Preambudi, Akbar
Program Studi Arsitektur, Universitas Teknologi Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Tipologi Potensi Kepariwisataan Desa Sekitar Candi Borobudur Preambudi, Akbar
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v3i1.103

Abstract

Desa sekitar Candi Borobudur memiliki banyak potensi kepariwisataan yang dirasa tenggelam akibat semua perhatian ditujukan ke Candi Borobudur. Pengelolaan Candi Borobudur dengan sistem bisnis yang berlebihan mengakibatkan persoalan kesejahteraan atau kemiskinan yang dialami oleh masyarakat di desa–desa sekitar Candi Borobudur.Sehubungan dengan penentuan model pengembangan potensi obyek wisata, maka dalam studi ini mengadopsi dinamika pengembangan pariwisata yang dikemukakan oleh Miossec (Pearce 1989). Model evolusi didasarkan pada empat faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan, yaitu; (1) resort; (2) transport; (3) tourist behaviour; (4) attitudes of decision makers and population of receiving region.Tipologi desa sekitar Candi Borobudur dipetakan berdasarkan potensi kepariwisataan dengan cara menganalisis temuan-temuan di lapangan kemudian dikompilasikan dengan teori maupun data lainnya. Tipologi potensi menghasilkan tipe desa berdasarkan teori Miossec.
The Analysis of Changes in Regional Pattern and Building Function of Gembongan Sugar Factory Dita Ayu Rani Natalia; Akbar Preambudi; Annisa Nurul Lazmi
JURNAL ARSITEKTUR Vol 12, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36448/ja.v12i1.2138

Abstract

Java Island is one of the areas in Indonesia that has seen a rapid development of sugar factory industries during the 18th century. At that time, the existence of the factory was furthermore utilized by the Dutch colonial government to gain benefits. The location in which the sugar factory was built has been considered according to its surrounding potential. In addition, the sugar factory had facilities such as workers' settlements, management offices, convention halls, and medical clinics. Over time, changes in political and management of this industry have led to the cessation of production and the enclosure of the factory. Thus, the building has deteriorated with various damages. Through conservation, the building of a sugar factory is converted into a tourist facility that affects the condition of its surroundings. This research aims to study the development and changes that happen in the area of the sugar factory and the implications of its spatial pattern on the building function. This research utilizes qualitative methods with a deductive analysis approach that is based on chronological observation of photos, old maps, and spatial pattern changes from satellite images. The results show that there is a significant change related to function in the surrounding sugar factory caused by ownership factors.
Path, Portal, Place sebagai Strategi Penguat Karakter Aksesibilitas Wisata Candi Plaosan Desrina Ratriningsih; Wiliarto Wirasmoyo; Akbar Preambudi
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 17, No 2 (2021): Desember
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/inersia.v17i2.43788

Abstract

ABSTRACTCultural tourism is a type of tourist attraction object based on the work of human creativity in the form of cultural heritage and cultural values that are still lively today. In the Klaten Regency Spatial Plan 2011-2031. Plaosan Lor Temple and Plaosan Kidul has been designated as a Cultural Conservation site as a tourist area, especially temple tourism with Prambanan Temples, Sojiwan Temples, Bubrah Temples, Lumbung Temples, Sewu Temples, Asu/Gana Temples, and Lor/Candirejo Temples. The development of a tourist attraction based on attraction must be supported by the component of accessibility and facilities, accessibility makes it easy for visitors to reach a tourist attraction while the facilities can meet the needs of visitors as long as they enjoy the attractions in a tourist attraction of their choice. The problem with reaching the Plaosan Temple tourist complex is the lack of wayfinding to reach the area. The research method used is using a qualitative rationalistic research framework, which focuses on individual perceptions in seeing, understanding and analyzing the concept of Path, Portal, Place in the Plaosan temple tourist area. This research begins with direct observation, including physical observations and activities based on the parameters and indicators that are formulated. Field observations include physical and activity observations. The results of the study are in the form of directions that can strengthen the achievement of accessibility to the Plaosan Temple tourist complex in order to improve the quality as one of the temple tourism destinations ABSTRAKPariwisata budaya adalah jenis obyek daya tarik wisata yang berbasis pada hasil karya cipta manusia baik yang berupa peninggalan budaya maupun nilai budaya yang masih hidup sampai sekarang. Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten tahun 2011-2031. Candi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul sudah ditetapkan menjadi situs Cagar Budaya menjadi satu kawasan wisata khususnya wisata candi dengan Candi Prambanan, Candi Sojiwan, Candi Bubrah, Candi Lumbung, Candi Sewu, Candi Asu/Gana, dan Candi Lor/Candirejo. Pengembangan suatu objek wisata dengan basis atraksi harus didukung oleh komponen aksibilitas dan fasilitas, aksebilitas memberikan kemudahan kepada pengunjung untuk menjangkau suatu objek wisata sementara fasilitas dapat memenuhi kebutuhan pengunjung selama mereka menikmati atraksi di suatu objek wisata yang dipilihnya. Permasalahan terhadap pencapaian menuju Kompleks wisata Candi Plaosan adalah minimnya penanda untuk mencapai kawasan. Metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan kerangka penelitian rasionalistik kualitatif, yang berfokus pada persepsi individu dalam melihat, memahami dan menganalisis konsep Path, Portal, Placepada kawasan wisata candi Plaosan. Penelitian ini dimulai dengan pengamatan secara langsung, meliputi amatan fisik dan aktivitas berdasarkan parameter dan indikator yang di rumuskan. Pengamatan lapangan meliputi amatan fisik dan aktivitas. Hasil penelitian berupa arahan yang dapat memperkuat pencapaian aksesibilitas menuju Kompleks wisata Candi Plaosan agar dapat meningkatkan kualitas sebagai salah satud estinasi wisata Candi 
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA SEKITAR CANDI BOROBUDUR BERDASARKAN TIPOLOGI POTENSI KEPARIWISATAAN Akbar Preambudi
Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 1 No 2 (2019): Implikasi Ruang Budaya dan Ruang Budidaya
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/space.v1i2.582

