Noormarina Indraswari
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pattern of Indirect Immunofluorescence Assay Antinuclear Antibody in Pediatric Lupus Nephritis Fadhila Novianti; Reni Ghrahani; Noormarina Indraswari
International Journal of Integrated Health Sciences Vol 8, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15850/ijihs.v8n1.1911

Abstract

Objective: To determine the association between Anti-Nuclear Antibody (ANA) pattern in pediatric Systemic Lupus Erythematosus (SLE) patients and proteinuria as a sign of renal involvement in SLE.Methods: This was a cross-sectional study, using data from medical records involving 89 newly diagnosed with SLE (aged ≤ 18 years) in Department of Child Health Dr. Hasan Sadikin General Hospital, Bandung, from January 1st 2018 to June 30th 2019. Data of ANA pattern and proteinuria were collected from medical record. ANA pattern was examined by Immunofluorescence Assay (IFA) method. Chi-square was used to analyze the association between ANA pattern and proteinuria as a sign of renal involvement in pediatric SLE patients.Results: There were 89 patients, consisting of 7 male (7.9%) and 82 female (92.%) with median age of 14 (IQR=12-16).  There were only 44 pattern of ANA as follow: homogenous 56.8%, speckled 36.4%, and nucleolar 6.8%. However, there is no significant association between homogenous pattern with proteinuria events (p=0.831).Conclusions: Homogenous pattern was the most frequent ANA pattern in children with SLE, and the pattern has no association with proteinuria events.
GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI MODERN DI JAWA BARAT BERDASARKAN KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI DAN SUMBER INFORMASI Noormarina Indraswari; Atriany Nilam Sari; Ari Indra Susanti
Menara Medika Vol 3, No 2 (2021): Vol 3 No 2 Maret 2021
Publisher : Menara Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/mm.v3i2.2457

Abstract

Jawa Barat merupakan provinsi dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga penggunaan kontrasepsi merupakan upaya penting dalam pengendalian jumlah penduduk. Cakupan penggunaan kontrasepsi modern atau metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) perlu ditingkatkan dengan lebih memerhatikan karakteristik sosiodemografi dan sumber informasi keluarga berencana (KB). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik sosiodemografi dan sumber informasi pengguna kontrasepsi modern dan MKJP di Jawa Barat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder dari Survey Kinerja dan Akuntabilitas Program KKBPK (SKAP) 2019 untuk Provinsi Jawa Barat. Sampel penelitian ini adalah WUS 15-49 tahun, berstatus menikah atau tinggal bersama, dan menggunakan kontrasepsi modern. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dengan frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suntikan 3 bulan merupakan jenis kontrasepsi modern yang paling sering digunakan. Penggunaan MKJP masih rendah, yaitu 21,87%. Pengguna MKJP terbanyak ada pada kelompok usia lebih tua, tingkat pendidikan tinggi, berada pada kuintil kekayaan tinggi, dan tinggal di perkotaan. Televisi merupakan sumber informasi utama KB, diikuti dengan bidan/perawat. Program Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) KB sebaiknya lebih menjangkau sasaran dengan berbagai karakteristik, terutama sasaran dengan pendidikan dan status ekonomi lebih rendah serta yang tinggal di perdesaan. KIE melalui media seperti televisi sebaiknya memberikan pesan yang jelas dan dapat dimengerti oleh sasaran. Selain itu, kapasitas dan keterampilan petugas dalam KIE KB perlu ditingkatkan agar pesan tersampaikan dengan baik.
LITERASI INFORMASI TENTANG PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (KRR) Ari Indra Susanti; Noormarina Indraswari
Menara Medika Vol 3, No 1 (2020): Vol 3 No 1 September 2020
Publisher : Menara Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31869/mm.v3i1.2201

Abstract

Pada era digital saat ini terjadi keterbukaan informasi yang sangat sulit untuk membendung informasi yang dapat merusak kepribadian remaja, misalnya pornografi dan kehidupan seksual bebas. Oleh karena itu, remaja harus dapat melakukan literasi informasi tentang pendidikan kesehatan reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui literasi informasi tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Subjek pada penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan usia 15-24 tahun yang belum menikah pada unit keluarga. Penelitian ini menggunakan data dari kuesioner remaja dan keluarga dari SKAP 2018. Penelitian ini dengan menggunakan data sekunder dari Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga tahun 2018 yang diambil untuk Provinsi Jawa Barat. Pada survey ini terdapat modul khusus remaja yang berisikan pertanyaan seputar kesehatan reproduksi dan kependudukan. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa remaja memperoleh informasi KRR dari media elektronik sebesar 88,06% sehingga remaja memiliki pengetahuan KRR kurang sebesar 58,95% dan remaja memiliki karakteristik pada usia 15-19 tahun sebesar 67,5%, jenis kelamin laki-laki sebesar 56,2%, suku Jawa sebesar 15,42%, dan tempat tinggal di perkotaan sebesar 69,65%. Simpulan dalam penelitian ini adalah remaja mendapatkan informasi kesehatan reproduksi melalui pendidikan informal dari media elektronik sehingga remaja laki-laki pada usia 20-24 tahun, suku jawa, dengan tempat tinggal di perkotaan.
Karakteristik Pasien Tuberkulosis Lost to Follow Up dari Empat RS di Kota Bandung Azizah - Muthiah; Noormarina Indraswari; Budi Sujatmiko
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (22.696 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v3i1.3208

