Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF KALSIUM KLORIDA (CaCl2) DARI LIMBAH KULIT TELUR TERHADAP REAKSI PENGERASAN SEMEN Muhammad Ikhwan; Satriawan; Elda Melwita
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 1 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Akselerator adalah suatu jenis aditif tipe C yang bekerja dengan mempercepat waktu pengikatan dan pengerasan beton. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi penggunaan bahan tambahan akselerator Kalsium Klorida (CaCl2) terhadap waktu ikat awal beton/mortar. Kalsium klorida didapat dengan mereaksikan kalsium karbonat dengan asam klorida. Kalsium karbonat yang terdapat pada cangkang telur mencapai 94%. Cangkang telur mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, dan kebanyakan tidak dimanfaatkan kembali sehingga menjadi limbah yang dapat merusak ekosistem maupun estetika jika tidak di tanggulangi dengan benar. Oleh karena itu pemanfaatan limbah cangkang telur ini merupakan solusi untuk menggunakan kembali limbah yang tidak terpakai menjadi bahan baku pembuatan bahan kimia campuran pada semen. Sering lemahnya kontrol terhadap penambahan dosis akselerator, yang dapat disebabkan karena pengadukan molen yang tidak rata ataupun karena keperluan untuk menekan biaya konstruksi, menyebabkan penambahan dosis akselerator tersebut tidak sesuai dengan dosis optimal yang ditetapkan oleh pembuat bahan aditif ini. Sehingga apabila akselerator tersebut digunakan di bawah dosis optimal, akan menyebabkan tidak tercapainya waktu ikat awal pada 360 menit yang diharapkan. Akibat tersebut akan dapat menyebabkan keruntuhan pada bagian?bagian struktur yang ada. Dari hasil penelitian diperoleh kualitas Kalsium Klorida (CaCl2) terbaik terdapat pada 2 %, dimana waktu ikat awal pada 240 menit diperoleh penetrasi minimal 17.
PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN KADAR AIR NIRA NIPAH DALAM PEMBUATAN BIOETANOL MENGGUNAKAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE Johanes Hutasoit; Dian Griyantoro; Elda Melwita
Jurnal Teknik Kimia Vol 22 No 2 (2016): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Energi saat ini menjadi perhatian khusus bagi dunia karena ketersediannya yang semakin terbatas. Proporsi minyak bumi sebagai sumber utama energi mencapai 40% dari total permintaan energi dunia, namun cadangannya terus berkurang. Menurut data Plamer Drought Saverity Index/PDSI (2008), sumber energi duniadidominasiolehsumberenergiminyak bumi, batubara dan gas alam. Jumlahnya antara lain minyakbumi 35,03%, batubara sebanyak 24,59% dan gas alam sekitar 20,44%. Krisis energi ini menimbulkan perhatian dari masyarakat untuk menemukan energi alternatif yang bukan berasal dari fosil tetapi dari biomassa (non fosil).Dalam penelitian bioetanol dengan bahan baku nira nipah, variabel yang digunakan adalah waktu fermentasi dan kadar air nira nipah. Waktu fermentasi yang digunakan 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam, sedangkan variasi kadar air nira nipah yaitu kadar air normal 89 % dan kadar air 45 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa penurunan kadar glukosa terbesar pada waktu fermentasi 48 jam dan kadar air nira nipah 45 % dengan kadar glukosa sisa yaitu 0,0324 v/v. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemanasan untuk menurunkan kadar air nira nipah mampu mempercepat proses fermentasi.
ADSORBSI PENGOTOR DALAM MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KOLOM ADSORBSI YANG DILENGKAPI ELEMEN PEMANAS Agus Krismaya; Ardhy Zulyo; Elda Melwita
Jurnal Teknik Kimia Vol 22 No 4 (2016): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemanfaatan minyak goreng terhadap makanan di skala rumah tangga ataupun industri digunakan sebagai media penghantar panas yang baik sehingga mampu membuat makanan tersebut matang. Standar proses penggorengan normalnya berada dalam kisaran suhu 177 ? 2210C. Sedangkan kebanyakan orang justru menggunakan minyak goreng pada suhu antara 200-300 derajat celcius dari hal inilah terbentuk minyak jelantah. Kerusakan minyak goreng ini dapat di kurangi bahkan menjadi tidak berbahaya lagi dengan menggunakan proses filtrasi dan adsorbsi dengan karbon aktif yang telah di aktifasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan antara minyak goreng dan adsorben yaitu 100 ml dan 15 gram, 100 ml dan 25 gram, 100 ml dan 35 gram, dan waktu tinggal 16,32 dan 48 jam serta variabel terikatnya free fatty acid, Jumlah Produk, kadar air dan perubahan warna.Kondisi optimum yang diperoleh adalah pada saat berat adsorben 35 gram dan dengan waktu 48 jam didapatkan kadar Free Fatty Acid Mencapai 0,31%, Produk yang didapat Mencapai 73 ml dari 100 ml dan Kadar Air Mencapai 0,020 %.
PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN TEMPURUNG DAN CANGKANG BIJI KARET DENGAN BATUBARA PERINGKAT RENDAH Diyoeshy Rizqi Patria; Redho Pratama Putra; Elda Melwita
Jurnal Teknik Kimia Vol 21 No 1 (2015): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah pertanian di Indonesia sangat melimpah tetapi tidak dimanfaatkan secara optimal, sepertitempurung dan cangkang biji karet (para). Dengan menggunakan teknologi alternatif maka limbah dapatdimanfaatkan dan bernilai ekonomis sebagai sumber energi alternatif penganti BBM. Proses pembuatanbiobriket pada penelitian ini dengan variabel bebas yaitu suhu karbonisasi 350oC, 400oC, 450oC, dan500oC dan komposisi 50% : 50%, 25% : 25% : 50%, 35% : 35% : 30% (campuran arang cangkang, bijikaret, dan batubara). Variabel tetap yang digunakan pada penelitian ini adalah suhu pengeringan 80oC danperekat 15% dari tiap campuran biobriket. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan nilai kalor biobriketdengan cara karbonisasi dengan menambahkan batubara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nialaikalor yang paling tinggi diperoleh pada variabel suhu karbonisasi 500oC, komposisi campuran arangtempurung, cangkang biji karet dan batubara 25% : 25% : 50% memiliki nilai kalor sebesar 6611 kal/gr.Serta untuk uji bakar terbaik adalah campuran arang tempurung, cangkang dan biji karet pada suhukarbonisasi 500oC dengan klasifikasi mudah menyala, api merah kebiruan dan asap berwarna abu-abutidak terlalu banyak.
REAKSI GLISEROLISIS PALM FATTY ACID DISTILLATE (PFAD) MENGGUNAKAN CO-SOLVENT ETANOL UNTUK PEMBUATAN EMULSIFIER Elda Melwita; Mona Ayu Destia; Putri Rahmi
Jurnal Teknik Kimia Vol 21 No 2 (2015): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Emulsifier atau agen pengemulsi merupakan salah satu produk oleokimia yang memiliki nilai ekonomistinggi. Salah satu bahan alternatif yang bisa dijadikan emulsifier adalah palm fatty acid destillate (PFAD).Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan emulsifier melalui proses gliserolisis PFAD dan gliseroldengan menggunakan co-solvent etanol. Sebagai katalis dalam reaksi digunakan NaOH anhidrat (4% dariberat minyak), di mana variabel uji yang digunakan adalah temperatur reaksi (60, 65, 70, dan 75oC),waktu kontak (1, 2, dan 3 jam), dan rasio etanol terhadap minyak (1, 2, dan 3 v/w). Produk yangdihasilkan setelah proses gliserolisis diuapkan pada suhu 80oC untuk memisahkan etanol. Selanjutnyaproduk dipisahkan dari gliserol pada corong pemisah dengan mengambil lapisan atas yang terbentuk padacorong pisah. Analisa yang dilakukan berupa analisa penurunan kadar asam lemak bebas (FFA) dengancara titrasi asam basa. Hasil penelitian didapatkan bahwa penurunan kadar FFA terbesar didapatkan padatemperatur 70oC, waktu reaksi 3 jam, rasio co-solvent etanol terhadap minyak 3:1 (v/w), danmenggunakan katalis NaOH anhidrat sebanyak 4% dari berat minyak, yakni sebesar 26,444%. Hasil yangdiperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa PFAD dapat digunakan untuk memproduksi emulsifierdengan menggunakan etanol sebagai co-solvent.
PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PADA PEMBUATAN PLASTISIZER DENGAN REAKSI EPOKSIDASI MINYAK LIMBAH IKAN PATIN Nessa Selviany; Dian Fajrin; Elda Melwita
Jurnal Teknik Kimia Vol 21 No 2 (2015): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plastisizer merupakan senyawa adiktif yang ditambahkan kepada polimer untuk menambah kelenturan dankelunakan. Selama ini, plastisizer yang digunakan umumnya berasal dari minyak bumi, namun plastisizerjuga dapat dibuat dari minyak hewani seperti minyak limbah ikan patin. Limbah dari lemak ikan patindapat digunakan sebagai bahan baku dengan harga produksi rendah dan ketersediaan yang melimpah dipasar ikan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat plastisizer yang ramah lingkungan dan mengetahuiperbandingan temperatur dan waktu pada pembuatan plastisizer dengan reaksi epoksidasi menggunakanminyak limbah ikan patin. Parameter yang diamati terdiri dari bilangan oksiran, densitas, dan viskositas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi yang optimal dalam pembuatan plastisizer diperoleh padasuhu 60°C selama 4 jam. Karakteristik plastisizer yang dihasilkan telah memenuhi standar plastisizerkomersial dengan bilangan oksiran 4,06%, nilai viskositas 22,7 mPa s, dan specific gravity 0,92807gr/cm3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan minyak limbah ikan patin sangat sesuaisebagai bahan baku dengan harga rendah untuk produksi plastisizer.