Abstract

The villages around Borobudur Temple have many tourism potentials that feel drowned by all the attention devoted to Borobudur Temple. Management of Borobudur temple with excessive business systems resulted in prosperity or poverty problems experienced by the people in the villages around Borobudur. In relation with the determination of the development potential model for tourism, then this study adopts the dynamics of tourism development proposed by Miossec (Pearce 1989). Evolutionary model is based on four factors that may affect the development, namely; (1) resort; (2) transport; (3) tourist behavior; (4) attitudes of decision makers and population of receiving region. Factors that affect the “resort aspects” are the existence of recreation facilities and geographical location in the plains. Factors that affect the “transport aspects” are the existence of many modes of transportation and impassable by public transport routes. Factors that affect the “tourist behavior aspect” are the charter travelers type and leisure travelers type. Factors that affect the aspect of “attitudes of decision makers and population of receiving region” are the antagonism behavior of the public and the local officials that are less supportive of tourism.
Tipologi Potensi Kepariwisataan Desa Sekitar Candi Borobudur Akbar Preambudi
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v3i1.103

Abstract

Desa sekitar Candi Borobudur memiliki banyak potensi kepariwisataan yang dirasa tenggelam akibat semua perhatian ditujukan ke Candi Borobudur. Pengelolaan Candi Borobudur dengan sistem bisnis yang berlebihan mengakibatkan persoalan kesejahteraan atau kemiskinan yang dialami oleh masyarakat di desa–desa sekitar Candi Borobudur.Sehubungan dengan penentuan model pengembangan potensi obyek wisata, maka dalam studi ini mengadopsi dinamika pengembangan pariwisata yang dikemukakan oleh Miossec (Pearce 1989). Model evolusi didasarkan pada empat faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan, yaitu; (1) resort; (2) transport; (3) tourist behaviour; (4) attitudes of decision makers and population of receiving region.Tipologi desa sekitar Candi Borobudur dipetakan berdasarkan potensi kepariwisataan dengan cara menganalisis temuan-temuan di lapangan kemudian dikompilasikan dengan teori maupun data lainnya. Tipologi potensi menghasilkan tipe desa berdasarkan teori Miossec.
Arahan Penataan Kompleks Candi Plaosan Sebagai Destinasi Wisata Akbar Preambudi
Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 4 No 2 (2022): Pariwisata
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/space.v4i2.3489

Abstract

Candi Plaosan merupakan jenis objek daya tarik wisata berbasis pada hasil karya cipta manusia. Candi Plaosan merupakan sebuah kompleks bangunan kuno yang terbagi menjadi dua, yaitu Candi Plaosan Lor (lor dalam bahasa Jawa berarti utara) dan Candi Plaosan Kidul (kidul dalam bahasa Jawa berarti selatan). Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten tahun 2011-2031 Candi Plaosan Lor dan Plaosan Kidul sudah ditetapkan menjadi Cagar Budaya dan menjadi satu kawasan wisata budaya, khususnya wisata candi. Komponen produk atraksi, aksesibilitas maupun amenitas tidak bisa terlepas untuk pengembangan suatu objek menjadi destinasi wisata, karena ketiga komponen ini dapat menjadi daya tarik suatu objek wisata. Pengelolaan ketiga komponen produk pariwisata yang baik akan berimplikasi positif terhadap citra objek wisata tersebut. Banyak aktivitas wisata yang bisa dilakukan di Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Dengan diadakannya penataan Kompleks Candi Plaosan diharapkan bisa meningkatkan kenyamanan para pelaku wisata.