Sutrisno, Sutrisno
Brawijaya University

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN BANTUAN Saccharomyces cerevisiaeDARI GLUKOSA HASIL HIDROLISIS BIJI DURIAN (Durio zibethinus) Minarni, Neni; Ismuyanto, Bambang; Sutrisno, sutrisno
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.991 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuat bioetanol dari biji durian yang telah dihidrolisis oleh asam klorida. Glukosa hasil hidrolisis difermentasi menjadi etanol dengan bantuan S.cerevisiae dengan variasi pH fermentasi. Kadar etanol yang dihasilkan ditentukan menggunakan metode cawan conway. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh kadar glukosa tertinggi dengan hidrolisis menggunakan HCl 4 M pada sirup glukosa sebesar 36400 ppm dan pada cake glukosa sebesar 20100 ppm pada hidrolisis menggunakan 1 M HCl. Dengan konsentrasi substrat glukosa 8000 ppm, kadar etanol tertinggi dihasilkan pada pH fermentasi 4 sebesar 1,61% (v/v).Kata kunci : biji durian, bioetanol, cawan conway, fermentasi, hidrolisis
OPTIMASI AMOBILISASI PEKTINASE DARI Bacillus subtilis MENGGUNAKAN Ca-ALGINAT-KITOSAN Siswanti, Chandra Ayu; Roosdiana, Anna; Sutrisno, Sutrisno
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.804 KB)

Abstract

Pektinase bebas tidak dapat digunakan lebih dari satu kali pemakaian, sehingga perlu dilakukan teknik amobilisasi agar dapat digunakan secara berulang. Penelitian ini mempelajari tentang kondisi optimum proses amobilisasi pektinase pada matriks Ca-alginat-kitosan. Pektinase diisolasi dari Bacillus subtilis, dimurnikan dengan metode pemurnian bertingkat menggunakan amonium sulfat fraksi 20–60% dan dilanjutkan dengan dialisis. Mikroenkapsulasi Ca-alginat-kitosan dibuat dengan mencampurkan pektinase pada variasi 0,943; 1,886; 2,83; 3,774; 4,717 mg/mL dengan Na-alginat pada variasi 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5% (w/v) dan meneteskannya pada larutan CaCl2 0,15 M. Manik Ca-alginat selanjutnya disuspensikan pada kitosan 1,5% dan diteteskan pada larutan Na5P3O10 3%, sehingga terbentuk hibrid mikrokapsul Ca-alginat-kitosan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi optimum Na-alginat 3% (w/v) dan konsentrasi pektinase optimum 2,83 mg/mL dapat menjebak pektinase sebanyak 2,83 mg/gram Ca-alginat-kitosan dengan aktivitas sebesar 193,3 unit. Kata kunci: aktivitas, Bacillus subtilis, Ca-alginat-kitosan, pektinase
BIOSENSOR KONDUKTOMETRI BERBASIS SPCE-KITOSAN UNTUK MENDETEKSI DIAZINON DAN MALATHION Azizah, Alfi; Mulyasuryani, Ani; Sutrisno, Sutrisno
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.936 KB)

Abstract

Pestisida organofosfat merupakan jenis pestisida yang direkomendasikan oleh Departemen pertanian RI. Penelitian untuk mengukur residu pestisida organofosfat telah dilakukan menggunakan biosensor. Perancangan biosensor dilakukan dengan tahapan optimasi luas elektroda kerja yakni 3 mm2; 5 mm2; dan 7 mm2. Elektroda kerja merupakan Screen Printed Carbon Electrode(SPCE) yang telah dilapisi dengan membran kitosan,  glutaraldehid 0,5%, dan organofosfat hidrolase (OPH). OPH merupakan enzim hasil isolasi bakteri Pseudomonas putida dengan konsentrasi yakni 142 µg/mL  dan 177 µg/mL. Larutan uji yang digunakan adalah larutan diazinon dan malathion pada kisaran konsentrasi 0 sampai 0,1 ppm dalam buffer tris –asetat 0,05 M pH 8,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biosensor organofosfat dengan konsentrasi OPH mempunyai kinerja lebih baik daripada konsentrasi OPH 142 µg/mL. Hasil optimasi biosensor organofosfat menunjukkan bahwa luas elektroda screen-print carbon 5 mm2 menggunakan enzim OPH 177 µg/mL  memiliki kisaran kepekaan paling tinggi (144-162 µS/ppm) dengan batas deteksi untuk masing-masing organofosfat, yaitu, 0,06 ppm (diazinon) dan 0,04 ppm (malathion). Kata kunci: biosensor, organofosfat, organofosfat hidrolase, SPCE
PENGARUH MASSA ORGANOFOSFAT HIDROLASE DAN LUAS ELEKTRODA TERHADAP KINERJA BIOSENSOR KONDUKTOMETRI UNTUK MENDETEKSI RESIDU PESTISIDA KLORPIRIFOS DAN PROFENOFOS BERBASIS SPCE-KITOSAN Nareswari, Aninda; Mulyasuryani, Ani; Sutrisno, Sutrisno
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.238 KB)