Abstract

di Indonesia sebelum pelaksanaan sistem pengawasan TB nasional pada tahun 2017 mencapai 47% dari total kasus, termasuk di dalamnya kasus TB lost to follow up atau hilang dari pengamatan. Pasien yang termasuk dalam kelompok ini akan meningkatkan risiko perburukan klinis, kambuh, gagal pengobatan, dan menjadi resistan terhadap obat, selain itu mereka juga akan mejadi sumber penularan di masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik pasien rawat jalan TB yang hilang dari pengamatan dari empat rumah sakit terpilih di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan rancangan potong lintang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 pasien TB paru yang putus berrobat selama >2 bulan berturut-turut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Karakteristik pasien TB rawat jalan yang hilang dari pengamatan yaitu 62% berjenis kelamin laki-laki, median usia 41 tahun, 68% sudah menikah, median lama pendidikan 9 tahun, 48% bekerja sebagai wiraswasta, 92% memiliki asuransi kesehatan dan 48% di antaranya bukan penerima bantuan iuran, 84% membayar pengobatan menggunakan asuransi, 44% termasuk ke dalam golongan pendapatan rendah, 80% memiliki rumah pribadi, 86% merupakan penduduk asli Kota Bandung, 56% pernah atau masih merokok, 88% memiliki PMO, 84% tidak pernah menderita TB dan 96% tidak memiliki keluarga yang pernah menderita TB, serta 76% tidak pernah hilang dari pengamatan dan 86% tidak memiliki keluarga yang pernah hilang dari pengamatan.
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan dan Biaya Pengeluaran bagi Akseptor KB dalam Mendapatkan Layanan Kontrasepsi di Jawa Barat: Utilization of Health Facilities and Expenditures for Family Planning Acceptors in Getting Contraceptive Services in West Java Atriany Nilam Sari; Ari Indra Susanti; Noormarina Indraswari
Jurnal Bidan Cerdas Vol. 4 No. 1 (2022)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jbc.v4i1.578

Abstract

Introduction: The family planning program is a promotive and preventive service, including counseling and the use of non-long-term contraceptive methods and long-term contraceptive methods (MKJP). However, there is a decrease in the use of Intrauterine Contraceptive Devices caused by health service factors, namely procedures, health workers, costs, and infrastructure related to the selection of contraceptives. Purpose: This study describe the utilization of health facilities and the costs of spent by family planning acceptors in obtaining contraceptive services in West Java. Methods: This study used secondary data from the 2019 SKAP data with 5,430 modern family planning acceptors. Results: Most respondents, who used sterilization, IUDs, implants, and injections, received the services from private midwives (54.54%) and village midwives (24.25%). Meanwhile, for users of contraceptive pills and male condoms, the majority of respondents received these contraceptives from pharmacies/drug stores (64.9%). For non-MKJP users, 95.92% of them without insurance coverage. While 76,52% MKJP users also used the services without being covered by insurance. Conclusion: Utilization of health facilities with the cost of birth control services borne by BPJS or Jamkesda is still very low. Thus, promote health related to the use of MKJP and the use of BPJS need to be improved.     ABSTRAK Pendahuluan: Program KB merupakan pelayanan promotif dan preventif, mencakup konseling dan penggunaan kontrasepsi non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) dan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Terdapat penurunan pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) disebabkan oleh prosedur, petugas, biaya, dan sarana prasarana yang berhubungan pemilihan alat kontrasepsi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan fasilitas kesehatan dan biaya pengeluaran bagi akseptor KB dalam mendapatkan layanan kontrasepsi di Jawa Barat. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan potong lintang dengan data sekunder dari data Survei  Kuesioner Akuntabilitas Penelitian (SKAP) tahun 2019. Subjek penelitiannya adalah akseptor KB modern sebanyak 5.430 orang. Hasil: Pengguna alat/metode KB, (IUD, implan, dan suntik) paling banyak mendapatkan pelayanan KB dari praktik bidan swasta (54,54%) dan bidan desa (24,25%). Sedangkan untuk pengguna pil KB dan kondom pria paling banyak mendapatkan alat KB tersebut dari apotik/toko obat (64,9%). Pada bukan pengguna MKJP, sebanyak 95,92% tidak menggunakan asuransi dalam mendapatkan pelayanan KB. Sedangkan pengguna MKJP 76,52% responden juga tidak menggunakan asuransi. Simpulan: Pemanfaatan fasilitas kesehatan dengan biaya pelayanan KB yang ditanggung BPJS atau Jamkesda masih sangat rendah. Dengan demikian, upaya promosi kesehatan terkait penggunaan layanan MKJP dan pemanfaatan BPJS perlu ditingkatkan.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU BERISIKO PADA REMAJA Mia Wahdini; Noormarina Indraswari; Ari Indra Susanti; Budi Sujatmiko
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 7, No 2 (2021): Vol.7 No.2 April 2021
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v7i2.3411

