adalah 76,9 dB(A) dan semua (15 responden) mengalami keluhan/gangguan, dan titik terjauh rata-rata adalah 56,6 dB(A) dan semua (13 responden) tidak mengalami keluhan. Kesimpulan: Semakin dekat dari sumber kebisingan, keluhan semakin dirasakan oleh masyakat. Sebaiknya dilakukan upaya untuk meminimalisir kebisingan misalnya dengan melakukan pengawasan tingkat bising, dan membuat barrier.
Hubungan Pemanfaatan Sarana Sanitasi Terhadap Kejadian Stunting Tahun 2021 Hanum Sasmita; Sapriana Sapriana; Sony Bernike Magdalena Sitorus
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 16 No. 1 (2022): May
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v16i1.753

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan sarana sanitasi terhadap kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Wani Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah tahun 2021. Jenis Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control Jumlah sampel kasus sebanyak 198 ksus stunting dan control (1:1) sebanyak 198 sehingga total sampel 396 ksus stunting pada balita adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Hasil  penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara pemanfaatan sarana sanitasi dengan kejadian stunting. Untuk pemanfaatan sarana air bersih responden yang memanfaatkan memiliki 44,8% balita stunting sedangkan yang tidak memanfaatkan 87,5% memiliki balita stunting, jamban keluarga responden yang memanfaatkan memiliki 43,7% balita stunting sedangkan yang tidak memanfaatkan 78,1% memiliki balita stunting, pemanfaatan sarana cuci tangan pakai sabun responden yang memanfaatkan memiliki 3,8% balita stunting sedangkan yang tidak memanfaatkan 73,4%% memiliki balita stunting, sedangkan pengelolaan limbah cair  rumah tangga responden yang tidak memanfaatkan memiliki balita stunting 74,0% dibandingan dengan responden yang memanfaatkan memiliki balita stunting 41,4%. Dan pengelolaan sampah padat responden yang tidak memanfaatkan,  71,7% memiliki balita stunting, dan responden yang memanfaatkan, 43,4%  memiliki balita stunting. Kesimpuannya bahwa pemanfaatan sarana sanitasi memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting pada balita
Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Diare di Desa Parisan Agung Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala Hanum Sasmita; Ros Arianty; Sapriana Sapriana; Moh Nurul Ramadhan
Jurnal Promotif Preventif Vol 6 No 2 (2023): April 2023: JURNAL PROMOTIF PREVENTIF
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pancasakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47650/jpp.v6i2.757

Abstract

Berdasarkan data tahun 2020 dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Kecamatan Dampelas memiliki angka kejadian diare tertinggi pertama dengan jumlah 308 jiwa dari jumlah penduduk sebesar 30.805 jiwa. Desa Parisan Agung memiliki angka kejadian diare tertinggi sebesar 170 jiwa dari jumlah penduduk 1.515 jiwa. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya Hubungan Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare di Desa Parisan Agung Kecamatan Dampelas Kabupaten Donggala. Metode dalam penelitian ini adalah analitik observasional, dengan rancangan penelitian case control. Sampel penelitian ini adalah 34 kasus dan 34 kontrol dengan matching sesuai jenis kelamin dan umur responden, diambil secara purposive sampling. Hasil Penelitian menunjukan Kepemilikan jamban di Desa Parisan Agung untuk penderita diare lebih banyak yang tidak memiliki jamban (55,9%). Hasil uji statistik (Chi-square) didapatkan ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian di diare di Desa Parisan Agung Kecamatan Dampelas dengan nilai p value yang didapatkan yaitu 0,01. Saran dari hasil penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat fungsi kepemilikan jamban dalam mengurangi kejadian diare.
Pembuatan Jamban Keluarga untuk Rumah Tangga dengan Kasus Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Wani Sapriana Sapriana; Hanum Sasmita; Novarianti Novarianti
Poltekita: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023): Januari-Maret
Publisher : Pusat Penelitian & Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.922 KB) | DOI: 10.33860/pjpm.v4i1.1477