Abstract

Batas maksimum residu (BMR) dari profenofos dan klorpirifos pada buah-buahan dan sayuran, yaitu berturut-turut 0.05 – 0.5 mg/kg dan 0.05 – 0.1 mg/kg. Tujuan dari penelitian adalah pembuatan biosensor untuk mendeteksi profenofos dan klorpirifos. Penelitian mempelajari pengaruh massa Organofosfat hidrolase dan luas elektroda terhadap kinerja biosensor. Massa OPH dipelajari menggunakan massa 142 µg dan 177 µg yang diamobilkan pada elektroda SPC berbasis kitosan. Luas elektroda dioptimalisasi pada luas 3, 5 , dan 7. Biosensor dievaluasi menggunakan larutan profenofos dan klorpirifos pada konsentrasi 0 – 0.1 ppm dalam buffer tris-asetat pada pH 8,5. Hasil penelitian menunjukkan biosensor dengan OPH 177 µg menunjukkan kinerja yang lebih baik. Kepekaan biosensor lebih tinggi ditunjukkan oleh biosensor dengan luas elektroda 5 mm2 dengan kepekaan 93 µS/ppm and 174 µS/ppm berturut-turut untuk klorpirifos dan profenofos. Limit deteksi yang didapatkan adalah 0.05 ppm untuk klorpirifos dan 0.04 ppm untuk profenofos Kata kunci: biosensor, luas elektroda, Organofosfat hidrolase, profenofos, klorpirifos, Screen-Printed Carbon Electrode
FRAKSINASI EKSTRAK METANOL DAUN MANGGA KASTURI (Mangifera casturi Kosterm) DENGAN PELARUT n-BUTANOL Firdausi, Ismawati; Retnowati, Rurini; Sutrisno, Sutrisno
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (677.345 KB)

Abstract

ABSTRAK Mangifera casturi merupakan tumbuhan endemik Kalimantan yang berpotensi sebagai obat tradisional karena adanya senyawa bioaktif dari kelompok fenolik dan flavonoid. Kelompok senyawa flavonoid C-glikosida dapat diekstraksi menggunakan pelarut n-butanol. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh fraksi n-butanol dari ekstrak metanol daun M. casturi. Ekstraksi daun M. casturi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol dan untuk memperoleh fraksi n-butanol dilakukan dengan metode fraksinasi bergradien menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan n-butanol. Hasil maserasi berupa cairan hijau kehitaman dengan rendemen sebesar 27,9 % dan hasil fraksinasi menggunakan n-butanol berupa cairan berwarna coklat tua dengan  rendemen sebesar  1,69 %. Kata kunci: ekstrak metanol, fraksinasi, Mangifera casturi, n-butanol ABSTRACT                     Mangifera casturi is an endemic plant of Borneo which has been used as traditional medicine because of the existence of bioactive component from phenol and flavonoids group. Flavonoid C-glycoside compounds can be extracted using n-butanol. This research was aimed to obtain n-butanol fraction of methanol extract from M. casturi leaves. Methanol extract was obtained by maceration method using methanol as a solvent and n-butanol fraction was carried out by gradient fractionation method using n-hexane, ethyl acetate and   n-butanol. The result of maceration is a greenish-black liquid with yield of 27.9 % and the result of fractionation using n-butanol is a dark brown liquid with yield of 1.69 %.Key words: fractionation, Mangifera casturi, methanol extract, n-butanol