Abstract

FACTORS RELATING TO BEHAVIOR RISK IN TEENS Background: Physical and psychological development can lead adolescence to do risky behaviors, such as having premarital sex and using drugs. These behaviours are influenced by sociodemographic factor, knowledge, family function, and source of information on adolescent reproductive health.Objective: This study aimed to investigate risk factors associated with risky behaviors in adolescents (15-24 years old and unmarried) in West Java Province.Methods: Factors investigated in this study are: predisposing factor, such as age, sex, and knowledge; enabling factor, such as place of residency, economic status, and access to information; reinforcing factor, such as family. Secondary data from Survey of Population Performance and Accountability, Family Planning, and Family Development 2018 is used in this study. Data is analysed using descriptive and inferential statistics (bivariate and multivariate logistic regression). Results: Older adolescent, being male, live in urban area, whose mother is ≥ 60 years are more exposed to risky behavior. Adolescents who have higher educational level, more awareness in adolescent reproductive health, and whose parents are well informed towards adolescent reproductive health are associated with reduction of risky behavior. Conslusion: Factors related to risky behaviour in adolescents are age, sex, adolescent’s level of education, mother’s age, and exposure to  adolescent reproductive health.Suggestion the government needs to initiate and improve programs related to KRR Keywords: Adolescent, Risk behavior, Premarital sex, Drugs, Adolescent reproductive health ABSTRAK Latar belakang: Perkembangan fisik dan psikis dapat memicu remaja untuk melakukan perilaku berisiko seperti melakukan seks pranikah dan mengonsumsi narkoba. Perilaku ini dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, pengetahuan remaja, fungsi keluarga, dan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR).Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko pada remaja, usia 15-24 tahun, dan belum menikah di Jawa Barat.Metode: Faktor-faktor yang diteliti terdiri dari: faktor yang berasal dari diri remaja (predisposisi),  misalnya, usia, jenis kelamin, dan pengetahuan; faktor pendorong (enabling), contohnya tempat tinggal, status ekonomi, dan akses informasi; faktor penguat (reinforcing), yaitu keluarga. Penelitian ini menggunakan data Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga tahun 2018. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial menggunakan bivariat dan multivariat regresi logistik.Hasil: Profil remaja yang lebih tua, berjenis kelamin laki-laki, tinggal di perkotaan, memiliki ibu yang berusia ≥ 60 tahun lebih rentan terhadap perilaku berisiko. Sedangkan remaja berpendidikan menengah tinggi, pengetahuan KRR yang lebih baik, dan memiliki orang tua yang lebih banyak terpapar informasi KRR berpengaruh signifikan terhadap penurunan perilaku berisiko.Kesimpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko pada remaja adalah umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan remaja, usia ibu, dan paparan pengetahuan KRR.Saran pemerintah perlu menginisiasi dan memperbaiki program yang berkaitan dengan KRR Kata kunci: Remaja, perilaku berisiko, Seks pranikah, Narkoba, Kesehatan reproduksi remaja
Optimalisasi Pemantauan Kesehatan Balita Stunting melalui Buku Monitoring Gizi Anak di Kabupaten Rote Ndao, NTT Ari Indra Susanti; Siti Nur Fatimah; Atriany Nilam Sari; Dani Ferdian; Yusrima Syamsina Wardani; Noormarina Indraswari; Didah Didah; Wiyoko Yudhantara; Yulika Yulika; Yogi Lasril
Poltekita: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2022): Oktober - Desember
Publisher : Pusat Penelitian & Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.407 KB) | DOI: 10.33860/pjpm.v3i4.1242

Abstract

Rote Ndao Regency, which is located on one of the outer islands in NTT Province, has a total stunting prevalence of 23.48%. The improvement of stunting with interventions in the health and non-health sectors has a considerable contribution. This activity aims to carry out a stunting control improvement program by utilizing child nutrition monitoring books as a medium in monitoring the health of stunting toddlers in Rote Ndao Regency. The target in this activity is families who have toddlers aged 13-48 months as many as 88 children. The method of this activity is that all targets are given a monitoring book and supplementary feeding and Zinc supplementation is carried out for 12 weeks. The results showed that the provision of additional feeding assistance and supplementation improved nutritional status with increased weight and even this activity increased the motivation of the family to improve the child's lifestyle and health status.