Abstract

The working area of the Wani Community Health Center has 193 cases of stunting in toddlers. One of the risk factors for stunting in toddlers is the use of family toilets. In Central Sulawesi, low birth weight, lack of handwashing behavior, and not having a toilet are risk factors for stunting in infants. Family toilets are an important sanitation facility for housing. The goal of this activity is to provide adequate sanitation facilities for defecation for one household that has a stunted toddler and for the household members to be able to use it. The method of community service is by practicing the construction of healthy toilets and providing education and discussion on healthy toilets to the community who have stunting cases. The target of the education is 20 mothers of stunted toddlers in the working area of the Wani Community Health Center, and after that, the utilization will be evaluated by household members. The results of this community service are the construction of one toilet facility and education to the community on the importance of toilets. The conclusion is that all household members should not dispose of waste in any place such as in rivers and behind houses as before. It is recommended that every household have a healthy toilet to break the chain of environmentally-based disease transmission.
Gambaran Determinan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Wani: Determinants of Stunting in The Working Area Of Wani Healthy Centre Sapriana; Hanum Sasmita
Jurnal Diskursus Ilmiah Kesehatan Vol. 1 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Media Publikasi Cendekia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56303/jdik.v1i1.97

Abstract

Background: In Central Sulawesi, the percentage of short and very short toddlers is 20.4% and 11.9% respectively, higher than the national percentage of 19.3% and 11.5% (BPS Prop. Central Sulawesi, 2020). In the working area of ​​the Wani Health Center there were 198 stunting cases (UPTD Wani Health Center, 2020). Aims: to describe the determinants of stunting including maternal factors, child factors, family income and ownership of basic sanitation facilities in households with stunting cases. Methods: This research is a descriptive research. It will be held in April 2021. Data is collected by interviewing housewives and home observations. The number of samples is the total population, totaling 198 stunted children. The research instruments are in the form of questionnaires and questionnaires. Furthermore, the data were analyzed descriptively. Results: Of the 198 cases of stunting in the PKM Wani work area in 2021, 88.9% have a lower family income than the UMR of Central Sulawesi Province; 75.3% have family latrines that are not sanitary; 53% of children are male; 40.4% first child; 67.7% of mothers are housewives, with a median age of 30 years, the youngest being 18 years and the oldest being 48 years. Conclusion: Of the 198 cases of stunting, 88.9% had a family income lower than the UMR of Central Sulawesi Province; 75.3% have family latrines that are not sanitary (the distance of the septic tank from the water source is less than 10 meters); 53% are male; 40.4% first child; 67.7% of mothers are housewives, with a median age of 30 years. It is hoped that this will increase cross-sector collaboration, so that income, food availability, and community insights will improve, especially for households with cases of stunting under five.
Drinking Water Fluor Levels and The Event of Dental Carries in The Community of Tondo Village Mantikulore District Central Sulawesi Sapriana Sapriana; Hanum Sasmita; Dedi Mahyudin Syam
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 2 (2023): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i2.2080

Abstract

According to WHO, the level of fluorine in water that is safe for consumption is 0.7-1.5 ppm. The Indonesian population's prevalence of problems with teeth and mouth is 25.9%. The average Indonesian population has experienced tooth decay as much as 5 teeth per person. Central Sulawesi is a province with the largest dental health problems, namely 75.3% and only 8.2% has received services from dental medical personnel. This study aimed to know the fluorine level of drinking water and the proportion of dental caries in Tondo Village, Mantikulore District, Palu City, Central Sulawesi. This research is descriptive research. The population in this study were people in Tondo Village, Mantikulore District, Palu City, Central Sulawesi. The sample used in this study were part of the community who consumed groundwater (wells) used for drinking and lived in Tondo Village for about 2 years. There were 20 samples of drinking water, and the respondents who had their drinking water samples were also tested for their teeth. Sampling was done by means of non-random sampling, namely by purposive sampling. The results showed that of the 20 respondents, most of the respondents had very low water fluorine levels (95%). The smallest fluorine level was 0.00 mg / l, the highest was 0.40 mg / l, with a median of 0.20 mg / l. or if categorized most (94.7%) had very low fluorine levels, and all respondents experienced dental caries (100%). It is suggested to the public to brush their teeth regularly at least twice a day, that is, after each meal and go to bed at night with fluorine toothpaste.